Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Survei prevalensi dan pemetaan GAKY pada awal pelaksanaan Proyek IP-GAKY
(1997/1998) menunjukkan bahwa secara nasional angka rata-rata Total Goiter
Rate (TGR) – atau lebih dikenal sebagai angka gondok total adalah 9,8% dan
proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium dengan kadar
cukup hanya 62,1%. Hasil survei tahun 2003 menunjukkan bahwa prevalensi
TGR ini masih cukup besar yaitu sekitar 11,1%, namun konsumsi garam
beryodium telah mengalami peningkatan menjadi 73,26%.
Pada tahun 2002, sidang United Nations General Assembly (UNGASS) telah
menyepakati pembaharuan komitmen World Summit for Children tahun 1990,
yaitu pencapaian eliminasi GAKY dan Universal Salt Iodization (USI) – atau
garam beryodium untuk semua, yaitu konsumsi garam beryodium 90% - secara
berkesinambungan pada tahun 2005. Sementara itu target yang ditetapkan dalam
Indonesia Sehat adalah pencapaian USI pada tahun 2010. Dengan demikian,
kesenjangan antara status saat ini dan tujuan yang akan dicapai masih cukup jauh.
Untuk itu perlu disusun kebijakan, strategi dan rencana aksi program
penanggulangan GAKY yang terintegrasi meliputi rencana jangka pendek (2005)
dan jangka panjang (2010).
B. Tujuan
Tujuan umum penyusunan Rencana Aksi ini ialah untuk memberikan pedoman
dalam penyusunan program penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium
(GAKY), sebagai kelanjutan dari Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKY
(IP-GAKY), bagi pengambil kebijakan di tingkat pusat, propinsi dan
kabupaten/kota.
1
Asumsi dilakukan dengan memperhatikan TGR 9.8% serta jumlah penduduk penderita GAKY pada
daerah endemik dan jumlah bayi yang lahir kretin dan kelainan mental dari ibu yang tinggal di daerah
endemik GAKY. Nilai produktivitas diasumsikan berdasarkan penurunan produktivitas karena kretin,
kelainan mental dan tingkat endemisitas yang lebih ringan. Alokasi sejumlah 0.5 triliun sampai dengan 2010
dihitung berdasarkan penurunan TGR dan interevensi dalam bentuk fortifikasi yodium ke dalam garam
konsumsi (iodised salt), dan pemberian kapsul minyak beryodium. Nilai ekonomi 17.5 triliun yang akan
diraih diestimasi berdasarkan produktivitas sebagai dampak dari penurunan TGR dan jumlah bayi yang
akan diselamatkan sampai dengan tahun 2010. (Sumber : Profile, Linkages 2002).
Ruang Lingkup Rencana Aksi Nasional ini meliputi tujuan dan sasaran, strategi
dan kebijakan, serta upaya-upaya penanggulangan GAKY yang disajikan secara
utuh. Untuk Propinsi dan Kabupaten/Kota , disajikan pilihan-pilihan strategi,
kebijakan dan kegiatan yang dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
D. Proses Penyusunan
Rencana aksi ini disusun melalui suatu rangkaian kegiatan seperti seminar,
workshop, diskusi intensif yang diikuti oleh berbagai instansi pemerintah di
tingkat pusat dan daerah, pakar perguruan tinggi, swasta, asosiasi produsen,
lembaga konsumen, dan lembaga swadaya masyarakat. Hasil dari rangkaian
pertemuan ini selanjutnya dirumuskan kembali dan disempurnakan oleh sebuah
tim kecil.
E. Pengguna
Rencana Aksi ini disusun untuk digunakan oleh para pengambil keputusan di
pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Di pusat dan propinsi, dokumen ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi penyusunan standar dan pola pembinaan
program penangulangan GAKY. Di kabupaten/kota, dokumen ini dijadikan
pedoman pelaksanaan untuk penanggulangan GAKY sesuai dengan permasalahan
dan sumber daya setempat.
Rencana aksi ini juga dapat digunakan sebagai pedoman oleh berbagai lembaga
donor nasional dan internasional untuk membantu pemerintah dalam upaya
penanggulangan GAKY.
A. Status GAKY
Dilaporkan dalam hasil survai pemetaan gondok 1998 yang telah dipublikasikan
WHO tahun 2000, bahwa 18,8% penduduk hidup di daerah endemik ringan, 4,2%
penduduk hidup di daerah endemik sedang, dan 4,5% penduduk hidup di daerah
endemik berat. Diperkirakan pula sekitar 18,2 juta penduduk hidup di wilayah
Tahun 2003 dilakukan lagi survei nasional, yang dibiayai melalui Proyek IP-GAKY,
untuk mengetahui dampak dari intervensi program penanggulangan GAKY. Dari
hasil survei ini diketahui secara umum bahwa TGR pada anak sekolah masih berkisar
11,1%. Survei nasional evaluasi IP GAKY ini menunjukkan bahwa 35,8% kabupaten
adalah endemik ringan, 13,1% kabupaten endemik sedang, dan 8,2% kabupaten
endemik berat2.
Hasil Survei Nasional tahun 2003 dapat dilihat pada peta berikut:
36 32 33 35 52
34 51 53
TGR < 5% Code Province TGR Code Province Code Province TGR Code Province TGR
11 N.Aceh Darussalam 19 Bangka-Belitung 52 Nusa Tenggara Brt 9,4 73 Sulawesi Selatan 10,5
TGR 5 - 19.9%
12 Sumatera Utara 5,3 31 Jakarta 53 Nusa Tenggara Tmr 28,4 74 Sulawesi Tenggara 10,6
TGR 20 - 29.9% 13 Sumatera Barat 9,8 32 Jawa Barat 61 Kalimantan Barat 9,4 75 Gorontalo 5,6
TGR >= 30% 14 Riau 1,7 33 Jawa Tengah 62 Kalimantan Tengah 14,3 81 Maluku 31,6
Was not surveyed 15 Jambi 5,5 34 Yogyakarta 63 Kalimantan Selatan 1,2 82 Maluku Utara 44,9
16 Sumatera Selatan 9,9 35 Jawa Timur 64 Kalimantan Timur 6,5 91 Papua
17 Bengkulu 2,5 36 Banten 71 Sulawesi Utara 0,7
18 Lampung 13,2 51 Bali 72 Sulawesi Tengah 10,8
Berdasarkan status yodium dalam urin (Urinary Iodine Exrection atau UIE), hasil
survei tahun 2003 menunjukkan bahwa nilai rata-rata nasional UIE adalah 229 µg/l.
Berdasarkan nilai median UIE ini tidak ada provinsi yang tergolong kekurangan
yodium (suatu daerah dinyatakan kurang yodium jika rata-rata UIE < 100µg/l 3). Nilai
2
Evaluasi Proyek IP_GAKY 2003. Jumlah kabupaten berdasarkan endemisitas GAKY tahun 2003 ini dihitung
berdasarkan jumlah kabupaten yang sama dengan tahun 1998. Kabupaten yang disurvei pada tahun 1998 namun pada
tahun 2003 telah dipecah menjadi dua atau tiga kabupaten tidak dimasukkan dalam analisis. Survei evaluasi tahun 2003
tidak mengumpulkan data di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Papua.
3
Assessment of IDD and Monitoring their elimination, WHO 2001
Perubahan yang terjadi antara kedua survei tersebut menunjukkan bahwa untuk
beberapa daerah endemik berat dan sedang telah terjadi perbaikan, namun munculnya
daerah-daerah endemik berat, sedang dan ringan yang baru memerlukan kajian yang
lebih mendalam dan penanganan yang lebih serius di masa depan, terutama berkaitan
dengan nilai rata-rata UIE yang cukup baik.
B. Garam Beryodium
1. Pegaraman di Indonesia
Setiap tahun diperkirakan kebutuhan garam konsumsi sebesar 1.025.000 ton untuk
seluruh Indonesia. Kebutuhan tersebut dipenuhi dari garam rakyat. Apabila masih
dianggap kurang, pemerintah memberikan ijin impor garam untuk konsumsi dan
untuk kebutuhan lain non-konsumsi, dengan syarat yang sama dengan garam rakyat,
yakni kewajiban meyodisasi garam konsumsi sebelum memasuki pasar.
Garam beryodium merupakan salah satu produk yang wajib menerapkan SNI, sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1991 tentang Standar Nasional Indonesia
dan SK Menteri Perindustrian No. 29/M/SK/2/1995 tentang Pengesahan SNI dan
Penggunaan Tanda SNI secara wajib terhadap 10 (sepuluh) macam produk industri.
Syarat mutu garam konsumsi beryodium SNI 01-3556.2-1994/Rev 2000 adalah
kandungan KIO3 minimal 30 ppm.
Saat ini terdapat 366 perusahaan garam beryodium dengan 40 merek, namun hanya
236 perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu/SNI, dimana 196
perusahaan dibina pada tahun 1999-2002. Produksi garam beyodium digunakan untuk
konsumsi rumah tangga dan aneka pangan dengan total kebutuhan lebih kurang
1.025.000 ton/tahun dan 85% perusahaan memproduksi garam beryodium yang
memenuhi syarat.
Perusahaan yang belum menerapkan SNI pada umumnya adalah industri kecil yang
berada di sentra produksi yang perlu dibina sistem manajemen mutu, pelatihan teknik
produksi dan bantuan peralatan mesin yodisasi garam. Hingga saat ini telah diberikan
bantuan mesin yodisasi garam ke 44 kabupaten daerah sentra produksi garam rakyat.
Hal lain yang memerlukan perhatian ialah pemalsuan dan penipuan kandungan
yodium dalam garam. Berbagai survei kecil di beberapa kota menunjukkan masih
banyak kemasan garam yang mengklaim mengandung yodium, namun kandungan
KIO3 kurang dari 30 ppm sebagaimana dipersyaratkan.
Sejak tahun 1995 sampai 2003 dilakukan survei konsumsi garam beryodium pada
masyarakat secara terus menerus oleh Badan Pusat Statistik. Penilaian konsumsi
garam tingkat rumah tangga dilakukan dengan membedakan kandungan yodium dalam
garam dengan pemeriksaan uji garam yodium cepat (iodine rapid test). Hasil penilaian
memperlihatkan prosentase rumah-tangga yang mengkonsumsi garam dengan
kandungan yodium cukup (>=30 ppm), kurang (<30 ppm), dan tidak mengandung
yodium.
Secara nasional, sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2003, terjadi peningkatan
prosentase rumah tangga dengan konsumsi garam beryodium secara cukup dari 49.8%
menjadi 73.2%. Jika analisis dilakukan menurut kabupaten yang sama dari tahun 1998
sampai tahun 2003, terjadi peningkatan dari jumlah kabupaten/kota seperti terlihat
pada gambar 1.
50
40
%kabupaten
30
20
10
0
1998 1999 2000 2001 2002 2003
Secara nasional telah disepekati bahwa untuk daerah-daerah endemik GAKY berat dan
sedang diberikan kapsul minyak beryodium sekali setiap tahun. kepada ibu hamil, ibu
menyusui, wanita usia subur (WUS) dan anak usia sekolah.
Data cakupan distribusi kapsul minyak beryodium pada WUS tahun 1997 sampai
dengan tahun 2002 masih kurang lengkap karena tidak semua propinsi melapor.
Menurut Evaluasi Proyek IP-GAKY tahun 2003, dari sejumlah sampel WUS di daerah
endemik berat dan sedang, menunjukkan bahwa cakupan distribusi kapsul minyak
beryodium hanya sebesar 33%3). Hal ini disebabkan karena masalah pasokan kapsul
A. Tujuan
Tujuan Umum Rencana Aksi ini ialah pencapaian Universal Salt Iodization (USI)
pada tahun 2005 dan kelestarian USI pada tahun 2010.
B. Sasaran
A. Kebijakan
B. Strategi
1. Advokasi
Advokasi dilakukan kepada pengambil keputusan baik eksekutif, legislatif maupun
yudikatif dengan tujuan untuk memberikan pengertian dan pehamanan serta
peningkatan komitmen upaya penanggulangan GAKY. Advokasi harus dilakukan
secara terus menerus dan periodik di setiap tingkatan pemerintahan baik di tingkat
pusat, propinsi maupun kabupaten/kota
6. Kemitraan
Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam upaya penanggulangan GAKY,
maka prinsip kemitraan harus diterapkan dalam setiap upaya yang dilakukan untuk
menjamin respon yang positif dan sinergi di antara semua stakeholder, mencakup
pemerintah di semua tingkatan, asosiasi produsen, kelompok konsumen, organisasi
massa, media masa, lembaga donor, dan lembaga terkait lainnya.
A. Peningkatan Komitmen
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan garam dalam negeri sekaligus meningkatkan
kesejahteraan pegaram.
Tujuan upaya ini ialah mempercepat penyediaan garam beryodium yang memenuhi
syarat di pasaran.
Tujuan upaya ini ialah untuk melaksanakan sistem pemantauan kualitas garam
beryodium terintegrasi di tingkat produksi, distribusi dan konsumsi.
Upaya ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat peranan berbagai lembaga
yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses penanggulangan GAKY.
Tujuan upaya ini ialah mendirikan atau menguatkan lembaga agar dapat membina
dan mengembangkan teknologi produksi garam rakyat. Lembaga ini berfungsi untuk
menjembatani dan mengkoordinasikan kebijakan, program dan kegiatan antara
pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota dengan kelompok pegaram.
Tujuan upaya penguatan ini adalah untuk mengembangkan Asosiasi Produsen Garam
Beryodium di propinsi dan kabupaten/kota untuk mengamankan pasokan garam
beryodium di masing-masing daerah.
Tujuan kegiatan ini ialah untuk mengembangkan Asosiasi Pedagang Garam sebagai
wahana komunikasi, koordinasi dan pengawasan kegiatan perdagangan garam dalam
propinsi dan kabupaten/kota serta antar propinsi dan antar kabupaten/kota.
Tujuan dari upaya ini adalah untuk lebih mensinkronkan setiap upaya
penanggulangan GAKY yang dilakukan oleh masing-masing institusi pelaksana,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengawasan dan evaluasi.
Tujuan dari upaya ini ialah mengembangkan dan menguatkan jejaring keilmuan
GAKY sebagai forum komunikasi dan rujukan kegiatan-kegiatan keilmuan GAKY
dan aplikasinya dalam penanggulangan masalah GAKY.
Tujuan upaya ini ialah untuk mencapai pemenuhan ketersediaan kapsul minyak
beryodium secara tepat waktu di kecamatan-kecamatan endemik berat dan sedang di
seluruh Indonesia.
Tujuan upaya ini ialah untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan manajemen yakni
untuk perencanaan dan monitoring dan evaluasi kegiatan penanggulangan GAKY di
masa yang akan datang.
VI. PENUTUP
Kelangsungan hidup dan mutu kehidupan generasi mendatang adalah kontinum dari
kelangsungan dan mutu kegiatan yang kita laksanakan bersama di masa lalu, kini
dan kesinambungannya ke masa mendatang.
Rencana aksi ini menjadi kenyataan aksi hanya manakala kesepakatan yang disusun
bersma dilaksanakan konsisten, terpadu dan berkelanjutan.