You are on page 1of 20

BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA

BAGI SISWA SEKOLAH DASAR

MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS

TUGAS AKHIR

Disusun Untuk Menyelesaikan Studi Diploma II

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang

Oleh :

ZULI ANDARWATI

1402204142

PENDIDIKAN GURU KELAS SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2006
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul “BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA

BAGI SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS”,

telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Kepala PGKSD UPP Semarang Dosen Penguji

Drs. Jaino, M.Pd. DR. Sri Sulistyorini, M.Pd.

NIP. 130875761 NIP. 131289442

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

• Belajar dari pengalaman merupakan sumber belajar yang paling baik untuk

meniti hari depan.

• Dengan perjuangan hidup akan terasa lebih hidup.

• Usaha dan Doa adalah tombak peraih kesuksesan.

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

• Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku

tersayang

• Sumber inspirasiku, Aa’ tercinta

• Sahabatku “club pond”

• Teman-teman PPL yang manis

iii
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Puji syukur

penulis pajatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq dan hidayahNya bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini dengan baik.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyampaikan ungkapan rasa

terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bapak Prof. Dr. AT Sugito, M.M, selaku Rektor UNNES yang telah

memeberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di UNNES.

2. Bapak Drs. Siswanto, M.M, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes yang

telah memberi kesempatan untuk menempuh Pendidikan Diploma – II Jurusan

Pendidikan Guru Kelas Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang.

3. Bapak Drs. Sutaryono, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Kelas

Sekolah Dasar yang telah memberi kesempatan untuk menuntut ilmu dan

menggunakan fasilitas yang ada di kampus.

4. Bapak Drs. Jaino, M.Pd, selaku Ketua UPP II yang selalu memberikan semangat

untuk segera menyelesaikan studi di PGKSD, Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.

5. Ibu DR. Sri Sulistyorini, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing dan memberi petunjuk selama PPL II dan penulisan

tugas akhir ini.

iv
6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal

ilmu kepada penulis.

7. Ibu Enny Siswati, S.Pd, Kepala Sekolah SD Lebdosari 01 yang telah memberikan

ijin untuk melaksanakan PPL II, sehingga penulis mendapatkankan sumber bahan

untuk penyusunan tugas akhir ini.

8. Bapak Ibu guru serta siswa SD Lebdosari 01.

9. Bapak, Ibu dan saudaraku yang senantiasa mengiringiku dengan doa.

10. Aa’ yang menjadi sumber inspirasiku dan selalu memberi semangat kepada

penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

11. Sahabatku “club pond” seta teman-teman senasib sepenaggungan.

12. Semua pihak yang berperan dalam penyusunan tugas akhir ini.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca

sangat penulis harapkan.

Semarang, September 2006

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II. KAJIAN TEORI ................................................................................ 3

BAB III. PEMBAHASAN MASALAH ........................................................... 7

BAB IV. PENUTUP ......................................................................................... 13

A. Simpulan ............................................................................................ 13

B. Saran .................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran utama

yang ada di Sekolah Dasar. Disamping mata pelajaran SAINS, PKPS dan

Bahasa Indonesia, dimana alokasi waktunya cukup banyak.

Menurut Ruseffendi (1992), matematika sebagai alat bantu dan

pelayanan ilmu yang tidak hanya untuk matematika itu sendiri melainkan

juga untuk ilmu-ilmu lainnya, baik untuk kepentingan teoritis maupun

kepentingan praktis sebagai aplikasi dari matematika. Jadi hampir semua

mata pelajaran di sekolah dasar memerlukan perhitungan matematika,

sehingga penguasaan masalah ini sangatlah penting.

Melihat pentingnya pelajaran matematika, maka hendaknya siswa

dapat menguasai pelajaran ini dengan baik dan membutuhkan kecermatan,

ketertiban dan kesabaran. Berdasarkan pengalaman penulis ketika

mengadakan PPL II kemarin, ditemukan kesulitan pada siswa dalam

pelajaran matematika khususnya operasi perkalian dengan cara bersusun.

Menanggapi hal tersebut penulis termotivasi untuk mengangkat judul

“Bimbingan Belajar Matematika Bagi Siswa Sekolah Dasar melalui Metode

Pemberian Tugas” sebagai bahan pembuatan tugas akhir.

Sebagaimana kita ketahui bahwa peningkatan hasil belajar siswa

sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Seperti yang

1
diungkapkan Drs. Uzer Usman dalam Siti Undari Suproborini ( 2003 : 3 ),

bahwa guru yang berkompetensi akan mampu menciptakan lingkungan

belajar yang efektif dan mampu mengelola kelasnya, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada tingkat optimal.

B. Rumusan Masalah

Dalam menghadapi kesulitan belajar yang dihadapi siswa, guru

hendaknya menggunakan pendekatan belajar melalui beberapa metode dalam

mengajar. Salah satu metode yang digunakan antara lain metode pemberian

tugas. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan belajar siswa serta dapat

meningkatkan prestasi yang diperoleh siswa.

Untuk mempermudah pembahasan, penulis sederhanakan menjadi

rumusan masalah di bawah ini :

1. Apakah metode pemberian tugas dapat meningkatkan prestasi hasil

belajar matematika di Sekolah Dasar?

2. Apakah metode pemberian tugas dapat meningkatkan aktivitas siswa

dalam mengikuti pembelajaran matematika?

C. Tujuan

Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :

• Meningkatkan aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran

berlangsung.

• Meningkatkan prestasi hasil belajar matematika melalui metode

pemberian tugas.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Belajar Matematika

Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu dedukatif yang mana

tidak menerima generalisasi yang berdasarkan pada observasi, eksperimen,

coba-coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain. Melainkan kebenaran

generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif.

Ada beberapa teori belajar dalam proses pembelajaran matematika

menurut beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Teori belajar menurut Bruner

Bruner dalam teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses

belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-

benda (alat peraga) ( Prof. E.T. Ruseffendi, S.Pd. 1992 : 109 )

Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung

bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang

diperhatikannya. Menggunakan objek-objek untuk dapat dimanipulasi

siswa, sehingga akan dapat membantu siswa belajar sesuai tahap-tahap

yang dikemukakan Bruner, yaitu :

- Tahap enaktif

Yang mana siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.

- Tahap ikonik

Tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental

yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasikan.

3
- Tahap simbolik

Tahap ini siswa memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang

objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap

sebelumnya melainkan sudah mampu menggunakan notasi.

2. Teori belajar menurut W. Brownell

Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus

merupakan pelajaran bermakna dan pengertian. Hal ini sesuai dengan

teori Gestalt yang menyatakan bahwa latihan hafal (drill) sangat penting

dalam kegiatan pengajaran yang diterapkan setelah tertanamnya

pengertian ( Ruseffendi, 1992 : 117 )

Dengan demikian setiap konsep yang disajikan guru harus

diberikan dengan pengertian, artinya siswa harus belajar bermakna,

semua yang dipelajarinya harus dipahami sebelum sampai pada hafalan

atau latihan yang sifatnya mengasah otak dan melatih ketrampilan,

misalnya ketrampilan melakukan perkalian tentu saja dapat ditanamkan

pada siswa Sekolah Dasar. Namun perlu diingat mereka perlu diberi

pengertian lebih dulu, sehingga mereka paham terhadap arti perkalian dan

sifat-sifatnya sebelum sampai pada latihan ketrampilan.

Matematika sendiri oleh beberapa ahli diartikan secara berbeda-beda,

sampai sekarang tidak ada definisi matematika secara baku. Di bawah ini

dikemukakan beberapa definisi matematika :

a. Menurut James dan James (1976) mengemukakan bahwa matematika

adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan

4
konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan

jumlah yang banyaknya terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,

analisis, dan geometri.

b. Kemudian Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pula, bahwa

matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna

karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk

membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan

sosial, ekonomi dan alam.

B. Hakikat Bimbingan Belajar

Seorang guru harus siap dengan tugasnya yaitu mengajar. Dalam

pengertian mengajar, diartikan oleh Muhammad Ali dalam Siti Undari

Suproborini ( 2003 ; 16 ) yaitu segala upaya yang sengaja dalam rangka

memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar mengajar

sesuai dengan kompetensi dasar dan hasil belajar yang telah dirumuskan. Dari

pengertian diatas, maka guru sebagai pengajar harus mampu menciptakan

suatu kondisi yang memungkinkan siswa dapat memahami tentang apa yang

diajarkan, sehingga dapat mencapai keberhasilan.

Bimbingan belajar adalah proses bantuan yang diberikan kepada

individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya

dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka

dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat dan

minat yang dimilikinya. Adapun fungsi dari bimbingan tersebut adalah :

5
1. Mengembangkan sikap dan kebiasaan yang baik terutama dalam

mengerjakan tugas dalam mengembangkan ketrampilan.

2. Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri maupun

berkelompok.

3. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan

budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan

pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan pribadi ( Sunaryo

Kardinata dkk, 2002 ; 50 – 51 ).

6
BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

Berdasarkan hakikat dan konsep matematika, penulis akan memberikan

gambaran proses pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.

Pembelajaran matematika di kelas rendah penerapannya difokuskan ke

dalam hal yang bersifat konkrit. Sebagaimana dalam kurikulum 2004 mata pelajaran

matematika yaitu kemahiran matematika mencakup penalaran, komunikasi dan

pemecahan masalah. Karakteristik anak dibandingkan dengan karakteristik suatu

kurikulum benar-benar berhubungan. Dengan kurikulum yang berifat statis dapat

menyentuh dan mendorong respon anak secara aktif dan positif.

Untuk meningkatkan pembelajaran matematika, guru hendaknya menguasai

karakteristik siswa dan karakteristik kurikulum yang telah tersusun. Dalam

pengajaran matematika, siswa ditunjukkan benda konkrit sebagai media atau alat

bantu dalam pengajaran. Pembelajaran ini dimaksudkan mengingat siswa di kelas

rendah pola pemikirannya masih konkrit dan semua yang mereka peroleh harus

nyata.

Begitu pula dengan pemahaman anak dalam belajar matematika. Dalam

teorinya Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi

kesempatan untuk memanipulasi benda-benda. Teori tersebut sangat pas jika

diterapkan guru dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut dimaksudkan agar

siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam

benda yang sedang diperhatikannya, sehingga dapat membantu pemahaman siswa.

7
Misalnya guru akan mengajarkan perkalian awal. Dengan menggunakan

tahapan-tahapan menurut Bruner dapat diuraikan sebagai berikut :

Soal :

5x3= .....

Untuk menyelesaikan soal tersebut, tahapan-tahapan yang harus dilakukan

guru yaitu :

1. Guru menggunakan media / alat peraga berupa 5 kotak dan banyak kelereng.

• Salah satu siswa diminta memasukkan kelereng ke dalam kotak yang

masing-masing kotak berisi 3 kelereng.

• Setelah semua terisi, semua kelereng dihitung dijadikan satu.

• Secara bersama-sama siswa menghitung jumlah kelereng dan menemukan

hasilnya.

Dengan kegiatan tersebut, siswa mampu memahami secara nyata yang telah

dipraktekkan, kemudian guru mengembangkan dengan gambar.

2. Guru meningkatkan pembelajaran dengan gambar

+ + + + =

Setelah siswa mengerti, guru melanjutkan dengan notasi.

3. Guru mulai menggunakan bilangan

5x3=.....

=3+3+3+3+3

= 15

8
Dari contoh pembelajaran yang dipaparkan merupakan salah satu bentuk

pembelajaran konkret pada kelas rendah. Sedangkan pembelajaran pada kelas tinggi

mulai meningkat yaitu siswa sudah mulai berfikir abstrak. Sesuai dengan tingkat

perkembangan cara berfikir anak yang menghendaki pembelajaran secara langsung

pada soal angka.

Dengan demikian guru harus dapat memberikan pengajaran yang menarik

dan tertuju pada apa yang diharapkan yaitu meningkatkan prestasi siswa.

Di bawah ini contoh pembelajaran matematika yang diajarkan dikelas

tinggi yang mana materinya sudah mulai pada tingkat yang sulit, misalnya perkalian

bilangan cacah. Untuk menyelesaikan soal perkalian, siswa memiliki beberapa cara

untuk menyelesaikannya.

Contoh soal :

17
8x
......

Siswa memiliki beberapa cara yang unik untuk menyelesaikan soal tersebut.

Cara 1. dengan menjumlahkan bilangan 17 sampai 8 kali.

17 + 17 + 17 + 17 + 17 + 17 + 17 + 17

34 34 34 34

68 68

136

Cara 2. Dengan menggunakan garis-garis atau rintik-rintik yang biasa disebut “rintik

hujan”. Cara ini dilakukan oleh siswa yang sudah mengetahui langkah-l

angkah perkalian bersusun, tetapi belum mampu menghafal perkalian.

9
Untuk mengalikan 8 dengan 7

IIIIIII IIIIIII IIIIIII IIIIIII

IIIIIII IIIIIII IIIIIII IIIIIII

Kemudian dihitung titik hujannya.

Cara 3. Dengan menggunakan jari untuk menghitung, jari tangan dan jari kaki.

Memang dengan cara diatas hasilnya dapat ditemukan, namun waktu yang

diperlukan sangat lama dan kertas yang diperlukan sangat banyak. Bisa dibayangkan

berapa jumlah kertas yang dibutuhkan untuk menyusun penjumlahan dan rintik

hujan?

Menanggapi hal tersebut guru perlu mengadakan bimbingan terhadap siswa

supaya siswa dapat menyelesaikan soal dengan langkah yang benar, sehingga

kebiasaan menggunakan langkah yang salah dapat terhentikan. Jika hal tersebut tidak

diatasi, sampai kapan pun siswa akan menggunakan langkah tersebut. Untuk itu,

guru hendaknya selalu memberikan bimbingan kepada siswa dalam siswa

mengerjakan tugas.

Selain diberikan bimbingan latihan, siswa juga perlu diberikan tugas rumah

ataupun soal-soal sebagai tindak lanjut dari bimbingan yang diberikan guru. Metode

pemberian tugas adalah salah satu metode untuk meningkatkan prestasi hasil belajar

matematika, hal ini sudah dibuktikan oleh Ibu Siti Undari Suproborini sebagai bahan

skripsi pada waktu menyelesaikan gelar sarjana pendidikan tahun 2003.

Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai salah satu format interaksi

belajar mengajar yang ditandai dengan tugas yang diberikan oleh guru ( Tim

Pembimbing PGSD 1991/1992 ; 67 ).

10
Menurut Siti Undari Suproborini dalam skripsinya ( 2003 ; 17 ) terdapat

beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penggunaan metode pemberian tugas,

diantaranya yaitu :

Keuntungan metode pemberian tugas :

• Pengetahuan yang diperoleh siswa tahan lama.

• Murid berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil

inisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri.

Kelemahan metode pemberian tugas :

• Ada kalanya tugas dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.

• Bila tugas terlalu sering diberikan dan sukar dikerjakan, ketenangan siswa

dapat terpengaruh.

Metode dalam mengajar sangat diperlukan guru sebagai cara peningkatan

belajar siswa. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi dapat ditempuh guru

untuk menciptakan situasi yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran

proses belajar serta tercapainya prestasi anakyang memuaskan.

Dalam pembelajaran matematika, metode yang sering digunakan yaitu

metode pemberian tugas. Tugas biasanya diberikan guru setelah guru memberikan

penjelasan. Metode pemberian tugas pada pelajaran matematika dimaksudkan

sebagai latihan siswa. Sebagaimana kita ketahui ilmu matematika bukan ilmu

pengembangan merlainkan ilmu pasti yang membutuhkan pembelajaran yang

diulang-ulang dan latihan-latihan.

Metode pemberian tugas diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar

mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik

11
di sekolah maupun di rumah baik secara perorangan maupun kelompok. Adapun

tujuan penggunaan metode pemberian tugas yaitu untuk merangsang anak untuk aktif

belajar baik secara individu maupun kelompok.

Dalam pemberian tugas, guru hendaknya :

• Tidak memberikan tugas dengan bahan pengajaran yang belum diajarkan.

• Tugas yang diberikan dirasakan penting oleh setiap siswa.

• Waktu yang diberikan disesuaikan dengan jumlah soal yang diberikan.

• Hasil tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi oleh guru untuk mengetahui tingkat

pemahaman anak dalam menguasai materi yang telah diajarkan.

Di SD Lebdosari yang digunakan PPL I dan PPL II oleh penulis, penulis

menemukan metode yang sering digunakan guru dari pelajaran matematika yaitu

metode pemberian tugas. Metode ini digunakan dengan tujuan supaya siswa dan

siswi SD Lebdosari 01 mau belajar di rumah dan mau mengulang materi dengan

mengerjakan soal-soal. Dari metode yang digunakan guru SD Lebdosari 01 secara

nyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan tingkat prestasi siswa. Hal

tersebut dapat penulis lihat dari nilai rata-rata dan hasil evaluasi yang diberikan guru.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa metode pemberian tugas yang

diterapkan guru khususnya dalam mata pelajaran matematika dapat meningkatkan

belajar dan meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bab sebelumnya telah diuraikan dengan jelas bahwa bimbingan

belajar dari guru dan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran,

berperan penting untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas siswa. Metode

yang digunakan guru yaitu metode pemberian tugas sebagai latihan siswa

agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar mereka.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan.

• Bimbingan belajar matematika yang diberikan guru, mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.

• Selain bimbingan belajar, metode yang digunakan guru yaitu metode

pemberian tugas juga penting utnuk meningkatkan prestasi belajar

siswa.

B. Saran

Dari uraian yang disampaikan, penulis mengungkapkan saran yang

antara lain :

• Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, sebagi guru hendaknya

mengetahui kemampuan yang dimiliki siswanya.

• Sebaiknya guru menggunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai

dengan kemampuan siswa.

• Jangan mudah memvonis siswa yang lambat menerima pelajaran sebagai

siswa yang “bodoh”, melainkan harus diberi bimbingan dan tugas yang

berulang-ulang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Karta dinata, Suraryo, dkk. 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : CV.

Maulana

Ruseffendi. 1993. Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Depdikbud

Suproborini, Siti Undari. 2003. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui

Pemberian Tugas di SD Kalisari 04 Kecamatan Pedunungan.

Semarang

Tim pembimbing PGSD. 1991/1992 . Strategi Belajar Mengajar. Semarang :

Universitas Negeri Semarang

14

You might also like