Professional Documents
Culture Documents
BLOK ECCE 1
Tutor Pembimbing:
dr. Diah Krisnansari, MSi.Med
Kelompok V
I. Informasi 1
MC, kepala keluarga, 53 tahun, datang untuk kunjungan pertama kali ke Dokter Keluarga
(DK) guna periksa keluhan perut kembung. Perut kembung disertai nyeri lambung, anoreksia
dan penurunan berat badan. MC menyampaikan bahwa selama 2 tahun terakhir telah
memiliki keluhan perut kembung disertai nyeri perut bagian atas serta nyeri lambung yang
dirasakan memberat sejak beberapa bulan terakhir ini. Rasa nyerinya sering membatasi
aktivitas MC dan dapat mencapai setinggi 10/10 dari skala nyeri. Nyeri seperti terbakar dan
terkadang menjalar ke atas sampai dada bagian bawah. Selain itu terasa penuh di perut
bagian atas, merasa cepat kenyang, mual. MC mengaku bahwa sejak beberapa bulan ini,
mengalami penurunan nafsu makan yang signifikan, dengan makan atau puasa nyeri justru
bertambah. Makanan pedas dan minuman jeruk umumnya memperberat keluhannya.
Keluhan tidak mereda dengan buang air besar. MC khawatir dengan penurunan berat
badannya sejak beberapa bulan terakhir, sekitar 20 kg. Dia mengatakan bahwa 12-18 bulan
yang lalu, berat badannya sekitar 70 kg dan dia mengaitkan kehilangan berat badannya
karena ketidakmampuannya untuk makan akibat nyeri tersebut.
IV. Pembahasan
1. Diagnosis Holistik Dari Informasi 1
Dari Informasi 1, dapat dibuat empat aspek dari lima aspek dalam diagnosis holistik:
1. Aspek pertama (Personal)
a. Alasan kedatangan Tn. MC (reason for encounter) adalah perut kembung.
b. Keluhan Penyerta adalah nyeri lambung, anoreksia dan penurunan berat badan.
c. Concern (perhatian pasien) adalah penurunan berat badan.
d. Expectation atau harapan pasien adalah berharap untuk sembuh.
e. Kecemasan yang ada pada pasien (Anxiety) adalah karena penurunan berat
badannya sebesar 20 Kg dalam 12-18 bulan.
ii. Personal
Pelayanan yang bersifat personal (invidual) bukan keluarga. Setiap pasien yang
diobati adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk menanganii
makhluk individu, dokter harus bisa menjaga kerahasiaan. Sementara sebagai
makhluk sosial, pasien harus disikapi sebagai bagian dari lingkaran teman atau
keluarganya sendiri ( Sudjoko, 1996).
iii. Komperhensif
Yang dimaksud layanan komperhensif adalah kemampuan promotif, memberi
informasi tentang pencegahan (preventif), diagnosis, pengobatan (kuratif) dan
rehabilitatif ( pemeliharaan kesehatan ). Termasuk mengendalikan penyakit kronis
dan kecacatan melalui penilaian risiko. Kalau seorang pasien cacat, dokter harus
bisa melakukan rehabilitasi agar pasien bisa beraktivitas kembalii sesuai potensi
yang ada ( Sudjoko, 1996).
iv. Kontinu
the continuity of care atau kesinambungan pelayanan. Jangan sampai seseorang
itu dilayani oleh banyak dokter, sehingga mengulang pelayanan lagi, pemeriksaan
lagi, obatnya jadi double-double dan seterusnya. Demikian pula Dokter Keluarga
akan mengontrol, dalam tanda kutip tindakan spesialistis, mana yang perlu dan
mana yang tidak. Dokter keluarga harus memberikan pelayanan secara berkala
dan berkesinambungan. Misal, sejak pasien ditangani sampai seterusnya. Atau,
dimulai dari usia balita hingga lanjut usia. Ini berlaku bagi seluruh anggota keluarga
yang ia tangani ( Sudjoko, 1996).
3. Patofisiologi penyakit
Dispepsia
Informasi 2
Riwayat Medis
MC yakin bahwa sejak pindah ke kota besar telah memiliki alergi musiman sedang. Dia tidak
memiliki riwayat medis penting yang memerlukan pengobatan, akan tetapi dia telah minum
20-30 tablet antacid per hari untuk melawan keluhan perutnya. MC minum aspirin, ibuprofen
atau NSAID lainnya ”mungkin sekali setahun”. MC memiliki riwayat apendektomi tanpa
komplikasi saat usia 9 tahun.
Riwayat Keluarga
Ayah MC meninggal karena kanker lambung. MC memiliki 6 saudara kandung, tidak satu pun
dari saudara kandung yang mempunyai masalah medis penting yang dia laporkan, dan 5
saudara kandung masih tinggal di kota kecil. Tidak diketahui riwayat penyakit saluran cerna,
diabetes dan keganasan pada keluarga dekat lainnya.
Riwayat Sosial
MC menikah, memiliki 4 orang anak yang semuanya ikut tinggal di rumah kontrakan ukuran 5
x 9 m. Istri MC bekerja sebagai penjaga toko buku. MC bekerja sebagai kepala koki di
restaurant china. MC tidak pernah merokok, minum alkohol atau obat-obat terlarang. Adik
perempuan MC ikut tinggal di kontrakan dan tampak tidak rukun dengan istri MC. APGAR
score = 3.
Review of System
MC menyangkal vomiting, diarrhea, constipation, hematemesis, hematochezia, atau melena.
MC juga menyangkal mengalami perubahan pola BAB, emotional distress, chest pain,
palpitations, or dyspnea saat istirahat atau saat exertion, dan mengaku BAB lancar. MC
mengaku mempunyai nafsu makan buruk dan ini berkaitan dengan nyeri lambung hilang
timbul yang kronik.
Informasi 3
Pemeriksaan Fisik
MC tampak tinggi kurus tapi belum terlihat kakeksia. Suhu afebril, tekanan darah 118/70
mmHg, nadi 70x/menit reguler dan RR 16x/menit. Abdomen: epigastrik pain (+). Lain-lain
dalam batas normal. Pemeriksaan feses dalam batas normal.
Rumusan Masalah
1. Buatlah diagnosis holistik dari info tambahan!
2. Pengertian dokter keluarga serta tugas yang dijalankan oleh seorang dokter keluarga
!
3. Bagaimana kriteria rumah sehat ?
4. Bentuk – bentuk keluarga.
5. Jelaskan APGAR score, cara perhitungan, dan interpretasinya !
6. Jelaskan SCREEM score, cara perhitungan, dan interpretasinya !
7. Bagaimana rencana penanganan komprehensif yang sesuai untuk Tuan MC ?
8. Pencegahan penyakit baik primer, sekunder dan tersier.
Analisis Masalah
1. Diagnosis Holistik
Aspek pertama (Personal)
a. Alasan kedatangan Tn. MC (reason for encounter) adalah perut
kembung.
b. Keluhan Penyerta adalah nyeri lambung, anoreksia dan penurunan berat
badan.
c. Concern (perhatian pasien) adalah penurunan berat badan.
d. Expectation atau harapan pasien adalah berharap untuk sembuh.
e. Kecemasan yang ada pada pasien (Anxiety) adalah karena penurunan berat
badannya sebesar 20 Kg dalam 12-18 bulan. (Kekalih, 2008)
Aspek Ska
2. Dokter Keluarga
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab
dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis
kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga
adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas
dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu
yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif
tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (IDI,1982).
llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran
tingkat yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan
masyarakat dengan memperhatikan faktor faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya
(IDI, 1983).
Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau
kehilangan pasangannya
yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya
akibat perceraian atau ditinggal pasangannya,
5.Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried teenage
mother)
6.Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone)
7.Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital
heterosecual cohabiting family)
8.Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay
and lesbian family).
Adapun tipe keluarga menurut pembagian tradisional dan non tradisional yaitu :
1. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami istri dan anak (kandung atau angkat).
2. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami stri
tanpa anak.
3. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah
usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
4. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
5. The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti
ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain- lain.
6. “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian
atau kematian).
7. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa
berkumpul pada hari minggu atau libur saja.
8. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti
dapur, sumur yang sama.
10. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11. Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
satu orang dewasa (Masjoer,2007).
1. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang
dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
yang hidup serumah.
4. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex
tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
6. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena alasan tertentu.
7. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa
saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.
8. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh
norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang
yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.
9. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada
hubungan saudara untuk waktu sementara.
10. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang
permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal
(Mansjoer,2007).
5. APGAR Score
Skor apgar merupakan alat screening untuk menilai disfungsi tiap individu yang
capable dalam hubungan keluarga. Kelima fungsi keluarga yang dinilai pada
APGAR keluarga adalah
a. Adaptasi (Adaptation)
Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
diperlukannya dari anggota keluarga lainnya.
b. Kemitraan (Partnership)
T i n g k a t k e p u a s a n a n g g o t a k e l u a r g a t e r h a d a p berkomunikasi,
urun rembuk dalam mengambil suatu keputusan dan atau
m e n y e l e s a i k a n s u a t u m a s a l a h y a n g s e d a n g d i h a d a p i dengan
anggot a ke lua rga la inn ya
c. Pertumbuhan (Growth)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang dibe rika n
ke lua rga dalam mema tangkan pe rtu mbuhan dan a t a u ke d e wa sa a n
se t ia p a n g g o t a ke lu a rg a .
d. Kasih sayang (Affection)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi
emosional yang berlangsung dalam keluarga.
e. Kebersamaan (Resolve)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap keb e rsa maa n
d a la m me mba g i wa kt u, ke ka ya an da n rua ng an ta r anggota keluarga
(Azwar, 1997).
6. SCREEM Score
Merupakan cara penilaian dinamika keluarga untuk mengetahui adanya fungsi
patologis atau hambatan-hambatan dalam suatu keluarga.
1. Sosial
2. Culture
Misalnya pada orang desa yang masih mempercayai bahwa anak bayi
kurang dari 40 hari tidak boleh dibawa keluar rumah, padahal harus
diimunisasi. Adakah hal tentang kebudayaan semacam itu dalam suatu
keluarga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Jika ada berarti fungsi
patologis culture positif.
3. Religion
Misalkan tentang KB IUD menurut islam IUD tidak boleh dipasang, kemudian
apakah dalam keluarga tersebut terdapat kepercayaan semacam itu atau
tidak berkaitan dengan tindakan kedokteran yang akan dilakukan. Jika ada,
berarti fungsi patologis religion positif (terhambat).
4. Education
5. Economic
6. Medical
Penilaian skor SCREEM adalah hanya dengan melihat ada tidaknya hambatan pada
bidang-bidang tersebut, sehingga kita akan mengetahui adanya fungsi patologis
pada suatu keluarga. (Ghan Gl, 2005)
7. Tatalaksana Komprehensif
A. Personal care
a. Medika mentosa
(1) Penghambat pompa asam (Proton Pump Inhibitor/ PPI) seperti omeprazol,
lansoprazol, atau pantoprazol
(2) Antikolinergik
(2) Karena berat badan berkurang mesti dilakukan pengaturan pola makan
(3) Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung
(coklat, keju, dan lain-lain).
(4) Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang,
melon, semangka, dan lain-lain).
(5) Hindari makanan yang terlalu pedas dan minuman dengan kadar caffeine dan
alkohol
(6) Jauhi stress.
B. Family Care
(1) Penanganan terhadap konflik yang dialami oleh adik dan istri Tn. MC.
(2) Meminta istri Tn. MC untuk tidak menghidangkan masakan-makanan
merangsang yang dapat memperparah keadaan Tn. MC.
(3) Kontrol penggunaan jumlah obat seperti antacid oleh keluarga terutama istri.
(4) Memperbaiki psikologi dengan indikator kenaikan skor APGAR yaitu dengan
menambah intensitas kebersamaan, menghadapi permasalahan bersama,
maupun saling berbagi kasih sayang.
(5) Melakukan skrining anggota keluarga mengingat faktor resiko kanker kolon dari
ayah Tn. MC.
(6) Mengedukasi cara pengelolaan keuangan yang baik.
(7) Menggunakan skala prioritas dalam memecahkan masalah atau dalam
memenuhi kebutuhan (Sawaludin, 2005).
8. Pencegahan Penyakit
Pada dasarnya pencegahan suatu penyakit lebih murah dari pengobatan penyakit
tersebut. Proses pencegahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan
dan sejarah terjadinya penyakit. Dalam proses pencegahan, kita akan mengadakan
deteksi dan intervensi pada penyebab dan factor resiko dari penyakit. Arti pencegahan
sendiri adalah mengadakan inhibisi terhadap perkembangan suatu penyakit sebelum
penyakit tersebut terjadi (Mukono, 2000).
Tingkat dari pencegahan penyakit adalah:
A. Pencegahan Primer
Tingkat pencegahan ini dapat dilakukan pada fase kepekaan dari sejarah alami
suatu penyakit. Pada kasus diatas maka pencegahan primer yang dapat digunakan
salah satunya ialah dengan cara meningkatkan perbaikan gizi masayarakat dan
memperbaiki dari kondisi rumah maupun lingkungan rumah ke arah yang lebih baik
dan juga peran serta dari petugas kesehatan dalam hal ini perlu dengan cara
memberikan penyuluhan tentang prilaku hidup bersih dan sehat (Mukono, 2000).
Disamping pecegahan primer yang sifatnya menyeluruh maka diperlukan juga
pencegahan primer yang sifatnya spesifik ( Spesific protections ). Yang paling
sesuai dari pencegahan spesifik pada kasus diatas ialah dengan pengaturan diet,
jangan telat makan , makanan jangan yang pedas maupun yang asam, makan
secara teratur dengan makanan sehat dan bergizi, hindari juga minum Kopi karena
bias meningkatkan factor resiko dari dyspepsia.Disamping pengaturan diet diatas
perlu juga pada pasien ini untuk menghindari stress
B. Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan ini dapat dilakukan pada fase preklinik dan klinik. Pencegahan
sekunder ialah mendiagnosis sedini mungkin apa yang diderita oleh pasien.
C. Pencegahan Tersier
Maksud dari pencegahan tersier adalah salah satu cara untuk menghindari dari
kecacatan, pada kasus ini di usahakan untuk segera dilakukan endoskopi karena
ada indikasinya yaitu usia diatas 45 tahun dan keluhan yang sudah lama
( Bazaldua, 1999 )
BAB II
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul, Justam, Judil dan Bustami, Nilda S. 1983. Bunga rampai, dokter keluarga
dalam: Kelompok Studi Dokter Keluarga. Jakarta.
Azwar, Azrul. 1997. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. dalam: Yayasan
Penerbitan IDI. Jakarta.
Bazaldua, OV.Schneider FD.1999.Evaluations and management of dyspepsia.Am Fam
Physician.
Departemen Kesehatan RI. 1989 . Sistem Kesehatan Nasional, DEPKES RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI .1986. Survai Nasional Kesehatan Rumah Tangga tahun
1985/1986, DEPKES RI, Jakarta.
Ghan Gl, Azwar A, dan Wonodirekso S.2005.A Primer on Family Medicine Practice.
Singapore:Singapore International Foundation.
Kekalih, Aria. 2008. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan Primer Pendekatan Multi
Aspek. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI.
Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi Ketiga. Jakarta.: EGC.
Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua.Surabaya.Airlangga
University Press.
Sudjoko, Kuswadji. 1996. Penjaminan Mutu Praktek Dokter Keluarga. Widya Medika.
Jakarta.
Sulastomo.1984. Bunga Rempa Pelayanan Kesehatan. Jakarta.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.