You are on page 1of 5

Susunan Acara Siraman

Jul 1, 2008 Author: Anggraini Widjanarti | Filed under: Acara, Adat

Berikut adalah rundown acara Siraman secara lengkap menurut adat Jawa. Dalam prosesi
pernikahan adat Jawa, biasanya sehari sebelum berlangsungnya akad nikah dan panggih, kedua
calon mempelai mengadakan acara pengajian dan siraman di kediaman masing-masing
mempelai.

Acara pengajian tentunya bertujuan untuk memohon doa restu kepada Allah SWT agar semua
rangkaian acara pernikahan dapat berlangsung dengan lancar. Setelah acara pengajian,
serangkaian upacara adat Siraman dimulai. Sebelum upacara inti Siraman dimulai, biasanya
didahului dengan upacara pemasangan Blakatepe dan Tuwuhan. Pada upacara pemasangan
Blaketepe dan Tuwuhan ini perlengkapan utama yang harus disiapkan adalah tangga dan baki
berisi padi:

PASANG BLAKETEPE

Merupakan tradisi membuat ’blaketepe’ atau anyaman daun kelapa untuk dijadikan atap atau
peneduh resepsi manton. Tatacara ini mengambil ’wewarah’ atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah
satu leluhur raja-raja Mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih
dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu
dilakukan karena rumah Ki Ageng yang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu
yang diluar rumah diteduhi dengan payon daun kelapa itu.

Dengan diberi ’payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung menjadi luas dan
menampung seluruh tamu. Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut ’tarub’, berasal dari
nama orang uang pertama membuatnya. Tatacara memasang tarub adalah bapak naik tangga
sedangkan ibu memgangi tangga sambil membantu memberikan ’blaketepe’ (anyaman daun
kepala).

Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi pengayom
keluargaPasang Padi (melengkapi tuwuhan)

PASANG PADI (melengkapi Tuwuhan)

Saudara kandung pengantin wanita membawa baki berisi padi. Padi ini akan dipasang oleh kedua
orang tua Calon Pengantin Wanita pada tuwuhan yang sudah di pasang pada pintu gerbang
rumah.

Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak uang dijodohkan dapat memperoleh
keturunan, untuk melangsungkan sejarah keluarga .

Tuwuhan terdiri dari :

• Pohon pisang raja yang buahnya sudah masak


Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah telah
memiliki pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai makna
pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan
dan kehormatan seperti raja.

• Tebu wulung

Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber rasa manis.
Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa
berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua mempelai
mempunyai jiwa sepuh yang selalu beryindak dengan ’kewicaksanaan’ atau kebijakan

• Cengkir Gadhing

Merupakan simbol dari kandungan tempat jabang bayi atau lambang keturunan

• Daun randu dan pari sewuli

Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehingga hal itu
bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya.

• Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan)

Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan
terbebas dari segala halangan.

Setelah upacara pasang Blaketepe dan Tuwuhan selesai, selanjutnya adalah prosesi Siraman.
Perlengkapan yang perlu disiapkan pada prosesi siraman ini antara lain adalah :

• Pencampuran air siraman yang meliputi kembang setaman dan air untuk memandikan.
Air siraman ini berasal dari 7 mata air yang berbeda. Dan untuk yang muslim biasanya
memasukkan Air Zam-Zam sebagai salah satu dari 7 mata air tersebut.
• Siapkan 2 meja pendek seperti yang ada pada ruang tamu di dekat pemandian. Meja
tersebut untuk meletakkan : Kain, Handuk dan Kimono serta Ubo Rampe . Kain, Handuk
dan Kimono sebaiknya mempunyai warna yang senada, katanya sih biar enak dilihat
• Klenting tempat air kembang setaman
• Kelapa yang dibelah untuk gayung mandi
• Siapkan 2 meja katering dan sudah dihias. Meja tersebut untuk meletakkan
o Tumpeng Robyong (tambahan perlengkapan dalam acara potong tumpeng : 1 baki
yang diisi 1 piring, sepasang sendok garpu, centong dan pisau. Centong dan Pisau
dihias oleh Pita). Hehe kenapa di Pita-in kalau kata bu Hesti sih, sebelum acara
dimulai biasanya perlengkapan di shoot sama seksi liputan dan dokumentasi. Jadi
biar kelihatan cantik.
o Dodol Dawet.
Setelah perlengkapan siraman lengkap. Kemudian dimulailah rangkaian upacara Siraman seperti
berikut :
Pengiriman Air Perwito Adi ke CPP

Setelah air siraman dicampur di kediaman CPW. Dilakukan pengiriman air perwito adi ke
kediaman CPP. Keluarga CPW mengirimkan 2 wakil (2 pasang suami istri) yang ditugaskan
untuk menjadi wakil keluarga CPW dalam mengirimkan air perwito adi ke kediaman CPP.

Duta keluarga CPW ini akan menghadap orang tua CPP, dan menjadi saksi telah
dilaksanakannya upacara siraman di kediaman CPP. Setelah CPP selesai melakukan siraman dan
Potong Rikmo, potongan rambut CPP akan dibawah kembali ke kediaman CPW oleh Duta
keluarga CPW.

Sungkeman / Pangabekten

Sebelum melakukan siraman calon pengantin harus melakukan sungkeman kepada Bapak dan
Ibu pengantin. Pada acara sungkeman ini menunjukkan tanda bakti seorang anak kepada orang
tua dan dan sekaligus menjadi ajang mencurahkan rasa terima kasih dan permohonan maaf dan
doa restu seorang anak kepada orang tua nya.

Biasanya pada saat sungkeman ini suasana lumayan mengharu biru. Dan pasti calon pengantin
dan orang tua akan banjir air mata. Huhuhuhu..

Teks upacara sungkeman ini dapat diunduh disini ya : teks-sungkeman-sebelum-siraman

Siraman

Siraman dilaksanakan untuk menyucikan diri dan juga membuang segala kejelekan Calon
Pengantin yang ada, agar calon pengantin dapat memulai hidup baru dengan hati yang bersih dan
suci. Siraman dilakukan oleh 9 orang sesepuh termasuk sang Ayah. Jumlah sembilan tersebut
menurut budaya Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran Wali Sanga, yang bermakna
manunggalnya Jawa dengan Islam. Selain itu angka sembilan juga bermakna ’babahan hawa
sanga’ yang harus dikendalikan.

Siraman pertama kali dilakukan oleh Bapak calon pengantin dan diikuti oleh Ibu calon
pengantin. Setelah Bapak Ibu selesai melakukan siraman baru ketujuh pini sepuh yang
melakukan siraman. Untuk calon pengantin wanita, pini sepuh yang melakukan siraman haruslah
berjenis kelamin wanita. Sedangkan untuk calon pengantin pria, pini sepuh yang melakukan
siraman haruslah berjenis kelamin pria.

Setelah pini sepuh selesai melakukan siraman. Bapak calon pengantin menuangkan air kendil
dan memandu calon pengantin untuk melakukan wudhu. Setelah selesai, ibu pengantin menutup
dengan menyiram air kendil. Dan kemudian kendil dijatuhkan sampai pecah sambil mengucap:

NIAT INGSUN ORA MECAH KENDI, NANGIN MECAH PAMORE ANAKKU <nama
calon pengantin>
Potong Rikmo

Setelah selesai siraman, kemudian dilakukan prosesi potong rikmo / potong rambut. Potongan
rambut kedua calon mempelai akan disatukan pada upacara Tanem Rikmo. Biasanya upacara
Tanem Rikmo dilakukan setelah wakil keluarga CPW kembali dari kediaman CPP.

Dodol Dawet

Jual Dawet diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambang kebulatan
kehendak orang tua untuk menjodohkan anak. Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut
harus membayar dengan ’kreweng’ (pecahan genting) bukan dengan uang. Hal itu menunjukkan
bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Yang melayani pembeli adalh ibu sedangkan yang
menerima pembayaran adalah bapak. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan
menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri, harus saling membantu.

Dawet ini juga sebagai simbolisasi kalau esok hari pada saat akad nikah dan resepsi, tamu-tamu
yang datang akan sebanyak dan seramai cendol dawet tersebut. Hihi..

Potong Tumpeng Kamulyan

Bapak calon pengantinmemotong tumpeng Kamulyan dan diberikan ke Ibu calon pengantin.
Potongan tumpeng tersebut yang akan disuapi kepada calon pengantin pada saat acara Dulangan
Kapungkasan.

Dulangan Kapungkasan

Suapan terakhir calon pengantin dari orang tuanya. Calon pengantin duduk diapit orang tua.
Sebelum upacara Dulang Kapungkasan, Bapak calon pengantin menyerahkan hasil penjualan
dawet kepada calon pengantin.

Kembul Bujono Ondrowino

Santap siang/sore bersama dengan tamu yang hadir

Pelepasan Ayam

Orang tua sudah setulus-tulusnya dan se ikhlas-ikhlasnya melepas putrinya untuk hidup mandiri.
Bagaikan anak Ayam yang begitu dilepas sudah dapat mencari/ mengais makanan sendiri.
Diharapkan untuk ke depannya putrinya dapat hidup mandiri dan dapat memperoleh rejeki yang
luas dan barokah.

Hehe.. begitulah kurang lebih susunan Acara Siraman adat Jawa. Selanjutnya akan aku ulas
lengkap mengenai susunan acara Malam Midodareni, Akad Nikah, Panggih serta Resepsi.
Hihihi..
Sumber : Majalah Mahligai Edisi Ke- 4 2007, Ibu Kiky Soekanto dari Kamaratih dan Tante
Hesty

You might also like