You are on page 1of 17

RENCANA AKSI NASIONAL

KESINAMBUNGAN PROGRAM PENANGGULANGAN GAKY

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan salah


satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya sangat
besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Selain
berupa pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroidi, kekurangan yodium jika
terjadi pada wanita hamil mempunyai resiko terjadinya abortus, lahir mati, sampai
cacat bawaan pada bayi yang lahir berupa gangguan perkembangan syaraf, mental
dan fisik yang disebut kretin. Semua gangguan ini dapat berakibat pada rendahnya
prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktifitas kerja pada orang
dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang
dapat menghambat pembangunan. Dari sejumlah 20 juta penduduk Indonesia
yang menderita gondok diperkirakan dapat kehilangan 140 juta angka kecerdasan
(IQ points).

Untuk menanggulangi GAKY, penambahan yodium pada semua garam konsumsi


telah disepakati sebagai cara yang aman, efektif dan berkesinambungan untuk
mencapai konsumsi yodium yang optimal bagi semua rumah tangga dan
masyarakat. Selain program yodisasi garam, pemerintah Indonesia selama ini juga
telah melaksanakan distribusi kapsul minyak beryodium terutama bagi wanita
usia subur di kecamatan endemik berat dan sedang.

Proyek Intensifikasi Penggulangan GAKY (IP-GAKY) telah dilaksanakan dengan


dana pinjaman Bank Dunia sejak tahun 1997 sampai tahun 2003 untuk
mempercepat penurunan prevalensi GAKY melalui pencapaian konsumsi garam
beryodium untuk semua. Komponen program yang dilaksanakan meliputi: 1)
pemantauan status yodium masyarakat; 2) peningkatan konsumsi garam
beryodium; 3) peningkatan pasokan garam beryodium; 4) distribusi kapsul
minyak beryodium pada sasaran yang tepat; dan 5) pemantapan koordinasi lintas
sektor dan penguatan kelembagaan penanggulangan GAKY.

Investasi penanggulangan GAKY dapat memberikan dampak positif pada


pembangunan ekonomi di Indonesia. Dengan kondisi GAKY pada saat ini, jika
sampai tahun 2010 tidak dilakukan upaya eliminasi GAKY, diperkirakan
Indonesia akan kehilangan sekitar 35 triliun rupiah. Akan tetapi dengan
mengalokasikan 0,5 triliun rupiah untuk intervensi GAKY sampai dengan tahun

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 1


2010, diperkirakan nilai produktifitas yang dapat diraih untuk ekonomi Indonesia
dapat mencapai 17,5 triliun1.

Survei prevalensi dan pemetaan GAKY pada awal pelaksanaan Proyek IP-GAKY
(1997/1998) menunjukkan bahwa secara nasional angka rata-rata Total Goiter
Rate (TGR) – atau lebih dikenal sebagai angka gondok total adalah 9,8% dan
proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium dengan kadar
cukup hanya 62,1%. Hasil survei tahun 2003 menunjukkan bahwa prevalensi
TGR ini masih cukup besar yaitu sekitar 11,1%, namun konsumsi garam
beryodium telah mengalami peningkatan menjadi 73,26%.

Pada tahun 2002, sidang United Nations General Assembly (UNGASS) telah
menyepakati pembaharuan komitmen World Summit for Children tahun 1990,
yaitu pencapaian eliminasi GAKY dan Universal Salt Iodization (USI) – atau
garam beryodium untuk semua, yaitu konsumsi garam beryodium 90% - secara
berkesinambungan pada tahun 2005. Sementara itu target yang ditetapkan dalam
Indonesia Sehat adalah pencapaian USI pada tahun 2010. Dengan demikian,
kesenjangan antara status saat ini dan tujuan yang akan dicapai masih cukup jauh.
Untuk itu perlu disusun kebijakan, strategi dan rencana aksi program
penanggulangan GAKY yang terintegrasi meliputi rencana jangka pendek (2005)
dan jangka panjang (2010).

B. Tujuan

Tujuan umum penyusunan Rencana Aksi ini ialah untuk memberikan pedoman
dalam penyusunan program penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium
(GAKY), sebagai kelanjutan dari Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKY
(IP-GAKY), bagi pengambil kebijakan di tingkat pusat, propinsi dan
kabupaten/kota.

Secara khusus Rencana Aksi ini dapat digunakan dalam:


1. Penetapan tujuan dan sasaran program.
2. Penentuan kebijakan dan strategi program.
3. Pemilihan prioritas program.

1
Asumsi dilakukan dengan memperhatikan TGR 9.8% serta jumlah penduduk penderita GAKY pada
daerah endemik dan jumlah bayi yang lahir kretin dan kelainan mental dari ibu yang tinggal di daerah
endemik GAKY. Nilai produktivitas diasumsikan berdasarkan penurunan produktivitas karena kretin,
kelainan mental dan tingkat endemisitas yang lebih ringan. Alokasi sejumlah 0.5 triliun sampai dengan 2010
dihitung berdasarkan penurunan TGR dan interevensi dalam bentuk fortifikasi yodium ke dalam garam
konsumsi (iodised salt), dan pemberian kapsul minyak beryodium. Nilai ekonomi 17.5 triliun yang akan
diraih diestimasi berdasarkan produktivitas sebagai dampak dari penurunan TGR dan jumlah bayi yang
akan diselamatkan sampai dengan tahun 2010. (Sumber : Profile, Linkages 2002).

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 2


C. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Rencana Aksi Nasional ini meliputi tujuan dan sasaran, strategi
dan kebijakan, serta upaya-upaya penanggulangan GAKY yang disajikan secara
utuh. Untuk Propinsi dan Kabupaten/Kota , disajikan pilihan-pilihan strategi,
kebijakan dan kegiatan yang dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.

D. Proses Penyusunan

Rencana aksi ini disusun melalui suatu rangkaian kegiatan seperti seminar,
workshop, diskusi intensif yang diikuti oleh berbagai instansi pemerintah di
tingkat pusat dan daerah, pakar perguruan tinggi, swasta, asosiasi produsen,
lembaga konsumen, dan lembaga swadaya masyarakat. Hasil dari rangkaian
pertemuan ini selanjutnya dirumuskan kembali dan disempurnakan oleh sebuah
tim kecil.

E. Pengguna

Rencana Aksi ini disusun untuk digunakan oleh para pengambil keputusan di
pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Di pusat dan propinsi, dokumen ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi penyusunan standar dan pola pembinaan
program penangulangan GAKY. Di kabupaten/kota, dokumen ini dijadikan
pedoman pelaksanaan untuk penanggulangan GAKY sesuai dengan permasalahan
dan sumber daya setempat.

Rencana aksi ini juga dapat digunakan sebagai pedoman oleh berbagai lembaga
donor nasional dan internasional untuk membantu pemerintah dalam upaya
penanggulangan GAKY.

II. ANALISIS SITUASI GAKY

A. Status GAKY

Untuk mengetahui masalah kurang yodium, pemantauan besaran masalah dilakukan


berdasarkan survei nasional. Pada tahun 1980, prevalensi (GAKY) pada anak usia
sekolah adalah 27,7%, prevalensi ini menurun menjadi 9,8% pada tahun 1998.
Walaupun terjadi perubahan yang berarti, GAKY masih dianggap masalah kesehatan
masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5%. Prevalensi tersebut
bervariasi antar kecamatan dan masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKY
di atas 30% (daerah endemik berat).

Dilaporkan dalam hasil survai pemetaan gondok 1998 yang telah dipublikasikan
WHO tahun 2000, bahwa 18,8% penduduk hidup di daerah endemik ringan, 4,2%
penduduk hidup di daerah endemik sedang, dan 4,5% penduduk hidup di daerah
endemik berat. Diperkirakan pula sekitar 18,2 juta penduduk hidup di wilayah

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 3


endemik sedang dan berat; dan 39,2 juta penduduk hidup di wilayah endemik ringan.
Menurut jumlah kabupaten di Indonesia, maka diklasifikasikan 40,2% kabupaten
termasuk endemik ringan, 13,5% kabupaten endemik sedang, dan 5,1% kabupaten
endemik berat.

Tahun 2003 dilakukan lagi survei nasional, yang dibiayai melalui Proyek IP-GAKY,
untuk mengetahui dampak dari intervensi program penanggulangan GAKY. Dari
hasil survei ini diketahui secara umum bahwa TGR pada anak sekolah masih berkisar
11,1%. Survei nasional evaluasi IP GAKY ini menunjukkan bahwa 35,8% kabupaten
adalah endemik ringan, 13,1% kabupaten endemik sedang, dan 8,2% kabupaten
endemik berat2.

Hasil Survei Nasional tahun 2003 dapat dilihat pada peta berikut:

TOTAL GOITER RATE (TGR) AMONG SCHOOL CHILDREN


INDONESIA 2003
11
12 71
75
14 64
13 61 72 82
15 62
19 91
16 63 73
17 74 92
18 31 81 93

36 32 33 35 52
34 51 53
TGR < 5% Code Province TGR Code Province Code Province TGR Code Province TGR
11 N.Aceh Darussalam 19 Bangka-Belitung 52 Nusa Tenggara Brt 9,4 73 Sulawesi Selatan 10,5
TGR 5 - 19.9%
12 Sumatera Utara 5,3 31 Jakarta 53 Nusa Tenggara Tmr 28,4 74 Sulawesi Tenggara 10,6
TGR 20 - 29.9% 13 Sumatera Barat 9,8 32 Jawa Barat 61 Kalimantan Barat 9,4 75 Gorontalo 5,6
TGR >= 30% 14 Riau 1,7 33 Jawa Tengah 62 Kalimantan Tengah 14,3 81 Maluku 31,6
Was not surveyed 15 Jambi 5,5 34 Yogyakarta 63 Kalimantan Selatan 1,2 82 Maluku Utara 44,9
16 Sumatera Selatan 9,9 35 Jawa Timur 64 Kalimantan Timur 6,5 91 Papua
17 Bengkulu 2,5 36 Banten 71 Sulawesi Utara 0,7
18 Lampung 13,2 51 Bali 72 Sulawesi Tengah 10,8

Berdasarkan status yodium dalam urin (Urinary Iodine Exrection atau UIE), hasil
survei tahun 2003 menunjukkan bahwa nilai rata-rata nasional UIE adalah 229 µg/l.
Berdasarkan nilai median UIE ini tidak ada provinsi yang tergolong kekurangan
yodium (suatu daerah dinyatakan kurang yodium jika rata-rata UIE < 100µg/l 3). Nilai

2
Evaluasi Proyek IP_GAKY 2003. Jumlah kabupaten berdasarkan endemisitas GAKY tahun 2003 ini dihitung
berdasarkan jumlah kabupaten yang sama dengan tahun 1998. Kabupaten yang disurvei pada tahun 1998 namun pada
tahun 2003 telah dipecah menjadi dua atau tiga kabupaten tidak dimasukkan dalam analisis. Survei evaluasi tahun 2003
tidak mengumpulkan data di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Papua.

3
Assessment of IDD and Monitoring their elimination, WHO 2001

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 4


median UIE terendah (rata-rata 110 µg/l) adalah provinsi NTB dan tertinggi (rata-rata
337 µg/l) adalah Provinsi Bangka-Belitung.

Perubahan yang terjadi antara kedua survei tersebut menunjukkan bahwa untuk
beberapa daerah endemik berat dan sedang telah terjadi perbaikan, namun munculnya
daerah-daerah endemik berat, sedang dan ringan yang baru memerlukan kajian yang
lebih mendalam dan penanganan yang lebih serius di masa depan, terutama berkaitan
dengan nilai rata-rata UIE yang cukup baik.

B. Garam Beryodium

1. Pegaraman di Indonesia

Berbeda dengan situasi di beberapa negara lain, pegaraman di Indonesia meliputi


usaha skala kecil (luas rata-rata kepemilikan lahan kurang dari 1 Ha per pegaram),
kecuali ladang garam milik PT Garam di Madura. Potensi lahan pegaraman tersebar
di seluruh Indonesia, terkonsentrasi di 6 propinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Teknologi pegaraman umumnya masih sederhana/tradisional dengan sistem


kristalisasi total yang menghasilkan kualitas garam rendah, dengan kadar NaCl < 88%
dan kandungan Ca dan Mg yang tinggi dan produktifitas lahan hanya sekitar 40-60
ton/Ha/musim. Di beberapa tempat lain digunakan teknologi garam masak di mana
proses kristalisasi dilakukan dengan pembakaran dalam tungku.

Uji coba pembangunan demplot pegaraman dengan sistem kristalisasi bertingkat di 7


kabupaten pada kelompok pegaram telah berhasil meningkatkan produktifitas sekitar
25-75% dan kualitas garam dengan kandungan NaCl mencapai 92%. Demplot juga
telah direplikasikan ke 17 kabupaten.

Setiap tahun diperkirakan kebutuhan garam konsumsi sebesar 1.025.000 ton untuk
seluruh Indonesia. Kebutuhan tersebut dipenuhi dari garam rakyat. Apabila masih
dianggap kurang, pemerintah memberikan ijin impor garam untuk konsumsi dan
untuk kebutuhan lain non-konsumsi, dengan syarat yang sama dengan garam rakyat,
yakni kewajiban meyodisasi garam konsumsi sebelum memasuki pasar.

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 5


2. Industri Garam Beryodium

Garam beryodium merupakan salah satu produk yang wajib menerapkan SNI, sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1991 tentang Standar Nasional Indonesia
dan SK Menteri Perindustrian No. 29/M/SK/2/1995 tentang Pengesahan SNI dan
Penggunaan Tanda SNI secara wajib terhadap 10 (sepuluh) macam produk industri.
Syarat mutu garam konsumsi beryodium SNI 01-3556.2-1994/Rev 2000 adalah
kandungan KIO3 minimal 30 ppm.

Saat ini terdapat 366 perusahaan garam beryodium dengan 40 merek, namun hanya
236 perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu/SNI, dimana 196
perusahaan dibina pada tahun 1999-2002. Produksi garam beyodium digunakan untuk
konsumsi rumah tangga dan aneka pangan dengan total kebutuhan lebih kurang
1.025.000 ton/tahun dan 85% perusahaan memproduksi garam beryodium yang
memenuhi syarat.

Perusahaan yang belum menerapkan SNI pada umumnya adalah industri kecil yang
berada di sentra produksi yang perlu dibina sistem manajemen mutu, pelatihan teknik
produksi dan bantuan peralatan mesin yodisasi garam. Hingga saat ini telah diberikan
bantuan mesin yodisasi garam ke 44 kabupaten daerah sentra produksi garam rakyat.

3. Distribusi Garam Beryodium

Distribusi garam beryodium dari perusahaan ke masyarakat, tergantung dari


kemampuan produksi dan pemasaran dalam suasana pasar bebas. Perusahaan yang
besar mampu melakukan distribusi antar pulau dan antar propinsi, sedangkan
perusahaan menengah dan kecil hanya mampu memasarkan produknya dalam satu
propinsi atau bahkan satu kabupaten/kota saja. Pemasaran akhir umumnya melalui
pengecer formal (pasar besar, supermarket, toko bahan pangan), sampai dengan
pengecer kecil di daerah perkotaan dan pinggiran kota. Sedang untuk pasar desa di
daerah-daerah terpencil umumnya sulit terjangkau oleh distributor garam beryodium.
Secara tradisional kebutuhan mereka dipenuhi distributor informal yang memasarkan
garam krosok non-yodium. Beberapa pemerintah kabupaten/kota telah
mengembangkan sistem distribusi garam beryodium melalui berbagai alternatif yang
melibatkan PKK, LSM dan swasta.

Hal lain yang memerlukan perhatian ialah pemalsuan dan penipuan kandungan
yodium dalam garam. Berbagai survei kecil di beberapa kota menunjukkan masih
banyak kemasan garam yang mengklaim mengandung yodium, namun kandungan
KIO3 kurang dari 30 ppm sebagaimana dipersyaratkan.

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 6


4. Konsumsi Garam Beryodium

Sejak tahun 1995 sampai 2003 dilakukan survei konsumsi garam beryodium pada
masyarakat secara terus menerus oleh Badan Pusat Statistik. Penilaian konsumsi
garam tingkat rumah tangga dilakukan dengan membedakan kandungan yodium dalam
garam dengan pemeriksaan uji garam yodium cepat (iodine rapid test). Hasil penilaian
memperlihatkan prosentase rumah-tangga yang mengkonsumsi garam dengan
kandungan yodium cukup (>=30 ppm), kurang (<30 ppm), dan tidak mengandung
yodium.

Secara nasional, sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2003, terjadi peningkatan
prosentase rumah tangga dengan konsumsi garam beryodium secara cukup dari 49.8%
menjadi 73.2%. Jika analisis dilakukan menurut kabupaten yang sama dari tahun 1998
sampai tahun 2003, terjadi peningkatan dari jumlah kabupaten/kota seperti terlihat
pada gambar 1.

50

40
%kabupaten

30

20

10

0
1998 1999 2000 2001 2002 2003

Gambar 1. Kabupaten/Kota yang mencapai Universal Salt Iodization/USI (konsumsi


garam beryodium tingkat rumah tangga cukup >=90%) tahun 1998 - 2003

C. Kapsul Minyak Beryodium

Secara nasional telah disepekati bahwa untuk daerah-daerah endemik GAKY berat dan
sedang diberikan kapsul minyak beryodium sekali setiap tahun. kepada ibu hamil, ibu
menyusui, wanita usia subur (WUS) dan anak usia sekolah.

Data cakupan distribusi kapsul minyak beryodium pada WUS tahun 1997 sampai
dengan tahun 2002 masih kurang lengkap karena tidak semua propinsi melapor.
Menurut Evaluasi Proyek IP-GAKY tahun 2003, dari sejumlah sampel WUS di daerah
endemik berat dan sedang, menunjukkan bahwa cakupan distribusi kapsul minyak
beryodium hanya sebesar 33%3). Hal ini disebabkan karena masalah pasokan kapsul

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 7


minyak beryodium yang sangat terbatas, aspek monitoring dan evaluasi yang masih
lemah sehingga data tersebut tidak dilaporkan. Dalam era desentralisasi, pengadaan
kapsul minyak beryodium diserahkan kepada daerah. Mengingat kemampuan daerah
dalam hal pendanaan yang terbatas, maka pembiayaan pengadaaan kapsul minyak
beryodium menjadi berkurang. Disamping itu juga pusat menyediakan pasokan untuk
buffer stock, tetapi kemampuan pusat yang masih rendah menyebabkan jumlah kapsul
minyak beryodium juga belum dapat memenuhi seluruh permintaan. Laporan cakupan
kapsul minyak beryodium yang diterima oleh penduduk sangat terbatas karena sistem
pelaporan yang masih kurang baik.

III. TUJUAN DAN SASARAN

A. Tujuan
Tujuan Umum Rencana Aksi ini ialah pencapaian Universal Salt Iodization (USI)
pada tahun 2005 dan kelestarian USI pada tahun 2010.

Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam Tujuan Khusus sebagai berikut:

1. Jangka Pendek (2004-2005)


a. Peningkatan proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan
kandungan yodium yang cukup secara nasional di Indonesia
b. Peningkatan cakupan distribusi kapsul minyak beryodium di daerah endemis
GAKY berat dan sedang

2. Jangka Panjang (2006-2010)


a. Pelestarian proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan
kandungan yodium yang cukup di SEMUA kabupaten/kota di Indonesia
b. Pelestarian cakupan kapsul minyak beryodium di SEMUA daerah endemik
GAKY berat dan sedang

B. Sasaran

1. Jangka Pendek (pada akhir tahun 2005):


a. Proporsi rumah tangga yang mengkonsumi garam dengan kandungan
yodium yang cukup (sebesar >=30 ppm KIO3) adalah >90% secara rata-
rata nasional.
b. Median Urinary Iodine Excretion (UIE) secara rata-rata nasional ialah:
proporsi yang <100 µg/L adalah sebesar <50%,
proporsi yang < 50 µg/L adalah sebesar <20%
c. Rata-rata nasional cakupan kapsul minyak beryodium ialah >90% pada
Wanita Usia Subur (WUS) di daerah endemik sedang dan berat

Catatan: Masing-masing kabupaten/kota, hendaknya menyusun sasaran di


wilayahnya masing-masing, disesuaikan dengan keadaan pada akhir
tahun 2003 dan proyeksi perbaikannya dalam waktu dua tahun ke
depan.

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 8


2. Jangka Panjang (pada akhir tahun 2010, sesuai sasaran Indonesia Sehat
2010) :
a. Proporsi rumah tangga yang mengkonsumi garam dengan kandungan
yodium yang cukup (sebesar >=30 ppm KIO3) adalah >90%, untuk
SEMUA kabupaten/kota di Indonesia
b. Median UIE di SEMUA kabupaten/kota di Indonesia ialah:
proporsi yang <100 µg/L adalah sebesar <50%,
proporsi yang < 50 µg/L adalah sebesar <20%.
c. Cakupan distribusi kapsul minyak beryodium pada WUS di SEMUA
kecamatan endemis berat dan sedang ialah >90%
d. Pencapaian minimum 8 dari 10 indikator proses yang ditetapkan WHO:
1. Pengembangan kelembagaan yang fungsional
2. Komitmen politik nasional dan lokal tentang USI
3. Organisasi pelaksana yang kuat di semua tingkatan
4. Legislasi dan regulasi tentang USI disemua tingkatan
5. Komitmen menyelenggarakan monitoring dan evaluasi dengan
dukungan laboratorium yang menyediakan data yang akurat
6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan mobilisasi sosial tentang
GAKY dan perlunya mengkonsumsi garam beryodium
7. Ketersediaan data garam beryodium secara reguler pada tingkat
produsen, pasar dan konsumen
8. Ketersediaan data UIE pada anak usia sekolah secara regular pada
daerah endemik berat
9. Kerjasama dengan produsen garam untuk pengawasan mutu garam
yodium
10. Database untuk mencatat hasil monitoring regular dan
penyebarluasannya kepada masyarakat, mencakup data garam
beryodium dan median UIE, bila memungkinkan data Tyroid
Stimulating Hormone (TSH) neonatal.

IV. KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Kebijakan

1. Meningkatkan komitmen politik di tingkat pusat, propinsi dan


kabupaten/kota melalui advokasi, koordinasi, penyediaan dana yang berke-
sinambungan dan pengintegrasian upaya penanggulangan GAKY dengan
program pembangunan dalam rangka menjamin keberlangsungan upaya
penanggulangan GAKY.

2. Meningkatkan produksi garam rakyat menuju swa sembada garam


konsumsi, penerapan teknologi baru, fasilitasi pasokan air laut dan
pengamanan pasar garam rakyat dalam rangka menjamin keberlangsungan
produksi yang menguntungkan pegaram.

3. Mempercepat pemenuhan pasokan garam beryodium yang memenuhi


syarat melalui peningkatan luas lahan garam, produktifitas dan kualitas garam
rakyat, pengembangan yodisasi garam pada sentra produksi dan distribusi,
RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 9
pembinaan dan pengawasan produsen dan distribusi, pemenuhan kebutuhan
dan distribusi KIO3, dan kemitraan distribusi dan pemasaran garam
beryodium dalam rangka menjamin ketersediaan garam beryodium di tingkat
rumah tangga.

4. Meningkatkan pemantauan kualitas garam beryodium untuk konsumsi


melalui pengawasan kualitas garam pada tingkat produksi dan distribusi,
koordinasi tindak lanjut hasil pengawasan dengan melibatkan aparat penegak
hukum, koordinasi lintas batas propinsi dan kabupaten/kota, standarisasi dan
sosialisasi metode uji, penyebar luasan hasil pengawasan kepada masyarakat
luas serta peningkatan akses uji garam beryodium cepat di masyarakat dalam
rangka menjamin ketersediaan garam beryodium yang memenuhi syarat di
tingkat rumah tangga.

5. Pemenuhan kebutuhan kapsul minyak beryodium untuk daerah-daerah


endemik sedang dan berat dimulai dari perencanaan, pengadaan, distribusi dan
monitoring evaluasi yang disesuaikan dengan era desentralisasi.

6. Menegakkan norma sosial dan hukum melalui promosi garam beryodium,


promosi penggunaan alat uji, penguatan sistem pemantauan penegakan hukum
serta upaya tindak lanjut hasil temuan dalam rangka meningkatkan partisipasi
masyarakat dan pengusaha garam.

7. Meningkatkan kelembagaan penanggulangan GAKY yang melibatkan


komponen pemerintah, swasta, masyarakat dan asosiasi melalui peningkatan
kelembagaan produksi garam rakyat, kelembagaan produsen garam
beryodium, koordinasi pengawasan distribusi garam beryodium, koordinasi
tim GAKY pusat, propinsi dan kabupaten/kota serta peningkatan kelembagaan
keilmuan dalam rangka memperkuat kapasitas dan profesionalitas lembaga.

8. Meningkatkan monitoring dan evaluasi program melalui penguatan sistem


informasi manajemen penanggulangan GAKY yang terintegrasi,
pengembangan database, pengembangan surveilans sentinel yang terintegrasi
dengan surveilans gizi serta pembinaan kemampuan daerah dalam
pengumpulan data secara reguler dalam rangka meningkatkan efisiensi
pelaksanaan program dan memberi masukan bagi arah kebijakan
penganggulangan GAKY

B. Strategi

1. Advokasi
Advokasi dilakukan kepada pengambil keputusan baik eksekutif, legislatif maupun
yudikatif dengan tujuan untuk memberikan pengertian dan pehamanan serta
peningkatan komitmen upaya penanggulangan GAKY. Advokasi harus dilakukan
secara terus menerus dan periodik di setiap tingkatan pemerintahan baik di tingkat
pusat, propinsi maupun kabupaten/kota

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 10


2. Pemberdayaan Pegaram
Pegaram sebagai salah satu elemen kunci dalam rantai ketersediaan garam nasional
harus diberdayakan antara lain melalui peningkatan penguasaan teknologi
pegaraman dan yodiasi garam agar mampu menghasilkan garam beryodium yang
memenuhi syarat. Pemberdayaan meliputi tahap produksi, teknologi yodisasi serta
pemasaran garam melalui pembentukan kelompok dan kemitraan.

3. Pengamanan pasar garam rakyat


Pengamanan pasar garam rakyat perlu dilakukan untuk menjamin kelangsungan
usaha dan pasokan garam serta kehidupan sosial ekonomi pegaram. Pengamanan
pasar garam rakyat dilakukan melalui kemitraan kelompok pegaram, pengusaha
besar termasuk PT Garam.

4. Pengawasan di tingkat produksi, distribusi dan konsumsi garam


Pengawasan kepada produsen dan distributor garam dilakukan untuk menjamin
ketersediaan garam beryodium yang berkualitas sehingga dapat dijangkau oleh
rumah tangga. Pengawasan ini harus dilakukan secara terkoordinasi antara daerah
penghasil dan daerah pengguna garam beryodium disertai dengan penindakan
terhadap pelanggaran yang dilakukan baik di tingkat produksi maupun distribusi.

5. Penegakan norma sosial dan penegakan hukum


Penegakan norma sosial dilakukan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran
kepada seluruh stakeholder akan pentingnya garam beryodium dalam upaya
penanggulangan GAKY. Konsumen, lembaga swadaya masyarakat, penggerak
masyarakat dan media masa harus memberi tekanan kepada pihak eksekutif,
legislatif, yudikatif, produsen dan distributor bagi penyediaan garam beryodium.
Penggerak masyarakat ikut mengambil peranan aktif sebagai penekan berbagai
kebijakan pemerintah serta penekan kepada produsen dan distributor garam.
Penegakan hukum lebih ditekankan pada upaya tindak lanjut oleh aparat
berwenang terhadap hasil temuan dalam pengawasan dan pemantauan ketersediaan
dan mutu garam beryodium

6. Kemitraan
Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam upaya penanggulangan GAKY,
maka prinsip kemitraan harus diterapkan dalam setiap upaya yang dilakukan untuk
menjamin respon yang positif dan sinergi di antara semua stakeholder, mencakup
pemerintah di semua tingkatan, asosiasi produsen, kelompok konsumen, organisasi
massa, media masa, lembaga donor, dan lembaga terkait lainnya.

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 11


V. UPAYA

A. Peningkatan Komitmen

1. Advokasi secara periodik di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota


Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan
komitmen setiap stakeholder terhadap upaya penangulangan GAKY. Kegiatan
yang dilakukan meliputi penyediaan media dan sarana advokasi, pelaksanaan dan
evaluasi advokasi. Advokasi dilakukan terhadap pemerintah pusat, propinsi dan
kabupaten/kota baik terhadap pihak eksekutif, legislatif maupun yudikatif;
produsen, penggerak masyarakat dan konsumen; melalui pertemuan maupun
dengan memanfaatkan terbitan atau media masa lainnya.

2. Memperkuat koordinasi penanggulangan GAKY


Tujuan dari upaya ini adalah untuk mensinkronkan setiap upaya penanggulangan
GAKY agar selaras dengan kesepakatan bersama serta tukar menukar informasi
termasuk koordinasi dalam hal pembiayaan baik pembiayaan dalam negeri
maupun luar negeri. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengadakan
pertemuan dalam perencanaan kegiatan serta monitoring dan evaluasi. Koordinasi
dilakukan sejak penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program.

3. Menyediakan dana penanggulangan GAKY secara berkesinambungan


dalam APBN, APBD, dari sektor swasta dan masyarakat
Tujuan dari upaya ini adalah untuk menjaga kesinambungan pembiayaan program
penanggulangan GAKY di institusi/lembaga terkait. Penyediaan dana dilakukan
oleh masing-masing institusi/lembaga terkait sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing dengan mengacu pada strategi penanggulangan GAKY
yang telah disepakati bersama. Peran swasta dan masyarakat dalam pembiayaan
sangat penting mulai dari tahap perencanaan, produksi, distribusi, pemasaran,
monitoring dan evaluasi.

4. Integrasi upaya penanggulangan GAKY dengan program pembangunan lain


Tujuan dari upaya ini adalah untuk menjamin agar penanggulangan GAKY
merupakan upaya yang terintegrasi serta merupakan bagian penting dari program-
program pembangunan lainnya seperti penanggulangan kemiskinan,
pengembangan SDM dan pembangunan ekonomi. Kegiatan yang dilakukan
dimulai dari tahap perencanaan yaitu dengan perencanaan kegiatan
penangulangan GAKY ke dalam berbagai kegiatan di masing-masing instansi
yang mendapat pembiayaan baik dari APBN, APBD maupun sumber dana
lainnya.

B. Pemberdayaan dan peningkatan sosial ekonomi pegaram

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan garam dalam negeri sekaligus meningkatkan
kesejahteraan pegaram.

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 12


Kegiatan untuk pemenuhan tujuan tersebut ialah:
1. Mengembangkan usaha bersama kelompok pegaram
2. Memasyarakatkan teknologi baru pegaraman melalui kelompok pegaraman di
sentra-sentra produksi garam rakyat termasuk pengembangan dan replikasi
demplot pegaraman
3. Memfasilitasi pasokan air laut dengan membangun saluran primer pada kelompok
pegaram oleh pemerintah pusat termasuk instansi terkait seperti Departemen
Perikanan dan Kelautan, propinsi, kabupaten/kota
4. Mengamankan pasar garam rakyat melalui kemitraan antara kelompok pegaram
dengan pengusaha besar garam dan PT. Garam (dengan dukungan antara lain
Dep. Perindustrian, Dep. Perdagangan, Meneg BUMN, Menkeu, Pemerintah
Propinsi dan Kabupaten/kota)
5. Meningkatkan produktivitas dan kualitas garam rakyat melalui bantuan mesin
peralatan dan pelatihan proses produksi garam bahan baku dan garam beryodium
pada kelompok pegaram
6. Memperbaiki teknologi meja kristalisasi pegaraman pada kelompok pegaram
tradisional
7. Melakukan pelatihan kelayakan usaha skala ekonomi produksi garam, terkait
usaha pegaraman dan usaha lain di luar pegaraman.

C. Percepatan pemenuhan pasokan garam beryodium

Tujuan upaya ini ialah mempercepat penyediaan garam beryodium yang memenuhi
syarat di pasaran.

Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:


1. Membina dan mengawasi produsen dan distributor garam beryodium melalui
pembinaan penerapan sistem manajemen mutu dan penerapan hukum
2. Melakukan yodisasi garam di sentra-sentra produksi garam rakyat melalui
kelompok pegaram.
3. Melakukan yodisasi garam di lingkungan distribusi dan pemasaran untuk
konsumen di daerah-daerah konsumsi non-produksi, terutama di kabupaten/kota
yang memiliki daerah endemik GAKY.
4. Menjamin pemenuhan kebutuhan Kalium Yodat (KIO3) ke produsen garam
beryodium dan sentra produksi melalui kerja sama antara PT Kimia Farma,
Asosiasi Produsen Garam Beryodium dan Dinas Perindag propinsi dan
kabupaten/kota.
5. Mengembangkan jaringan distribusi garam beryodium lintas daerah baik propinsi
maupun kabupaten/kota

D. Penegakan normal sosial (social enforcement) dan penegakan hukum (law


enforcement)

Tujuan upaya ini ialah:


1. Meningkatkan komitmen pengambil keputusan di pusat, propinsi dan
kabupaten/kota untuk menjamin ketersediaan dan distibusi garam beryodium

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 13


2. Membangkitkan kepedulian pengusaha garam beryodium untuk memahami,
mentaati dan melaksanakan peraturan perundangan yang berlaku dalam
memproduksi garam beryodium yang memenuhi syarat
3. Memberdayakan masyarakat melalui elemen penggerak masyarakat untuk
mengawasi dan mengarahkan distribusi garam beryodium kepada masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan adalah:


1. Mensosialisasikan peraturan perundangan, kebijakan pemerintah pusat, propinsi,
dan kabupaten/kota kepada pegaram, pengusaha, pemasar dan penggerak
masyarakat pada umumnya.
2. Mengawasi pelaksanaan perundangan dan kebijakan lain oleh asosiasi pengusaha
garam beryodium
3. Menindak lanjuti hasil pengawasan dengan pemberian penghargaan kepada
produsen dan pedagang garam yang taat dan tindakan hukum bagi yang melanggar.
4. Mensosialisasikan garam beyodium uji Iodina test kepada elemen penggerak
masyarakat
5. Memfasilitasi uji iodine cepat oleh elemen penggerak masyarakat dan pengumuman
langsung hasilnya kepada masyarakat setempat.
6. Memberdayakan masyarakat untuk menerima hanya garam beryodium yang
memenuhi syarat dan menolak garam yang tidak memenuhi syarat.

E. Pemantauan kualitas garam beryodium untuk konsumsi

Tujuan upaya ini ialah untuk melaksanakan sistem pemantauan kualitas garam
beryodium terintegrasi di tingkat produksi, distribusi dan konsumsi.

Kegiatan yang akan dilaksanakan ialah:


1. Mensosialisasikan sistem pemantauan mutu garam beryodium dalam era otonomi
daerah secara terintegrasi antara pemantauan produksi dan distribusi garam
rakyat, pengadaan dan distribusi garam impor, produksi dan distribusi garam
beryodium, pengadaan dan distribusi KIO3 dan pemantauan mutu garam di
tingkat distribusi
2. Melakukan pemantauan mutu garam di tingkat produksi, distribusi dan konsumsi.
3. Mengkoordinasikan hasil pemantauan secara periodik di tingkat produksi,
distribusi dan konsumsi serta melaksanakan tindak lanjut pembinaan,
pengawasan, pengumuman kepada masyarakat dan tindakan hukum bila
diperlukan.
4. Melaksanakan pemantauan distribusi garam rakyat dan garam impor, serta
pengadaan dan distribusi KIO3
5. Menstandarisasi dan mensosialisasikan metode uji kadar yodium dengan cepat.
6. Mengadakan dan mendistribusikan peralatan dan bahan uji mutu garam ke
kabupaten/kota, masyarakat dan pengusaha

F. Penguatan Kelembagaan Penanggulangan GAKY

Upaya ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat peranan berbagai lembaga
yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses penanggulangan GAKY.

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 14


Kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Peningkatan Kelembagaan Pegaram

Tujuan upaya ini ialah mendirikan atau menguatkan lembaga agar dapat membina
dan mengembangkan teknologi produksi garam rakyat. Lembaga ini berfungsi untuk
menjembatani dan mengkoordinasikan kebijakan, program dan kegiatan antara
pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota dengan kelompok pegaram.

Kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini adalah sebagai berikut:


a. Memasyarakatkan teknologi pegaraman, produksi garam bahan baku dan garam
beryodium.
b. Memfasilitasi penyediaan sarana dan prasarana pegaraman.
c. Mengembangkan usaha kelompok pegaram.
d. Mengembangkan kemitraan kelompok pegaram dengan pengusaha besar, BUMN,
BUMD, sektor swasta, dan lain-lain.
e. Mengembangkan permodalan dan dana bergulir dalam kerjasama dengan instansi
pemerintah, swasta dan perbankan.

2. Peningkatan Kelembagaan Produsen Garam Beryodium

Tujuan upaya penguatan ini adalah untuk mengembangkan Asosiasi Produsen Garam
Beryodium di propinsi dan kabupaten/kota untuk mengamankan pasokan garam
beryodium di masing-masing daerah.

Asosiasi ini berfungsi untuk:


a. Membina para anggota produsen garam beryodium agar memiliki komitmen
untuk mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku.
b. Meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap anggota dalam koordinasi
dengan pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota.
c. Meningkatkan koordinasi pengadaan dan distribusi KIO3 dengan PT Kimia
Farma.
d. Meningkatkan kemitraan dengan kelompok usaha pegaram

3. Peningkatan Kelembagaan Distribusi Garam Beryodium

Tujuan kegiatan ini ialah untuk mengembangkan Asosiasi Pedagang Garam sebagai
wahana komunikasi, koordinasi dan pengawasan kegiatan perdagangan garam dalam
propinsi dan kabupaten/kota serta antar propinsi dan antar kabupaten/kota.

Kegiatan yang dilaksanakan adalah:


a. Distribusi garam beryodium lintas batas kabupaten/kota dan lintas batas propinsi
b. Meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap anggota dalam koordinasi
dengan pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota.
c. Membantu pemerintah dan penegak hukum dalam pengawasan distribusi garam
impor dan distribusi garam beryodium lintas wilayah

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 15


4. Penguatan TIM GAKY Pusat, Propinsi dan Kab/Kota

Tujuan dari upaya ini adalah untuk lebih mensinkronkan setiap upaya
penanggulangan GAKY yang dilakukan oleh masing-masing institusi pelaksana,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan evaluasi.

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan meliputi:


a. Revitalisasi Tim GAKY dengan melibatkan instansi pemerintah, penegak
hukum, asosiasi produsen, pegaram dan pedagang, lembaga konsumen, lembaga
swadaya masyarakat, perguruan tinggi dan lain-lain.
b. Memperkuat peraturan perundangan tentang garam beryodium.
c. Menyusun rencana tahunan dan jangka panjang penanggulangan GAKY.
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan upaya penanggulangan GAKY oleh instansi
dan lembaga terkait lainnya.
e. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan garam beryodium termasuk
penegakan hukum di tingkat produksi dan distribusi
f. Melakukan monitoring dan evaluasi tahunan dan jangka panjang dalam upaya
penanggulangan GAKY

5. Peningkatan Kelembagaan Keilmuan

Tujuan dari upaya ini ialah mengembangkan dan menguatkan jejaring keilmuan
GAKY sebagai forum komunikasi dan rujukan kegiatan-kegiatan keilmuan GAKY
dan aplikasinya dalam penanggulangan masalah GAKY.

Kelembagaan keilmuan yang dicakup dalam upaya ini ialah:


a. Pengembangan Pusat GAKY di Universitas Diponegoro - Semarang sebagai
simpul inti jejaring keilmuan GAKY dan pengembangan pusat-pusat penelitian
dan pengembangan gizi/kesehatan yang terlibat dalam kajian GAKY di berbagai
kota di Indonesia dalam kesatuan jejaring keilmuan GAKY.
b. Pengembangan Pusat Teknologi Pegaraman di Balai Riset dan Strandarisasi
Teknologi Industri dan Perdagangan (Baristan Indag) di Semarang dan jejaring
teknologi pegaraman di beberapa tempat lain dalam kesatuan jejaring teknologi
pegaraman di Indonesia.
c. Pengembangan Jejaring Laboratorium GAKY, dengan simpul utama di
Laboratorium GAKY/Teknologi Kedokteran UNDIP, bersama-sama simpul Pusat
Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor, Balai Penelitian GAKY Magelang, dan
berbagai potensi laboratorium di beberapa tempat lain, dalam kesatuan jejaring
kerjasama pemeriksaan laboratorium GAKY di Indonesia.
d. Melanjutkan penerbitan jurnal oleh Pusat GAKY dan warta GAKY oleh Tim
GAKY Pusat serta publikasi tentang GAKY yang lain

G. Pemenuhan Kebutuhan kapsul minyak beryodium di daerah endemik GAKY

Tujuan upaya ini ialah untuk mencapai pemenuhan ketersediaan kapsul minyak
beryodium secara tepat waktu di kecamatan-kecamatan endemik berat dan sedang di
seluruh Indonesia.

RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 16


Kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Merencanakan kebutuhan dan pengadaan kapsul minyak beryodium, dengan


menempatkan kapsul minyak beryodium setara dengan vaksin secara nasional.
2. Memperkuat sistem distribusi kapsul minyak beryodium, dengan pengiriman
kapsul sesuai dengan perencanaan kebutuhan di tingkat propinsi dan
kabupaten/kota tepat waktu.
3. Memperkuat sistem pengiriman kapsul minyak beryodium dari tingkat propinsi
dan kabupaten/kota ke tingkat kecamatan dan desa, 2 bulan sebelum bulan
pembagian kapsul minyak beryodium.
4. Memperkuat pelaksanaan promosi kapsul 1 bulan menjelang bulan distribusi
kapsul minyak beryodium.
5. Melaksanakan pengawasan, monitoring dan evaluasi distribusi kapsul minyak
beryodium

H. Peningkatan Monitoring dan Evaluasi

Tujuan upaya ini ialah untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan manajemen yakni
untuk perencanaan dan monitoring dan evaluasi kegiatan penanggulangan GAKY di
masa yang akan datang.

Kegiatan yang dilaksanakan adalah:


1. Memantapkan indikator monitoring dan evaluasi GAKY dalam Sistem Informasi
Manajemen GAKY (SIM GAKY) sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum
(SPM).
2. Mengembangkan surveilens GAKY sentinel yang terintegrasi dengan surveilens
Gizi
3. Melanjutkan monitoring konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga secara
nasional dan reguler tiap 3 tahun sekali
4. Melakukan monitoring status GAKY setiap 3 tahun dengan indikator UIE di
daerah endemik di bawah tanggung jawab Pemerintah Daerah
5. Mengembangkan data base GAKY dalam web GIZI.NET

VI. PENUTUP

Kelangsungan hidup dan mutu kehidupan generasi mendatang adalah kontinum dari
kelangsungan dan mutu kegiatan yang kita laksanakan bersama di masa lalu, kini
dan kesinambungannya ke masa mendatang.

Penanggulangan masalah GAKY dalam keseluruhan perbaikan gizi dan kesehatan


masyarakat ditempatkan sebagai bagian dari upaya terpadu dalam rangka merenda
kelangsungan hidup dan mutu generasi mendatang .

Rencana aksi ini menjadi kenyataan aksi hanya manakala kesepakatan yang disusun
bersma dilaksanakan konsisten, terpadu dan berkelanjutan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan petunjukNya.


RAN KPP GAKY-21 OKTOBER 2004 Page 17

You might also like