You are on page 1of 22

KOPI

I. Sejarah Perkembangan Kopi di Dunia

Kopi sebagai salah satu komoditi non migas, memiliki pasaran yang cukup mantap di pasaran dunia, sebab dari berbagai
penjuru dunia banyak orang yang suka minum kopi, karena kopi dapat diolah menjadi minuman yang lezat rasanya. Badan
yang lemah dan rasa kantuk dapat hilang, setelah minum kopi panas. Apalagi orang yang sudah menjadi pecandu kopi, bila
tidak minum kopi rasanya akan capai dan konsentrasi dalam berpikir terasa berkurang.

Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang
terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah yang tandus yang memang tidak cocok bagi
kehidupan tanaman. Daerah-daerah di bumi ini yang tidak cocok untuk ditanami tanaman kopi, yaitu pada garis Lintang
Utara Lautan Pasifik, daerah tropis di gurun Sahara, dan garis Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta Australia
disebelah Utara dimana tanahnya sangat tandus.

Pada mulanya orang minum kopi bukanlah kopi bubuk yang berasal dari biji, melainkan dari cairan daun kopi yang masih
segar atau ada pula yang menggunakan kulit buah yang disedu dengan air panas. Sudah barang tentu rasanya tidak seenak
kopi bubuk, namun dapat juga menyegarkan badan, sehingga penggemarnyapun belum begitu meluas. Setelah ditemukan
cara memasak kopi bubuk yang lebih sempurna, yaitu menggunakan biji kopi yang masak kemudian dikeringkan dan
dijadikan bubuk sebagai bahan minuman, akhirnya penggemarnya cepat meluas. Negara pemakai

kopi pertama-tama adalah Arabia (pertengahan abad XV) dan kemudian menyebar luas di negara Timur Tengah, seperti
Kairo pada tahun 1510 dan Konstantinopel (Turki) lebih kurang pada tahun 1550. Selanjutnya pada tahun 1616 kopi ini mulai
masuk Eropa, yakni di Venesia. Sedangkan di Inggris pemakaian kopi baru pada tahun 1650.

Sampai sekarang kita ketahui bahwa kopi dan teh merupakan dunia yang sangat penting di dunia Barat. Walaupun asal kopi
itu dari negara Afrika, tetapi sedikit sekali penduduk asli yang minum kopi. Di Ethiopia, kopi itu diminum dengan makanan
lemak, selain bijinya daunnya pun dapat disedu dengan air panas.

Nama-nama jenis tanaman kopi sulit ditentukan, karena spesies ditentukan oleh beberapa pengarang buku dari 25 sampai
100 lebih. Wellman (1961) menyusun daftar sebanyak 64 spesies, tetapi ada yang dianggap hanya sebagai varietas saja.
Maka jenis spesies yang tepat kurang lebih ada 60. Kebanyakan spesies itu terdapat di Afrika Tropis, yaitu sebanyak 33 Spp,
14 Spp di Madagaskar, 3 Spp di Mauritius dan Reunion, 10 Spp di Asia Tenggara.

Ditinjau dari segi ekonomis, Spp yang terpenting ialah (Coffea arabica = kopi Arabika) yang menghasilkan 90% dari kopi
dunia pada waktu belum ada Robusta (J.E. Purseglove); Coffea canephora 9% dan Coffea liberica kurang dari 1%.

Spesies-spesies yang banyak dipakai berdasarkan sejarah perkembangan tanaman kopi di dunia adalah sebagai berikut:

1. Kopi Bungalensis heyne et Wild; terdapat secara liar di Benggala, Birma, Sumatera, dan adapula yang terdapat di
India

2. Kopi Congensis, Froehn. Berasal dari Congo, kopi ini mirip dengan kopi Arabika yang disilang dengan Coffea
canephora menjadi hibrida Congesta di Jawa. Mungkin satu bentuk dari Coffea canephora.

3. Kopi Eugenioides, S. Moore. Berasal dari Congo, Uganda, dan Tanzania, sedikit mirip dengan Coffea arabica. Kopi
ini banyak pula ditanam, tetapi kandungan Coffein rendah.

4. Kopi Exselsa, A. Chev. Berasal dari Afrika Barat, bisa tumbuh sampai tinggi, daun besar, buah juga besar tapi tetapi
biji kecil. Tanaman ini baik di Afrika Barat maupun Filipina, sedangkan di Jawa tidak banyak ditanam. Kopi ini
banyak digolongkan Coffea liberica, tetapi buah dan biji jauh lebih kecil.

5. Kopi Recemosa, Lour. Berasal dari Mozambik dan kopi ini banyak ditanam di daerah setempat. Tanaman berbentuk
perdu bercabang banyak, buah kecil berwarna merah.

6. Kopi Stenophylla G. Don. Berasal dari Afrika Barat dan banyak ditanam di sana, pohon kecil, bila buah masak
berwarna biru hitam, biji lebih kecil daripada Arabika dan rasanya kurang enak.

7. Kopi Zangeubarise Lour. Berasal dari Zanzibar, di daerah asal tersebut kopi banyak ditanam. Buah dan biji mirip
dengan kopi Arabika.

1.2. Sejarah Perkembangan Tanaman Kopi di Indonesia

Tanaman kopi bukan tanaman asli Indonesia, melainkan jenis tanaman berasal dari benua Afrika. Tanaman kopi dibawa ke
pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi pada waktu itu masih dalam taraf percobaan.

Di Jawa, tanaman kopi ini mendapat perhatian sepenuhnya baru pada tahun 1699, karena tanaman tersebut dapat
berkembang dan berproduksi baik. Bibit kopi Indonesia didatangkan dari Yaman. Pada waktu itu jenis yang didatangkan
adalah kopi Arabika.

Percobaan penanamn ini pada mulanya berada disekitar Jakarta. Setelah percobaan penanaman di daerah ini ternyata
berhasil baik, kemudian biji-biji itu dibagi-bagikan kepada para Bupati di Jawa Barat untuk ditanam di daerah masing-masing;
ternyata hasilnya pun baik.
Hasil-hasil tersebut harus diserahkan kepada V.O.C dengan harga yang sangat rendah, dengan penyerahan secara paksa.
Maka tanaman yang semula hanya sebagai tanaman percobaan, akhirnya menjadi tanaman yang dipaksanakan kepada
petani.

Setelah diketahui bahwa tanaman kopi itu hasilnya terus meningkat, maka perluasan tanaman terus ditingkatkan, terutama di
pulau Jawa. Selanjutnya tanaman itu lebih dipaksakan lagi dengan adanya "Culturstelsel".

Mulai saat itu banyak pengusaha yang memperluas usahanya dalam lapangan perkebunan, terutama di Jawa Tengah dan
Jawa Timur pada tanah-tanah usaha swasta. Selanjutnya tanaman perkebunan itu lebih besar lagi setelah dikeluarkan
Undang-undang Agraria tahun 1870. Perusahaan perkebunan itu bisa memperluas isahanya pada tanah milik negara
dengan jangka yang sangat panjang.

Mula-mula pertanaman kopi perkebunan ini banyak terdapat di Jawa Tengah, yaitu daerah Semarang, Sala, Kedu, dan Jawa
Timur terutama di daerah Besuki dan Malang. Sedang di Sumatera terdapat di Lampung, Palembang, Sumatera Barat, dan
Sumatera Timur. Sehingga sampai sekarang ini banyak perusahaan perkebunan milik negara yang berasal dari perusahaan-
perusahaan asing.

II. Varietas Kopi dan Sifatnya

Walaupun jenis tanaman kopi itu banyak sekali jumlahnya, namun dalam garis besarnya ada tiga jenis besar, yaitu: kopi
Arabika, kopi Canephora, dan kopi Liberika.

2.1. Kopi Arabika (Coffea arabica)

Daerah asal kopi Arabika adalah pegunungan Ethiopia (Afrika). Di negara asalnya kopi tersebut tumbuh baik secara alami di
hutan-hutan pada dataran tinggi sekitar 1.500 - 2.000 an dpl. Dari Ethiopia kopi tersebut tersebar ke negara Arab semenjak
tahun 575. Tetapi baru pada abad XV, yaitu pada tahun 1450 kopi itu menjadi minuman seperti sekarang. Kopi Arabika
pertama sekali dibawa ke Jawa pada tahun 1696 oleh seorang bangsa Belanda. Tetapi sebagai tanaman perdagangan yang
meyakinkan dan pertumbuhannya menjadi baik, baru pada tahun 1699.

Baik perkembangan kopi dunia maupun di Indonesia pada khususnya, kopi Arabika inilah yang paling banyak dan paling
dahulu dikembangkan. Tetapi karena jenis ini sangat tidak tahan terhadap penyakit Hemileia vastatrix, kemudian jenis
tersebut banyak digantikan dengan jenis lain yang tahan Hemileia vastatrix, kecuali yang terdapat di dataran tinggi yang
lebih 1.000 m dari permukaan laut. Jenis Arabika mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut:

• Daun kecil, halus dan mengkilat, panjang daun 12 sampai 15 cm, dan lebar 6 cm.

• Biji buah lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.

• Bila batang tak dipangkas, tinggi pohon bisa mencapai lebih dari 5 m dengan bentuk pohon yang ramping.

• Bila jenis ini ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1.350 - 1.850 m dpl, produksinya bagus. Di
Indonesia, kopi Arabika ini dapat berproduksi baik pada ketinggian 1.000 - 1.750 m dpl.

• Jenis ini tidak menghendaki suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, karena bila suhu terlalu tinggi pertumbuhan
tanaman akan terlalu cepat, begitu pula masa berbunganya menjadi terlalu awal. Akibatnya tanaman lekas mati,
dan sangat mudah diserang Hemileia vastatrix. Bila suhu terlalu rendah pertumbuhannya lambat, banyak tumbuh
cabang-cabang sekunder dan tersier, yang sangat menganggu pembentukan bunga.

• Curah hujan yang optimal sekitar 1.500 - 2.250 mm tiap tahun, tetapi harus ada musim kering yang tegas 2 - 3
bulan untuk perkembangan bunga.

• Tidak menghendaki angin kencang, tetapi diperlukan angin yang tenang.

Karena terjadinya mutasi kopi Arabika, maka banyak timbul jenis kecil yang masih termasuk golongan Arabika, seperti:

1. Kopi Arabika varietas Bourbon, ciri-ciri pohon lebih pendek, cabang-cabang bagian bawah tidak menurun,
melainkan agak naik dan kuat. Daun lebih besar dan daun pucuk berwarna hijau, produksinya lebih banyak.

2. Jenis Catura, berasal dari varietas Bourbon. Pohon lebih pendek, tetapi lebih subur.

3. Jenis Marago, menghendaki iklim dan tempat penanaman seperti kopi Arabika asli. Pertumbuhan tanaman cepat,
buah dan bijinya besar, tetapi tidak begitu lebat.

4. Jenis Pasumah, terdapat di Sumatera. Bentuk pohon lebih kekar, dan agak tahan terhadap Hemileia vastarix dari
pada jenis Arabika yang murni.

5. Jenis Cangensis, asal dari Congo. Jenis ini mirip Arabika asli; dan jenis yang disilang dengan Canephora
menghasilkan hibrida Congesta di Jawa. Jenis ini resisten terhadap Hemileia vastatrix, tetapi biji kecil dan tidak
begitu banyak.

Jenis-jenis kopi Arabika berdasarkan hasil pemuliaan yang dianggap unggul pada saat ini (sumber: Dirjen Perkenunan
Departemen Pertanian) adalah sebagai berikut :

Kopi Abesinia 3 :
• Tipe pertumbuhan tinggi melebar dengan perdu tegar.
• Buah berbentuk oval persegi, biji besar memanjang dan seragam.
• Nisbah biji buah 15,4 %.
• Berbunga pertama umur 34 - 36 bulan.
• Produktivitas 7,5-10 kwintal/ha pada populasi 1.600 pohon/ha.
• Rentan terhadap serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B).
• Diameter tajuk + 2 m (batang tunggal).
• Umur ekonomis 25 tahun.
• Jumlah buah 7-12 dompol/cabang, 8-15 buah/dompol.
• Bentuk biji lonjong besar, berat 100 butir setara 19,1 gram.
• Agak tahan serangan hama penggerek bubuk buah.
• Mutu fisik biji baik, mutu seduhan baik.
• Penanaman mulai ketinggian 1.250 m dpl, tanah subur, naungan cukup.

Kopi USDA 762 :


• Tipe pertumbuhan tinggi agak melebar, percabangan teratur.
• Diameter tajuk + 1,90 m (batang tunggal).
• Cabang primer mendatar, teratur, agak lentur, ruas batang 4-9 cm, ruas cabang 4-6 cm.
• Warna daun hijau tua kecoklatan, pupus daun hijau muda.
• Bentuk daun lonjong melebar, pangkal daun tumpul, ujung meruncing, helaian berlekuk tegas.
• Umur ekonomis 25 tahun.
• Jumlah buah 7-11 dompol/cabang, 12-24 buah/dompol.
• Buah muda hijau kusam, ujung meruncing, pangkal tumpul, diskus sempit, berjenggot, buah masak serempak
berwarna merah cerah.
• Bentuk biji membulat seragam, berat 100 butir + 14,7 g.
• Produktivitas 8-14 kwintal/ha untuk populasi 1.600 pohon/ha.
• Mutu fisik biji baik, mutu seduhan cukup baik.
• Tahan serangan penggerek bubuk buah, rentan serangan nematoda parasit.
• Agak tahan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B).
• Saran penanaman : mulai ketinggian 1.000 m dpl., tanah subur dan penaung cukup.

Kopi S 795 :
• Tipe pertumbuhan tinggi melebar, daun rimbun menutupi batang pokok.
• Diameter tajuk + 2,01 m (batang tunggal).
• Cabang primer, cabang cacing dan cabang balik tumbuh sangat aktif sehingga tidak teratur, ruas cabang 2,5-4,5
cm.
• Warna daun hijau tua, pupus daun berwarna coklat.
• Bentuk daun lonjong agak sempit, tepi bergelombang, ujung meruncing.
• Umur ekonomis 25 tahun.
• Jumlah buah 7-11 dompol/cabang, 12-20 buah/dompol.
• Buah muda berwarna hijau kusam, diskus melebar, buah masak bulat besar berwarna merah hati.
• Bentuk biji oval membulat tidak seragam, berat 100 butir + 17,5 g.
• Produktivitas 10-15 kwintal/ha untuk populasi 1.600 pohon/ha.
• Mutu fisik biji baik, mutu seduhan cukup baik.
• Agak rentan serangan bubuk buah kopi, rentan serangan nematoda parasit.
• Agak tahan serangan penyakit karat daun.
• Saran penanaman : mulai ketinggian 700 m dpl, lahan subur maupun marjinal, naungan cukup.

Kopi Kartika 1 :
• Tipe pertumbuhan kate, kompak.
• Diameter tajuk + 1,36 m (batang tunggal, di ketinggian tempat di atas > 1.000 m dpl).
• Percabangan agak lentur, ruas pendek, cabang sekunder aktif, cabang produktif 30/pohon.
• Warna daun tua hijau tua, pupus hijau muda.
• Bentuk daun bulat telur, seragam, ujung meruncing, pangkal meruncing
• Buah muda lonjong, buah tua membulat berwarna merah tua, masak serempak.
• Bentuk biji membulat, berat 100 butir biji + 15,8 g, nisbah biji buah 15,2 %.
• Mutu fisik biji cukup baik, mutu seduhan baik.
• Agak rentan nematoda parasit, agak tahan becak Cercospora sp., rentan penyakit rebah batang, Rhizoctonia sp,
dan agak tahan serangan penyakit karat daun.
• Umur ekonomis 25 tahun.
• Umur pertama berbunga 2 tahun setelah ditanam.
• Produktivitas 2.000-2.500 kg/ha untuk populasi 3.600 pohon/ha di lahan dengan ketinggian > 1.000 m dpl.
• Penanaman mulai ketinggian 700 m dpl, (penanaman pada dataran tinggi menengah diprioritaskan pada daerah
basah dan subur, naungan cukup)

Kopi Kartika 2 :
• Tipe pertumbuhan kate, kompak. Pada saat TM 4, di ketinggian 1.200 m dpl, tinggi tanaman + 191 cm.
• Diameter tajuk + 138,5 cm (batang tunggal, di ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl).
• Percabangan agak lentur, ruas pendek, jumlah cabang primer produktif 29/pohon.
• Warna daun tua hijau tua, daun muda (pupus) hijau muda.
• Bentuk daun agak bulat, ukuran seragam, ujung daun membulat, pangkal daun tumpul.
• Buah muda bulat telur, buah tua membulat berwarna merah tua, masak kurang serempak.
• Bentuk biji membulat, berat 100 butir biji + 15,3 g, nisbah biji buah 14,5 %.
• Mutu fisik biji baik, mutu seduhan baik.
• Rentan serangan nematoda parasit, agak tahan penyakit karat daun dan agak tahan serangan Cercospora sp, di
pembibitan rentan serangan Rhizoctonia sp.
• Umur pertama berbunga 2 tahun setelah ditanam di lapangan.
• Umur ekonomis 25 tahun.
• Produktivitas 2.000-2.500 kg/ha untuk populasi 3.600 pohon/ha di ketinggian > 1.000 m dpl.
• Penanaman mulai ketinggian 700 m dpl, (penanaman pada dataran tinggi menengah diprioritaskan pada daerah
basah dan subur, naungan cukup).

Kopi Andungsari I :
• Tipe pertumbuhan kutai, tajuk sedikit melebar dengan diameter 144 cm (bila dipangkas dengan system batang
tunggal).
• Tinggi tanaman saat berbuah 121,3 cm (ditanam pada lahan ketinggian > 1.000 m dpl) dan 175 cm (pada
ketinggian < 1.000 m dpl).
• Percabangan mendatar, batang utama tegak lurus, agak lentur, panjang cabang primer 38,9 cm dan panjang ruas
produktif 6,2 cm.
• Daun tua berwarna hijau tua gelap dan daun muda berwarna hijau muda.
• Umur ekonomis 10 - 15 tahun
• Produktivitas rata-rata 2.800 kg/ha kopi pasar dengan populasi 3.000 pohon/ha
• Penanaman mulai ketinggian 700 m dpl

Kopi Kartika :
• Tipe pertumbuhan habitus semi kutai, seluruh tajuk dan daun merupakan batang pokok hingga ke permukaan
tanah, diameter tajuk 230 cm.
• Pencabangan diatas permukaan tanah membentuk kipas berjuntai menyentuh tanah.
• Daun tua berwarna hijau tua dan daun muda berwarna coklat kemerahan.
• Umur ekonomis 20 tahun.
• Produktivitas rata-rata 1.500 kg/ha kopi biji dengan populasi 1.600 pohon/ha
• Penanaman mulai ketinggian 1.400 m dpl

2.2. Kopi Robusta (Coffea Canephora. Piera Ex Froehn)

Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta (Y. W. Purseglove). Nama Robusta dipergunakan untuk tujuan perdagangan,
sedang Canephora adalah nama botanis.

Jenis tanaman kopi ini berasal hutan katulistiwa di Afrika, dari pantai barat sampai uganda, terbentang 100 lebar Utara dan
Selatan, dan dapat tumbuh dari permukaan laut sampai ketinggian 1.700 m. Karena terjadinya persaingan terus menerus,
maka jenis mudah menyesuaikan diri. Ketinggian tempat yang optimal sekitar 300 - 800 m dengan curah hujan 1.250 - 2.500
mm. Karena jenis ini self steril (tidak menyerbuk sendiri), maka banyak hasil persilangan yang dikultivasi sehingga
identifikasi menjadi sulit.

Tahun 1947, Thomas dari Uganda membeda-bedakan jenis sebagai berikut:

1. Bentuk yang tumbuh tegak ke atas atau bentuk Robusta, pohon yang tak dipangkas menjadi pohon yang tinggi.
2. Bentuk yang melebar atau bentuk ganda. Bila tidak dipangkas, bentuk tanaman ini akan menjadi perdu dan
daunnya tumbuh lebih kecil.

Sifat-sifat khusus dari jenis Robusta, selain tersebut di atas ialah:

• Bau dan rasanya tidak seenak kopi Arabika, tetapi produksinya jauh lebih tinggi. Karena rasanya tidak seenak kopi
Arabika, maka harganya lebih rendah.
• Tanaman di kebun, pemeliharaannya lebih mudah dan biaya dapat dihemat.
• Daun lebih kecil, dengan permukaannya agak berombak, dan dari batangnya banyak tumbuh cabang-cabang.
• Jenis-jenis ini tahan Hemileia vastatrix.

2.3. Kopi Liberika. Bull Ex. Hiern

Jenis ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Kopi Liberika penyebarannya sangat cepat pada waktu
kopi Arabika diserang Hemileia vastatrix, sebab jenis ini diperkirakan tahan terhadap Hemileia vastatrix, akan tetapi ternyata
tidak, sehingga diganti dengan jenis Robusta. Jenis Liberika ini sekarang hampir musnah, tinggal 1% dari seluruh jenis kopi
yang ada.

Jenis Liberika ini memiliki sifat-sifat :

• Tanaman yang tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 10 m atau lebih. Pohon berukuran besar bila dibanding
dengan jenis lain, demikian juga mengenai daun, cabang dan buahnya.
• Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat berbunga atau berbuah beberapa kali. Bunga
dan buah bukan hanya terdapat pada cabang primer saja, melainkan juga terdapat pada batang pokok yang
umurnya jauh lebih lanjut dan berbuah sepanjang waktu, atau buahnya kurang teratur.
• Besar kecilnya buah tidak merata. Pada umumnya buah besar, tetapi bijinya kecil, sehingga perbandingan buah
basah dengan biji kering 10 : 1.
• Tanaman dapat tumbuh di dataran rendah dan beriklim panas maupun basah. Jenis ini tidak menuntut tanah yang
subur dan pemeliharaan yang istimewa.
• Karena tepung sari jenis Liberika ringan maka penyerbukan silang lewat angin dan serangga.

III. Biologi Tanaman Kopi

3.1. Sistem Percabangan Tanaman Kopi

Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea.
Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur
dengan ujung agak meruncing. daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai
sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat
dan fungsinya agak berbeda.

3.2. Sistem Perakaran Tanaman Kopi

Meskipun tanaman kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai perakaran yang dangkal. Oleh karena itu
tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa.

Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi akar tunggang tersebut hanya
dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya
merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang
bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah.

3.3. Bunga dan Buah Tanaman Kopi

Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang
terletak pada batang utama atau cabang reproduksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak
berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda.
Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari
kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian
berkembang menjadi bunga secara serempak dan bergerombol.

3.4. Jenis Cabang Kopi

3.4.1. Cabang Reproduksi (cabang orthrotrop)

Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. ketika masih muda cabang ini juga sering disebut
wiwilan. Cabang ini berasal dari tunas reproduksi yang terdapat di setiap ketiak daun pada batang utama atau cabang
primer. Setiap ketiak daun bisa mempunyai 4-5 tunas reproduksi, sehingga apabila cabang reproduksi mati bisa diperbaharui
sebanyak 4-5 kali. Cabang ini mempunyai sifat seperti batang utama, sehingga bila suatu ketika batang utama mati atau
tidak tumbuh sempurna, maka fungsinya dapat digantikan oleh cabang ini.

3.4.2. Cabang Primer (cabang plagiotrop)

Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari cabang primer.
Pada setiap ketiak daun hanya mempunyai satu tunas primer, sehingga apabila cabang ini mati, ditempat itu sudah tidak
dapat tumbuh cabang primer lagi. Cabang primer mempunyai ciri-ciri (1). arah pertumbuhannya mendatar, (2). Lemah, (3).
berfungsi sebagai penghasil bunga karena disetiap ketiak daunnya terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi
bunga.

Setiap ketiak daun pada cabang primer mempunyai tunas reproduksi dan tunas sekunder. Tunas reproduksi dapat tumbuh
menjadi cabang reproduksi, demikian pula tunas sekunder dapat tumbuh menjadi cabang sekunder. Namun demikian tunas
reproduksi dan tunas sekunder tersebut biasanya tidak berkembang menjadi cabang, melainkan tumbuh dan berkembang
menjadi bunga.

3.4.3. Cabang Sekunder

Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder. cabang ini mempunyai
sifat seperti cabang primer sehingga dapat menghasilkan bunga.

3.4.4. Cabang Kipas

Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Pohon yang sudah
tua biasanya hanya tinggal mempunyai sedikit cabang primer karena sebagian besar sudah mati dan luruh. Cabang yang
tinggal sedikit ini biasanya terletak diujung batang dan mempunyai pertumbuhan yang cepat sehingga mata reproduksinya
tumbuh cepat menjadi cabang-cabang reproduksi. Cabang reproduksi ini sifatnya seperti batang utama dan sering disebut
sebagai cabang kipas.

3.4.5. Cabang Pecut

Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer, meskipun tumbuhnya cukup kuat.

3.4.6. Cabang Balik

Cabang Balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang priemer, berkembang tidak normal dan mempunyai arah
pertumbuhan menuju ke dalam mahkota tajuk.

3.4.7. Cabang Air

Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuhnya pesat, ruas-ruas daunnya relatif panjang dan lunak atau banyak
mengandung air.

3.5. Bunga Tanaman Kopi

Jumlah kuncup bunga pada setiap ketiak daun terbatas, sehingga setiap ketiak daun yang sudah menghasilkan bunga
dengan jumlah tertentu tidak akan pernah menghasilkan bunga lagi. Namun demikian cabang primer dapat terus tumbuh
memanjang membentuk daun baru, batang pun dapat terus menghasilkan cabang primer sehingga bunga bisa terus
dihasilkan oleh tanaman. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara dengan baik dapat menghasilkan ribuan
bunga dalam satu saat. Bunga tersebut tersusun dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 4-6 kuntum bunga. Pada
setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8-18 kuntum bunga, atau setiap buku menghasilkan 16-36 kuntum bunga.

Bunga tanaman kopi berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga berwarna
hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benangsarinya terdiri dari 5-7 tangkai yang
berukuran pendek. Bila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkotanya akan membuka dan segera mengadakan
penyerbukan (peristiwa bertemunya tepungsari dan putik). Setelah terjadi penyerbukan, secara perlahan-lahan bunga akan
berkembang menjadi buah. Mula-mula mahkota bunga tampak mengering dan berguguran. Kemudian kulit buah yang
berwarna hijau makin lama makin membesar. bila sudah tua kulit ini akan berubah menguning dan akhirnya menjadi merah
tua. waktu yang diperlukan sejak terbentuknya bunga hingga buah menjadi matang ± 6-11 bulan, tergantung dari jenis dan
faktor-faktor lingkungannya. Kopi arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi robusta 8-11 bulan.

Bunga tanaman kopi biasanya akan mekar pada permulaan musim kemarau sehingga pada akhir musim kemarau telah
berkembang menjadi buah yang siap dipetik. Pada awal hujan, cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun
baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim kemarau mendatang. Menurut cara penyerbukannya, kopi dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu kopi self steril dan kopi self fertil. Kopi self steril adalah jenis kopi yang tidak akan menghasilkan
buah bila bunganya mengadakan penyerbukannya sendiri (tepung sari berasal dari jenis kopi yang sama). Kopi self steril ini
baru menghasilkan buah bila bunganya menyerbuk silang (tepung sari berasal dari kopi jenis lainnya). Oleh karena itu
tanaman kopi ini harus ditanam bersamaan dengan kopi jenis lainnya sehingga penyerbukan silang bisa berlangsung. Kopi
self fertil adalah kopi yang mampu menghasilkan buah bila mengadakan penyerbukan sendiri sehingga tidak harus ditanam
bersamaan dengan kopi jenis lainnya.
3.6. Buah Kopi

Buah tanaman kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 (tiga) bagian lapisan kulit luar (eksokarp),
lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras. Buah kopi umumnya mengandung
dua butir biji, tetapi kadang-kadang hanya mengandung 1 (satu) butir atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali. Biji ini
terdiri dari atas kulit biji dan lembaga. Lembaga atau sering disebut endosperm merupakan bagian yang bisa dimanfaatkan
sebagai bahan untuk membuat minuman kopi.

IV. Persyaratan Tumbuh Tanaman Kopi

Secara ekonomis pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada atau dipengaruhi oleh keadaan iklim dan
tanah. Kebutuhan pokok lainnya yang tak dapat diabaikan adalah mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan
terhadap hama dan penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah
pemeliharaan, seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan pemberantasan hama dan penyakit.

4.1. Iklim yang Cocok untuk Tanaman Kopi

Persyaratan iklim kopi Arabika :

• Garis lintang 6-9o LU sampai 24o LS.


• Tinggi tempat 1250 s/d 1.850 m dpl.
• Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th.
• Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan.
• Suhu udara rata-rata 17-21o C.

Persyaratan iklim Kopi Robusta :

• Garis lintang 20o LS sampai 20o LU.


• Tinggi tempat 300 s/d 1.500 m dpl.
• Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th.
• Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan.
• Suhu udara rata-rata 21-24o C.

Pengaruh angin :

Pohon tanaman kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, lebih-lebih dimusim kemarau. Karena angin itu
mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, angin dapat juga
mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi, sehingga merusakkan tanaman di bawahnya.

4.2. Tanah

Sehubungan dengan tanah ini yang penting untuk dipelajari terutama sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah.
a. Sifat fisik tanah untuk pertanaman kopi

Sifat fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah. Tanah untuk tanaman kopi berbeda-beda, menurut
keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam,
gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang
tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang
demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal,
karena dapat membusukkan perakaran, sekurang-kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar
tanaman kopi membutuhkanoksigen yang tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat
adalah tidak cocok. Sebab kecuali tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun menjadi jelek.

Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat air. Selain itu
tanah pasir berat juga mengandung N atau zat lemas. Zat lemas sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, terutama dalam
pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di tanah-tanah hutan belantara hasilnya sangat
memuaskan, karena humus banyak mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk petumbuhan dan pembuahan.

Sebaliknya pada tanah-tanah yang ditanami kembali (tanaman ulang = replanting) pertumbuhan dan hasilnya kurang
memuaskan. Maka apabila dipandang perlu tanaman ulang ini hendaknya diganti dengan tanaman yang tidak sejenis,
karena tanaman yang berlainan kebutuhan zat makanan juga berbeda.

b. Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan tanah dan PH. Di atas telah dikemukakan, bahwa tanaman
menghendaki tanah yang dalam, gembur dan banyak mengandung humus.

Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan. Tanah yang subur berarti
banyak mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi.

Tanaman kopi menghendaki reksi yang agak asam dengan PH 5,5 - 6,5. Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada
tanaman yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisisnya baik, dengan daun-daun cukup ion Ca++ untuk fisiologi zat
makanan dengan jumlah makanan tanaman yang cukup. Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi dengan
kapur tohor, atau yang lebih tepat diberikan dalam bentuk pupuk; misalnya serbuk tulang/Ca-(PO2) + Calsium
metaphospat/Ca(PO2).

V. Bercocok Tanam Tanaman Kopi

Dalam rangka bercocok tanam kopi, selain memperhatikan keadaan iklim, jenis dan varietas yang akan ditanam, juga harus
diperhatikan pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan, seperti :

5.1. Pembibitan dan Persemaian Tanaman Kopi

Bibit yang akan ditanam dapat berasal dari :

- biji (zaaling), pembiakan secara genertaif.

- Sambungan atau stek, pembiakan secara vegetatif.


5.1.1. Pembiakan Bibit Tanaman Kopi dari Biji

Cara memperoleh biji kopi :


1. Dari kebun sendiri, biji diambil dari pohon yang telah diketahui mutunya. Pohon induk yang produksinya cukup
tinggi, tahan terhadap nematoda, bubuk buah maupun bubuk batang, atau dengan kata lain yang tahan terhadap
hama dan penyakit.
2. Balai penelitian perkebunan, bersumber dari kebun percobaan yang menghasilkan biji telah teruji keunggulannya.

Cara memilih dan memelihara biji kopi:

Buah yang dipungut adalah yang masak, kemudian dipilih yang baik, tidak cacat dan yang besarnya normal. Jika biji ini tidak
memenuhi syarat harus disingkirkan. Semua buah/biji kopi yang memenuhi syarat kemudian dikerjakan sebagai berikut:

• Biji dikelupas kulitnya, dinjak-injak dengan kain, tetapi kulit tanduk tidak sampai lepas.
• Lendir yang melekat dibersihkan, dengan jalan dicuci atau digosok permukaannya dengan abu dapur.
• Setelah bersih biji dikering anginkan satu atau dua hari, tidak langsung terkena sinar matahari, melainkan kering
angin.
• Biji-biji yang sudah kering, selanjutnya diadakan pemilihan yang kedua kalinya. Jika biji kopi itu hampa dan
bentuknya jelek, harus disortasi, tidak perlu disemai.

Cara menyimpan biji kopi:

Biji-biji kopi yang telah dipilih dalam keadaan kering dapat terus disemaikan. Untuk menungggu musim persemaian yang
tepat, biji dapat disimpan untuk sementara waktu. Dan untuk menghindari terjadinya serangan hama bubuk atau untuk
memetikan bubuk yang mungkin ada, maka biji-biji kopi tersebut bisa dimasukkan dalam peti dengan jalan:

• Pada dasar peti diberi lapisan kain yang diberi minyak terpentin dengan dosis 1 cc / 100 cm2. Dan di atas kain pada
lapisan biji setebal 5 cm, diberi kain lagi yang diberi minyak terpentin pula, demikian seterusnya sehingga peti itu
penuh.
• Bila peti itu sudah penuh, kemudian ditutup rapat-rapat dan dibiarkan selama 3 hari 3 malam agar semua hama
mati karenanya.
• Kalau penyimpanan itu berlangsung agak lama, maka biji tersebut perlu dicampur dengan bubuk arang yang
dibasahi dengan air, dengan perbandingan 1 kg bubuk arang : 150 cc air.
• Perbandingan antara biji dan bubuk arang yakni 3:1. Atau 3 kg biji dicampur 1 kg bubuk arang yang telah dibasahi
tadi.

Lamanya penyimpanan biji kopi:

Penyimpanan biji tidak boleh terlalu lama, sebab jika terlalu lama daya tumbuhnya akan menurun atau akan habis sama
sekali.

Biji-biji kopi yang baru akan tumbuh 90 - 100%, sedang yang disimpan sekitar 6 bulan daya tumbuhnya 60 - 70%. Sebaiknya
penyimpanannya jangan sampai lebih dari 3 bulan, dan yang paling baik ialah bila penyimpanan itu dilakukan sekitar dua
bulan. Penyimpanan dimasukkan kedalam ruangan yang gelap dan sejuk.
Penaburan biji kopi:

Bibit kopi dapat ditanam setelah umur 8-9 bulan. Maka penaburab biji kopi dipersemaian harus memperhatikan rencana
penanaman.

• Kalau bibit kopi ditanam sebagai zaailing, maka baiklah bila biji itu ditaburkan pada bulan Januari - Februari.
Dengan demikian kelak musim tanam tiba bibit sudah berumur 10-11 bulan.
• Kalau bibit akan ditanam sebagai sambungan, baiklah kalau biji itu ditaburkan pada bulan Agustus. Selanjutnya bibit
dapat disambung pada umur satu tahun. Dan pada waktu itu masih banyak biji yang segar. Bila kelak bibit akan
ditanam pada bulan November/Desember bibit sambungan tersebut sudah berumur 4 bulan.
• Banyaknya biji yang akan ditaburkan tentu saja harus disesuaikan dengan luas rencana penanaman. Biji yang
ditaburkan perlu diperhitungkan 2 kali lipat dari bibit yang akan ditanam, hal ini bila ditanam sebagai zaailing. Tetapi
bila bibit itu akan disambung, maka jumlah biji yang akan ditaburkan adalah dua setengah kali dari rencana
penanaman. Hal ini mengingat bahwa daya tumbuh sambungan belum tentu bisa mencapai 100%.

Persemaian biji kopi :

Persyaratan tempat persemaian biji kopi, sebagai berikut:

1. Tanah sedapat mungkin dipilih yang agak datar, subur, dan banyak mengandung bunga tanah.
2. Dekat perumahan dan sumber air, agar memudahkan pengamatan dan pemeliharaan pada musim kemarau,
terutama dalam melakukan penyiraman.
3. Ada pohon pelindung, agar dapat menahan terik matahari dan percikan air hujan yang lebat, sehingga tidak
merusakkan bibit.
4. Terhindar dari bibit penyakit dan hama, tempat-tempat yang akan dipergunakan sebagai persemaian sebaiknya
diselidiki terlebih dahulu terhadap kemungkinan adanya infeksi penyakit dan hama. Sehingga apabila ada bibit
penyakit atau hama harus diadakan pencegahan dan pemberantasan.

Tingkat penyemaian biji kopi ada dua tingkat, yaitu: tingkat perkecambahan, dan dederan bibit (pemindahan dari
perkecambahan).

a. Tingkat perkecambahan biji kopi

Sebelum ditanam di persemaian, semua biji dikecambahkan lebih dahulu. Pada tempat perkecambahan dibentuk bedengan-
bendengan dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang 2,4 m. Selanjutnya pada bedengan itu dilapisi pasir setebal 5 - 10 cm,
dan di atas bedengan diberi atap.

Semua biji dibenamkan pada lapisan pasir menghadap ke bawah, artinya bagian punggung di atas, dan bagian perut
menghadap ke bawah. Pembenaman dilakukan sedemikian rupa sehingga bagian teratas kelihatan rata dengan lapisan
pasir. Biji dibenamkan secara berderet dalam satu baris, jarak antara baris larikan yang satu dengan lainnya 5 cm.
Sedangkan jarak antara biji dengan biji 2,5 cm.

Setiap 1 m bisa memuat 2.000 - 3.000 biji kopi, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya biji dan jenisnya. Biji yang
ditaburkan bisa dengan kulit biji tanduk atau tanpa kulit tanduk. Tetapi lebih baik biji kopi tersebut dilepas kulit tanduknya,
sehingga mereka akan lebih cepat tumbuh dan tidak menjadi sarang penyakit.

Setelah selesai pembenaman, biji-biji kopi tersebut diberi pasir lagi, tipis-tipis saja. Tempat perkecambahan ini harus dijaga
supaya tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban biji-biji tersebut, di atas bedengan yang tertutup pasir tadi diusahakan
ditutup dengan lalang atau jerami yang dipotong-potong antara 0,5 - 1 cm, kemudian diadakan penyiraman dua atau tiga kali
sehari. Setelah berumur 4 - 8 minggu, biji kopi tersebut akan berkecambah, kemudian dapat dipindahkan ke persemaian
atau tempat dederan.

Proses perkecambahan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Di dataran rendah yang beriklim panas dengan suhu 820,
perkecambahan itu makan waktu 3 - 4 minggu. Sedangkan di dataran tinggi yang beriklim dingin perkecambahan makan
waktu 6 - 8 minggu.

Selama proses perkecambahan, cotyledon-cotyledon dan embrio kecil pada biji kopi membengkak dengan menghisap
endosperma, kemudian akar kecil (radicula) dan hypocotyl tumbuh. Akhirnya hypocotyl muncul dari tanah dengan bentuk
membungkuk dan berdiri tegak dengan mengangkat cotyledon-cotyledon yang masih tertutup oleh endosperma dan kulir ari
serta endosperma. Pertumbuhan pada tingkat demikian sering disebut "soldatje" atau serdadu.

Dalam pertumbuhan soldatje itu untuk sementara berhenti tumbuh lebih kurang 1 bulan. Kemudian mulai tumbuh lagi, yakni
cotyledon membesar sehingga endosperma dan kulit ari sobek kemudian endoscarp lepas. Selanjutnya cotyledon terangkat
seolah-olah masih melekat, kemudian terpisah, tumbuh sepasang keping daun yang disebut "kepel".

Semai dalam tingkat ini sudah berumur 2 - 3 bulan, selanjutnya dapat dipindahkan ke persemaiaan.

b. Dederan bibit kopi

Kecambah kopi yang dipindahkan dapat berupa serdadu (soldatje) atau kepel (kecambah yang kepingnya sudah membuka).
Kecambah kopi yang dipindahkan kepersemaian harus dilakukan dengan sangat hati-hati, supaya akar tidak rusak.
Pemindahan ini tidak boleh dicabut, melainkan harus disongkel dengan sebilah bambu atau solet. Sebelum bibit dipindahkan
kepersemaian harus diseleksi bentuk perakarannya terlebih dahulu, karena akar yang pertumbuhannya bengkok kurang
baik, tanaman menjadi kerdil.

Tanah persemaian dicangkul sedalam 30 cm atau lebih, karena bibit akan berada dipersemaian agak lama, sekurang-
kurangnya 9 bulan. Agar tanah itu strukturnya baik, setelah pencangkulan itu sudah bersih dari batu-batuan dan sisa-sisa
kayu, kemudian barulah diberi pupuk organik. Pupuk tersebut dapat berupa pupuk kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk
hijau dan lain sebagainya. Selanjutnya pada tanah persemaian dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 1,20 m dan
panjang 10 m, dan bedengan tersebut dibuat membujur ke arah utara - selatan.

Bilamana bedengan telah siap, semai dalam bentuk kepelan/serdadu dapat dipindahkan. Kalau semua ini akan ditanam
sebagai zaailing yang lebih muda, jarak tanamnya bisa dibuat 15 x 30 cm. Tetapi kalau bibit tersebut akan disambung, jarak
harus diperpanjang, antara 20 x 40 cm. Artinya jarak tanam 20 cm dan jarak antar baris 40 cm.

Penanama harus dilakukan dengan hati-hati sekali, dengan maksud supaya akar dan batang kepelan tidak rusak. Untuk
keperluan tersebut tempat-tempat yang akan ditanami harus dibuat lubang terlebih dahulu dengan suatu alat tertentu,
misalnya bilah bambu atau tusuk. Kemudian barulah bagian akar dan batang ditempelkan pada salah satu sisi lubang
dengan tangan kiri, dan tangan kanan melakukan pemadatan tanah dengan hati-hati sekali. Jarak antara daun kepelan
dengan tanah lebih kurang 3 cm.

5.1.2. Bibit Tanaman Kopi Asal Kultur Jaringan

Bahan yang digunakan adalah potongan daun kopi muda yang masih berwarna hijau-kemerahan atau hijau segar. Daun
tersebut dipotong kecil-kecil berukuran kurang lebih 5 mm berbentuk segi empat atau kotak. Potongan daun tadi ditanam di
dalam cawan kecil yang berisi campuran bahan-bahan khusus yang telah dibuat dan diperhitungkan untuk memenuhi
kebutuhan makanan bagi potongan daun kopi tersebut.
Campuran bahan-bahan ini dinamakan “media.” Untuk membuat potongan daun mampu tumbuh dan berkembang, tentunya
perlu beberapa perlakuan khusus agar dapat berhasil membentuk bibit yang sempurna. Perlakuan ini dilakukan
di laboratorium, rumah kaca, dan tempat persemaian di kebun. Perlakuan yang diberikan di laboratorium meliputi jenis
media, macam dan kadar zat pengatur tumbuh, kondisi penanaman yang paling sesuai, dan sebagainya.
Sebelum menjadi tanaman, potongan daun tersebut akan membentuk gumpalan-gumpalan yang berwarna putih-kekuningan
dan krem, berbentuk bulat atau lonjong yang disebut sebagai "kalus". Selanjutnya kalus ini akan tumbuh dan berkembang
menjadi calon atau bakal bibit yang disebut "embrio".
Dalam beberapa percobaan, ada juga dari potongan daun langsung membentuk embrio. Embrio inilah yang akan tumbuh
dan berkembang menjadi bibit yang ukurannya kecilkecil.
Selanjutnya, bibit dipindah ke dalam botol yang sesuai dengan ukuran bibit agar tumbuh dan berkembang lebih jauh menjadi
tanaman yang lebih besar. Pada tahap ini bibit diberi beberapa perlakuan seiring dengan pertambahan umur.
Di rumah kaca, perlakuan yang diberikan meliputi umur dan kondisi bibit, macam bahan untuk tempat pertumbuhan bibit,
cahaya, kelembapan, suhu, dan sebagainya. Adapun perlakuan yang diberikan di tempat persemaian, yang paling
penting adalah tingkat cahaya dan penaungan untuk mengatur kelembapan.
Apabila perlakuan terakhir ini sudah berhasil, maka bibit kopi siap ditanam secara luas di kebun. Berdasarkan hasil
penelitian, bibit kopi asal kultur jaringan dapat tumbuh dan berkembang normal seperti tanaman kopi dari benih ataupun
cangkok. Bahkan pertumbuhan dan perkembangannya lebih pesat dan waktu berbuahnya lebih cepat dibanding tanaman
dari benih maupun cangkok.

Dibanding tanaman kopi asal benih maupun cangkok, tanaman kopi asal kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan,
yaitu: proses pembuatannya lebih praktis, karena hanya dilakukan dalam ruangan yang relatif kecil; bibit yang dihasilkan
lebih seragam, baik umur, tinggi maupun kondisi fisik lainnya; proses pembuatannya berlangsung cepat, karena tidak
menunggu tanaman induk sampai besar/dewasa; dapat dihasilkan dalam jumlah besar sesuai pesanan dalam waktu relatif
singkat (Imron Riyadi).

5.2. Persiapan Lahan Budidaya Tanaman Kopi

5.2.1. Pembukaan Lahan

a. Areal Hutan Sekunder Bekas Ladang Berpindah

- Dipilih areal hutan sekunder dengan kepemilikan jelas.

- Pembongkaran pohon-pohon, tunggul beserta perakarannya.

- Pembongkaran tanaman perdu dan pembersihan gulma.

- Pembersihan lahan, kayu-kayu ditumpuk di satu tempat di pinggir kebun.

- Pencetakan kebun secara hektaran.

- Pembuatan jalan-jalan, jembatan beserta saluran drainase.

- Pembuatan teras-teras pada lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 15%.

- Mengajir dan menanam tanaman penaung sementara dan penaung tetap.

- Ajir lubang tanam, jarak tanaman kopi arabika kate (Kartika 1 & Kartika 2) 1,25 m X 2 m atau 1,5 m X 2 m. Jarak tanam
kopi jagur (AB 3, USDA 762 dan S 795) adalah 2 m X 2,5 m atau m X 2,5 m.

- Pembuatan lobang tanam. Ukuran lobang tergantung tekstur tanah. Makin berat tanah ukuran lubang makin besar. Ukuran
lubang yang lazim adalah 60 X 60 X 60 cm. Lubang dibuat 6 bulan sebelum tanam. Untuk tanaman yang kurang subur dan
kadar bahan organiknya rendah, ditambahkan pupuk hijau dan pupuk kandang.

- Tutup lubang tanam, 1 – 3 bulan sebelum ditanam kopi dan dujaga agar batu-batu, cadas dan sisa-sisa akar tidak masuk
kedalam lubang tanam.

- Selama persiapan lahan, pada areal yang kosong dapat ditanami beberapa jenis tanaman semusim, misalnya kedelai, ubi
jalar, jagung, kacang-kacangan. Jenisnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan petani, peluang pasar dan iklim mikro yang
ada.

b. Areal Kebun Aneka Tanaman

- Pemberian tanda tanaman-tanaman yang dipilih sebagai penaung kopi. Dipilih jenis yang bernilai ekonomis, tajuknya
mudah diatur (tahan pangkas) dan lebih baik meneruskan cahaya diffuse. Jarak antar tanaman ± 10 m X 10 m tergantung
pada besarnya ukuran tajuk (habitus) tanaman.

- Memotong perdu dan semua tanaman yang tidak dipilih.

- Kayu diusahakan untuk di tumpuk di pinggir kebun.

- Membersihkan gulma secara manual atau kimiawi.

- Ajir lubang tanam kopi, pembuatan lubang, isi lubang dan tutup lubang sama seperti diuraikan diatas.

c. Areal Semak Belukar

- Pada prinsipnya sama dengan persiapan lahan dari hutan sekunder.

- Sisa-sisa semak dapat ditumpuk dalam barisan-barisan di dalam kebun (model lorong = alley system). Lebar lorong yang
bersih dari tumpukan semak 1 m dan jarak antar lorong 4-5 m.

- Ajir penaung di dalam lorong, jarak antar ajir 2-2,5 m.

- Tanam pohon penaung.

- Ajir lubang tanam kopi di dalam lorong, jarak 1,25 m untuk kopi kate, dan 2 m untuk kopi jagur.

- Pembuatan lubang tanam ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Lubang dibuat 6 (enam) bulan sebelum tanam.

- Lubang diisi pupuk hijau dari hasil tebasan gulma.

- Tutup lubang tanam, 1-3 bulan sebelum tanam bibit kopi.

- Selama persiapan lahan tersebut di dalam lorong dapat diusahakan beberapa jenis tanaman semusim, jenisnya
disesuaikan dengan kebutuhan petani, peluang pasar dan iklim mikro yang ada.

d. Pengendalian Alang-alang (Imperata cylindrica)

Menurut Balit Karet Sembawa (1996), pengendalian alang-alang dapat dilakukan secara perebahan, mekanisme, kultur
teknis, kimiawi dan terpadu.

1) Perebahan :
- Daun dan batang alang-alang yang telah direbahkan akan kering dan mati tanpa merangsang pertumbuhan tunas dan
rimpang serta dapat berfungsi sebagai mulsa.

- Perebahan dapat menggunakan papan, potongan kayu atau drum.

- Setelah alang-alang terkendali, lahan siap untuk usaha tani kopi dengan tahap-tahap seperti yang telah diuraikan di atas.

2) Cara Mekanis :

- Dilakukan dengan pengolahan tanah.

- Penebasan dapat mengurangi persaingan alang-alang dengan tanaman pokok tetapi hanya bersifat sementara dan harus
sering diulangi minimum sebulan sekali.

- Setelah alang-alang terkendali, lahan siap untuk usaha tani kopi dengan tahapan seperti yang telah diuraikan di atas.

3) Cara Kultur Teknis :

- Penggunaan tanaman penutup tanah leguminosa (PTL). Jenis-jenis PTL yang sesuai meliputi Centrosema pubescens,
Pueraria javanica, P. triloba, C. mucunoides, Mucuna spp. dan Stylosanthes guyanensis.

- Semprot alang-alang dengan herbisida dengan model lorong, lebar lorong 2 m, jarak antar lorong 4 m.

- Apabila alang-alang sudah kering, buat dua jalur tanam sedalam 5 cm, jarak antar alur 70 cm.

- Gunakan PTL sesuai rekomendasj untuk daerah setempat, kebutuhan benih 2 kg/ha.

- Benih dicampur pupuk SP-36 sebanyak 24 kg/ha kemudian ditaburkan di dalam alur.

- Tutup alur dengan tanah setebal 1 cm.

- Alang-alang akan mati setelah tertutup oleh tajuk PTL.

- Metode ini lebih tepat untuk areal yang sudah ada tanaman pokoknya.

e. Pengendalian Secara Terpadu (Pengolahan Tanah Minimum dan Penggunaan


Herbisida)

- Semprot alang-alang yang sedang tumbuh aktif dengan herbisida sistemik.

- Rebahkan alang-alang yang sudah mati dan kering.

- Tanam tanaman semusim dengan cara tugal sebagai pre-cropping.

- Bersamaan dengan itu lahan siap ditanami tanaman penaung dan tanaman kopi dengan tahap-tahap seperti telah
diuraikan.
5.2.2. Penanaman Penaung Tanaman Kopi

Ditanami minimal satu tahun sebelum penanaman tanaman kopi.

Syarat-syarat Pohon Penaung

- Memiliki perakaran yang dalam.

- Memiliki percabangan yang mudah diatur.

- Ukuran daun relatif kecil tidak mudah rontok dan memberikan cahaya diffus.

- Termasuk leguminosa dan berumur panjang dan berumur panjang.

- Menghasilkan banyak bahan organik.

- Tidak menjadi inang hama-penyakit kopi.

a. Penaung Sementara Tanaman Kopi

- Jenis tanaman penaung sementara yang banyak dipakai adalah Moghania macrophylla (Flemingia congesta), Crotalaria
spp, Tephrosia spp.

- Moghania cocok untuk tinggi tempat 700 m dpl ke bawah.

- Untuk daerah 1.000 m dpl ke atas sebaiknya dipakai Tephrosia atau Crotalaria.

- Untuk komplek-komplek nematoda dipakai Crotalaria.

- Naungan sementara ditanam dalam barisan dengan selang jarak 2-4 m atau mengikuti kontur.

b. Penaung Tetap Tanaman Kopi

- Pohon penaung tetap yang banyak dipakai di Indonesia adalah lamtoro (Leucaena spp), sengon (Albizia sp), dadap
(Erythrina sp), Gliricidia dan cemara (Casuarina).

- Lamtoro tidak berbiji dapat diperbanyak dengan cangkokan atau okulasi, ditanam dengan jarak 2 m x 2,5 m, setelah besar
secara berangsur-angsur dijarangkan menjadi 4 m x 5 m.

- Sengon digunakan pada daerah kering dan tinggi (1.000-1.500 m dpl), seperti banyak dijumpai di Timor-Timur. Ditanam
dengan jarak 2 m x 2,5 m kemudian setelah besar secara berangsur-angsur dijarangkan menjadi 10 m x 10 m.

- Cemara banyak digunakan di Irian Jaya dan Timor-Timur untuk daerah tinggi di atas 1.500 m dpl.

5.2.3. Tumpangsari (Intercropping)

- Digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi resiko usaha tani, serta menjamin kelangsungan
pendapatan.
- Dilakukan dengan pengusahaan tanaman semusim, (khususnya untuk lahan-lahan datar/landai), dan penggunaan tanaman
penaung produktif.

- Jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan petani, peluang pasar, nilai ekonomi dan iklim mikro yang ada.

a) Tumpangsari Tanaman Semusim Dengan Kopi

- Diusahakan selama masa persiapan lahan dan selama tanaman kopi belum menghasilkan (tajuk kopi belum saling
menutup) atau selama iklim mikro masih memungkinkan.

- Untuk pengusahaan yang bersifat lebih permanen pada lahan datar dapat dilakukan dengan sistem budidaya lorong (alley
cropping). Pada tiap 3-5 barisan kopi disediakan lorong dengan Iebar 8 m untuk tanaman tumpangsari.

- Tanaman semusim yang banyak diusahakan antara lain adalah jenis hortikultura (kubis, kentang, wortel, tomat, dan cabe),
Palawija (jagung), kacang-kacangan dan umbi-umbian.

- Tanaman jagung yang mempunyai pertumbuhan tinggi dapat juga berfungsi sebagai penaung sementara yang efektif.

- Limbah tanaman semusim dimanfaatkan untuk pupuk hijau atau mulsa tanaman kopi.

b) Pohon Penaung Produktif

- Dipilih yang memiliki kanopi tidak terlalu rimbun, daun berukuran kecil atau sempit memanjang agar dapat memberikan
cahaya diffus dengan baik.

- Bukan inang hama penyakit utama kopi.

- Tidak menimbulkan pengaruh allelopati.

- Pohon penaung produktif ditanam dengan jarak ± 10 m x 10 m tergantung ukuran besarnya tajuk tanaman.

- Pohon produktif yang banyak dipakai untuk kopi antara lain Macadamia dan jeruk keprok. Untuk kopi robusta antara lain
petai, jengkol dan kelapa.

- Jeruk keprok ditanam dengan jarak 6 m x 8 m atau 8 m x 8 m. Macadamia, petai dan jengkol ditanam dengan jarak 5 m x 5
m, kemudian secara berangsur-angsur dijarangkan menjadi 10 m x 10 m.

5.3. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Kopi

5.3.1. Hama

Nematoda Parasit

Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis merupakan nematoda endoparasit yang berpindah-pindah. Daur hidup
P.coffeae sekitar 45 hari dan R.similis sekitar 1 bulan.
Gejala: Tanaman kopi yang terserang kelihatan kerdil, daun menguning dan gugur. Pertumbuhan cabang-cabang primer
terhambat sehingga hanya menghasilkan sedikit bunga, bunga premature dan banyak yang kosong. Bagian akar akar
serabut membusuk, berwarna coklat atau hitam. Pada serangan berat tanaman akhirnya mati.

Pengendalian di pembibitan: Disarankan menggunakan cara kimiawi yaitu dengan fumigasi media bibit menggunakan
fumigan pra tanam, misalnya Basamid G dan Vapam L. Untuk nematisida sistemik dan kontak a.l.: Curaterr 3G, Vydate 100
AS, Rhocap 10G dan Rugby 10G.Vydate diaplikasikan dengan cara disiramkan pada bibit dengan konsentrasi 1,0% dan
dengan dosis 250 ml/bibit.

Pengendalian di pertanaman: Penggunaan jenis kopi tahan nematoda parasit. Digunakan sebagai batang bawah misalnya
kopi ekselsa (Coffeae exelsa), klon Bgn 121.09 dan kopi robusta klon BP 961. Cara kultur teknis: pembukaan lubang tanam,
rotasi tanaman dan pembuatan parit barier.

Pengendalian hayati: Untuk menekan populasi nematoda menggunakan musuh alami berupa bakteri, jamur dan nematoda
predator.

Pengendalian kimiawi: Beberapa nematisida sistemik maupun kontak yang disarankan a.l. karbofuran (Curaterr 3G–35 g /
tanaman), oksamil (Vydate 100 AS 1,0% 1 – 2.5 l / tanaman) dan etoprofos (Rhocap 10G - 25 g / tanaman). Aplikasi diulang
tiap tiga bulan.

Hama Penggerek Buah Kopi

Serangga dewasa penggerek buah kopi atau bubuk buah kopi (BBK), Hypothenemus hampei (Coleoptera, Scolytidae)
berwarna hitam kecoklatan, panjang yang betina sekitar 2 mm dan yang jantan 1,3 mm. Telur diletakkan dalam buah kopi
yang bijinya mulai mengeras, umur stadium telur 5 – 9 hari. Lama stadium larva 10 – 26 hari, prapupa 2 hari dan stadium
pupa 4 – 9 hari. Masa perkembangan dari telur sampai dewasa 25 – 35 hari. Lama hidup serangga betina rata-rata 156 hari
dan serangga jantan maksimum 103 hari.

Gejala:Serangga BBK masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus. Serangan pada buah
muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan
bermutu rendah.

Pengendalian:

Pengendalian secara kultur teknis: Memutus daur hidup BBK, meliputi tindakan : Petik bubuk, yaitu mengawali panen
dengan memetik semua buak masak yang terserang bubuk 15 –30 hari menjelang panen besar.
Lelesan, yaitu pemungutan buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah terserang maupun buah tidak terserang,
selanjutnya buah juga direndam dalam air panas. Racutan / rampasan, yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada
akhir panen. Semua buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam air panas 5 menit. Pengaturan naungan untuk
menghindari kondisi pertanaman terlalu gelap yang sesuai bagi perkembangan BBK.

Pengendalian secara biologi: Menggunakan parasitoid Cephalonomia stephanoderis dan jamur patogen (Beauveria
bassiana). Aplikasi B.bassiana dianjurkan dengan dosis 2,5 kg biakan padat per hektar selama tiga kali aplikasi per musim
panen. Penggunaan tanaman yang masak serentak : Varietas USDA 230731 dan USDA 230762.
5.3.2. Penyakit Tanaman Kopi

Penyakit Karat Daun pada Tanaman Kopi

Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix B. et. Br. merupakan penyakit utama pada tanaman
kopi arabika.

Tanaman sakit ditandai oleh adanya bercak-bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daunnya, kemudian berubah
menjadi kuning tua. Di bagian ini terbentuk tepung berwarna jingga cerah (oranye) dan tepung dan ini adalah uredospora
jamur H. vastatrix Bercak yang sudah tua berwarna coklat tua sampai hitam, dan kering. Daun-daun yang terserang parah
kemudian gugur dan tanaman menjadi gundul. Tanaman yang demikian menjadi kehabisan cadangan
pati dalam akar-akar dan rantingrantingnya, akhirnya tanaman mati.

Dalam pembiakan dan penyebarannya, H vastatrix menggunakan uredospora yang mula-mula berbentuk bulat, kemudian
berubah menjadi memanjang dan bentuknya mirip dengan juring buah jeruk. Uredospora yang telah masak
berwarna jingga, pada sisi luarnya dibagian yang cembung mempunyai duri-duri. Penyebaran oredospora dari pohon ke
pohon terjadi karena benturan bantuan percikan air menyebabkan uredospora sampai pada sisi bawah daun. Infeksi jamur
terjadi lewat mulut-mulut daun yang terdapat pada sisis bawah daun. Dalam proses infeksinya uredospora mula-mula
membentuk buluh kecambah, kemudian membentuk apresorium di depan mulut kulit, selanjutnya jamur mengadakan
penetrasi kedalam jaringan jamur. Disamping bantuan air, beberapa agensia lain yang berpotensi membantu menyebarkan
uredosspora adalah angin, spesies trips tertentu, burung dan manusia.

Pada kopi robusta, penyakit ini tidak menjadi masalah, sedangkan pada kopi arabika penyakit ini menjadi masalah utama.
Cara pengendalian penyakit sementara ini dilakukan dengan dua cara, yaitu menanam jenis-jenis kopi arabika yang tahan
sepertio S 333, S 288 dan S 795, dan pengendalian dengan Fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 gr/liter air.

Penyakit Bercak Daun Cercospora

Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora coffeicola B.et Cke. C.coffeicola mempunyai konidium berbentuk gada,
ukurannya ada yang pendek dan ada juga yang panjang. Konidia dibentuk pad permukaan bercak, berbentuk seperti tepung
berwarna abu-abu.

Gejala:

Serangan dapat terjadi pada daun maupun pada buah. Pada daun yang sakit timbul bercak, mula-mula berwarna kuning tapi
bercak dikelilingi halo berwarna kuning. Pada buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang
lebih banyak menerima cahaya matahari. Pembusukan pada bagian yang berbecak dapat sampai ke biji sehingga dapat
menurunkan kualitas.

Pengendalian:

Secara kultur teknis, dengan memberi naungan yang cukup, pemupukan berimbang dan pengurangan kelembaban kebun
melalui pemangkasan dan pengendalian gulma. Secara kimiawi, melalui penyemprotan dengan Bavistin 50 WP 0,2%,
Cupravit OB 21 0,35%, Dithane M 45 80 WP 0,2%, Delsene MX 200 0,2% formulasi.
Penyakit Jamur Upas

Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor B.et Br. C.salmonicolor mempunyai basidium yang
tersusun parallel pada stadium kortisium. Basidium berbentuk gada pada ujungnya terbentuk empat sterigmata yang
mendukung basidiospora.

Gejala:

Cabang atau ranting yang terserang layu mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang yang di bawah, tengah maupun di
ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang. Stadium sarang laba-laba, berupa lapisan hifa tipis, berbentuk seperti jala
berwarna putih perak. Stadium bongkol berupa gambaran hifa berwarna putih biasanya dibentuk pada lentisel atau pada
celah-celah. Stadium kortisium berupa lapisan kerak berwarna merah jambu, terdiri atas lapisan himenium, biasanya
dibentuk pad sisi bawah cabang atau sisi cabang yang agak ternaung. Stadium nekator berupa bintil-bintil kecil berwarna
orange kemerahan merupakan sporodokhia jamur upas. Stadium nekator terdapat pad cabang yang tidak terlindung.

Pengendalian:

Batang atau cabang sakit yang ukurannya masih kecil (diameter < 1 cm) dipotong 10 cm di bawah pangkal di bagian yang
sakit. Potongan-potongan batang dan cabang yang sakit dikumpulkan kemudian dibakar. Batang atau cabang sakit yang
ukurannya sudah cukup besar, apabila serangannya masih awal, bagian yang sakit cukup diolesi dengan fungisida Calixin
RM atau Copper Sandoz 0,4% formulasi. Apabila serangannya sudah lanjut, batang atau cabang yang sakit dipotong, sisa
cabang atau batang yang dipotong dan cabang-cabang di sekitarnya diolesi dengan fungisida Calixin RM atau Copper
Sandoz.

VI. Panen Kopi

Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah masak. Ukuran kematangan buah
ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika
setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui
(over ripe).

Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen senyawa gula di dalam daging buah. Buah kopi
yang masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga
rasanya manis. Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula
masih belum terbentuk maksimal. Sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena
sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara alami akibat proses respirasi.

Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara pemetikan :
1) Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.
2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
3) Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat pemetikan.
4) Secara racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang masih hijau, biasanya pada pemanenan
akhir.

You might also like