You are on page 1of 23

Definisi dan pengertian

Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana
terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan
tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.

Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu esterogen


dan progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada
tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti:

1. Perubahan suhu basal tubuh

2. Perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks)

3. Perubahan pada serviks

4. Panjangnya siklus menstruasi (metode kalender)

5. Indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan


payudara.

Melalui pengalaman, fase subur dan fase tidak subur dalam siklus menstruasi
dapat dinilai secara akurat dan pengetahuan ini dapat digunakan untuk
merencanakan kehamilan dan menghindari kehamilan.

Sebelum membahas lebih jauh indikator-indikator tersebut ada baiknya kita


mengenal secara ringkas fisiologi sperma dan siklus menstruasi.

Fisiologi sperma

Beberapa fakta tentang sperma:

1. Sperma dihasilkan oleh testis secara terus menerus.

2. Pada saat ejakulasi, sekitar 2 – 5 ml cairan semen dikeluarkan yang


terdiri dari 100 juta sperma per ml.
3. Sperma akan hidup untuk 3 – 5 hari atau lebih lama dalam serviks
perempuan bila ada lendir serviks yang subur.

4. Penetrasi sperma akan dihalangi oleh lendir sperma yang tebal yang
menutupi serviks selama masa tidak subur. Sperma yang tinggal di
vagina akan dirusak dalam beberapa jam oleh keasaman cairan
vagina.

5. Sperma dapat pula ditemukan pada cairan yang dikeluarkan laki-laki


sebelum terjadi ejakulasi. Dengan alasan ini, coitus interuptus dapat
pula menyebabkan terjadinya kehamilan bila dilakukan pada masa
subur.

Dengan fakta di atas, maka disimpulkan bahwa seorang laki-laki selalu dalam
keadaan subur, sedangkan kesuburan perempuan terjadi dalam suatu siklus.

Fisiologi siklus menstruasi

Panjang siklus bervariasi dari 23 hari atau kurang untuk siklus pendek dan
lebih dari 35 hari untuk siklus yang panjang. Ada sejumlah perempuan yang
siklusnya teratur, sementara ada pula yang bervariasi sampai dengan 7 hari. Untuk
lebih memudahkan pemahaman, pada tulisan ini kita gunakan rata-rata siklus 28
hari.

Siklus menstruasi dibawah kontrol hormon seks. Untuk memudahkan, siklus


ini dibagi dalam 2 fase yaitu fase sebelum ovulasi dan fase setelah ovulasi.

Fase sebelum ovulasi – dikontrol oleh FSH dan esterogen.

Kelenjar pituitari pada dasar otak akan mengeluarkan FSH yang akan
merangsang pematangan folikel di ovarium (indung telur). Pematangan folikel ini
akan meningkatkan produksi esterogen.

Pada saat kenaikan esterogen mendekati ovulasi, terjadi perubahan –


perubahan sebagai berikut:
• Endometrium (selaput lendir rahim) menebal.
• Serviks menjadi panjang dan lunak serta terbuka.
• Lendir serviks yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar pada
serviks menjadi lendir yang bersahabat dengan sperma.
• Peningkatan garam, gula, dan asam amino untuk
memberikan makanan pada sperma.
• Peningkatan cairan sampai dengan 10 kali peningkatan
volume lendir.
• Lendir yang subur terdiri dari 98 % air – transparan,
berkilat, licin, elastis yang disebut efek spinnbarkeit.
• Struktur lendir yang subur bila dilihat dengan
menggunakan nuclear magnetic resonance memperlihatkan
jaringan yang jarang sehingga dapat dilewati oleh sperma.
• Suhu menetap pada tingkat yang rendah.

Ketika esterogen mencapai tingkat tertentu dalam darah, kelenjar pituitari


distimulasi untuk menghasilkan LH yang meningkat cepat yang kemudian akan
menimbulkan ovulasi (pecahnya folikel yang matang dan mengeluarkan ovum )
dalam 36 jam kemudian.

Fase setelah ovulasi – dikontrol oleh progesteron

Setelah ovulasi, LH menyebabkan pecahnya folikel yang kemudian folikel


tersebut akan berkembang menjadi korpus luteum, yang memproduksi
progesteron.

Di bawah pengaruh progesteron terjadi perubahan-perubahan:

• Endometrium melunak guna mempersiapkan diri untuk


menerima implantasi (penempelan) telur yang telah dibuahi
• Serviks memendek, keras, dan tertutup.
• Lendir serviks menjadi tidak bersahabat untuk mencegah
penetrasi sperma.
• Setelah ovulasi terdapat perubahan status kesuburan –
jaringan filamen-filamen menjadi lebih padat membentuk lendir
yang tebal yang mencegah penetrasi sperma. Sperma secara
cepat akan dirusak oleh cairan vagina yang bersifat asam
• Suhu akan meningkat sekitar 0,2 ˚C atau lebih.

Korpus luteum akan bertahan sekitar 14 hari, kemudian akan kisut dan mati;
progesteron akan turun; suhu turun; dan endometrium akan mengalami
disintegrasi sehingga terjadilah menstruasi dan lengkaplah satu siklus.

Hari pertama menstruasi adalah hari pertama siklus. Hari-hari selanjutnya


diberi nomer namun tidak termasuk hari pertama menstruasi berikutnya. Hari-hari
setelah menstruasi merupakan hari-hari yang relatif tidak subur. Fase subur terjadi
di sekitar ovulasi. Adanya lendir serviks menandakan mulainya fase subur, karena
sperma dapat bertahan hidup dalam lendir tersebut untuk menunggu ovulasi.
Setelah ovulasi, kesuburan ditentukan dengan lamanya ovum bertahan hidup dan
adanya kemungkinan terjadinya ovulasi kedua dalam 24 jam. Masa tidak subur
setelah ovulasi ditentukan dengan kombinasi temperatur dan lendir kira-kira tiga
hari setelah ovulasi. Fase ini akan berakhir sampai dimulainya menstruasi
berikutnya. Fase setelah ovulasi ini paling efektif untuk menghindari kehamilan.

Variasi Panjang Siklus

Interval waktu antara ovulasi dengan waktu terjadinya menstruasi berikutnya


biasanya tetap, yaitu sekitar 14 hari. Ketika lamanya siklus bervariasi, hal ini terjadi
pada interval antara mulainya menstruasi dengan saat ovulasi.

Pada siklus yang pendek, misalnya 21 hari, ovulasi terjadi sekitar pada hari
ketujuh dan di sini tidak ada fase tidak subur sebelum ovulasi. Sedangkan pada
siklus yang panjang, misalnya 35 hari, ovulasi tidak akan terjadi sampai dengan
hari ke 21, sehingga mempunyai hari-hari tidak subur sebelum ovulasi yang
panjang.

Mengamati Perubahan Fisiologis


Kita dapat mengamati siklus mentruasi dengan mengamati perubahan
fisiologis pada tubuh, dengan menggunakan kombinasi beberapa indikator
kesuburan. Indikator-indikator ini secara ilmiah telah terbukti merefleksikan
perubahan hormonal dan status kesuburan secara akurat.

Metode yang paling efektif adalah dengan menggunakan pendekatan berbagai


indikator biasanya perubahan suhu yang dikombinasikan dengan perubahan lendir
serviks.

Indikator pertama- perubahan suhu

Peningkatan suhu menunjukkan adanya ovulasi. Peningkatan suhu yang


menetap selama 3 hari mengindikasikan 48 jam setelah ovulasi dan menandakan
dimulaiya fase tidak subur setelah ovulasi. Peningkatan suhu ini sekitar 0,2 ˚C atau
lebih.

Pembacaan suhu tidak dapat menentukan dimulainya masa subur, sehingga


tidak bisa digunakan untuk menentukan waktu yang tepat melakukan hubungan
seksual untuk mendapatkan kehamilan.

Cara untuk menggunakan indikator pertama ini adalah:

1. Suhu diukur segera setelah bangun tidur sebelum bangkit dari


tempat tidur dan melakukan aktivitas lainnya serta dilakukan lebih
kurang pada waktu yang sama.

2. Waktu pengukuran yang bervariasi lebih dari 1 jam, harus dicatat.

3. Suhu diukur lewat mulut, vagina, atau anus.

a. Mulut. Ujung perak termometer diletakkan di bawah lidah


dengan bibir tertutup selama lebih kurang 5 menit.

b. Vagina. Termometer dimasukkan ke vagina secara perlahan.


Waktu pencatatan lebih kurang 3 menit.

c. Anus. Dengan menggunakan jelly atau vaselin yang dioleskan di


ujung termometer, termometer dimasukkan ke anus dengan
perlahan, dengan posisi berbaring pada salah satu sisi dan lutut
ditarik ke atas. Waktu pencatatan lebih kurang 3 menit.

4. Untuk akurasi, bila salah satu metode telah dipilih untuk digunakan,
maka sebaiknya tidak diganti sampai dengan siklus berikutnya.

5. Grafik dibuat dengan menggambarkan hasil pembacaan suhu


dengan sebuah titik pada lokasi yang sesuai. Titik-titik ini kemudian
dihubungkan untuk membentuk sebuah grafik. Jika terjadi kelupaan
pengukuran, titik-titik tersebut tidak boleh disambung.

a. Termometer manual – jika air raksa berhenti di antara dua


angka, angka yang terendah yang dicatat.

b. Termometer digital – hanya mencatat satu angka desimal

6. Termometer sebaiknya dibersihkan dengan kapas dan air dingin.

7. Grafik baru dimulai pada hari pertama menstruasi. Jika menstruasi


mulai pada siang hari, hasil pengukuran pada pagi harinya dipindahkan
pada grafik yang baru.

8. Segala sesuatu yang tidak biasa seperti demam, tidur larut, kondisi
sedang stress sebaiknya dicatat.

9. Sebaiknya memiliki dua buah termometer, untuk mengantisipasi bila


termometernya pecah.

Interpretasi grafik suhu

Siklus dengan ovulasi ditandai dengan adanya grafik bifasik. Suhu akan
berada pada tingkat yang rendah sampai dengan terjadinya ovulasi ketika
peningkatan terjadi sekitar 0,2 ˚C atau lebih. Peningkatan ini biasanya terjadi
secara tiba-tiba antara satu hari dengan hari berikutnya. Selanjutnya suhu akan
menetap pada tingkat yang lebih tinggi sampai sebelum atau pada awal menstruasi
selanjutnya.
Menentukan fase tidak subur setelah ovulasi

Jika kehamilan dihindari, hubungan seksual tidak dilakukan segera setelah


perubahan suhu dicatat. Sel telur dapat dibuahi sampai dengan 12 jam setelah
ovulasi dan kelonggaran harus dibuat untuk kemungkinan ovulasi yang kedua
dalam 24 jam setelah ovulasi yang pertama.

Untuk mengidentifikasi suhu yang relevan, dapat digunakan aturan 3 di atas 6


(the rule of 3 over 6). Pada aturan ini, sebuah garis horisontal ditarik di atas suhu
tertinggi pada suhu-suhu yang rendah. Enam hasil pengukuran suhu akan berada
pada atau di bawah garis horisontal ini. Garis vertikal kemudian ditarik antara dua
hari ketika suhu berganti dari tingkat yang rendah ke tingkat yang tinggi. Kemudian
dibuat garis horisontal lagi pada suhu-suhu yang tinggi. Tiga hasil pengukuran suhu
pada atau di atas garis, mengisyaratkan grafik tersebut sesuai dengan aturan 3 di
atas 6.

Segera setelah tiga suhu pada level yang tinggi dicatat, maka sampai dengan
akhir siklus, kondisi ini merupakan kondisi tidak subur.
Penggunaan garis horisontal untuk membantu menghindari kesalahan
interpretasi ketika 6 suhu pada level yang rendah meragukan. Hal ini bisa terjadi
misalnya pada menyusui, setelah menggunakan pil kontrasepsi atau pada waktu
premenopause.

Dengan pengalaman dalam mencatat suhu ini, dapat dikenali bentuk garis
horisontal dan range normal untuk fase suhu yang rendah dan fase pada suhu yang
tinggi. Pengalaman ini dapat membantu menginterpretasikan grafik yang lebih sulit.

Variasi kenaikan dan perubahan suhu

Peningkatan suhu yang tiba-tiba merupakan bentuk yang paling sering


ditemui, dengan suhu yang memperlihatkan peningkatan tajam antara satu hari
dengan hari berikutnya.

Peningkatan suhu yang lambat yaitu suhu meningkat dengan lambat sampai
beberapa hari.

Peningkatan suhu anak tangga yaitu peningkatan suhu yang bila digambarkan
pada grafik akan membentuk beberapa anak tangga.

Peningkatan suhu gigi gergaji yaiu peningkatan suhu yang bila digmbarkan di
grafik akan menggambarkan serangkaian suhu puncak dan lembah. Meskipun
sangat jarang, bentuk ini lebih sulit diinterpretasikan.

Dengan menggambar garis horisontal pada suhu-suhu rendah, dapat


mengidentifikasi permulaan peningkatan suhu. Fase tidak subur setelah ovulasi
dimulai setelah suhu kelima telah dicatat.

Variasi hari terjadinya perubahan suhu

Panjang siklus akan bervariasi tetapi perubahan suhu terjadi 12 – 16 hari


sebelum menstruasi berikutnya sehingga pada siklus yang pendek, peubahan suhu
terjadi lebih awal, sedang pada siklus yang panjang terjadi kemudian. Panjang fase
subur sebelum ovulasi akan bervariasi tetapi fase tidak subur setelah ovulasi
cenderung tetap.
Peningkatan suhu

Peningkatan suhu terjadi bila pencatatan suhu 0,2 ˚C atau lebih di atas suhu-
suhu beberapa hari sebelumnya. Peningkatan suhu ini dapat disebabkan karena
minum alkohol, tidur terlalu larut, bangun terlalu siang, sakit atau stres Kadang-
kadang tidak didapatkan penyebab yang nyata peningkatan suhu ini.

Ketika menginterpretasikan sebuah grafik, sering dibantu untuk melingkari


kenaikan tajam, sehingga kelainan peningkatan tajam ini mudah dikenali.

Setiap terjadi kenaikan suhu yang tajam, akan lebih baik bila ada penjelasan
tentang kenaikan suhu tersebut. Bila hanya satu kenaikan suhu yang tajam pada 6
suhu pada tingkat yang rendah, suhu tersebut dapat diabaikan. Bila lebih dari satu,
sebaiknya ditunggu beberapa hari sampai posisinya menjadi normal kembali.
Demikian juga bila terjadi gangguan yang mempengaruhi 3 suhu pada tingkat yang
lebih tinggi, sebaiknya ditunggu suhu yang keempat untuk meyakinkan adanya
infertilitas

Fase setelah ovulasi yang pendek

Jika fase ini kurang dari 9 hari, siklus akan merupakan siklus yang tidak subur
karena tidak waktu yang cukup untuk implantasi. Namun hal ini hanya dapat
diketahui secara restropekif.

Fase yang pendek ini dapat terjadi pada saat stres, menyusui atau
premenopause

Siklus anovulasi

Siklus anovulasi, siklus yang terjadi tanpa ada ovulasi, ditandai dengan
sebuah grafik monofasik yaitu suhu tetap pada satu tingkat pada seluruh siklus.
Siklus ini lebih sering terjadi pada premenopause, setelah melahirkan dan setelah
menggunakan pil kontrasepsi.

Indikator Kedua – Perubahan Lendir Serviks

Perubahan lendir serviks dapat diamati melalui vulva (alat kelamin luar) dan
dicatat setiap hari. Perubahan lendir dapat juga diamati pada serviks dimana lendir
tersebut akan muncul sehari sebelum muncul di vulva. Perubahan ini mungkin
dikaburkan dengan adanya cairan sperma, spermisida atau infeksi vagina.

Lendir serviks ini dapat dikenali dengan rasa/sensasi, penampakan, dan tes
dengan jari tangan.

Sensasi

Sensasi sangat penting dan sering merupakan hal tersulit untuk dipelajari.
Ada atau tidaknya lendir dikenali dengan sensasi pada vulva. Sensasi mungkin
merupakan rasa yang jelas tentang kering, lembab, lengket, basah, licin, atau
lubrikasi

Penampakan

Kertas tisu putih dan lembut diusapkan pada vulva. Tisu akan basah dan bila
ada lendir serviks, lendir akan terlihat menggumpal pada tisu. Warna lendir dicatat,
mungkin berwarna putih, krem, buram, atau transparan. Lendir sering terlihat pula
pada celana dalam, dalam kondisi kering sehingga karakteristiknya telah berubah

Tes Jari

Tes ini dapat dilakukan pada lendir yang terdapat di atas tisu dengan cara
mengambil lendir tersebut dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari. Dengan
perlahan, jari telunjuk ditarik, untuk melihat elastisitas lendir. Lendir mungkin
elastis, atau mudah pecah, atau lembut, licin seperti putih telur yang mentah.
Elastisitas ini dikenal dengan nama efek Spin dan menunjukkan bahwa lendir subur.

Sensasi pada Tes dengan jari Penampakan


vulva
Lembab atau Lendir awal
lengket sedikit
tebal
putih
lengket
cenderung berbentuk tetap

Basah Lendir pada masa transisi


jumlahnya meningkat
lebih tipis
berawan
sedikit elastis
Licin Lendir dengan kesuburan
tinggi
jumlah banyak
tipis
transparan

elastis
(seperti putih telur yang
mentah)

Perubahan lendir serviks selama siklus mentruasi

Fase tidak subur sebelum ovulasi

Setelah menstruasi, dalam beberapa hari vulva dalam kondisi kering. Fase ini
mungkin tidak ada bila siklusnya pendek dan akan panjang bila siklusnya panjang.
Sensasi kering di vulva dan biasanya tidak ditemukan lendir.

Fase subur

Ketika esterogen meningkat, lendir serviks dapat dirasakan pada vulva. Pada
mulanya akan memberikan sensasi lembab dan akan terdapat sejumlah kecil lendir
yang berwarna putih atau krem. Pada tes dengan jari, lendir cenderung
mempertahankan bentuk dan mudah pecah.
Pada fase transisi, jumlah lendir meningkat dan lendir dengan warna seperti
awan dapat dilihat. Elastisitas rendah dan menimbulkan sensasi basah.

Pada saat mendekati ovulasi, lendir makin banyak dan mungkin jumlahnya
bisa 10 kali lipat. Ini memberikan sensasi licin pada vulva. Penampakan seperti
putih telur yang mentah, tipis, berair, dan transparan. Pada tes dengan jari, lendir
yang sangat subur ini dapat ditarik sampai beberapa cm sebelum pecah.

Lendir yang subur menjaga kehidupan sperma, memberinya makan dan


membiarkannya melalui serviks. Pada lendir ini, sperma dapat hidup sampai
dengan 3 hari, bahkan pada kasus yang jarang dapat hidup sampai dengan 5 hari
atau lebih.

Hari puncak

Hari puncak menunjukkan hari terakhir dimana lendir yang elastis, transparan
terlihat atau dirasakan.

Fase tidak subur setelah ovulasi

Selama fase setelah ovulasi, setelah hari puncak, sensasi licin menghilang dan
secara tiba-tiba kembali ke kering lagi. Gejala subyektif ini merefleksikan adanya
progesteron, yang menebalkan lendir sehingga menyumbat serviks dan
menghalangi masuknya sperma.

Pada pemeriksaan lendir serviks ini ada beberapa yang harus diingat:

- Jumlah dan kualitas lendir bervariasi pada seorang perempuan dengan


perempuan lain dan pada satu siklus dengan siklus yang lain.

- Setiap perubahan sensasi dan bahkan pada sejumlah kecil lendir harus
diperhatikan.

- Jika menemukan kesulitan dalam mendeteksi lendir dari luar, kadang-


kadang lebih mudah dikenali setelah berolahraga atau setelah buang air
besar.
- Kegel (gerakan mengerutkan otot panggul bagian bawah seperti
menahan kencing) juga kadang membantu pengeluaran lendir.

Mencatat perubahan lendir serviks

Mencatat lendir pada grafik suhu dan gejala

1. Lendir mesti diperhatikan selama seharian dan grafik diberi tanda setiap
malam.
a. Setiap hari ketika darah sedang keluar, termasuk bercak, diberi tanda
M (menstruasi).
b. Ketika merasakan sensasi kering pada vulva dan lendir tidak terlihat,
diberi tanda K (kering).
c. Setiap hari ketika terlihat lendir yang putih atau krem diberi tanda L
(lendir).
d. Setiap hari ketika terlihat lendir yang transparan, licin, diberi tanda S
(subur).
2. Mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri
a. Sensasi : lembab, lengket, basah, licin
b. Penampakan pada tisu: putih, krem, berawan, atau transparan.

Pada lendir yang subur kadang-kadang terlihat bercak darah.

c. Tes dengan jari: lengket, membenang, atau elastis.


3. Hari Puncak

Hari ini ditandai dengan memberi tanda silang pada huruf S yang terakhir.
Hari ini dapat diketahui secara restropektif. Pada hari selanjutnya akan
terjadi perubahan lendir menjadi lebih tebal, putih dan lengket atau menjadi
kering lagi.

4. Tanda-tanda tambahan

Tanda-tanda yang merupakan indikator minor ini juga dicatat.

5. Hubungan seksual
Karena cairan semen akan mempengaruhi konsistensi lendir, dicatat dalam
grafik dengan melingkari nomornya.

Gambar berikut merupakan contoh pencatatan perubahan lendir serviks.

Indikator ketiga – perubahan pada serviks

Pengamatan pada serviks akan memberikan tambahan informasi dan sangat


berguna bagi yang mempunyai siklus panjang, selama menyusui atau pada masa
sebelum menopause. Perubahan pertama pada serviks sering terjadi satu atau dua
hari sebelum perubahan pada lendir serviks dan dapat memberikan tanda awal
sebelum masa subur. Pada umumnya memerlukan waktu dua atau tiga siklus agar
dapat secara akurat mengenali perubahan panjang, posisi, konsistens, dan
terbukanya serviks.

Perubahan pada serviks sebagai berikut:

- selama fase tidak subur sebelum ovulasi, serviks terletak rendah dalam
vagina dan mudah dicapai oleh ujung jari.
o Serviks panjang, miring, dan menempel pada dinding vaina.

o Terasa kaku, seperti ujung hidung.

o Mulut serviks tertutup, memberikan sensasi seperti lesung


pipi ketika disentuh, dan terasa kering

- Selama masa subur, serviks naik ke atas dalam vagina.

o Serviks memendek, lurus, dan terletak di tengah vagina.

o Sulit disentuh. Jika teraba terasa lembu seperti meraba bibir


bawah.

o Mulut serviks terbuka, sehingga dapat masuk ujung jari.

o Terasa basah dan terdapat lendir.

- Fase tidak subur setelah ovulasi, serviks akan kembali ke kondisi tidak
subur dalam waktu 24– 48 jam

Memeriksa Serviks Sendiri

Perubahan serviks dapat dirasakan oleh ujung jari. Sentuhan yang lembut
diperlukan untuk mengenali perubahan serviks dari hari ke hari.

Serviks sebaiknya diperiksa setiap hari pada waktu yang sama, misalnya
sembari mandi pagi. Sebelum memeriksa, kandung kemih harus kosong (buang air
kecil terlebih dahulu). Setiap kali pemeriksaan sebaiknya menggunakan posisi yang
sama, baik berdiri dengan satu kaki dinaikkan (misal pada ditumpukan pada sisi
bak mandi) atau jongkok. Tangan dicuci bersih dengan menggunakan sabun dan
dikeringkan (kuku tangan harus pendek). Jika memungkinkan menggunakan
sarung tangan yang telah disucihamakan. Jari telunjuk tangan kanan secara
perlahan dimasukkan dalam vagina sampai teraba serviks.
Pada perabaan serviks terasa bola licin yang berlekuk, sedangkan vagina akan
teraba lembut, lembab, dan berlekuk-lekuk.

Jika serviks sulit dicapai, rahim dapat didorong ke bawah dengan menekan
perut bagian bawah sedikit tulang pubis dengan tangan kiri.

Dengan pengalaman, pemeriksaan hanya memakan waktu beberapa detik.

Untuk sebagian perempuan, kadang-kadang lebih mudah menggunakan dua


jari (jari telunjuk dan jari tengah) atau meminta pasangannya untuk memeriksa.
Hal ini masing dimungkinkan, selama sepanjang siklus pemeriksaan dilakukan oleh
orang yang sama dan dengan cara yang sama.

Berikut contoh pencatatan perubahan serviks pada grafik.

Indikator Keempat – Metode Kalender

Panjang siklus sebaiknya diukur dari hari pertama menstruasi sampai dengan
menstruasi berikutnya, tetapi tidak termasuk hari pertamanya. Adanya bercak
sebelum periode sebaiknya dimasukkan pada siklus sebelumnya. Hal ini akan
membantu untuk menentukan panjang fase sebelum dan setelah ovulasi dengan
lebih tepat.

Metode kalender ini berdasarkan pengetahuan bahwa ovulasi terjadi 12-16


hari sebelum menstruasi berikutnya tanpa memandang panjangnya siklus.
Sebaiknya perhitungan dibuat dengan mengambil siklus terpendek dan terpanjang
dalam satu tahun, minimal 6 bulan.
Dengan menganggap bahwa sperma dapat hidup di kelamin perempuan
selama hari dan masa hidup sel telur 2 hari, maka diperoleh rumus sebagai berikut:

Siklus terpendek – 20 = hari terakhir masa tidak subur sebelum ovulasi

Siklus terpanjang – 10 = hari terakhir masa subur

Contoh, panjang siklus selama 6 bulan terakhir adalah 28, 29, 28, 27, 30, dan
28. Maka hari terakhir masa tidak subur sebelum ovulasi adalah hari ke 7 (27-20),
dan hari terakhir masa subur adalah hari ke 20 (30-10).

Untuk mencegah kehamilan, pasangan dengan perhitungan di atas,


disarankan untuk menghindari hubungan seksual pada hari ke 8 sampai dengan ke
20.

Metode kalender ini menghasilkan waktu yang panjang untuk menghindari


hubungan seksual yang sebenarnya tidak perlu. Hal ini mengingat bahwa sekarang
telah diketahui bahwa sel telur dapa dibuahi hanya daam beberapa jam setelah
ovulasi dan masa hidup sperma di kelamin perempuan bervariasi dan mungkin lebih
dari 3 hari.

Meskipun metode ini tidak cukup bisa diandalkan untuk direkomendasikan


sebagai indikator tunggal, namun pencatatan panjang siklus dan variasinya cukup
penting.

Indikator Kelima – Indikator Minor Kesuburan

- Sakit karena ovulasi (Mittelschmerz pain) – rasa sakit yang tajam


atau tumpul pada salah sisi perut bagian bawah selama beberapa jam.

- Gejala-gejala pada payudara – rasa kencang dan menggeleyar


pada payudara dialami pada sekitar ovulasi.
Tanda-tanda ini tidak begitu kuat, tetapi berguna untuk meyakinkan hasil
pengamatan.

Merencanakan Kehamilan

Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang
bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara:

1. menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi


2. memprediksikan hari-hari subur yang maksimum
3. mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk
mendapatkan kehamilan
4. membantu mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas

Penelitian menunjukkan bahwa kesempatan untuk mendapatkan kehamilan


terbatas pada 5 hari sebelum dan sehari setelah peningkatan suhu. Hari yang
paling subur ditemukan 2 hari sebelum perubahan suhu yang mendekati hari
puncak lendir.

Pada pasangan yang normal, kehamilan mungkin terjadi pada setiap waktu
pada masa subur tetapi hubunan seksual paling mungkin akan menghasilkan
kehamilan pada hari-hari di mana terdapat lendir serviks dengan kesuburan tinggi,
terdapat sensasi basah atau licin pada vulva, dengan lendir serviks yang transparan
dan elastis. Jumlah lendir subur yang paling banyak terjadi satu atau dua hari
sebelum hari puncak dan merupakan waktu dengan tingkat kesuburan yang tinggi.
Hari puncak hari terakhir ketika lendir yang subur ada sering bersamaan dengan
waktu ovulasi. Pergeseran suhu menyakinkan bahwa ovulasi sedang terjadi. Pada
waktu tingkat kesuburan maksimum, serviks tinggi, pendek, lurus, lembek, dan
terbuka dan mengalirkan lendir yang subur.
Bila dalam 6 bulan setelah melakukan hubungn seksual secara eratur dalam
masa subur namun tidak terjadi kehamilan, sebaiknya menemui dokter untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

Suhu

Grafik suhu merupakan alat bantu penting untuk mendapatkan kehamilan bila
digunakan dengan benar. Grafik ini tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya
ovulasi, namun merupakan alat yang dapat diandalkan untuk mengkonfirmasikan
adanya ovulasi.

• grafik bifasik menunjukkan adanya ovulasi


• fase tidak subur setelah ovulasi kurang dari 9 hari
mengindikasikan tidak terjadi kehamilan
• grafik monofasik menunjukkan tidak adanya ovulasi
• peningkatan suhu yang kedua setelah peningkatan
pertama setelah ovulasi atau peningkatan suhu lebih dari 20
hari mengindikasikan adanya kehamilan.

Lendir Serviks

Pengamatan lendir serviks merupakan alat yang paling akurat untuk


menentukan waktu yang tepat melakukan hubungan seksual guna mengoptimalkan
kesempatan memperoleh kehamilan. Metode ini penting untuk perempuan yang
mempuunyai siklus tidak teratur.

Mencegah kehamilan

Pendekatan dengan kombinasi berbagai indikator, umumnya kombinasi suhu


dan lendir merupakan metode yang sangat efektif, bahkan bila dilakukan dengan
benar dapat mencegah kehamilan hingga 98%.

Berikut petunjuk untuk mencegah kehamilan:


1. Fase tidak subur sebelum ovulasi

Fase ini dapat dikenali dengan gejala pada lendir, tanda-tanda serviks,
perhitungan kalender atau aturan Doering

a. Gejala pada lendir

Setelah menstruasi, hari-hari kering tanpa lendir merupakan fase


tidak subur. Pada hari telah dikenali adanya lendir, menandakan
bahwa fase ini telah berakhir.

b. Tanda-tanda pada serviks

Pada hari-hari dimana terdapat serviks yang rendah, panjang,


kaku, tertutup, dan miring menandakan fase tidak subur. Pada hari
pertama terjadi perubahan posisi dan tekstur menandakan adanya
berakhirnya fase ini.

c. Perhitungan kalender

Siklus yang terpendek dikurangi 20 merupakan hari terakhir masa


tidak subur. Fase tidak subur sebelum ovulasi dimulai dari hari
pertama siklus sampai hari terakhir masa tidak subur hasil
perhitungan di atas.

d. Aturan Doering

Hari pertama terjadi perubahan suhu dikurang 7 merupakan hari


pertama fase subur. Fase tidak subur sebelum ovulasi dimulai dari
hari pertama siklus sampai dengan hari pertama fase subur.

Aturan Doering dan perhitungan kalender ini sebaiknya berdasarkan


informasi paling tidak 6 siklus.

2. Fase tidak subur setelah ovulasi

Fase tidak subur setelah ovulasi ini dikenali melalui suhu, ledir dan tanda-
tanda pada serviks.
a. Suhu

Fase ini dimulai setelah tiga suhu pada tingkat yang tinggi tercatat,
dengan memenuhi syarat sebagai berikut:

o ketiga suhu yang tinggi tersebut merupakan suhu tanpa


gangguan.

o Paling tidak salah satu minimal 0,2 ˚C atau lebih di atas garis
horisontal

o Minimum terdapat 6 suhu di bawah garis horisontal.

b. Gejala pada lendir

Pada hari keempat setelah hari puncak.

c. Tanda-tanda pada serviks

Pada hari ketiga seteah serviks kembali pada kondisi tidak subur.

d. Metode Gejala dan suhu

Fase ini mulai setelah tiga suhu yang tinggi tercatat, dan suhu
tersebut setelah hari puncak yang ditunjukkan dengan gejala pada
lendir.

Efektivitas fase tidak subur sebelum ovulasi

Hubungan seksual pada fase ini masih mempunyai resiko kehamilan meski tidak
besar. Fase ini tergantung pada tingkat kesuburan sperma, karena bila sperma
hidup pada lendir yang subur, masa hidup sperma akan memanjang.

Ovulasi dapat pula terjadi lebih awal daripada perkiraan. Pada perempuan dengan
siklus yang pendek antara 21– 24 hari atau dengan mentruasi yang lama, lendir
dapat timbul segera setelah menstruasi atau bahkan sebelum menstruasi selesai.
Pada kasus seperti ini, hubungan seksual dapat menyebabkan kehamilan.
Efektivitas fase tidak subur setelah ovulasi

Perlu ditekankan bahwa fase tidak subur setelah ovulasi merupakan waktu paling
aman untuk melakukan hubungan seksual bila ingin mencegah kehamilan. Jika saat
ovulasi telah ditentukan, tidak ada resiko lebih lanjut untuk timbulnya kesuburan
dalam siklus ini.

Kesimpulan

Dengan ketekunan dalam mengenali perubahan fisiologis siklus menstruasi, secara


alamiah dapat mencegah kehamilan maupun merencanakan kehamilan, dengan
efektifitas yang tinggi. Bahkan dengan mengetahui adanya kelainan dalam siklus
(misanyal siklus anovulatoar), dapat diketahui adanya masalah infertilitas yang
perlu penanganan lebih lanjut.

Sumber bacaan

1. Natural Family Planning

You might also like