Professional Documents
Culture Documents
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa
yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang
terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan
kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik
yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara
yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum
dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya
lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini
terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah
pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian
besar Kalimantan.
Jumlah sumber daya batubara Indonesia tahun 2005 berdasarkan perhitungan Pusat
Sumber Daya Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebesar
61,366 miliar ton. Sumber daya batubara tersebut tersebar di 19 propinsi.
Dalam kebijakan bauran energi nasional 2025, pemakaian batubara diharapkan
mencapai 33% (Gambar 3.1), Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang
digunakan sebagai landasan di dalam kebijakan pengusahaan batubara, yaitu :
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit
campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket batubara mampu menggantikan
sebagian dari kegunaan Minyak tanah sepeti untuk : Pengolahan makanan,
pengeringan, pembakaran dan pemanasan. Bahan baku utama Briket batubara adalah
batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk
selama lebih kurang 150 tahun
Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh
masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu singkat. Sebetulnya di Indonesia telah
mengembangkan briket batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat berkembang
dengan baik mengingat Minyak tanah masih disubsidi sehingga harganya masih
sangat murah, sehingga masyarakat lebih memilih Minyak tanah untuk bahan bakar
sehari-hari. Namun dengan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005, mau tidak mau
masyasrakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang lebih murah seperti
Briket Batubara.
Produsen terbesar Briket Batubara di Indonesia saat ini adalah PT. Tambang Batubara
Bukit Asam (Persero), atau PT. BA yang mempunyai 3 pabrik yaitu di Tanjung Enim
Dengan adanya kenaikan BBM khususnya Minyak Tanah dan Solar, tentunya
penggunaan Briket Batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri
kecil/menengah akan lebih ekonomis dan menguntungkan, namun demikian
kemampuan produksi dari PT. BA. masih sangat kecil, untuk mengatasi kekurangan
tersebut diharapkan partisipasi serta keikutsertaan pihak swasta untuk memproduksi
dan mensosialisasikan penggunaan Briket Batubara disetiap daerah.
3. Briket Bio-Batubara
Bahan baku briket bio-batubara terdiri dari : batubara, biomas, bahan pengikat
dan kapur. Komposisi campurannya adalah batubara 50% - 80%, biomas 10% -
40%, bahan pengikat 5% - l0%, bahan imbuh (kapur) 0% - 5%.
4. Light Coal
Light coal tidak digolongkan pada jenis dan tipe briket batubara karena tidak
melalui proses pembriketan sehingga tidak punya komposisi campuran. Namun
karena dalam prosesnya melalui pemanasan, maka spesifikasinya disamakan
dengan bahan baku briket batubara terkarbonisasi
pengemasan
4. Light Coal
Jenis bahan bakar ini merupakan produk terbaru bahan bakar padat berbasis
batubara. Proses pembuatannya melalui proses thermal upgrading pada suhu
minimal 200' C, bahan bakar tersebut sudah dapat langsung digunakan. Namun,
karena porositasnya kecil, maka alat pembakarnya harus dilengkapi dengan
blower.
Adapun standar ukuran briket batubara tipe sarang tawon (Kubus dan Silinder)
NO BENTUK PENAMPANG TINGGI
75 - I00 mm
1 kubus Lebar x panjang = 125 x 125 mm
(3 - 4 inc.)
75 - I00 mm
2 silinder Diameter = 125 mm
(3 - 4 inc.)
Briket bentuk telur cocok untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan,
sedangkan bentuk kubus dan selinder digunakan untuk kalangan industri
kecil/menengah.
Briket batu bara juga menghasilkan emisi nitrogen monoksida (NO) dengan
konsentrasi amat kecil, lantaran tidak dibakar dalam temperatur sangat tinggi.
Sementara tingkat emisi sulfur dioksida (SO2) rata-rata dibawah 1%, sangat aman
untuk kesehatan.
Makanan yang dimasak menggunakan kompor briket batu bara tidak memiliki resiko
besar terhadap kanker. BPPT melakukan uji daging yang dibakar dengan briket serta
arang, dan membawanya ke Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan
Kosmetika (LPPOM). Hasilnya, tren ke arah kanker sama saja dengan menggunakan
bahan bakar bukan briket. Jadi tidak ada bedanya dan sangat tergantung dari cara
memasaknya.
Untuk pembakaran awal dapat dilakukan dengan bahan penyulut yang sudah terbakar
seperti : tatalan kayu atau meremdam beberapa buah briket di dalam minyak tanah.
Untuk briket tipe telur anglo perlu dikipasi, setelah kurang lebih 10 menit, anglo
dapat digunakan untuk memasak.
Tentunya masih banyak kekurangan briket batubara, sehingga masyarakat masih ragu
untuk menggunakan energi alternatif tersebut. Oleh karena itu diharapkan dari
pemerintah dan lembaga – lembaga terkait untuk melakukan penelitian lanjutan guna
mereduksi kekurangan dari briket batubara ini serta sosialisasi briket batubara
ditingkatkan, sehingga masyarakat lebih mengetahui tentang briket batubara tersebut.
Artinya dengan penelitian yang berkala dan akhirnya dapat mereduksi kekurangan
dari briket batubara maka energi alternatif pengganti minyak tanah akan semakin
http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/files/Batubara%20Indonesia.pdf
(http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=3&sub=8&file=83
DINAS PERINDAGKOP KABUPATEN BANTUL Jalan Prof. DR. Soepomo
SH. Telp. 0274-367407)
pedoman pembuatan dan pemanfaatan briket batubara dan bahan bakar padat
berbasis batubara