You are on page 1of 23

MAKALAH KIMIA INDUSTRI

INDUSTRI PUPUK UREA

Disusun oleh :
Anissa (G44080043)
Indah Mayasari (G44080042)
Muhammad Wahyu Hidayat (G44080047)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunian-Nya sehingga penyusunan makalah “Industri Pupuk Urea”
dapat diselesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk mengenalkan
proses pembuatan pupuk urea dalam skala industri yang sesuai dengan SNI-nya
dalam kaitannya dengan teknik-teknik yang ada dalam bidang ilmu kimia. Dengan
makalah ini diharapkan baik penulis sendiri maupun pembaca dapat memilki
pengetahuan yang lebih luas mengenai industri pupuk urea.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan kami sendiri khususnya.

Bogor, 9 Desember 2010

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................ii
BAB I.....................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Permasalahan.....................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................2
BAB II.....................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Penjelasan Singkat..............................................................................3
2.2 Prinsip Pembuatan Urea........................................................................4
2.3 Industri Urea.....................................................................................4
2.3.1 Sintesa Unit.................................................................................5
2.3.2 Purifikasi Unit..............................................................................6
2.3.3 Kristaliser Unit.............................................................................6
2.3.4 Prilling Unit................................................................................6
2.3.5 Recovery Unit...............................................................................7
2.3.6 Proses Kondensat Treatment Unit......................................................7
2.4 Alat dan Mesin Produksi Pupuk Urea............................................8
2.4.1 Seksi Sintesa..........................................................................8
2.4.2 Seksi dekomposisi/purifikasi..................................................9
2.4.3 Seksi Recovery...........................................................................10
2.4.4 Seksi Kristalisasi dan Pembutiran....................................................11
2.5 Neraca Massa..................................................................................12
2.5.1 Neraca massa pada seksi sintesa......................................................12
2.5.2 Neraca massa pada seksi dekomposisi/purifikasi..................................12
2.5.3 Neraca massa pada seksi recovery....................................................13
2.5.4 Neraca massa pada seksi kristalisasi dan prilling..................................14
2.6 SNI Pupuk Urea...............................................................................15
2.6.1 Ruang Lingkup...........................................................................15
2.6.2 Acuan......................................................................................15
2.6.3 Definisi.....................................................................................15

1
2.6.4 Syarat umum..............................................................................16
2.6.5 Pengambilan contoh....................................................................16
2.6.6 Cara uji.....................................................................................16
2.6.7 Syarat lulus uji............................................................................17
2.6.8 Syarat penandaan........................................................................17
2.6.8 Pengemasan...............................................................................17
BAB III.................................................................................18
PENUTUP..............................................................................18
3.1 Simpulan.........................................................................................18
3.2 Saran..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha pertanian modern termasuk dalam usaha kehutanan semakin
tergantung pada pemakaian pupuk. Hal ini sejalan dengan usaha peningkatan
produksi pertanian melalui penggunaan varietas unggul yang membutuhkan
pupuk lebih banyak. Produksi pertanian yang tinggi tidak dapat diperoleh
tanpa penggunaan pupuk, yang merupakan ciri dari sistem pertanian intensif.
Dalam usaha pertanian yang intensif tersebut, kesuburan tanah terus
mengalami kemerosotan akibat diambil oleh tanaman dan hilangnya pupuk
karena pencucian dan penguapan.
FAO mencatat penggunaan pupuk di negara-negara berkembang
(termasuk Indonesia) berkembang cukup pesat, terutama pupuk nitrogen.
Nitrogen termasuk dalam unsur esensial, yaitu unsur yang mutlak diperlukan
oleh segala macam tumbuhan. Nitrogen berfungsi untuk bahan síntesis asam
amino, protein, asam nukleat, klorofil, merangsang pertumbuhan vegatatif,
membuat bagian tanaman menjadi lebih hijau karena mengandung butir hijau
yang penting dalam proses fotosíntesis dan mempercepat pertumbuhan
tanaman.
Upaya peningkatan produksi pangan hampir selalu diikuti oleh
pemakaian pupuk yang makin besar. Namun demikian, di daerah beriklim
tropika basah dengan tanah-tanah yang mengalami pelapukan lanjut (highly
weathered soils) seperti Indonesia kebutuhan pupuk lebih banyak karena
sebagian dari pupuk tersebut hilang melalui irigasi, run off, nitrifikasi dan
volatilisasi.
Dari uraian di atas, industri pupuk masih merupakan mata usaha yang
perlu dikaji kemungkinan pengembangannya seiring dengan usaha
peningkatan produksi pertanian. Kenyataannya bahwa stok pupuk pada tingkat
nasional belum tersedia secara merata dan kadang-kadang terjadi kelangkaan
pupuk.

1
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu bagaimana
proses pembuatan pupuk urea dalam skala industri yang sesuai dengan SNI-
nya.

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui proses pembuatan
pupuk urea dalam skala industri yang sesuai dengan SNI-nya dalam kaitannya
dengan teknik-teknik yang ada dalam bidang ilmu kimia.

1.4 Manfaat
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini.
Melalui makalah ini, baik penulis dan pembaca dapat mengetahui lebih jauh
mengenai proses pembuatan pupuk urea dalam industri dan mengaitkan
teknik-teknik yang digunakan dalam proses industri dengan aplikasi dalam
bidang ilmu kimia.

BAB II
PEMBAHASAN

3
2.1 Penjelasan Singkat
Pupuk adalah zat yang terdiri dari satu atau lebih unsur kimia yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
serta dapat meningkatkan produktivitas maupun kualitas hasil tanaman.
Berdasarkan proses pembuatannya, pupuk dikelompokkan menjadi pupuk
alam dan pupuk buatan sedangkan menurut bahan pembentukannya, pupuk
dikelompokkan menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik (Purnama 2006).
Pupuk buatan dibagi menjadi dua menurut jenis unsur hara yang
dikandungnya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk majemuk
adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara tanaman (Purnama
2006).
Urea pertama kali ditemukan pada tahun 1773 yaitu terdapat di dalam
urine. Orang yang pertama kali berhasil mensintesis urea dari amonia dan
asam sianida adalah Woehler pada tahun 1828 dan penemuan ini dianggap
sebagai penemuan pertama yang berhasil mensintesa zat organik dari zat
anorganik. Proses yang menjadi dasar dari proses pembuatan urea saat ini
adalah proses dehidrasi yang ditemukan oleh Bassarow (1870) yang
mensintesis urea dari pemanasan ammonium karbamat.
Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 dengan CO2 dan
bahan dasarnya biasanya berasal dari gas alam. Kandungan N total berkisar
antara 45-46%. Urea mempunyai sifat higroskopis dan pada kelembaban
udara 73%, urea akan menarik uap air dari udara. Keuntungan menggunakan
pupuk urea adalah mudah diserap oleh tanaman. Selain itu, kandungan N
yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman.
Kekurangannya adalah apabila diberikan ke dalam tanah yang miskin hara,
urea akan berubah ke wujud awalnya yaitu NH4 dan CO2 yang mudah
menguap (Marsono&Sigit 2002). Fungsi N bagi tanaman adalah
meningkatkan pertumbuhan tanaman, membuat daun tanaman menjadi lebar
dengan warna yang lebih hijau, meningkatkan kadar protein dalam tubuh
tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan, dan
meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah (Sutedjo
1994).

2.2 Prinsip Pembuatan Urea

1
Sintesa urea dapat berlangsung dengan bantuan tekanan tinggi.
Sintesa ini dilaksanakan untuk pertama kalinya oleh BASF pada tahun 1941
dengan bahan baku karbon dioksida (CO2) dan amoniak (NH3).
Sintesa urea berlangsung dalam dua bagian. Selama bagian reaksi
pertama berlangsung, dari amoniak dan karbon dioksida akan terbentuk
amonium karbamat. Reaksi ini bersifat eksoterm.
2NH3 (g) + CO2 (g) NH2COONH4 (s) ΔH = -159,7 kJ
Pada bagian kedua, dari amonium karbamat terbentuk urea dan air.
Reaksi ini bersifat endoterm.
NH2COONH4 (s) NH2CONH2 (aq) + H2O (l) ΔH = 41,43 kJ
Sintesa dapat ditulis menurut persamaan reaksi sebagai berikut:
2NH3 (g) + CO2 (g) NH2CONH2 (aq) + H2O (l) ΔH = -118,27 kJ
Kedua bagian reaksi berlangsung dalam fase cair pada interval
temperatur mulai 170-190°C dan pada tekanan 130 sampai 200 bar. Reaksi
keseluruhan adalah eksoterm. Panas reaksi diambil dalam sistem dengan
jalan pembuatan uap air. Bagian reaksi kedua merupakan langkah yang
menentukan kecepatan reaksi dikarenakan reaksi ini berlangsung lebih lambat
dari pada reaksi bagian pertama.

2.3 Industri Urea


Bahan baku dalam pembuatan urea adalah gas CO2 dan NH3 cair yang
dipasok dari pabrik amoniak. Proses pembuatan urea dibagi menjadi enam
unit. Unit-unit proses tersebut adalah sintesa unit, purifikasi unit, kristaliser
unit, prilling unit, recovery unit, dan terakhir proses kondesat treatment unit.

3
Blok diagram proses pembuatan urea di pabrik PT. PUSRI

2.3.1 Sintesa Unit


Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik urea untuk
mensintesa dengan mereaksikan NH3 cair dan gas CO2 didalam urea
reactor dan ke dalam reaktor ini dimasukkan juga larutan recycle
karbamat yang berasal dari bagian recovery. Tekanan operasi proses
sintesa adalah 175 kg/cm2. Hasil sintesa urea dikirim ke bagian
purifikasi untuk dipisahkan ammonium karbamat dan kelebihan
amonianya setelah dilakukan stripping oleh CO2.

2.3.2 Purifikasi Unit


Amonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan amonia
di unit sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan
dan pemanasan dengan dua langkah penurunan tekanan, yaitu pada 17
kg/cm2 dan 22,2 kg/cm2. Hasil penguraian berupa gas CO2 dan NH3
dikirim ke bagian recovery sedangkan larutan urea dikirim ke bagian
kristaliser.

1
2.3.3 Kristaliser Unit
Larutan urea dari unit purifikasi dikristalkan di bagian ini secara
vakum kemudian kristal urea dipisahkan di pemutar sentrifugal. Panas
yang diperlukan untuk menguapkan air diambil dari panas sensibel
larutan urea maupun panas kristalisasi urea dan panas yang diambil dari
sirkulasi urea slurry ke HP absorber dari recovery.

2.3.4 Prilling Unit


Kristal urea keluaran pemutar sentrifugal dikeringkan sampai
menjadi 99,8 % dari berat dengan udara panas kemudian dikirimkan ke
bagian atas prilling tower untuk dilelehkan dan didistribusikan merata
ke distributor, dan dari distributor dijatuhkan ke bawah sambil
didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan produk urea
butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk storage dengan belt
conveyor.

2.3.5 Recovery Unit


Gas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi
diambil kembali dengan dua langkah absorbsi dengan menggunakan
mother liquor sebagai absorben kemudian di recycle kembali ke bagian
sintesa.

2.3.6 Proses Kondensat Treatment Unit


Uap air yang menguap dan terpisahkan di bagian kristaliser
didinginkan dan dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3 dan CO2
kemudian diolah dan dipisahkan di stripper dan hydroliser. Gas CO2
dan gas NH3 dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover
sedang air kondensatnya dikirim ke utilitas.
Pabrik utilitas adalah pabrik yang menghasilkan bahan-bahan
pembantu maupun energi yang dibutuhkan oleh pabrik amoniak dan
urea. Produk yang dihasilkan dan diolah dari pabrik utilitas ini antara
lain air bersih, air pendingin, air demin, udara pabrik, udara instrumen,
tenaga listrik, dan uap air.

3
2.4 Alat dan Mesin Produksi Pupuk Urea
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi pupuk urea, yaitu
2.4.1 Seksi Sintesa
Peralatan yang ada pada seksi sintesa antara lain :
2.4.1.1 Reaktor Sintesa
Reaktor sintesa berfungsi sebagai tempat reaksi antara
NH3 dan CO2.
2.4.1.2 Knock Out Drum
Knock out drum berfungsi untuk menghilangkan
partikel-partikel padat dan tetesan cairan yang mungkin
terdapat dalam gas CO2.
2.4.1.3 CO2 Booster Compressor
CO2 booster compressor berfungsi untuk menaikan
tekanan gas CO2.
2.4.1.4 CO2 Compressor
CO2 compressor berfungsi untuk menaikkan tekanan gas
CO2.
2.4.1.5 Ammonia Preheater I
Ammonia preheater I berfungsi untuk memanaskan
ammonia dengan hot water sebagai media pemanasnya.
2.4.1.6 Ammonia Preheater II
Ammonia preheater II memanaskan ammonia dengan
steam condensate sebagai media pemanasnya.
2.4.1.7 Ammonia Condensor
Ammonia condenser berfungsi untuk
mengkondensasikan larutan ammonia.

2.4.1.8 Ammonia Reservoir


Ammonia reservoir berfungsi untuk menampung
ammonia cair make up dari ammonia plant.

2.4.2 Seksi dekomposisi/purifikasi

5
Peralatan yang ada pada seksi dekomposisi/purifikasi antara lain :
2.4.2.1 High Pressure Decomposer
High pressure decomposer berfungsi untuk memisahkan
kelebihan NH3 dari campuran reaksi dan mendekomposisi
ammonium karbamat menjadi NH3 dan karbondioksida.
2.4.2.2 Low Pressure Decomposer
Low pressure decomposer berfungsi untuk
menyempurnakan dekomposisi setelah keluar high pressure
decomposer.
2.4.2.3 Gas Separator
Gas separator berfungsi untuk memisahkan sisa NH3
dan CO2 yang masih terlarut dalam larutan urea.

2.4.2.4 Reboiler for High Pressure Decomposer


Reboiler for high pressure decomposer berfungsi untuk
memanaskan larutan dari low pressure decomposer.
2.4.2.5 Reboiler for Low Pressure Decomposer
Reboiler for low pressure decomposer berfungsi untuk
memanaskan larutan dari low pressure decomposer.
2.4.2.6 Air Compressor
2.4.2.7 Heat Exchanger for Low Pressure Decomposer
Heat exchanger for low pressure decomposer berfungsi
untuk mendinginkan larutan dari high pressure decomposer
menuju ke low pressure decomposer.

2.4.3 Seksi Recovery


Peralatan yang ada pada seksi recovery antara lain :
2.4.3.1 Off Gas Absorber
Off gas absorber berfungsi untuk menyerap gas NH3
dan CO2 dari gas separator, kemudian dikondensasikan dalam

3
packed bed bagian bawah oleh larutan recycle yang
didinginkan dalam off gas absorber cooler.
2.4.3.2 Off Gas Condenser
Off gas condenser berfungsi untuk mendinginkan gas
yang keluar dari gas separator.
2.4.3.3 Off Gas Absorber Pump
Off gas absorber pump berfungsi untuk memompa
larutan dan mengirimnya ke low pressure absorber.
2.4.3.4 Off Gas Absorber Recycle Pump
Off gas absorber recycle pump berfungsi untuk
memompa larutan dari off gas absorber dan dikembalikan lagi
ke bagian tengah off gas absorber.
2.4.3.5 Low Pressure Absorber
2.4.3.6 High Pressure Absorber Cooler
High pressure absorber cooler berfungsi untuk
mengembalikan lagi larutan karbamat ke reaktor.
2.4.3.7 High Pressure Absorber
High pressure absorber menyerap CO2 dari high
pressure decomposer oleh ammonia menjadi ammonium
karbamat.
2.4.3.8 Ammonia Recovery Absorber
Ammonia recovery absorber berfungsi untuk menyerap
ammonia dari recycle larutan, lalu mengirimkannya ke
ammonia reservoir.

2.4.3.9 High Pressure Absorber Pump


High pressure absorber pump berfungsi untuk
memompa larutan dari low pressure absorber ke high
pressure absorber.
2.4.3.10 Aqua Ammonia Pump

4
Aqua ammonia pump berfungsi untuk memompa
ammonia dari ammonia recovery absorber ke high pressure
absorber.
2.4.4 Seksi Kristalisasi dan Pembutiran
Peralatan pada seksi kristalisasi dan pembutiran antara lain:
2.4.4.1 Cristalizer
Cristalizer terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian atas
berupa vacum concentrator dengan vacum generator yang
terdiri dari sistem ajektor tingkat satu dan barometrik
kondensor tingkat satu dan dua. Sedangkan bagian bawah
berupa cristalizer dengan agitator.
a. Vacuum concentrator dengan vacuum generator
Vacuum concentrator dengan vacuum generator
berfungsi untuk menguapkan air dari larutan urea.
b. Crystallizer dengan agitator
Crystallizer dengan agitator berfungsi untuk
mengkristalkan urea.
2.4.4.2 Melter
Melter berfungsi untuk melelehkan kristal-kristal urea.
2.4.4.3 Dissolving tank I
Dissolving tank I berfungsi sebagai tempat pelarutan
urea oversize.
2.4.4.4 Dissolving tank II
Dissolving tank II berfungsi sebagai tempat pelarutan
urea oversize.

2.5 Neraca Massa


Dalam proses produksi pupuk urea dibutuhkan ammonia (NH3) dan
karbondioksida (CO2). Berdasarkan prosesnya, neraca massa pada proses
produksi pupuk urea terdiri dari seksi sintesa, seksi dekomposisi/purifikasi,
seksi recovery dan seksi kristalisasi dan prilling.

5
2.5.1 Neraca massa pada seksi sintesa

Ke High Pressure Decomposer


Urea = 48 639.073 kg
NH3 = 30 700.066 kg
CO2 = -
H2O = 23 713.437 kg
Biuret = 269.139 kg
Karbamat = 23 957.731 kg
Reaktor
Sintesa

Larutan recycle
Urea = 5 630.4 kg
NH3 = 20 663.568 kg
CO2 = 26 100.446 kg CO2 = 18 918.144 kg
NH3 = 44 875 kg H2O = 10 810.368 kg
Biuret = 281.52 kg

Gambar 6 Neraca massa pada reaktor sintesa ( Sholikin R, 2005)

High
Dari
Ke Low
High Pressure
Reaktor
Pressure
Pressure
Sintesa
decomposer
Absorber
: Cooler
Urea
NH =
= 40
48
Decomposer
3
012.998
639.073
211.493 kg
kg
NH
CO23 == 3330641.409
985.493
700.066kg
kgkg
CO = -
316.849 kg
H2O2 = 3 407.945 kg
H2O = 20 23 089.402
713.437 kg
Biuret = 417.593
269.139 kg
Karbamat = 723187.319
957.731kgkg

2.5.2 Neraca massa pada seksi dekomposisi/purifikasi

Gambar 7 Neraca massa pada high pressure decomposer (Sholikin R, 2005)


2.5.3 Neraca massa pada seksi recovery

1
Low
Dari
Ke High
Off Pressure
Off
Mother
Gas
Gas
High
Pressure
Absorber
Liquor
Absorber
Absorber
Pressure
Tank
Decomposer
NH
H
Urea
O =
= 201.781
144.424
3
43
Absorber
2 3
864.624
864.624
kg kg
kg
NH
CO23 == 135.485
5 686.808
17.406
524.978
kg
kgkg
CO
H2O2 = 933.343 kgkg
= 3
9.409
117.599
626.493
kg
H2O = 142 301.223
425.498 kg
458.283
Biuret = 182.5298
182.529 kgkg

Gambar 8 Neraca massa pada low pressure absorber (Sholikin R, 2005)

H2OOff
Dari
Ke Low
Gas=GasGas
181.588
201.781
Separator
Pressure
Low
Separator
kgAbsorber
Pressure
NHAbsorber
Decomposer
3
= 899.296
253.088
178.699 kg
NH
CO
H O = 219.952
460.817kgkg
3 = 78.109
96.088 kg
2 2
CO
H2O2 == 141.847
12 101.559
969.321kgkg
H2O = 2 160.795 kg

1
Gambar 9 Neraca massa pada off gas absorber (Sholikin R, 2005)

High
Dari
Ke Pressure
Ammonia
High
Ammonia
Low High
Pressure
Pressure
Condenser
Recovery
Absorber
Absorber
Pressure
Absorber
Urea
Cooler
NH =
= 1
39
3
Absorber
3
579.250
864.624
Cooler
882.241kg
kg
kg
NH = 507.129
H2O3 = 592686.808
17 733 kg
277.165
kgkgkg
H2O2 = 328262.493
CO 143 kg kg
H2O = 4 965.412
458.283 kg
Biuret = 182.529 kg

Gambar 10 Neraca massa pada high pressure absorber (Sholikin R, 2005)

2.5.4 Neraca massa pada seksi kristalisasi dan prilling


Ke
Dari
Centrifuge
Gas Separator
Crystallizer
Urea = 47 724.826
878.865 kg
NH3 = 238.272 kg
CO
H O = 128.692
2 2
18 803.906
kg kg
H2O2 = 128.692
CO 18 803.096
kg kg
Biuret = 519.524 kg

2
Gambar 11 Neraca massa pada crystallizer (sumber : Riadhus Sholikin, 2005)

Ke Mother Liquor Tank


Urea = 47 724.826 kg
NH3 = 238.272 kg
H2O = 18 033.296 kg
Dari Crystallizer
CO2 = 128.520 kg
Urea = 47 724.826 kg
Biuret = 512.225 kg
NH3 = 238.272 kg
Centrifuge
H2O = 18 803.906 kg
CO2 = 128.692 kg
Biuret = 519.524 kg

Ke Fluidizing Dryer
Urea = 40 099.826 kg
H2O = 799.800 kg
Biuret = 7.299 kg

Gambar 12 Neraca massa pada centrifuge (Sholikin R, 2005)


2.6 SNI Pupuk Urea
2.6.1 Ruang Lingkup
Standar ini meliputi acuan, definisi, syarat mutu, pengambilan
contoh, cara uji, syarat lulus uji, syarat penandaan dan pengemasan
untuk pupuk urea.

2.6.2 Acuan
a. ISO 2754 : 1973 (E) Urea for industrial use- determination of
biuret (photometric method)
b. AOAC 960 04, 1990 Biuret in fertilizers (spectrometric
method)
c. AOAC 972 01, 1990 Water (free) in fertilizers (alternative
extraction method)
d. DSM (Deutch sta’at mijnen) 130 E, 1971 Determination of
ammonia nitrogen (destilation method)
e. DSM 135-E, 1973, Determination of biuret in urea
(spectrophotometric method)

2
f. DSM 805-1 E, 1974, Determination of water in urea (karl
fisher method)
g. Analysis manual toyo engineering corp (TEC), Job 7341,
method of measuring biuret in urea product
h. Laboratory manual the MW, kellog company, Job 6383, 1983,
Determination of biuret in urea (spectrofotometric method)

2.6.3 Definisi
Pupuk urea adalah pupuk buatan yang merupakan pupuk tunggal,
mengandung unsur hara utama nitrogen, berbentuk butiran (prill) atau
gelintiran (granular) dengan rumus kimia CO(NH2)2

2.6.4 Syarat umum


Syarat umum pupuk urea sesuai dengan tabel di bawah ini
No Uraian Persyaratan
1 Bentuk butiran
1.1 Kadar nitrogen min 46%
1.2 Kadar air maks 0,5%
1.3 Kadar biuret maks 1%

2 Bentuk gelintiran
2.1 Kadar nitrogen min 46%
2.2 Kadar air maks 0,5%
2.3 Kadar biuret maks 2%

2.6.5 Pengambilan contoh


Cara pengambilan contoh sesuai dengan SNI 19-0428-1998 yaitu
Petunjuk pengambilan contoh padatan.

2.6.6 Cara uji


2.6.6.1 Kadar nitrogen
Nitrogen dalam urea dihidrolisis dengan H2SO4 dan
NH3 yang terbentuk didestilasi dari larutan alkali. Destilat
ditampung dalam larutan H2SO4 dan kelebihan asam dititrasi

1
kembali. Titik akhir titrasi tercapai bila warna lembayung dan
indikator campuran merah metil biru metil berubah menjadi
lembayung kehijauan.
2.6.6.2 Kadar air
Bila air bereaksi dengan larutan pereaksi Karl Fischer
yaitu campuran dari iod, belerag dioksida, piridin, dan metanol
maka elektoda platina dari alat aquatitrator akan terpolarisasi
yang menyebabkan sejumlah besar arus akan mengalir ke
micrometer. Kelebihan iodin sedikit saja akan mendepolarisasi
elektroda dan akan menunjukkan titik akhir titrasi.

2.6.6.3 Kadar biuret


Dalam suasana basa, biuret bereasi dengan tembaga
(II) sulfat membentuk suatu senyawa kompleks berwarna
lembayung. Kelebihan tembaga di dalam larutan dinetralkan
oleh kalium natrium tartrat. Absorbansi larutan diukur pada
rentang panjang gelombang 530-550 nm.

2.6.7 Syarat lulus uji


Produk dinyatakan lulus uji apabila telah memenuhi seluruh
persyaratan dalam standar ini.

2.6.8 Syarat penandaan


Pada setiap kemasan harus dicantumkan nama produk, kadar hara
utama, berat bersih, lambang/merek, nama produsen serta tulisan/tanda
“Jangan Pakai Gancu”.

2.6.8 Pengemasan
Produk dikemas dalam wadah yang tidak menimbulkan reaksi
dengan isi, kedap udara, dan kuat.

2
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 dengan CO2 dan
bahan dasarnya biasanya berasal dari gas alam. Kandungan N total berkisar
antara 45-46%. Bahan baku dalam pembuatan urea adalah gas CO2 dan NH3
cair yang dipasok dari pabrik amoniak. Proses pembuatan urea dibagi menjadi
enam unit. Unit-unit proses tersebut adalah sintesa unit, purifikasi unit,
kristaliser unit, prilling unit, recovery unit, dan terakhir proses kondesat
treatment unit.
Menurut SNI 02-2801-1998 pupuk urea adalah pupuk buatan yang
merupakan pupuk tunggal, mengandung unsur hara utama nitrogen, berbentuk
butiran (prill) atau gelintiran (granular) dengan rumus kimia CO(NH2)2.
Spesifikasi pupuk urea mengandung kadar air maksimal 0,50%, kadar biuret
maksimal 1% (bentuk butiran) dan 2% (bentuk gelintiran), dan kadar nitrogen
minimal 46%. Pupuk urea bersifat higroskopis dan mudah larut dalam air.

2
3.2 Saran
Industri pembuatan pupuk urea sebaiknya memenuhi syarat umum
pupuk urea berdasarkan SNI 02-2801-1998 agar kualitas yang dihasilkan
sesuai standar yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2003.Fasilitas Utama Pabrik [terhubung berkala] [21 November 2010].


Anonim.1972.Proses Pembuatan Pupuk Urea [terhubung berkala]
http://www.pusri.co.id [21 November 2010].
Anonim.2002.PUPUK UREA (SNI 02-2801-1998) [terhubung berkala]
http://www.petrokimia-gresik.com [21 November 2010].
Anonim.2004.Teori Dasar Operasi Pabrik [terhubung berkala] http://www.pupuk-
kujang.co.id [21 November 2010].
Anonim.2009.Urea [terhubung berkala] [21 November 2010].
Marsono Sigit P. 2002. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Perry Robert H. 1984. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook Sixth Edition.
McGraw-Hill International Edition. Japan : Kosaido Printing Co.,Ltd
Purnama R. 2006. Industri Pupuk Majemuk: untuk Keamanan Pangan dan
Kesejahteraan Petani. Abdurofiq A, Abung U, editor. Jakarta:
Mutiarabumi.
Sholikin Riadhus. 2005. Laporan Praktek Kerja di Unit Urea PT.PUPUK
KUJANG Cikampek Jawa Barat. Laporan Praktek Kerja. Jurusan Teknik
Kimia. Universitas Diponegoro. Semarang.

1
Sulanjana et all. 2005. Makalah Industri Pupuk dan Amonia. Bandung; Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Sutedjo MM. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Riheka Cipta.

You might also like