Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PEMAHAMAN PENDIDIKAN PANCASILA
DI PERGURUAN TINGGI
1.2 Tujuan
a. Tujuan Pendidikan
Diartikan sebagai seperangkat tindakan intelektual penuh tanggung jawab
yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dapat dianggap mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam bidang profesi tertentu
a. Tinjauan filosofis
b. Tinjauan historis
c. Tinjauan yuridis-konstitusional
b. Pendidikan Pancasila
Hanya disajikan di mimbar perguruan tinggi, maksudnya kajian pancasila
itu untuk memahami etika bangsa indonesia dengan dilakukan pengkajian secara
obyektif ilmiah, artinya segi-segi filosofis, historis dan yuridis-konstitusional serta
aplikasi pragmatik di jadikan bahan pengkajian aktualisasi pancasila didalam
kehidupan bangsa indonesia
1.5 Landasan Pendidikan Pancasila
a. Landasan Historis
Bangsa indonesia harus memiliki visi, pandangan hidup yang kuat, agar
kokoh sebagai bangsa yang mandiri, maka dengan kesadaran berbangsa dan
bernegara yang berakar pada sejarah bangsanya akan terjuwud. Asalmula nilai-
nilai pancasila dari bangsa indonesia sendiri, tradisinya sendiri, budayanya
sendiri, kepustakaannya sendiri, dan kepercayaan atau keagamaannya sendiri,
maka bangsa indonesia menjadi kausa materialis.
b. Landasan Kulturil
Bangsa indonesia memiliki asas kulturil yang berbeda dengan bangsa lain.
Nilai-nilai kemasarakatan dan kenegaraan yang terkandung dalam sila-sila
pancasila, merupakan hasil karya besar dari tokoh-tokoh kenegarawan putra
indonesia sendiri, diantaranya ialah Mr.M.Yamin, Prof. Soepomo, Bung Karno,
Bung Hatta, dan lain-lainnya serta diangkat dari nilai-nilai kulturil bangsa
indonesia sendiri yang sangat luhur.
c. Landasan Yuridis
Landasan yuridis perkuliahan pendidikan pancasila di perguruan tinggi
tertuang dalam undang-undang No.2 tahun 1989 tentang sistempendidikan
nasional pasal 39 yang menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalus dan
jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama dan
kewarganegaraan yang merupakan mata kuliah pengembangan kepribadian.
d. Landasan Filosofis
Kenyataan secara filosofis dan obyektif bahwa bangsa indonesia dalam
hidup bermasyarakat dan bernegara mendasarkan pada nilai-nilai dalam sila-sila
pancasila, yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa indonesia sebelum
mendirikan negara.
BAB II
KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN FENOMENA
Kesatuan sila pancasila dan sistem filsafat harus memiliki obyek, metoda,
sistem dan pendekatan yang sama, agar pancasila merupakan sistem filsafat
bangsa indonesia, pembuktiannya sebagai berikut :
a. Obyek filsafat secara formal ialah kebenaran hakiki dari segala sesuatu
yang ada, sedangkan obyek materialnya yaitu tuhan YME, manusia, dunia, dan
alam semesta.
c. Sistem filsafat dan sistem pancasila adalah sama, yaitu memiliki sistem
yang terbuka, artinya analisa-ilmiah yang digunakan dalam mencapai obyeknya
diterima secara terbuka.
d. Pendekatan yang digunakan filsafat dan pancasila juga sama yaitu induktif
dan deduktif
1. Pendekatan induktif filsafat, ialah sebagai ilmu pengetahuan murni, filsafat
dalam mencapai kebenaran hakiki menggunakan caranya sendiri, yang
nantinya berlaku secara obyektif, umum dan universal
2. Pendekatan induktif pancasila ialah karena pancasila lahir, tumbuh dan
berkembang dari persada nusantara kita sendiri yang berupa adat istiadat,
tradisi, budaya, pustaka dan keagamaan bangsa kita sendiri, maka kemudian
berkembang menjadi adat nasional, trdisi nasional, budaya nasional, dan
pustaka nasional
3. Pendekatan deduktif filsafat, sebagai ilmu pengetahuan filsafat mampu
menjadi jembatan bagi ilmu-ilmu lain dan sekaligus membantu memecahkan
problem-problem ilmu khusus.
4. Pendekatan deduktif pancasila, yaitu pancasila sebagai pemersatu seluruh
kehidupan bangsa indonesia yang beraneka corak-ragamnya atau berBhineka
Ideologi sebagai suatu konsep atau sebagai suatu sistem berpikir, pertama
kali di perkenalkan oleh Destutt de Tracy, filsuf prancis tahun 1796. di rusia Karl
Marx dalam bukunya ”The German Ideology” mengartikan ideologi menjadi
konsep yang penting dalam pemikiran politik dan ekonomi. Jeorge Larrain dalam
tulisannya tentang The Concept Of Ideology (2002) memberikan pengertian
”ideology as a set of beliefs” yaitu setiap individu atau kelompok masyarakat
memiliki suatu sistem kepercayaan mengenai suatu yang dipandang bernilai dan
menjadi kekuatan motivasional bagi perilaku individu atau kelompok.
Nilai pada hakekatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu
obyek namun bukan obyek itu sendiri. Moral merupakan patokan-patokan,
kumpulan peraturan lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup
dan bertindak agar menjadi manusia yang lebih baik. Norma adalah aturan-aturan
atau ketentuan-ketentuan yang mengikat warga masyarakat atau kelompok
tertentu dan menjadi panduan, tatanan, patokan, padanan dan pengendali sikap
dan tingkah lakunya dalam hidup bermasyarakat.
a. Secara Konsepsional
1. Nilai Dasar
2. Nilai Instrumental
3. Nilai Praksis
b. Secara Ilmiah
1. Menurut Jenjangnya terdiri dari nilai religius, nilai spiritual, nilai
vitalitas, nilai moral, nilai material
2. Menurut Jenisnya terdiri dari nilai illahiah, nilai etis, nilai estetis, nilai
intelek.
3. Menurut Ragam-Ragamnya terdiri dari nilai instrinsik, nilai
instrumental, nilai inheren, nilai kontributif
Negara Atheis yang memiliki dasar tidak percaya kepada Tuhan YME
Negara Sekuler yang tidak berdasar kepada ketuhanan YME maupun
agama tertentu
Negara Theis-Demokratis berdasarkan ketuhanan YME, bukan
berdasarkan salah satu dari agama
Negara Theis-Theokratis berdasarkan ketuhanan menurut agama tertentu
KESEJARAHAN
BAB I
HISTORISITAS PANCASILA
UUD’45 ialah suatu naskah yang terdiri dari Pembukaan, Batang Tubuh
dan Penjelasan. Arti UUD’45 ialah konstitusi tertulis atau piagam-piagam tertulis
yang dikeluarkan Negara Republik Indonesia dan kemudian mejadi sumber
Perundang-undangan Negara. Konstitusi tertulis lebih menjamin kepastian hukum
walaupun bersifat kaku namun lebih tegas dan jelas formulasinya. Sedangkan
konstitusi tidak tertulis ialah tidak jelas dan tidak tegas formulasinya namun
bersifat lebih luwes dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan
UUD’45 sengaja dibuat oleh badan-badan negara kita, yang ditetapkan setelah
Negara Baru didirikan. Sebelum negara terbentuk para panitia BPUPKI membuat
rancangan UUD’45 dan secara aklamasi ditetapkan setelah Negara terbentuk
b. Tegaknya peradilan yang bebas dan tidak memihak atau tidak dipengaruhi
oleh suatu kekuatan atau kekuasaan apapun
BAB IV
HUBUNGAN ANTAR
KOMPONEN-KOMPONEN NEGARA
Secara material pancasila juga tetap tidak dapat diubah, jika pancasila
berubah yang berubah hanya sifat tertulisnya saja, sedangkan isi materinya tetap
terlekat pada kelangsungan hidup bangsa indonesia sepanjang masa.
BAB V
SISTEM PEMERINTAHAN
NEGARA INDONESIA
1. Keseluruhan anggota MPR & DPR harus selalu hasil pemilu. Yang
luber dan jurdil
2. Setiap sidang umum MPR, berhasil menetapkan Tap MPR,
menetapkan GBHN, memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden
3. Pelaksanaan tugas Presiden/Mandataris MPR berlandaskan
UUD’45 & GBHN, juga pertanggung jawaban Presiden/Mandataris dilakukan
pada akhir jabatannya
4. Tugas-tugas Presiden/Mandataris MPR ialah mengangkat anggota
DPA dan BPK, melaksanakan pemilu, mengajukan RAPBN setiap tahun,
membentuk UU dengan persetujuan DPR
5. DPR mengawasi pelaksanaan tugas Presiden melalui Hak Budget
dan persetujuan atas RUU
6. Pelaksanaan tugas masing-masing kelembagaan negara
berdasarkan UUD’45