You are on page 1of 13

Mind Map sebagai Teknik Mencatat

MINDMAP SEBAGAI SEBUAH TEKNIK MENCATAT


Oleh
Agus Mulyanto

Abstrak
Mencatat merupakan salah cara manusia meningkatkan efektivitasnya dalam mempelajari
sesuatu. Cara ini dilakukan untuk menutupi kelemahan keterbatasan daya ingat. Banyak cara
mencatat yang pernah dilakukan orang, mulai dengan menggunakan gambar, simbol, sampai
pada kode-kode tertulis seperti yang kita digunakan sekarang.
Teknik yang paling banyak dilakukan orang adalah teknik tradisional, yaitu mencatat intisari dari
pengetahuan dengan cara linier. Teknik tersebut diperbaharui oleh Novak dengan teknik
mencatat peta konsep. Tony Buzan kemudian memperbaharuinya dengan apa yang disebut Mind
Map. Berdasarkan beberapa penelitian, teknik mencatat ini dinilai lebih mampu mengakomodasi
cara kerja otak manusia, sehingga memberikan dampak yang lebih baik.

Kata Kunci :
Mencatat, cara kerja otak, peta konsep, dan mind map

PENDAHULUAN

Mencatat merupakan salah satu kegiatan yang hampir identik dengan kegiatan belajar. Dalam
sistem pembelajaran yang sentralistik, klasikal, dan tradisional, kegiatan ini bisa disebut kegiatan
utama dalam belajar. Dalam sistem pembelajaran modern, ketika tujuan pembelajaran lebih
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan secara holisti baik kognitif, afektif, maupun
psikomotor, kegiatan mencatat memang bukan kegiatan utama akan tetapi kedudukannya masih
tetap penting dan strategis. Pentingnya kegiatan mencatat ini tetap diyakini karena bagaimanapun
kemampuan mengingat manusia sangat terbatas baik kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karena
itu, kegiatan mencatat diperlukan sebagai cara menutupi kelemahan itu.
De Porter dan Hernacki (1999:146) bahkan tetap menempatkan kegiatan mencatat sebagai salah
satu kegiatan terpenting karena selain meningkatkan daya ingat, catatan diperlukan untuk
mengingat apa yang tersimpan dalam memori. Tanpa mencatat dan mengulang, kebanyakan
orang hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang mereka baca atau dengar. Persoalan
yang muncul kemudian adalah cara mencatat yang bagaimana yang mampu meningkatkan daya
ingat sekaligus daya pikir itu ? Lebih spesifik lagi, apa sebenarnya yang mesti dicatat? Berapa
banyak yang harus dicatat? Dalam format apa?

BEBERAPA TEKNIK MENCATAT


Cukup banyak teknik mencatat yang biasa dilakukan orang, antara lain dengan membuat outline,
ringkasan, dan rangkaian pernyataan-pernyataan yang dianggap penting. Meskipun demikian inti
tujuannya tetap sama yaitu bagaimana membuat catatan yang mampu membantu mengingatkan
kembali pada perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu
mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru (De Porter, Reador, &Nourir, 2000:175).
De Porter dan Hernacki (1999:150) berpendapat bahwa teknik mencatat yang efektif adalah
teknik mencatat yang sesuai dengan cara kerta otak. Tujuan utama mencatat adalah untuk
mendapatkan poin-poin kunci baik dari buku-buku, laporan, kuliah, dan sebagainya. Catatan
yang baik dan efektif bermanfaat untuk mengingat detail-detail tentang poin-poin kunci,
memahami konsep-konsep utama, dan melihat kaitannya.
Hingga saat ini, orang mengira bahwa otak mengolah informasi secara linier, yaitu dalam format
yang teratur dan rapi seperti sebuah daftar. Dugaan itu muncul karena didasari anggapan bahwa
bentuk kesadaran yang paling tinggi dari komunikasi manusia yaitu lisan dan tulisan adalah
linier. Kondisi ini sebenarnya disebabkan karena keterbatasan fisik saja bahwa mulut kita hanya
mampu membentuk satu kata tiap satu waktu, tidak mungkin mulut bisa mengucapkan dua kata
secara bersamaan dalam satu waktu. Para ilmuan sekarang mengatakan bahwa bentuk linier
tersebut merupakan ‘hasil’ bukanlah ‘proses’. De Porter dan Hernacki menegaskan bahwa proses
yang terjadi dalam pikiran sebelum ia menghasilkan pola pembicaraan yang linier itu adalah apa
saja kecuali yang linier.
Ketika berkomunikasi dengan kata-kata, otak kita pada saat yang sama harus mencari, memilah,
memilih, merumuskan, merapikan, mengatur, menghubungkan, dan menjadikan campuran antara
gagasan-gagasan dengan kata-kata yang sudah mempunyai arti itu agar dapat dipahami. Pada
saat yang sama, kata-kata tersebut dirangkai dengan gambar, simbol, citra, bunyi, dan perasaan.
Cara kerja otak yang demikian kompleks ketika diekspresikan hasilnya dalam berkomunikasi
menjadi linier karena secara fisik harus keluar satu-satu. Logika dan tatabahasalah yang
mengatur agar ekspresi itu menjadi logis, sistematis dan bisa direkonstruksi ulang agar
membentuk gagasan yang lengkap sebagaimana yang terbentuk dalam benak komunikator. Hal
yang sama terjadi pula dalam diri komunikan (pendengar atau pembaca). Meskipun mereka
mendengar atau membaca kata-kata itu satu per satu, tetapi dalam proses pemahaman terjadi
kerja otak yang kompleks, sama kompleksnya dengan proses pemahaman yang dilakukan oleh
komunikator sebelum ia mengungkapkan pikirannya tersebut.
Riset mengenai proses komunikasi yang kompleks ini telah mengakibatkan evaluasi ulang
tentang bagaimana buku-buku teks ditulis, bagaimana efektifnya pengajaran diberikan, dan
bagaiman efektifnya catatan dibuat.

BEBERAPA CATATAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Sebatas pengetahuan peneliti, penelitian tentang penerapan teknik mencatat dalam kegiatan
pembelajaran telah banyak dilakukan. Para peneliti umumnya tidak tertarik dengan cara mencatat
tradisional (linier). Yang diminati para peneliti umumnya adalah teknik mencatat peta konsep
dan mind map. Secara umum banyak kesamaan antara peta konsep dan peta pikiran, inti teori
kedua model pemetaan itu sama, perbedaannya terletak pada peluang mengekspresikan aspek-
aspek perasaan dalam bentuk gambar, warna, dan symbol yang cukup dominan pada peta
pikiran. Pada peta konsep, peluang menonjolkan perasaan tersebut tidak begitu dipersoalkan.
Beberapa penelitian yang telah peneliti telaah adalah penelitian Inu Hardi Kusumah yang
berjudul Studi tentang Strategi Belajar dengan Menggunakan Pemetaan Konsep (1992),
penelitian Teguh Basuki yang berjudul Pembelajaran Matematika Disertai Penyusunan Peta
Konsep (2000), dan penelitian Muhammad Ramli yang berjudul Pengembangan Model
Pembelajaran Pupuk untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasayah
Aliyah Melalui Pemetaan Konsep (2000). Ketiga penilitian yang dilakukan dalam rangka
menyusun tesis tersebut menunjukkan hasil yang relatif sama bahwa penggunaan peta konsep
memberikan hasil yang lebih baik daripada pembelajaran yang konvensional. Berikut ini
ringkasan hasil penelitian mereka.
Inu Hardi Kusumah pernah melakukan penelitian tentang straregi belajar dengan menggunakan
pemetaan konsep dalam mata pelajaran fisika di STM I Bandung pada tahun 1991. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa hasil pembelajaran fisika dengan menggunakan peta konsep
lebih tinggi daripada pembelajaran fisika yang tidak menggunakan peta konsep. Bagi siswa yang
ber-IQ rendah dan sedang, penggunaan peta konsep ini sangat membantu mereka, akan tetapi
bagi siswa yang ber-IQ tinggi penggunaan peta konsep tidak memberikan hasil yang mencolok
dibandingkan dengan siswa ber-IQ tinggi lain yang tidak mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan peta konsep (Kusumah, 1991: 99-100)
Pada tahun 2000, Teguh Basuki pernah pula menguji coba penggunaan peta konsep dalam
pembelajaran matematika di kelas 1 MAN di Jakarta. Hasil penelitian Teguh Basuki menyatakan
bahwa hasil belajar siswa dengan pembelajaran yang menggunakan peta konsep lebih baik dari
hasil belajar siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan peta konsep. Sebagai tambahan,
Teguh Basuki menegaskan bahwa ternyata ada korelasi antara kemampuan siswa dalam
membuat peta konsep dengan penguasaan materi.
Muhammad Ramli pada tahun 2000, juga telah mencobakan penggunaan peta konsep ini pada
pengembangan model pembelajaran pupuk untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa madrasah aliyah. Hasilnya menunjukkan bahwa model pembelajaran tersebut memiliki
keunggulan dalam menditeksi keluasan, kedalaman, dan keutuhan konsep yang dimiliki siswa.
Kelemahan model ini menurut Muhammad Ramli adalah sulitnya menjelaskan konsep-konsep
yang berhubungan dengan perhitungan matematik.
Pada tahun 2002, penulis menguji coba teknik mencatat pete pikiran (mindmap) ini dalam
pembelajaran membaca kritis. Dengan menggunakan siswa SMU PGII 2 sebagai subjek
penelitian, teknik mencatat peta pikiran ternyata mampu meningkatkan kemampuan membaca
kritis siswa secara signifikan.
Pada tahun 2007 , Dhiasari melakukan penelitian penggunaan mind map ini untuk pembelajaran
matematika di SMK Pasundan. Hasilnya, teknik ini juga bisa diterapkan untuk pembelajaran
matamatika, terutama dalam pemahaman konsep.

TEKNIK MENCATAT PETA PIKIRAN SEBAGAI SEBUAH ALTERNATIF


Teknik mencatat peta pikiran (mind Map) merupakan salah satu teknik mencatat yang dianjurkan
oleh De Porter dan Hernacki (1999:175). Teknik ini dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun
1970-an dengan mendasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak. Teknik mencatat
peta pikiran dirancang berdasarkan bagaimana otak memproses informasi. Otak mengambil
informasi dari berbagai tanda, baik itu gambar, bunyi, aroma, pikiran, maupun perasaan. Saat
mengingat informasi, otak biasanya melakukannya dalam bentuk gambar warna-warni, simbol,
bunyi, perasaan dll. Peta pikiran menirukan cara kerja otak tersebut. Peta pikiran merekam
seluruh informasi melalui simbol, gambar, garis, kata, dan warna. Catatan yang dihasilkan
menggambarkan pola gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama di tengah dan subtopik
dengan rinciannya diletakkan pada cabang-cabangnya. Oleh karena itu, catatan dalam bentuk
peta pikiran memungkinkan otak memahami ulang gagasan dalam wacana secara utuh dan
menyeluruh.
Pola pemikiran yang mendasari cara membuat catatan peta pikiran di atas sebenarnya mirip
dengan cara memahami suatu wacana yang dikemukakan oleh Novak, yaitu peta konsep
(Dahar,1988:149). Peta konsep yang dikemukakan Novak ini didasarkan pada prinsip-prinsip
belajar yang dikemukakan Ausubel, yaitu prinsip belajar advance organizer, diferensiasi
progresif, penyelesaian integratif, dan belajar superordinat. Peta konsep yang diajukan Novak
sangat menekankan pada pengembangan konsep dalam bentuk proposisi-proposisi dan hubungan
antar proposisi.
Perbedaan yang jelas antara peta konsep yang dikemukakan Novak dengan peta pikiran yang
diajukan Buzan adalah :
a. Dilihat dari aspek tata letak gagasan, peta konsep menempatkan gagasan yang paling umum
pada posisi paling atas, kemudian diikuti oleh gagasan-gasasan yang lebih kecil ke bawahnya
secara hirarkis. Peta pikiran menempatkan gagasan utama di tengah halaman, gagasan-gagasan
penjelas diletakkan disekitar gagasan utama. Informasi yang lebih detail dikaitkan dengan
gagasan-gagasan penjelas.
b. Dilihat dari penggunaan simbol, peta konsep didominasi oleh kotak (sebagai pembatas
gagasan) dan garis (sebagai penghubung antargagasan). Peta pikiran tidak hanya menggunakan
kotak dan garis, tetapi juga lingkaran, citra, warna, spasi, tipe dan ukuran huruf, maupun gambar.
Dari gambaran di atas, secara singkat, teknik mencatat peta pikiran bisa didefinisikan sebagai
kegiatan merepresentasikan ide yang diungkapkan suatu wacana dengan menggunakan seluruh
simbol grafis dalam satu gambar peta. Simbol grafis tersebut adalah kata, citra, angka, jarak,
warna, simbol dll. Gambar peta yang dimaksud adalah hasil suatu rekonstruksi gagasan dalam
sebuah pola yang saling berkaitan, dengan topik utama di tengah, subtopik dan perincian menjadi
cabang-cabang dan ranting-rantingnya. Peta pikiran terbaik menurut De Porter dkk. adalah peta
pikiran yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol. Gambar atau simbol ini
diasumsikan bisa menstimulus kerja otak.
Buzan menyarankan beberapa teknik penekanan dan asosiasi untuk meningkatkan kualitas peta.
Untuk menekankan, Buzan menyarankan agar menggunakan warna, ukuran, dimensi, spasi,
imageri, bayangan, garis bawah, kapital, cetak tebal, dan simbolisasi. Sedangkan untuk asosiasi
dan menunjukkan hubungan, Buzan menyarankan memanfaatkan garis, tanda panah, simbol,
warna, spasi, bentuk, ukuran, dan mode atau style  http://www.mind-
map.com/MM/mindmap/Histo…). Dengan merujuk pada pendapat yang dikemukakan Damasio
(1994), bahwa otak mengingat informasi biasanya dilakukan dalam bentuk gambar warna-warni,
simbol, bunyi, dan perasaan, De Porter dkk. berpendapat teknik yang diajukan Tony Buzan ini
meniru proses berpikir otak.

CARA MEMBUAT DAN CONTOH PETA PIKIRAN


Berikut ini cara membuat peta pikiran yang diadaptasi dari cara membuat peta pikiran menurut
Buzan (De Poter & Mike Hernacki,1999: 154; http://www.mind-
map.com/MM/mindmap/HOWTO…) :
a. Tulis gagasan utama di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, segi empat,
atau bentuk lain.
b. Tambahkan cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah
cabang akan bervariasi tergantung kepada jumlah gagasan. Gunakan warna yang berbeda untuk
setiap cabang.
c. Tuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-
kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan. Jika
menggunakan singkatan pastikan bahwa singkatan-singkatan itu dikenal dan mudah diingat.
d. Tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapat ingatan yang lebih baik.
Selanjutnya, De Porter dan Hernacki (1999:157) menambahkah kiat-kiat berikut dalam membuat
peta pikiran :
a. Di tengah kertas, buatlah lingkaran dari gagasan utamanya.
b. Tambahkan sebuah cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci.
c. Tuliskan kata kunci/frase pada tiap-tiap cabang, kembangkan untuk menambahkan detail-
detail.
d. Tambahkan simbol dan ilustrasi.
e. Gunakan huruf-huruf kapital.
f. Tuliskan gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar.
g. Hidupkanlah peta pikiran Anda.
h. Gari bawahi kata-kata itu dan gunakan huruf-huruf tebal.
i. Bersikap kreatif dan berani.
j. Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan poin-poin atau gagasan-gagasan.
k. Buatlah peta pikiran secara horisontal.

Sebagai contoh, di bawah ini contoh wacana dan peta pikiran yang menggambarkan pesan
wacana tersebut.

Contoh Wacana :

Polisi sebagai Penegak Hukum dan Pengayom Masyarakat


Di dalam undang-undang negara kita dan juga negara lain dinyatakan bahwa tugas polisi ialah
membimbing dan mengayomi masyarakat, serta menjadi pelindung dan penegak hukum agar
tercipta keteraturan dan ketertiban di dalam masyarakat. Sebagai pembimbing dan pengayom,
polisi dituntut agar senantiasa tampil simpatik, tetapi juga harus tegas, perkasa, dan kalau perlu
juga keras.
Kekerasan polisi bukan hanya dilakukan oleh polri, melainkan juga dilakukan oleh kepolisian
negara lain, bahkan di Amerika dan Eropa sebagai negara-negara penunjang hak asasi manusia
nomor wahid sekalipun. Di mana-mana polisi bersikap keras jika menghadapi kejahatan. Polisi
diperbolehkan menembak, jika menghadapi penjahat yang membahayakan keamanan umum
maupun keselamatn prajurit polisi. Bahkan masih banyak negara yang melaksanakan eksekusi
terhadap penjahat dengan hukum tembak oleh polisi, yang dilakukan di depan umum, agar
khalayak lebih memahami hukum yang setimpal serta benar-benar dilaksanakan.
Sebagai penegak hukum di lapangan, polisi tidak bisa disamakan dengan penegak hukum
lainnya. Polisi harus pragmatis, karena di lapangan yang berupa “rimba raya” ia berhadapan
dengan perilaku penjahat yang sulit diperkirakan. Karena itulah polisi dilengkapi senjata api,
baik yang konvensional maupun modern. Polisi diberi peralatan berupa pentungan dan borgol,
bukan tas atau pulpen. Polisi diibaratkan penegak hukum jalanan atau rimba raya yang penuh
lumpur, bahkan sering berlumuran darah, baik darah korban yang dilindungi, darah penjahat
yang akan ditangkap, maupun darah polisi itu sendiri. Penegak hukum yang lain adalah penegak
hukum tingkat atas yang selalu berpakaian bersih dan berdasi rapi. Polisi ibarat pencari ikan di
sungai atau di laut yang siap dimangsa ikan hiu, sedangkan para penegak hukum lain diibaratkan
hanya menikmati ikan yang telah ditangkap dan disajikan di meja oleh polisi.
Meskipun timbul pertanyaan di benak kita, “Mengapa polisi harus bersikap keras ?” Pertanyaan
ini sebenarnya sudah dijawab lebih dari dua abad yang lalu oleh Van Vollenhoven. Menurut
tokoh ini, dalam perkembangan peradaban dunia yang cepat ini dimana-mana polisi dihadapkan
pada tantangan yang semakin berat. Ia mempertanyakan , “Siapakah yang berwenang memaksa
agar undang-undang negara dipatuhi oleh warganya?” Maka ia mengajukan pilihan bahwa
polisilah yang seyogyanya berwenang menjadi unsur kekuasaan yang “memaksa” agar undang-
undang ditaat dan dipatuhi. Kekuasaan “memaksa” itu hanya dimiliki oleh pihak kepolisian
sebagaimana diatur oleh undang-undang.
Memang, sebelum bertindak kita hendaknya memahami permasalahannya terlebih dahulu,
termasuk falsafah yang dijunjung tinggi, agar profesi berjalan sesuai peraturan. Falsafah
kepolisian dunia antara lain menyebutkan bahwa polisi menjaga agar masyarakat dapat bekerja
dan beristirahat dengan nyaman. Falsafah ini sejalan dengan falsafah Polri yang ditulis dalam
Catur Prasetya, yang antara lain berbunyi Hanyaken Musuh, yaitu mengenyahkan musuh negara
dan masyarakat. Tanpa memahami falsafah, fungsi, dan kewenangan kepolisian, kita sering
mudah menuduh polisi kurang proporsional dan profesional.
Banyak peristiwa dalam masyarakat yang menimbulkan pelbagai pertanyaan, seperti,”Apakah
kita masih membiarkan penjambret yang menganiaya seorang bapak sehingga tewas di depan
anak dan istrinya?” “Dapatkah kita membiarkan penjahat yang mengeroyok polisi yang sedang
bertugas mengatur lalu-lintas?” Masih banyak contoh kebiadaban penjahat akhir-akhir ini yang
cenderung meningkat dan membuat prihatin kita semua. Sebagai warga negara yang cinta
keteraturan dan ketertiban, seharusnya kita mencarikan pilihan yang tepat, bukan hanya
“menyalahkan” aparat negara.
Kita berharap polisi tidak ragu-ragu bertindak, karena hanya polisilah yang berwenang memaksa
demi penegakan hukum, sehingga tercipta kepastian dan kesatuan hukum, sesuai dengan yang
diamanatkan undang-undang.

Sumber : Kompas, 26 November 1991, hal. 137-139

Contoh Peta Pikiran :

PENUTUP

Mencatat memang bukan kegiatan yang paling penting dalam sebuah proses pembelajar. Tetapi,
sebagai bagian dari sebuah sistem proses pembelajaran, kedudukannya menjadi sangat vital
ketika kita merasa memiliki keterbatasan dalam mengingat dan memahami sebuah konsep atau
persoalan. Keterbatasan itulah yang menuntut sistem rangsangan tertentu yang mampu
menstimulus otak akan bekerja lebih cepat, tepat, dan holistik.
Sejauh penelitian yang telah dilakukan, teknik mencatat peta konsep dan peta pikiran (mind map)
terbukti mampu meningkatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu,
ada baiknya kita kembangkan kedua teknik tersebut sesuai dengan potensi dan kultur anak didik
kita.

DAFTAR PUSTAKA
Dhiasari, Dieta Ardi. 2007. Penggunaan peta pikiran (mind map) dalam pembelajaran
matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sekolah
menengah kejuruan (smk) (penelitian tindakan kelas terhadap siswa tingkat i jurusan penjualan i
smk pasundan 1 bandung. Bandung: PPs UPI
Buzan, Tony. History of Mind Maps. (On line)WWW/mind-map.com
DePorter, Bobbi & Mike Hernacki.1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa
DePorter, Bobbi, Mark Reradom, Sarah Singger-Nourie. 2000. Quantum Teaching. Bandung :
Kaifa
Hamied, Fuad Abdul. 1995. Teori Skema dan Kemampuan Analitis dalam Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Lemabaga Bahasa Unika Atma Jaya.
Trochim, William MK. Concept Mapping: Soft Science or Hard Art ? Cornell University.
Vilberg, Tom. Using Concept Mapping in a Sensational & Presception Course (A Paper
presented at the National Institute for the Teaching of Psychology, St. Petersburg Beach, FL,
Januari 1996. (http://river,clarion.edu/trvilberg/trv.html

http://mulyanto.blogdetik.com/index.php/category/teknik-mencatat/

diakses tanggal 10 mei 2010


Teknik Mencatat
  mencatat merupakan proses menyimpan informasi dalam bentuk kertas agar mudah diingat.selama ini
mungkin kita mencatat hanya apapun yang dikatakan guru atau disebut mengambil catatan teknik ini
mempunyai banyak kelemahan karena kita menulis persis apapun yang dikatakan guru sehingga
memiliki banyak kelemahan seperti sulit mengingat oleh karena itu untuk mengatasi masalah ini kita
harus beralih sistem mencatat ke sistem membuat catatan sistem ini jauh lebih aktif daripada
mengambil catatan karena menggunakan kedua belahan otak sehingga membuat anda lebih memahami
yang anda catat,lebih mudah mengingat dan banyak manfaat lainya cara mencatat membuat catatan ini
ialah dengan membagi halahan buku menjadi 2 bagian 2/3 untuk mencatat yang dicatat
guru(mengambil catatan) dan sisanya yaitu 1/3 untuk membuat catatan caranya isilah bagian kanan
atau bagian yang 1/3 dengan Gambar (yang berhubungan dengan yang dicatat) Tanda-tanda seperti !
(untuk ket penting) , ? (Untuk materi yang perlu ditanyakan) sebanyak dan sebagus mungkin sesuai
kreavitas sendiri-sendiri penting juga dibagian kanan buku ini ditulis kata kunci dari materi yang dicatat
di bagian kiri jangan ragu pula untuk menggunakan highliter atau stabilo untuk menggarisbawahi bagian
penting karena warna mempermudah proses pengingatan 

usahakan juga gunakan bolpen warna-warni untuk mencatat.

 Semoga bermanfaat dan membantu

Diposkan oleh Muhammad Faiz Ghifari di 16:14

http://thestarisyou.blogspot.com/2009/02/teknik-mencatat.html
bahan kuliah PITB: mg8- pemantauan dinamika bumi
March 17th, 2010

“maaf sedang disusun”

Posted in Bahan Kuliah | Comments Off

Beautiful Class
January 5th, 2010

Pembelajaran Penuh Kedamaian !

Kelas,  meskipun  pernah  dianggap  menjadi saksi terjadinya sebuah Tirani


(http://geodesy.gd.itb.ac.id/wedyanto/?p=143), namun ternyata bisa menjadi sebuah  tempat 
dimana  ketenangan jiwa tercapai. Meskipun, ada anekdot dimana  kelas  adalah  “ruang
pelampiasan”  emosi  dosen  dalam   konotasi “ketenangan  jiwa” yang negatif, dalam tulisan ini,
justru ingin diungkapkan kebalikannya yaitu yang positif.

Pernyataan Huba dan Freed  yang dikutip dalam tulisan  pada blog  diatas, menjelaskan   tentang 
sebenarnya  mahasiswa  di  kelas  kita  merupakan Tomorrow’s Leader. Kelas-kelas di kampus
ini terdiri dari Dua Aktor, yaitu  Dosen  dan  Mahasiswa.  Bagaimanapun,  kedua  Aktor  tadi 
akan berperan mengkondisikan sebuah Kelas.  Sifat  Kelas akan  muncul  dan berkembang
tergantung, tentunya, oleh Keduanya.

Kata Leadership dari para calon Pemimpin (Leader)  itu sendiri merupakan hal yang bersifat
abstrak,  walaupun tolok-ukur kepemimpinan  (leadership) dapat ditetapkan.  Sudah tentu, 
apabila  sebuah kelas  mendukung  proses pengembangan hal-kepemimpinan tentu akan akan
kental tergantung pada kekuatan softskills. Banyak sekali unsur-unsur softskills, hanya saja,
dalam tulisan ini di dalam  kelas  hal Motivasi dan Komunikasi  menjadi sesuatu yang dianggap
dapat terasah dan diasah.

Motivasi dan Komunikasi yang baik akan menjadikan Iklim Kelas yang baik. Masih  semuanya
itu,  –Motivasi, Komunikasi dan Iklim–,   diperani secara bersamaan oleh Kedua Aktor diatas. 
Motivasi Dosen rendah untuk hadir di ruang konser (concert)  kelas  akan sangat berpengaruh 
meskipun Motivasi para Mahasiswanya tinggi.  Demikian sebaliknya,  dan itu juga berlaku untuk
hal Komunikasi.

Sudah puluhan tahun, hal itu menjadi perbincangan yang akhirnya dianggap bukan hal baru.
Sebenarnya ada hal baru yang berubah, Lingkungan (environment) Tak Hidup atau Benda-benda
di kelas. Apakah itu ? Teknologi Sarana Prasarana ! Tanpa kita sadari ternyata perubahan
lingkungan yang membentuk  iklim kelas dipengaruhi juga  oleh  Perkembangan Teknologi.
Sebagai,  ilustrasi,  pengadaan kapurtulis akan sangat jauh berbeda dibandingkan 20 tahun yang
lalu !
Kita  sudah  memasuki  era  dimana  Komunikasi tidak  dapat  dipisahkan dengan  Teknologi. 
Mengapa  kita  tidak  memanfaatkan  Perkembangan Teknologi  untuk  meningkatkan 
Komunikasi,   dalam  hal  ini komunikasi untuk/dalam  proses  Pembelajaran ?!  Di sisi lain 
Motivasi bisa terangkat apabila  Komunikasi Pembelajaran berlangsung cair (baca:  bukan
berkomunikasi diantara “gunung-gunung es”) !

Di sisi lain,  budaya  berkomunikasi  ternyata  telah  berubah.  Selama ini, budaya konvensional 
di kelas  dalam  berkomunikasi  melalui cara verbal dan tulisan di papantulis ataupun layar  atau 
berbentuk materi (handout). Akan tetapi sebenarnya,  yang tidak kita sadari,  Komunikasi di
kelas dapat  dilengkapi dengan  memetik buah  perkembangan sistem komunikasi-
berkorespondensi. Komunikasi Berkorespondensi Surat-menyurat dikembangkan  dengan 
adanya  Surat-Elektronik  (e-mail).  Berkorespondensi dengan e-mail dapat  dimanfaatkan  
untuk   komunikasi personal maupun publik, untuk hal terakhir kita kenal Mailinglists.
Sebenarnya sesuai dengan cara berkorespondensi  yang  konvensional  yaitu   surat-menyurat,
sering dilakukan  secara personal  atau satu  pihak atas nama institusi.  Ternyata budaya  surat-
menyurat  yang  tadinya hanya  untuk  komunikasi personal bisa digunakan untuk publik dengan
adanya Mailinglists.

Sekarang ini, ternyata, komunikasi publik yang merupakan juga sifat komunikasi di kelas-kelas
perkuliahan tidak hanya bisa dengan mailinglists,dapat juga menggunakan  atau  memanfaatkan 
perkembangan berkorespondensi dengan media Chatting  dan  Papan Diskusi Online.  Hanya
saja diperlukan pendamping  sistem,  yaitu  Sistem  Manajemen  Pembelajaran  (Learning
Management System, LMS), yang bagi kita sesuatu yang mudah diadakan hanya tinggal dan
tergantung  Kebijakan Institusi kita  Mendukung ataukah Tidak ?!

Apabila Komunikasi Meningkat, Motivasi semakin membahana, Iklim Kelas menjadi Damai ! 
Suatu Tempat dan Kondisi  yang dicari dan dinginkan oleh para Dosen dan Mahasiswa agar
lebih  Nyaman  (enjoy) dalam  menunaikan kewajiban masing-masing. Pembelajaran menjadi
sesuatu yang dicari karena kenyamanan dalam menjalankannya. Kata mahasiswa “Siap Coy !”.

Ganesa, 161209,
wedykun ( wedyanto@gd.itb.ac.id )

Posted in kolom, Catatan | Comments Off


http://jurnal.tukerbuku.com/
Tips Dan Trik Cara Belajar Yang Baik Untuk Ujian /
Ulangan Pelajaran Sekolah Bagi Siswa SD, SMP, SMA Serta
Mahasiswa
Sun, 06/05/2007 - 10:48pm — godam64

Belajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa. Belajar pada
umumnya dilakukan di sekolah ketika jam pelajaran berlangsung dibimbing oleh Bapak atau Ibu
Guru. Belajar yang baik juga dilakukan di rumah baik dengan maupun tanpa pr / pekerjaan
rumah. Belajar yang dilakukan secara terburu-buru akibat dikejar-kejar waktu memiliki dampak
yang tidak baik.

Berikut ini adalah tips dan triks yang dapat menjadi masukan berharga dalam mempersiapkan
diri dalam menghadapi ulangan atau ujian :

1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena ditemani
oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap
didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar belajar tidak
berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin
belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah
membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang
sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.

2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran


Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang
dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan
tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.

3. Membuat Perencanaan Yang Baik


Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu ada
baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah
kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan target
pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Jangan menargetkan yang yang nomor satu jika
saat ini kita masih di luar 10 besar di kelas. Buat rencana belajar yang diprioritaskan pada mata
pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik.

4. Disiplin Dalam Belajar


Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya
seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika
waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda lagi.
Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain
dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga
dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum
waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik dan tidak
menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.

5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya


Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika kita
bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan
bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman untuk bertanya kepada kita hal-
hal yang belum dia pahami. Semakin banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan
jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat membahasnya
bersama-sama dengan teman. Selain itu

6. Belajar Dengan Serius dan Tekun


Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting karena
bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika
waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti. Jika
kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal.
Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang
salah dijawab.

7. Hindari Belajar Berlebihan


Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan pintas
yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam /
begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat waktu karena
jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi
anak-anak.

8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan Dan Ujian


Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat
membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-
tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk menutupi
kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan guru dan memiliki
masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan.

Semoga tips cara belajar yang benar ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua, amin.

http://organisasi.org/tips-dan-trik-cara-belajar-yang-baik-untuk-ujian-ulangan-pelajaran-sekolah-bagi-
siswa-sd-smp-sma-serta-mahasiswa

You might also like