You are on page 1of 6

CARA MEMBUAT TEMPE

Dengan semakin mahalnya harga tempe, kenapa kita gak coba


bikin tempe sendiri. Caranya gak susah koq cuma mungkin perlu
kesabaran.
Bahan:
Kacang kedelai 2kg
Ragi tempe 1 sdm
Tepung Sagu/Tapioka 1 sdm

Cara membuat:
Rebus Air di panci, setelah mendidih angkat.
Masukan kacang kedelai kedalam panci yang berisi air mendidih
tadi, diamkan sampai air hangat.
Kacang kedelai tadi di buang kulitnya, sampai bersih.

Rebus kacang kedelai sampai airnya mengeluarkan buih/empuk.


Buang air rebusan tadi sampai kering, lalu masukan kacang
kedelai kewadah yang datar yang bawahnya dialasi kain/handuk
kecil, biar meresap dan tempe cepat kering.
setelah kacang kedelai kering, pindahkan tempe ke wadah yang
cekung/bowl. Masukan Ragi tempe dan tepung sagu sambil di
aduk aduk dan tercampur rata. Masukan Tempe kedalam Plastik
dan rapatkan ujung plastiknya. Tusuk tusuk Plastik dengan ujung
pisau sebanyak 8 tusukan dan di baliknya 8 tusukan,untuk
mendapatkan udara.

Setelah semua selesai masukan tempe ke dalam tempat yang


hangat/kotak, tutup dengan kain/handuk kecil, jangan di buka
buka kurang lebih selama 36 jam.

Ragi tempe dapat diperoleh di penjual kacang kedelai, ragi ini


beda dengan ragi roti atau ragi tape
Bahan:
-kedelai(terserah mau berapa aja aku saranin 1kg aja)
-ragi tempe(ragi tempe berbeda dengan ragi tape,ragi nya cukup
2gram)
-air bersih secukupnya
-plastik/daun pisang

alat:
-baskom
-panci dan kompor

Cara membuat tempe:


1.Kedelai direndam selama 5jam
2.Rebus kedelai setengah matang
3.Kupas kulit nya(bisa memakai mesin atau tangan)belah kedelai
menjadi dua
4.Direndam 24 jam
5.Cuci sampai bersih
6.Direbus sampai mendidih
7.Diangkat dan tiriskan sampai dingin
8.Bersihkan kotorannya
9.Beri ragi tempe secara merata
10.Bungkus dengan daun pisang, jika memakai plastik masukan
kedelai ke plastik lalu tutup rapat lalu bolongin(jangan sampai ada
udara)
11.Tunggu beberapa hari(kalau saya membuat sudah jadi dalam 1
hari)

Cara pembuatan
1. Biji kedelai yang telah dipilih/dibersihkan dari kotoran, dicuci
dengan air PDAM atau air sumur yang bersih selama 1 jam.

2. Setelah bersih, kedelai direbus dalam air selama 2 jam.

3. Kedelai kemudian direndam 12 jam dalam air panas/hangat


bekas air perebusan supaya kedelai mengembang.

4. Berikutnya, kedelai direndam dalam air dingin selama 12 jam.

5. Setelah 24 jam direndam seperti pada butir 3 dan butir 4 di atas,


kedelai dicuci dan dikuliti (dikupas).

6. Setelah dikupas, kedelai direbus untuk membunuh bakteri yang


kemungkinan tumbuh selama perendaman.
7. Kedelai diambil dari dandang, diletakkan di atas tampah dan
diratakan tipis-tipis. Selanjutnya, kedelai dibiarkan dingin sampai
permukaan keping kedelai kering dan airnya menetes habis.

8. Sesudah itu, kedelai dicampur dengan laru (ragi 2%) guna


mempercepat/merangsang pertumbuhan jamur. Proses
mencampur kedelai dengan ragi memakan waktu sekitar 20 menit.
Tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan
dalam membuat tempe kedelai.

9. Bila campuran bahan fermentasi kedelai sudah rata, campuran


tersebut dicetak pada loyang atau cetakan kayu dengan lapisan
plastik atau daun yang akhirnya dipakai sebagai pembungkus.
Sebelumnya, plastik dilobangi/ditusuk-tusuk. Maksudnya ialah
untuk memberi udara supaya jamur yang tumbuh berwarna putih.
Proses percetakan/pembungkus memakan waktu 3 jam. Daun
yang biasanya buat pembungkus adalah daun pisang atau daun
jati. Ada yang berpendapat bahwa rasa tempe yang dibungkus
plastik menjadi "aneh" dan tempe lebih mudah busuk
(dibandingkan dengan tempe yang dibungkus daun).

10. Campuran kedelai yang telah dicetak dan diratakan


permukaannya dihamparkan di atas rak dan kemudian ditutup
selama 24 jam.

11. Setelah 24 jam, tutup dibuka dan campuran kedelai


didinginkan/diangin-anginkan selama 24 jam lagi. Setelah itu,
campuran kedelai telah menjadi tempe siap jual.

12. Supaya tahan lama, tempe yang misalnya akan menjadi


produk ekspor dapat dibekukan dan dikirim ke luar negeri di
dalam peti kemas pendingin.

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji


kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa
jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae,
Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi
ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe".
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-
senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah
dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium,
vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe
mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan
infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.

Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia


kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk
tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai
pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas.
Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.

Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah


mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah
menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya
sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya
di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti
Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang
berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk
menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau
memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak
mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan
tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi
tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga
penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi
dari pemegang hak paten).

Pembuatan
Tempe berbungkus daun pisang yang dijual di pasar tradisional
Indonesia

Terdapat berbagai metode pembuatan tempe.[1][2] Namun, teknik


pembuatan tempe di Indonesia secara umum terdiri dari tahapan
perebusan, pengupasan, perendaman dan pengasaman, pencucian,
inokulasi dengan ragi, pembungkusan, dan fermentasi.[3]

Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap


perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji
kedelai menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga
dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai supaya nantinya
dapat menyerap asam pada tahap perendaman.

Kulit biji kedelai dikupas pada tahap pengupasan agar miselium


fungi dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi.
Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan, diinjak-injak dengan
kaki, atau dengan alat pengupas kulit biji.

Setelah dikupas, biji kedelai direndam. Tujuan tahap perendaman


ialah untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya
fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi. Fermentasi asam
laktat terjadi dicirikan oleh munculnya bau asam dan buih pada
air rendaman akibat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Bila
pertumbuhan bakteri asam laktat tidak optimum (misalnya di
negara-negara subtropis[4], asam perlu ditambahkan pada air
rendaman. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini ternyata
juga bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan menghilangkan
bakteri-bakteri beracun.

Proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran


yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji
kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat
menghambat pertumbuhan fungi.

Inokulasi dilakukan dengan penambahan inokulum, yaitu ragi


tempe atau laru. Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh dan
dikeringkan pada daun waru atau daun jati (disebut usar;
digunakan secara tradisional), spora kapang tempe dalam medium
tepung (terigu, beras, atau tapioka; banyak dijual di pasaran),
ataupun kultur R. oligosporus murni (umum digunakan oleh
pembuat tempe di luar Indonesia).[4][5] Inokulasi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu (1) penebaran inokulum pada permukaan
kacang kedelai yang sudah dingin dan dikeringkan, lalu dicampur
merata sebelum pembungkusan; atau (2) inokulum dapat
dicampurkan langsung pada saat perendaman, dibiarkan beberapa
lama, lalu dikeringkan.

Setelah diinokulasi, biji-biji kedelai dibungkus atau ditempatkan


dalam wadah untuk fermentasi. Berbagai bahan pembungkus atau
wadah dapat digunakan (misalnya daun pisang, daun waru, daun
jati, plastik, gelas, kayu, dan baja), asalkan memungkinkan
masuknya udara karena kapang tempe membutuhkan oksigen
untuk tumbuh. Bahan pembungkus dari daun atau plastik
biasanya diberi lubang-lubang dengan cara ditusuk-tusuk.

Biji-biji kedelai yang sudah dibungkus dibiarkan untuk


mengalami proses fermentasi. Pada proses ini kapang tumbuh
pada permukaan dan menembus biji-biji kedelai, menyatukannya
menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20 °C–
37 °C selama 18–36 jam. Waktu fermentasi yang lebih singkat
biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak inokulum dan
suhu yang lebih tinggi, sementara proses tradisional
menggunakan laru dari daun biasanya membutuhkan waktu
fermentasi sampai 36 jam.

You might also like