Professional Documents
Culture Documents
13
Hikayat
Bercermin pada sejarah merupakan guru yang paling baik.
Jika kita melihat masa lampau, kesastraan Melayu sangat merajai
pada waktu itu, salah satunya ialah hikayat. Banyak cerita hikayat
yang tidak didokumentasikan atau menghilang. Pada kenyataanya
cerita hikayat mengandung banyak nilai moral dan kemanusiaan.
Apakah Anda tertarik membaca sastra klasik? Hakikat membaca
sastra klasik sama dengan membaca jenis cerita lainnya, seperti
cerita pendek atau novel. Cerita klasik yang akan kita pelajari kali
ini ialah hikayat. Hikayat ini merupakan hasil sastra lama yang
berbentuk prosa dan banyak di antaranya yang bercerita tentang
riwayat yang ajaib dari raja atau putra-putrinya. Selain itu, hikayat
juga menceritakan dewa-dewi Hindu dan nabi-nabi Islam.
Sumber : www.id.wikipedia.org
Hikayat 243
Peta Konsep
menceritakan hikayat
membandingkan hikayat
memahami hikayat
dengan novel
membandingkan hikayat
dengan novel
mengubah hikayat ke
dalam cerpen
memahami unsur-unsur
memahami langkah-langkah
Hikayat 245
tuanya. Dengan begitu, Hang Tuah sudah paham budi daratan. Rombongan orang di perahu besar itu
pekerti. Pada usianya yang sepuluh tahun, dia sudah hendak menangkap mereka. Namun, Hang Tuah dan
pandai bergaul dengan sesamanya. Dia bersahabat sahabatnya waspada sambil memegang senjatanya
dengan Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan masing-masing.
Hang Lekiu. Hang Tuah menyayangi sahabatnya itu. Ketika orang itu hendak menangkap mereka,
Jika bermain dengan mereka ke mana pun, selalu Hang Tuah menikam orang itu. Paha orang itu
bersama-sama. Begitu pula ketika makan. Mereka terluka parah. Hang Jebat juga menghadang musuh
seperti saudara kandung. lainnya dengan senjatanya. Akan tetapi, musuh
Pada suatu hari, Hang Tuah berkata kepada lainnya menghujani Hang Tuah dan kawan-kawannya
sahabatnya, "Hai, saudaraku! Mampukah kita dengan senjata sumpit.
melayarkan sebuah perahu agar kita dapat merantau Semua orang di perahu besar itu berteriak,
ke tempat lain untuk mencari makan?" "Bunuhlah budak-budak celaka ini. Jangan
Hang Jebat dan Hang Kasturi menjawab, "Pakai dikasihani!"
perahu siapa?" Salah seorang di kapal besar itu melarang
"Baiklah kalau begitu, aku akan meminjam membunuh anak-anak itu sambil berkata, "Hai,
perahu ayahku." budak-budak! Lebih baik menyerah daripada kami
Setelah bersepakat, Hang Jebat dan Hang bunuh."
Kasturi pulang untuk menyiapkan perbekalan. Hang Jebat malah menjawab, "Cuih, kami
Orang tua mereka masing-masing mengizinkan tidak sudi menuruti keinginanmu!" Hang Jebat dan
anak-anaknya merantau. sahabat lainnya kembali menyerang orang itu dengan
Setelah perlengkapan disiapkan, Hang Tuah senjatanya.
diberi sebilah keris oleh ayahnya. Begitu pula sahabat "Keterlaluan budak-budak ini. Bunuhlah budak-
Hang Tuah lainnya dibekali persenjataan oleh orang budak celaka ini!" seru orang di kapal besar sambil
tua masing-masing. Mereka berpamitan dan segera menghujani Hang Tuah dan sahabatnya dengan
berlayar menuju Pulau Tinggi. senjata sumpit.
Di tengah samudra yang diarungi, mereka Hang Tuah siaga dengan keris terhunusnya.
melihat perahu lain yang menuju Pulau Tinggi. Begitu pula sahabat lainnya bersiap dengan
Rupanya perahu itu adalah perahu musuh. Hang senjatanya. Mereka balas menyerang dan berhasil
Tuah dan sahabatnya berembuk sambil berkata, melumpuhkan beberapa orang. Orang di perahu
"Bagaimana kita menghadapi musuh yang banyak besar itu merasa kalah dan pergi meninggalkan
itu?" pulau itu.
Dengan tenang, Hang Tuah berkata lagi, "Hai, Setelah musuh itu lari, Hang Tuah dan
saudaraku! Tidak ada jalan lain, kita harus berusaha sahabatnya merampas salah satu perahu musuh.
mempertahankan diri. Kita harus berbuat sesuatu. Hang Tuah kemudian berlayar menuju Singapura.
Tidak mungkin rasanya kita menghadapi musuh Musuh yang melarikan diri itu melaporkan
dengan kapal yang banyak dan besar." kejadian tersebut kepada penghulunya. Di perahu
Hang Tuah membelokkan perahunya menuju besar, penghulu itu merasa terhina dan marah besar.
pulau itu. Setelah sampai di darat, perahu musuh Dari kapal besar itu, sang penghulu melihat perahu
mendekat pula ke pulau itu. Rombongan dari perahu yang dikemudikan Hang Tuah berlayar menuju
besar itu memerhatikan kelima anak sebaya itu dan Singapura. Maka penghulu musuh itu pun berdiri di
dinilainya baik-baik. tiang besar sambil berkata, "Segeralah kita berlayar
Dengan senang hati, orang di perahu besar dan hadanglah perahu Hang Tuah itu."
itu ingin menjadikan mereka budaknya. Sambil
menanti orang di perahu besar itu sampai ke Sumber: Bunga Rampai Melayu Kuno, 1952, dengan
daratan, Hang Tuah dan sahabatnya berdiri di tepi penyesuaian ejaan.
klimaks
konflik
peleraian
Rangkaian peristiwa
pengantar
Akhir cerita
Hikayat 247
gemetar suara atau ragu-ragu. Misalnya, dalam menceritakan tokoh
seorang kakek, "Seorang kakek tua memandang rumah seorang laki-
laki kaya. Kemudian, seraya bersitekan pada tongkatnya, dia berjalan
menuju rumah itu sampai di depan pintu. Dia mengetuknya..."
Ungkapan itu dapat disampaikan dengan disertai gerakan,
misalnya dengan memegang sesuatu sebagai isyarat, lalu berjalan
menuju pintu kelas dan mengetuknya. Gambaran praktis yang
sesuai dengan gambaran yang dirasakan kawan-kawan Anda saat
mendengarkan ungkapan itu, melaui kata-kata yang mereka dengar,
akan memperkuat indra pikirnya.
Info Sastra
Uji Materi
Kegiatan Lanjutan
Membandingkan Hikayat
B dengan Novel
Penobatan Raja Indera Bangsawan sampai ke kota Antah Berantah Permana itu, maka
Setelah berhimpun, Indera Bangsawan pun terdengarlah oleh baginda bunyi-bunyian terlalu
berangkatlah. Maka segala rakyat pun masing- ramainya. Maka baginda pun menghimpunkan segala
masing memegang jawatannya dan pawai pun diatur pegawai mesjid semuanya. Maka kadi Fa’alu’ddin pun
oranglah terlalu amat ramainya serta dengan ceper duduklah serta dengan pendeta yang besar-besar.
dan kendi pada timbalannya. Maka baginda pun menyuruh orang muda-muda
Ceper dan kendi bertimbalan, bunyi-bunyian itu membawa anak-anak raja itu. Setelah bertemu,
dan lilin, jadi haluan. Rentak dan cakap gemerlapan, lalu berperang-peranganlah, maka terlalulah ramai
tombak dan pancang jadi akhiran. Payung besar itu bunyi-bunyian dan orang yang melihat pun terlalu
pun dikembangkan. Bedil dan pistol seperti hutan; banyak penuh sesak bertindih-tindih. Setelah sudah
perisai melela berkilap-kilapan, turun pengantin berperang-perangan itu, maka sekaliannya pun pergi
atas kayangan. Berdestar, bermahkota, berkeris mengiringkan perarakan itu bersama-sama dengan
dua. Diangkat ke atas panca persada. Rupanya sikap segala anak-anak raja dan rakyat sekaliannya.
bagai Pendawa. Orang melihat suka tertawa. Kalakian maka anak raja-raja yang sembilan
Syahdan maka Raja Indera Bangsawan pun buah negeri itu pun datanglah membawa Raja
diaraklah di atas panca persada tujuh pangkat Indera Bangsawan. Maka disambut oleh baginda
itu. Tiga orang anak menteri di kanan dan tiga lain, dibawanya masuk ke dalam istana, serta
orang lagi di kiri. Setelah itu, maka Raja Indera didudukkannya di atas puadai duduk bersila dan
Bangsawan pun beraraklah berkeliling negeri berpegang tangan, seraya ia bersyair:
baharu itu dan berjalan di atas titian emas. Setelah
Hikayat 249
"Orang mengipasi bertimbalan, perempuan di berkat fakir dan haji, supaya berkekalan laki-isteri.
kiri, laki-laki di kanan; seperti turun dari Kayangan, Pertama disuapi yang perempuan, dimamah lalu
Begitulah rupa keduanya tuan. Di antara seketika dimuntahkan. Dipegangnya tangan nasi disuapkan.
lagi, orang pun datang akan menyuapi. Mengambil Puteri menjeling amat cumbuan."
Sumber: Penyedar Sastra, 1952
(dengan penyesuaian ejaan)
Hikayat 251
Uji Materi
Tabel 13.2
Analisis Data
Hikayat 253
Berikut ini bentuk cerpen yang bersumber pada hikayat tersebut.
Pada saat kepindahan itu, Megat Nira merasa gundah sebab sang
istri akan melahirkan anak.
"Anak kita ini akan menjadi raja yang bijak, istriku."
"Ya, Kakanda. Anak kita ini akan diberi nama Isma Yatim."
Anak itu didik mengaji kepada seorang mualim, Sufian.
"Anak ini sangat pandai," kata sang ulama.
Memang Isma Yatim itu sangat pandai. Kepandaiannya ditunjukkan
dengan karya-karya berbentuk hikayat. Karya hikayat itu akan
diserahkan kepada raja. Karena kepandaiannya itu, Isma Yatim diangkat
menjadi penasihat kerajaan.
"Saudaraku, dalam perniagaan di mana pun, berlakulah jujur,"
nasihat Isma Yatim di hadapan para nakhoda kapal.
Karena nasihat itu, para nakhoda memberinya hadiah putri cantik
kepada Isma Yatim.
Selanjutnya, kerajaan mengangkat kedudukan Isma Yatim menjadi
panglima perang. Dia ini panglima tangguh yang sanggup mengalahkan
musuh.
Suatu hari, permaisuri menuduh Putri Nila Gendi akan meracun
raja. Isma Yatim disuruh membinasakan Putri Nila Gendi. Isma Yatim
menyembunyikannya.
Akhirnya, tabir rahasia itu dibeberkan Isma Yatim. Raja menyesal.
Bahkan sampai meninggal dunia. Anaknya Dewi Rum menggantikan
kedudukan ayahnya, sedangkan Isma Yatim tetap menjaga dan setia
kepada kerajaan dan keluarganya.
Uji Materi
1. Bacalah penggalan hikayat berikut dengan saksama.
Hikayat Bakhtiar
Ada seorang raja, terlalu besar kerajaannya Setelah berhimpunlah segala menteri dan
dari segala raja-raja. Syahdan maka baginda hulubalang, rakyat hina dina sekaliannya, maka
pun beranak dua orang laki-laki, terlalu amat baginda pun bertitah:
baik parasnya, gilang gemilang dan sikapnya pun "Hai, segala menteri dan hulubalang dan
sederhana. orang besar-besar dan orang kaya dan tuan-tuan
Hatta maka berapa lamanya, dengan kodrat sekaliannya, pada bicaraku ini, jikalau kakanda
Allah, subhanahu wa ta'ala, maka baginda pun selama-lamanya menjadi raja di dalam negeri ini,
hilanglah, kembali ke rahmatu'llah. Arkian maka bahwa aku pun tiadalah menjadi raja selama-
anakda baginda pun tinggallah dua bersaudara. lamanya, melainkan marilah, kita langgar dan kita
Setelah demikian, maka mufakatlah segala menteri keluarkan akan kakanda, supaya negeri itu terserah
dan hulubalang dan orang kaya-kaya dan orang kepadaku".
besar-besar menjadikan anak raja, menggantikan Setelah sekalian menteri hulubalang,
ayahanda baginda. punggawa, orang-orang besar dan orang kaya,
Setelah sudah naik di atas tahta kerajaan dan rakyat sekaliannya itu mendengar titah yang
dan berapa lamanya, maka berpikirlah saudaranya, demikian itu, maka mereka itu pun berdatang
katanya: sembahlah:
"Jikalau kiranya saudaraku ini kubiarkan "Ya, tuanku, syah'alam, adapun pada pendapat
menjadi raja, bahwasanya aku ini tiadalah menjadi akal patih sekalian ini, meskipun paduka kakanda
raja selama-lamanya. Maka baiklah aku menyuruh menjadi raja ini, serasa tuanku juga. Jikalau tuanku
memanggil segala perdana menteri dan hulubalang kabulkan sembah patih sekalian ini, maka baiklah
dan orang besar-besar dan orang kaya-kaya tuanku mufakat dengan paduka kakanda, supaya
sekaliannya." sempurna negeri tuanku, karena paduka kakanda
itu pun sangat baik dan barang kelakuan dan
Hikayat 255
Kegiatan Lanjutan
Rangkuman
Refleksi Pembelajaran
Dalam pelajaran ini, Anda dapat menambah ilmu dengan
memahami beberapa cerita hikayat. Hasil analisis dan bacaan
Anda tersebut merupakan proses kreatif dalam menciptakan
karya-karya yang lain. Selain dapat menganalisis sebuah karya,
Anda juga mendapatkan nilai-nilai budaya bangsa yang akan
memperkaya cakrawala ilmu dalam rangka mencintai hasil dan
karya bangsa.
Hikayat 257