You are on page 1of 7

Nama : Andi Taufiq Yusuf

NIM : E211 08 264

Jurusan : Ilmu Administrasi

Mata Kuliah : Formulasi Kebijakan

PENJELASAN MENGENAI SIKLUS SYSTEM KEBIJAKAN


SIKLUS KEBIJAKAN

Institutions, Processor, behaviors

Public
Social and economic conditions Policies

Siklus di atas menjelaskan bahwa antara kondisi lingkungan, institusi dan kebijakan itu
sendiri merupakan 3 hal yang saling mempengaruhi. Lingkungan sebagai sumber munculnya isu,
membuat para policymaker menanggapi isu tersebut dengan membuat agenda setting, dari situ
melalui beberapa tahapan hingga akhirnya isu tersebut memunculkan sebuah kebijakan, nantinya
kebijakan yang muncul ini akan memancing tanggapan/feedback dari masyarakat yang pada satu
titik berpotensi melahirkan sebuah kebijakan publik yang baru.
Ada banyak keuntungan yang dapat diambil dari adanya siklus kebijakan ini yaitu.
 Siklus kebijakan menegaskan bahwa pemerintah itu merupakan proses yang melibatkan
banyak institusi dan bukan sekedar institusi yang berdiri independen tampa korelasi dengan
pihak lain (Bridgmen & Davis 2000,hlm 24.)
 Siklus untuk kebijakan merupakan suatu model yang dapat digunakan untuk membantu
mempermudah kompleksitas kebijakan publik .Dengan modal ini akan semakin memungkinkan
para pengambil kebijakan dan masyarakat banyak memberikan focus pada tahapan-tahapan
yang dipandang perlu disamping mengatur berbagai aspek yang diperlukan dalam setiap
tahapan siklus tersebut.
 Siklus kebijakan memberikan kesempatan yang bagus untuk secara sistimatis dan analitis
melakukan kajian-kajian kebijakan publik yang relevan dengan area yang akan dibahas

1
sehingga memberikan banyak kesempatan untuk belajar dari berbagai pengalaman kebijakan
yang sudah ada selama ini termasuk plus minusnya.
 Siklus kebijakan membantu membuat kebijakan dan masyarakat banyak dalam menentukan
langkah-langkah strategis-strategis berkaitan dengan apa yang ingin dilakukan dalam sebuah
kebijakan publik .
 Siklus kebijakan juga akan memberikan gambaran yang komprehensif dan juga berbagai
implikasi yang perlu dimengerti oleh para pihak yang berkepantingan dengan kebijakan publik .
 Siklus kebijakan juga dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai efektifitas dan efesiensi
sebuah kebijakan dilihat berdasarkan masing-masing tahapan itu. Siklus kebijakan penting
untuk dipahami dan dimengerti dengan baik semakinbaik pemahaman terhadap siklus
kebijakan maka akan semakin lengkaplah kerangka piker seseorang terhadap sebuah kebijakan
publik .Siklus kebijakan meliputi identifikasi isu, analisis kebijakan, instrumen,
kebijakan,konsultasi, koordinasi, keputusan, implementasi, evaluasi, dan umpan balik.

TEORI GUNUNG ES

1. Event – pendekatan reaktif


Tingkatan paling atas adalah jenjang kejadian
atau ‘event’. Jenjang inilah yang paling kasat mata,
biasanya bisa ditangkap oleh panca indera.
Pada gunung es, ‘kejadian’ terletak di atas
permukaan laut, sehingga semua orang akan bisa
melihatnya. Analis yang tidak terlatih, bahkan sebagian manajer cenderung akan bereaksi
terhadap kejadian. Jadi kata kuncinya adalah reaktif.
Analis dan manajer yang bekerja pada level ini akan bertindak reaktif, sebuah contoh
jikalau ada berbagai tuntutan masyarakat akan hal kemiskinan, maka seorang pemimpin harus
reaktif dan mencari alternative/solusi dari kemiskinan itu.
2. Perilaku sistem – pendekatan antisipatif
Tingkatan yang lebih mendalam yg bisa dilakukan adalah dengan mengamati perilaku
sistem. Satu faktor penting yg harus diperhatikan pada level ini adalah waktu. Dengan kata lain,
kita akan coba melihat dinamika sistem dari satu waktu ke waktu yg lain.

2
Kumpulan kejadian-kejadian bisa dilihat dalam rentetan waktu sehingga -mudah-
mudahan- akan terlihat pola-pola tertentu. Pada level analisis ini, kejadian tidak lagi dilihat
secara individual sebagai fenomena random – pola / kecenderungan mudah-mudahan akan
terlihat.
Sebagai contoh untuk kasus KRL tadi. Jika kebetulan ada karyawan PERUMKA yg membuat
catatan kejadian accident dan incident (near miss) dari waktu ke waktu; mungkin tren atau pola
nya akan keliatan.
Dari historical data yg ada, kemudian mungkin bisa dilihat bahwa ternyata pola data
jumlah kecelakaan penumpang jatuh terkait dengan hari gajian dan beberapa hari berikutnya,
ternyata jumlah kecelakaan menurun. Pas tanggal tua, kecelakaan naik signifikan. Dengan
pendekatan kedua (melihat perilaku sistem), akhirnya PERUMKA bisa melakukan perencanaan
antisipatif untuk masa mendatang.

3. Struktur sistem – pendekatan generatif


Pendekatan terakhir ini paling susah, karena analis dan pengambil kebijakan harus
memiliki kemampuan analitis abstrak plus visi. Untuk bisa melakukan analisis tahap ini, analis yg
terlatih sekalipun biasanya untuk setiap kasus perlu bantuan pendekatan (1) dan (2) sebelum
kemudian menyelam ke pendekatan (3).
Pada pendekatan ini, analis perlu mencoba melihat keterkaitan antara satu faktor dengan
faktor lain. Tak ada faktor yg berdiri sendiri. Faktor-faktor yg saling mengait inilah yang nantinya
memunculkan pola / kecenderungan yg biasa ditangkap analis level (2). Systems thinker biasa
bekerja pada level (3) ini.
Melihat struktur sebuah sistem tidaklah mudah. Kadang hubungan antar faktor terpisah
oleh lokasi dan waktu. Sistem juga berubah setiap waktu, tidak jelas batasnya, dll. Jika analis bisa
menggunakan pendekatan(3) ini, diharapkan solusi akan bisa di generate. Anda tidak lagi hanya
reaktif, ataupun antisipatif karena anda bisa mengenerate ide untuk mengubah sistem anda
menjadi lebih baik.

HIRARKI KEBIJAKAN DI INDONESIA


• UNDANG-UNDANG
Undang-undang merupakan peraturan tinggi setelah undang-undang dasar yang
diangkat sebagai konstitusi negara Indonesia. Undang-undang mengatur urusan-urusan

3
yang bersifat spesifik. Misalnya masalah pertanian, lalu lintas, pemasaran, dan lain
sebagainya.
• PERPU ( peraturan pemerintah pengganti Undang-undang)
Perpu baru bisa diputusan oleh presiden disaat yang genting. Misalnya dalam hal
penanganan masalah bencana alam ataupun perang. Sebab harus dibahas DPR pada
kesempatan pertama untuk dijadikan UU. Dalam konteks ini, DPR cuma punya dua pilihan:
menolak atau menyetujui.
• PP (peraturan pemerintah)
Peraturan pemerintah diterbitkan untuk memeberikan penjelasan terhadap undang-
uandang agar tidak terjadi salah tafsir bagi masing-masaing penafsir kebijakan.
• PERATURAN PRESIDEN
Peraturan presiden merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh presiden untuk
menajalankan implementasi kebijakan kepada pemerintahan.
• PERATURAN DAERAH
Peraturan Daerah adalah Naskah Dinas yang berbentuk peraturan perundang-
undangan, yang mengatur urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan atau untuk
mewujudkan kebijaksanaan baru, melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dan menetapkan sesuatu organisasi dalam lingkungan Pemerintah daerah yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

TAHAPAN PEMBENTUKAN KEBIJAKAN

 Problem Identification (Identifikasi Masalah)


A. Tahap Identifikasi :
1. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan:
• Tahap pertama dalam perumusan kebijakan sosial adalah mengumpul-kan data mengenai
permasalahan sosial yang dialami masyarakat dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat yang belum terpenuhi (unmet needs).
2. Analisis Masalah dan Kebutuhan:
• Tahap berikutnya adalah mengolah, memilah dan memilih data mengenai masalah dan
kebutuhan masyarakat yang selanjutnya dianalisis dan ditransformasikan ke dalam laporan

4
yang terorganisasi. Informasi yang perlu diketahui antara lain: apa penyebab masalah dan
apa kebutuhan masyarakat? Dampak apa yang mungkin timbul apabila masalah tidak
dipecahkan dan kebutuhan tidak dipenuhi? Siapa dan kelompok mana yang terkena
masalah?
3. Penginformasian Rencana Kebijakan:
• Berdasarkan laporan hasil analisis disusunlah rencana kebijakan. Rencana ini kemudian
disampaikan kepada berbagai sub-sistem masyarakat yang terkait dengan isu-isu kebijakan
sosial untuk memperoleh masukan dan tanggapan. Rencana ini dapat pula diajukan kepada
lembaga-lembaga perwakilan rakyat untuk dibahas dan disetujui.
4. Perumusan Tujuan Kebijakan:
• Setelah mendapat berbagai saran dari masyarakat dilakukanlah berbagai diskusi dan
pembahasan untuk memperoleh alternatif-alternatif kebijakan. Beberapa alternatif
kemudian dianalisis kembali dan dipertajam menjadi tujuan-tujuan kebijakan.
5. Pemilihan Model Kebijakan:
• Pemilihan model kebijakan dilakukan terutama untuk menentukan pendekatan, metoda dan
strategi yang paling efektif dan efisien mencapai tujuan-tujuan kebijakan. Pemilihan model
ini juga dimaksudkan untuk memperoleh basis ilmiah dan prinsip-prinsip kebijakan sosial
yang logis, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Penentuan Indikator Sosial:
• Agar pencapaian tujuan dan pemilihan model kebijakan dapat terukur secara objektif, maka
perlu dirumuskan indikator-indikator sosial yang berfungsi sebagai acuan, ukuran atau
standar bagi rencana tindak dan hasil-hasil yang akan dicapai.
7. Membangun Dukungan dan Legitimasi Publik:
• Tugas pada tahap ini adalah menginformasikan kembali rencana kebijakan yang telah
disempurnakan. Selanjutnya melibatkan berbagai pihak yang relevan dengan kebijakan,
melakukan lobi, negosiasi dan koalisi dengan berbagai kelompok-kelompok masyarakat agar
tercapai konsensus dan kesepakatan mengenai kebijakan sosial yang akan diterapkan.
Biasanya suatu masalah sebelum masuk ke dalam agenda kebijakan, masalah
tersebut menjadi isu terlebih dahulu. Isu, dalam hal isu kebijakan, tidak hanya mengandung
ketidaksepakatan mengenai arah tindakan aktual dan potensial, tetapi juga mencerminkan
pertentangan pandangan mengenai sifat masalah itu sendiri. Dengan demikian, isu kebijakan
merupakan hasil dari perdebatan definisi, eksplanasi dan evaluasi masalah.

5
Isu ini akan menjadi embrio awal bagi munculnya masalah-masalah publik dan bila
masalah tersebut mendapat perhatian yang memadai, maka ia akan masuk ke dalam agenda
kebijakan. Namun demikia, karena pada dasarnya masalah-masalah kebijakan mencakup
dimensi yang luas maka suatu isu tidak akan secara otomatis bisa masuk ke agenda
kebijakan. Isu-isu yang beredar akan bersaing satu sama lain untuk mendapatkan perhatian
dari para elit politik sehingga isu yang mereka perjuangkan dapat masuk ke agenda
kebijakan.

 Agenda Setting

Agenda kebijakan adalah tuntutan-tuntutan agar para pembuat kebijakan memilih atau
merasa terdorong untuk melakukan tindakan tertentu. Dengan demikian, maka agenda kebijakan
dapat dibedakan dari tuntutan-tuntutan politik secara umum serta dengan istila “prioritas” yang
biasanya dimaksudkan untuk merujuk pada susunan pokok-pokok agenda dengan pertimbangan
bahwa suatu agenda lebih penting dibandingkan dengan agenda lain. Barbara Nelson menyatakan
bahwa proses agenda kebijakan berlangsung ketika pejabat publik belajar mengenai masalah-
masalah baru, memutuskan untuk memberi perhatian secara personal dan memobilisasi
organisasi yang mereka miliki untuk merespon masalah tersebut. Dengan demikian, agenda
kebijakan pada dasarnya merupakan pertarungan wacana yang terjadi dalam lembaga
pemerintah.
Tidak semua masalah atau isu akan masuk ke dalam agenda kebijaka. Isu-isu atau
masalah-masalah tersebut harus berkompetisi antara satu dengan yang lain dan akhirnya hanya
masalah-masalah tertentu saja yang akan menang dan masuk ke dalam agenda kebijakan.
Lester dan Stewart menyatakan bahwa suatu isu akan mendapat perhatian bila memenuhi
beberapa kriteria, yakni:
a. Bila suatu isu telah melampaui proporsi suatu krisis dan tidak dapat terlalu lama didiamkan.
Misalnya, kebakaran hutan.
b. Suatu isu akan mendapat perhatian bial isu tersebut memiliki sifat partikularitas, dimana isu
tersebut menunjukkan dan mendramatisir isu yang lebih besar. Misalnya, isu mengenai
kebocoran lapisan ozon dan pemanasan global.
c. Mempunyai aspek emosional dan mendapat perhatian media massa karena faktor human
interest.

6
d. Mendorong munculnya pertanyaan menyangkut kekuasaan dan legitimasi, dan masyarakat.
e. Isu tersebut sedang menjadi trend atau sedang diminati oleh banyak orang.
Menurut Peter Bachrach dan Morton Barazt ada beberapa cara yang digunakan oleh para
pembuat kebijakan untuk menghalangi suatu masalah masuk ke dalam agenda kenijakan, yaitu:
a. Menggunakan kekerasan.
b. Menggunakan nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang berlaku, yaitu dengan
menggunakan budaya politik.
Kepemimpinan politik merupakan faktor penting dalam penyusunan agenda kebijaakn.
Para pemimpin politik, apakah dimotivasi oleh pertimbangan-pertimbangan keuntungan politik,
kepentingan publik, maupun kedua-duanya, mungkin menanggapi masalah-masalah tertentu,
menyebarluaskannya dan mengusulkan penyelesaian terhadap masalah-masalah tersebut.
Dalam kaitan ini, eksekutif yaitu Presiden dan legislatif yaitu DPR mempunyai peran utama
dalam politik dan pemerintahan untuk menyusun agenda publik.

 Policy Formulation (Formulasi Kebijakan)


Pengertian:
1. The stage of the policy process where pertinent and acceptable courses of action for
dealing with some particular public problem are identified and enacted into a law (Lester
and Stewart,2000).
2. Formulation is a derivative of formula and means simply to develop a plan, a method, a
prescription, in this chase for alleviating some need, for acting on a problem (Jones, 1984).

 Policy Legitimation
Proses legitimasi kebijakan public dilakukan setelah dilakukan formulasi kebijakan.
Legitimasi adalah proses pengesahan suatu keputusan menjadi sebuah undang-undang
dan hukum tertulis lainnya.

You might also like