Professional Documents
Culture Documents
SEJARAH FOTOGRAFI
1.1 Pendahuluan
Selamat berjumpa pada modul ini dalam kegiatan belajar 1. pada kegiatan
belajar ini akan diuraikan mengenai sejarah fotografi sebagai uraian awal
sebelum Anda mempelajari uraian selanjutnya agar Anda dapat lebih memahami
fotografi dengan baik. Apakah Anda sudah siap mengikutinya, jika Anda sudah
siap Anda dapat membacanya dengan seksama uraian kegiatan belajar ini.
1.2 Uraian
1.2.1 Asal Mulanya
Fotografi seperti yang kita kenal sekarang adalah hasil dari penemuan. Yang
pertama dalam bidang ilmu alam menghasilkan kamera, yang kedua dalam bidang
kimia menghasilkan film. Asal mulanya kedua penemuan itu tidak ada hubungannya
satu sama lain dan sebelum masing – masing sampai kepada kesempurnaannya
Kamera
Siapa sih Daguerre itu sampai perlu diterimakasihi? Pelukis asal Prancis bernama
lengkap Louis-Jacques Mande Daguerre ini memang tidak sepopuler Kodak, yang
mendunia sebagai merek kamera. Padahal lelaki kelahiran 18 November 1787 inilah
bidannya dunia fotografi.
Prinsip ini sudah diketahui Aristoteles 2.000 tahun lalu. Bahkan ilmuwan dan
penulis Italia, Giambattista della Porta, di akhir abad ke-16 sudah menjelaskan
secara lengkap penggunaan camera obscura dengan lensa. Sampai abad ke-18
camera obscura menjadi mainan para pelukis untuk menjiplak objek dari alam
secara akurat. Tapi semuanya masih belum bisa menghadirkan gambar itu secara
permanen.
Pada 4 Desember 1829, Niepce dan Daguerre menjalin kerja sama untuk
memperbaiki hasil yang sudah dicapai Niepce. Lembaran timah tadi diganti dengan
lempengan tembaga yang dilapisi perak, dan kemudian diproses menggunakan
larutan iodium. Percobaan terus dilakukan dengan menggunakan perak iodium
Gambar yang dihasilkan oleh Daguerre tidak bisa dicetak ulang. Untuk mencetak
ulang harus digunakan film. Cara pembuatan film ini pertama kali ditemukan oleh
orang Inggris, William Henry Fox Talbot. Film buatan Tabot berupa gambar di atas
kertas yang peka cahaya dan kemudian dibuat transparan dengan bantuan cahaya
lilin. Dari sini, fotografi berkembang lagi. Setelah film negatif dan positif (slide), kini
citra hasil jepretan kamera sudah bisa disimpan dalam bentuk data digital. Jadi,
enggak perlu film lagi.
Ngrumpi soal fotografi, Indonesia termasuk mujur sebab dua tahun semenjak
fotografi ditemukan manusia, temuan itu sudah masuk ke Indonesia (yang waktu
itu bernama Hindia Belanda). Adalah Dr. Jurriaans Munich yang datang ke
Indonesia atas permintaan pemerintah kolonial untuk membuat rekaman-rekaman
gambar. Setelah itu, menyusul dua pria Inggris Walter Wood Burey dan James Page
pada 18 Mei 1857.
Lalu pada 1727, Johann Heinrich Schulze menemukan bahwa cairan tertentu akan
berubah warnanya jika diekspos ke sinar. Kemudian pada awal abad ke-19,
Thomas Wegwood melakukan sebuah percobaan. Ia berhasil menangkap citra
sebuah objek. Namun sayangnya citra tersebut tidak bertahan lama karena belum
ditemukannya metode untuk membuat citra menjadi permanen.
Akhirnya pada 1824 foto pertama berhasil dibuat oleh seniman lithography Prancis
Nicéphore Niépce. Niépce membuat foto dengan pelat logam yang disinari dalam
camera obscura selama delapan jam. Merasa kurang puas, Niépce bekerja sama
dengan pelukis asal Prancis Louis-Jacques-Mandé Daguerre untuk
menyempurnakan penelitiannya yang lalu disebut heliografi. Dalam bahasa Yunani,
helios adalah matahari dan graphos berarti menulis.
Kemudian pada Januari 1850 seorang ahli kimia Inggris bernama Robert Bingham
memperkenalkan penggunaan collodion sebagai emulsi foto, yang saat itu cukup
populer dengan sebutan wet-plate photography. Walaupun cukup rumit, proses
collodion ini banyak digemari fotografer karena dianggap cukup menjanjikan. Sejak
saat itulah fotografi mulai intens melayani kebutuhan pers.
Kemudian, ditemukanlah proses cetak half tone pada tahun 1880 yang
memungkinkan foto dibawa ke dalam surat kabar. Pada Juni 1888, George
Eastman, seorang ilmuwan Amerika, menciptakan revolusi fotografi dunia hasil
penelitiannya sejak 1877. Ia menjual produk baru dengan merek Kodak yang
terkenal dengan nama Eastman’s Kodak, yaitu berupa sebuah kamera kotak kecil
dan ringan, yang telah berisi rol film (dengan bahan kimia Perak Bromida) untuk
100 exposure. Bila seluruh film digunakan, kamera (berisi film) dikirim ke
perusahaan Eastman untuk diproses. Setelah itu kamera dikirimkan kembali dan
telah berisi rol film yang baru. Berbeda dengan kamera pada masa itu yang besar
dan kurang praktis, produk baru tersebut memungkinkan siapa saja dapat
memotret dengan leluasa. Nah, kamera KODAK inilah yang kemudian mengalami
berbagai penyesuaian teknologi sehingga menjadi kamera yang kita gunakan
sekarang.
Jenis-jenis kamera
Spoiler for tustel
Awalnya, Juli 1822, Daguerre membentuk sebuah teater. Dalam sebuah pertunjukannya, ia
membuat kejutan dengan menghadirkan lukisan ilusi yang membuat pertunjukan semakin
"hidup". Kunci dari semua itu adalah camera obscura (ruang gelap), sebuah kotak persegi dengan
bukaan lubang kecil yang memproyeksikan objek di luar ke dalam dinding alat tersebut dalam
keadaan terbalik. Inilah pelopor kamera yang dikenal selama ini.
Prinsip ini sudah diketahui Aristoteles 2.000 tahun lalu. Bahkan ilmuwan dan penulis Italia,
Giambattista della Porta, di akhir abad ke-16 sudah menjelaskan secara lengkap penggunaan
camera obscura dengan lensa. Sampai abad ke-18 camera obscura menjadi mainan para pelukis
untuk menjiplak objek dari alam secara akurat. Tapi semuanya masih belum bisa menghadirkan
gambar itu secara permanen.
Lalu datanglah Nicephore Niepce yang tinggal di Chalonsur-Saone, 189 mil tenggara Paris.
Hobinya pada litografi menuntunnya masuk dunia fotografi. Dalam proses ini gambar dipindahkan
ke batu litograf. Untuk membuat gambar Niepce mengandalkan keahlian anaknya. Sayang,
anaknya masuk dinas militer sehingga Niepce akhirnya mengandalkan cahaya untuk melukis
gambar yang diinginkannya.
Niepce meminyaki lukisan sehingga transparan, kemudian meletakkannya di atas lempengan yang
dilapisi larutan sensitif-cahaya dan memanaskannya pada cahaya Matahari. Setelah beberapa jam,
wilayah terang lukisan akan mengeras, sedangkan bagian gelap akan tetap lembek yang bisa
hilang dengan mencucinya, meninggalkan jiplakan lukisan. Tahun 1826 - 1827 Niepce
menghasilkan gambar pemandangan halaman depan rumahnya dengan menggunakan camera
obscura yang dipasangkan dengan lempengan campuran timah putih dan timah hitam.
Dibutuhkan waktu pencahayaan sekitar delapan jam untuk memperoleh gambar itu. Sayang, hasil
yang diperolehnya masih terlalu gelap (underexposed).
Pada 4 Desember 1829, Niepce dan Daguerre menjalin kerja sama untuk memperbaiki hasil yang
sudah dicapai Niepce. Lembaran timah tadi diganti dengan lempengan tembaga yang dilapisi
perak, dan kemudian diproses menggunakan larutan iodium. Percobaan terus dilakukan dengan
menggunakan perak iodium yang dilemahkan dalam air raksa. Waktu pencahayaan bisa
dipersingkat menjadi setengah jam. Memang, hasilnya belum bisa permanen. Baru tahun 1837,
empat tahun setelah kematian Niepce, Daguerre bisa mengawetkan gambar yang didapat dengan
melarutkannya dalam larutan garam dapur. Prosesnya diberi nama daguerreotype. Sedangkan
proses temuan Niepce dinamai heliograph (karena menggunakan sinar Matahari).
Gambar yang dihasilkan oleh Daguerre tidak bisa dicetak ulang. Untuk mencetak ulang harus
digunakan film. Cara pembuatan film ini pertama kali ditemukan oleh orang Inggris, William Henry
Fox Talbot. Film buatan Tabot berupa gambar di atas kertas yang peka cahaya dan kemudian
dibuat transparan dengan bantuan cahaya lilin. Dari sini, fotografi berkembang lagi. Setelah film
negatif dan positif (slide), kini citra hasil jepretan kamera sudah bisa disimpan dalam bentuk data
digital. Jadi, enggak perlu film lagi.
Ngrumpi soal fotografi, Indonesia termasuk mujur sebab dua tahun semenjak fotografi ditemukan
manusia, temuan itu sudah masuk ke Indonesia (yang waktu itu bernama Hindia Belanda). Adalah
Dr. Jurriaans Munich yang datang ke Indonesia atas permintaan pemerintah kolonial untuk
membuat rekaman-rekaman gambar. Setelah itu, menyusul dua pria Inggris Walter Wood Burey
dan James Page pada 18 Mei 1857.
Kemajuan Pesat
KEMAJUAN teknologi memang memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar mesin
jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar
dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
Kemudian, ditemukanlah proses cetak half tone pada tahun 1880 yang memungkinkan foto dibawa ke
dalam surat kabar.
Foto pertama di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat
kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J
Newton.
Banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak yang mati di tengah jalan. Foto Polaroid
yang ditemukan Edwin Land, umpamanya, pasti sudah tidak dilirik orang lagi karena kini foto digitaljuga
sudah nyaris langsung jadi.
Juga temuan seperti format film APSS (tahun 1996) yang langsung mati suri karena teknologi digital
langsung masuk menggeser semuanya.
Bagaimana pun, fotografi adalah bagian penting dari kebudayaan manusia.(ARBAIN RAMBEY)