Professional Documents
Culture Documents
Akuntansi transaksi sewa guna usaha (SGU) atau leasing lebih diatur dalam PSAL No. 30. Sewa
guna usaha atau leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan
barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) bagi
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
Ada dua pihak yang berhubungan dalam transaksi ini, yaitu: lessor dan lessee. Berdasarkan SKB
Menteri diatas, ada beberapa jenis SGU atau leasing, yaitu: (1) Finance Lease, (2) Operating
Isi kontrak sewa guna usaha sangat bervariasi , sesuai dengan kesepakatan lessor dan lessee.
Namun secara umum, ketentuan SGU mencakup beberapa hal, yaitu: (a) jangka waktu SGU, (b)
jumlah bayaran periodic, (c) kewajiban pajak, asuransi dan pemeliharaan (executory cost), (d)
batasan, (e) ketentuan tidak dapat dibatalkan atau dibatalkan sebelum jangka waktu SGU
berakhir, dan (f) alternatif bagi lessee untuk membeli atau memperpanjang jangka waktu SGU.
Menurut FASB Statement No. 13, “Accounting for Lease”, jika perjanjian SGU (saat inception of
lease) memenuhi satu atau lebih criteria dari empat criteria berikut ini, SGU harus
3. Jangka waktu SGU adalah sama dengan 75% atau lebih taksiran umur ekonomis aktiva
SGU dan
4. Present value (PV) pembayaran SGU minimum (selain executory cost) sama atau lebih dari
Jika perjanjian SGU tidak memenuhi salah satu kriterium di atas, maka SGU diakui sebagai
operating lease.
Menurut PSAK No. 30, “Akuntansi Sewa Guna Usaha,” disebutkan bahwa suatu transaksi SGU
akan diklasifikasikan sebagai capital lease, jika memenuhi semua criteria berikut:
1. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva sewa guna usaha pada akhir
masa lease, dengan harga yang telah disetujui bersama saat dimulainya perjanjian sewa
guna usaha
2. Seluruh pembayaran berkala dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah nilai residu
bunganya, sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease)
PSM adalah pembayaran yang merupakan kewajiban lessee yang harus dilaksanakan atau
dapat diharapkan terlaksana dalam hubungannya dengan aktiva sewa guna usaha. PSM
meliputi: (a) pembayaran sewa minimum (minimum rental payment), (b) nilai residu terjamin
(guaranted residual value), (c) denda terhadap pelanggaran kesepakatan (penalty), dan (d) opsi
Nilai residu terjamin (guaranted residual value). Nilai residu adalah taksiran nilai wajar
(pasar) aktiva sewa guna usaha pada akhir SGU. Lessor seringkali memindahkan risiko
kerugian kepada lessee atau pihak ketiga melalui taksiran nilai residu terjamin.
Denda terhadap pelanggaran (penalty). Jumlah terutang yang dibebankan kepada lessee, jika
ada ketentuan mengenai pembaruan atau pemerluasan kontrak yang dialnggar oleh lessee.
Opsi untuk membeli (bargain purchase option). Opsi yang diberikan kepada lessee untuk
membeli property SGU pada akhir jangka waktu SGU dengan harga yang lebih rendah dari
Executory cost (EC) adalah pengeluaran-pengeluaran yang layaknya dikeluarkan untuk suatu
aktiva selama umur ekonomis aktiva tersebut, seperti asuransi, pemeliharaan dan pajak. EC
harus dikeluarkan dari perhitungan nilai sekarang pembayaran SGU minimum, sebab item
Perhitungan nilai sekarang pembayaran lease minimum menggunakan tariff bunga pinjaman
inkrimental yang ditentukan oleh lessee (lessee’s incre,emtal borrowing rate). Tingkat bunga
ini adalah tingkat bunga yang ditetapkan pada inception of lease, jika terjadi jika lessee
meminjam dana untuk membeli aktiva SGU. Namun, jika (a) lessee mengetahui tingkat bunga
implicit yang digunakan oleh lessor, dan (b) tingkat bunga ini lebih rendah dibandingkan
dengan tingkat bunga inkrimental lessee, maka lessee harus menggunakan tingkat bunga
implicit lessor. Tingkat bunga implicit adalah tingkat bunga yang jika diterapkan pada
pembayaran lease minimum dan nilai residu yang tidak dijamin menyebabkan nilai tunainya
sama dengan nilai wajar aktiva SGU. Ada dua alasan penggunaan tariff ini, yaitu: lebih realistic
dan untuk menjamin bahwa lessee tidak menghindari pengkapitalisasian aktiva SGU dan utang
terkait.
Ilustrasi I
Pada tanggal 1 Januari 1997, PT. Rima (lessor) dan PT. Rina (lessee) menandatangani
(1) Jangka waktu SGU adalah 5 tahun. Perjanjian SGU tidak dapat dibatalkan.
(2) Nilai wajar aktiva SGU pada inception of the lease adalah Rp. 200.000 dengan
untuk pajak kekayaan Rp. 4.000 per tahun, yang termasuk dalam pembayaran
tahunan (poin a)
(4) Perjanjian SGU tidak berisi opsi untuk memperbarui dan lessee diharapkan
(7) Lessor menentukan sewa tahunan untuk mendapatkan tingkat return sebesar 10%
Berdasarkan kondisi di atas perjanjian SGU memenuhi klasifikasi sebagai capital lease,
sebab memenuhi criteria: (a) jangka waktu lease 5 tahun; umur ekonomis aktiva SGU 5
tahun; memenuhi uji periode 75% (b) nilai sekarang pembayaran lease minimum melebihi
Jumlah pembayaran lease minimum adalah Rp. 259.816,20 (Rp. 51.963,24 x 5). Jumlah
kapitalisasi aktiva SGU sama dengan nilai tunai pembayaran lease minimum dengan
mengeluarkan jumlah kos eksekutori (Rp. 4.000). Tingkat bunga yang digunakan adalah
Jumlah Kapitalisasi = (Rp. 51.963,24 – Rp. 4.000) x PV Anuity due; 5 tahun; i = 10%)
= Rp. 200.000
Jurnal yang perlu dibuat PT Rina (lessee) pada tanggal 1 Januari 1997 adalah:
Jurnal untuk mencatat pembayaran lease pada tanggal 1 Januari 1997 adalah:
antara nilai tunai pembayaran sewa (Rp. 200.000,00) dengan kas atual yang dikeluarkan (Rp.
259.816,20). Berdasarkan metode bunga efektif, maka biaya bunga tahunan merupakan fungsi
Tanggal Sewa Tahunan (a) Kos Eksekutori (b) Biaya Bunga Amortisasi Utang SGU
10% © Utang SGU (e)
(d)
1/1/97 Rp.
2000.000,00
1/1/97 51.963,24 4.000 0 47.963,24 152.036,76
1/1/98 51.963,24 4.000 15.203,68 32.759,56 119.277,20
1/1/99 51.963,24 4.000 11.927,17 36.035,52 83.241,68
1/1/00 51.963,24 4.000 8.324,72 39.639,07 43.602,61
1/1/01 51.963,24 4.000 4.360,26 43.602,61 0,00
Total Rp. 259.816,20 Rp. 20.000,- Rp. 39.816,20 Rp. 200.000,- -
Keterangan:
Pada tanggal 31 Desember 1997, PT Rina mengakui biaya bunga terutang dan jurnal yang
Mencatat depresiasi aktiva SGU selama jangka waktu SGU 5 tahun yang ditentukan dengan
Jika pada akhir jangka waktu SGU, lessee tidak menggunakan opsi membeli aktiva SGU, maka
aktiva tersebut harus dikemabalikan kepada lessor. Selanjutnya, semua rekening yang
berhubungan dengan transaksi SGU harus ditutup. Sebaliknya, jika lessee menggunakan opsi
untuk membeli aktiva SGU dengan harga Rp. 10.000 dan taksiran umur ekonomis menjadi 7
Berdasarkan metode ini, biaya sewa diakui selama jangka waktu aktiva SGU dimanfaatkan.
Pengakuan terutang perlu dibuat, jika periode akuntansi berakhir diantara tanggal pembayaran.
Dengan menggunakan ilustrasi di atas, maka jurnal yang perlu dibuat pada tanggal 1 Januari
1997 adalah:
Jika metode capital lease diterapkan, maka jumlah utang yang dilaporakan akan meningkat,
jumlah aktiva akan meningkat, dan laba/rugi akan menurun pada awal periode perjanjian AGU.
Ada tiga manfaat sewa guna usaha bagi lessor, yaitu: (a) pendapatan bunga, (b) intensif pajak
dan (c) nilai residu yang tinggi. Lessor menentukan jumlah sewa dengan mempertimbangkan
rate of return, jangka waktu SGU, status nilai residu (dijamin atau tidak dijamin) dan kapasitas
lessee. Dengan menggunakan ilustrasi lessee di atas, jumlah pembayaran sewa ditentukan
dan pembayaran sewa awal tahun (Rp. 200.000 : 4,16986) Rp. 47.963,24
Dari sudut pandang lessor, akuntansi SGU dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori,
yaitu:
2. SGU Pembiayaan
Ada beberapa informasi yang diperlukan untuk mencatat SGU pembiayaan, yaitu (1)
investasi bruto (gross investement), (2) pendapatan SGU yang belum diakui (unearned
interest revenue) dan (3) investasi neto (net investement) dan item-item yang lain. PSAK No.
(1) Invesmen neto dalam aktiva SGU harus diperlakukan dan dicatat sebagai investasi neto
SGU. Item ini terdiri dari piutang SGU ditambah nilai sisa yang akan diterima oleh
perusahaan SGU (Lessor) pada akhir masa SGU dikurangi dengan pendapatan SGU yang
(2) Pendapatan SGU yang belum diakui adalah selisih antara piutang SGU (gross investement)
(3) Pendapatan SGU yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai
pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkala (periodic rate of
berakhirnya masa SGU, maka perbedaan antara harga jual dengan investasi neto SGU saat
(5) Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi SGU harus diakui dan dicatat
Ilustrasi 2
Informasi berikut berhubungan dengan transaksi SGU antara PT Rima (lessor) dab PT Rina
(Lessee):
(1) Jangka waktu SGU adalah 6 tahun. Perjanjian SGU tidak dapat dibatalkan. Pembayaran
sewa tahunan dimulai awal tahun (dasar anuitas) masing-masing sebesar Rp. 54.746,77
(2) Kos aktiva SGU adalah Rp. 200.000 nilai wajarnya pada inception of the lease adalah Rp.
(3) Tidak ada kos langsung awal yang terjadi sehubungan dengan negosiasi dan penghentian
transaksi SGU
(4) Perjanjian SGU tidak berisi opsi untuk memperbarui dan lessee diharapkan mengembalikan
(5) Keterkumpulan bayaran SGU terjamin secara layak dan tidak ada kos tambahan yang akan
(6) Lessor menentukan sewa tahunan untuk mendapatkan tingkat return sebesar 10% per tahun,
dan pembayaran sewa awal tahun (Rp. 200.000 : 4,79079) Rp. 45.746,77
Transaksi SGU memenuhi criteria SGU – Pembiayaan, sebab (1) jangka waktu SGU
melebihi 75% taksiran umur ekonomis aktiva SGU, (2) PV pembayaran lease minimum
melampaui 90% nilai wajar aktiva SGU, (3) keterkumpulan bayaran terjamin secara layak,
dan (4) tidak ada kos yang akan dikeluarkan oleh lessor. Transaksi ini merupakan bukan SGU
bertipe pembiayaan, sebab tidak ada perbedaan antara nilai wajar aktiva SGU dengan kosnya.
= pembayaran SGU minimum (-) executory cost yang dibayar oleh lessor (+) nilai residu
tidak dijamin
= Rp. 250.480,62
= Rp. 50.480,62
Jurnal untuk mencatat transaksi SGU dan timbulnya piutang serta pendapatan yang belum