You are on page 1of 10

ANALISIS KESADAHAN AIR

I. Tujuan Percobaan

1. Mempelajari penyebab dan pengaruh air sadah

2. Menentukan kesadahan sampel air

II. Dasar Teori

II.1. Air Sadah

Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi,
sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion
kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain
maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat.

Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat
oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.

Air sadah sementara Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung
ion bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium
bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang
mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas
dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut
akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang terjadi adalah :

Ca(HCO3)2 (aq) –> CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)

Air sadah tetap Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain
ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa
yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2),
kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2),
dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut
disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan
cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan
dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia
tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau
K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion
Ca2+ dan atau Mg2+.

CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)

Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) –> MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)


Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas
dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari
kesadahan.

II.2. EDTA

EDTA adalah kependekan dari ethylene  diamin tetra acetic. EDTA berupa
senyawa kompleks khelat dengan rumus molekul
(HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. Merupakan suatu senyawa asam amino yang
secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam bervalensi dua dan tiga.
EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua gugus amina. EDTA
membentuk kompleks kuat terutama dengan Mn (II), Cu (II), Fe (III), dan Co (III).

Etilendiamintetrasetat atau yang dikenal dengan EDTA, merupakan senyawa


yang mudah larut dalam air, serta dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi dalam
penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak tertentu dalam air, sebaiknya
distandardisasi terlebih dahulu.

Gambar 2.1     Struktur EDTA

Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor


elektron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat
menghasilkan khelat bercincin sampai dengan enam secara serempak.

II.3. EBT

Eriochrome Black T (EBT) adalah indicator kompleksometri yang merupakan


bagian dari titrasi pengkompleksian contohnya proses determinasi kesadahan air.
Didalamnya bentuk protonated Eriochrome Black T berwarna biru lalu berubah
menjadi merah ketika membentuk komplek dengan kalsium, magnesium, atau ion
logam lain. Nama lain dari Eriochrome Black T adalah Solochrome Black T.

Kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil. Bila disimpan


akan terjadi penguraian secara lambat, sehingga setelah jangka waktu tertentu
indicator tidak dapat digunakan lagi.

II.4. Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana


reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks
senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang
saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen
yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan
dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.

EDTA Sebagai Titran

Kelatometri dalam perkembangan analisa kimia sempat mengalami


kemunduran karena kelemahan-kelemahannya serta karena adanya cara-cara baru
yang lebih baik. Akan tetapi hal ini diperbaiki dengan berkembangnya penelitian-
penelitian tentang pengkelat polidentat. Perhatian baru terhadap kompleksiometri ini
diawali oleh Schawazenbach tahun 1954, ia menyadari bahwa potensi pengkelat
dalam analisa volumetrik sangat baik. Ahli kimia asal Swiss ini mengkhususkan
perhatiannya pada penggunaan asam-asam aminopolikarboksilat, salah satunya
Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA). Faktor-faktor yang mempbuat EDTA
ampuh sebagai pereaksi titrimetri antara lain: 1) Selalu membentuk kompleks
ketika direaksikan dengan ion logam, 2) Kestabilannya dalam membentuk kelat
sangat konstan sehingga reaksi berjalan sempurna (kecuali dengan logam alkali), 3)
Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam,4) telah dikembangkan
indikatornya secara khusus, 5) mudah diperoleh bahan baku primernya, dan 5) dapat
digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan untuk
standardisasi. Faktor-faktor inilah yang membuat syarat-syarat untuk titrasi telah
terpenuhi dengan baik jika menggunakan EDTA.

III. Metode Percobaan

III.1. Alat dan Bahan

III.1.a. Alat

- Buret 50 ml sebanyak 1 buah

- Penjepit buret sebanyak 1 buah

- Erlenmeyer 125 ml sebanyak 3 buah

- Pipet gondok 1 ml sebanyak 1 buah

- Pipet gondok 20 ml sebanyak 1 buah

- Pipet pump sebanyak 1 buah

III.1.b. Bahan

- Larutan Na2EDTA / Na2H2Y.2H2O sebanyak 100 ml

- Larutan standar Ca2+ 0,0005 M sebanyak 60 ml

- Larutan buffer pH 10 sebanyak 6 ml


- Larutan indicator EBT sebanyak 12 tetes

- Larutan sampel air sebanyak 60 ml

III.2. Prosedur Kerja

III.2.a. Standarisasi 0,01 M larutan Dinatrium Etilendiamintetra Asetat/


Na2EDTA

1. Larutan Na2EDTA sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam buret.

2. Lalu larutan standar Ca2+ dimasukan ke dalam Erlenmeyer 125 ml


sebanyak 20 ml, lalu ditambahkan 1 ml buffer pH 10, lalu
ditambahkan 2 tetes indicator EBT. Larutan campuran tersebut
disiapkan sebanyak 3 buah.

3. Lalu Erlenmeyer tersebut dititrasi sampai berwarna biru langit dan


volume titran yang digunakan dicatat. Lalu proses titrasi tersebut
diulangi untuk Erlenmeyer kedua dan ketiga.

III.2.b. Analisis Sampel Air

1. Larutan Na2EDTA sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam buret.

2. Lalu larutan sampel air dimasukan ke dalam Erlenmeyer 125 ml


sebanyak 20 ml, lalu ditambahkan 1 ml buffer pH 10, lalu
ditambahkan 2 tetes indicator EBT. Larutan campuran tersebut
disiapkan sebanyak 3 buah.

3. Lalu Erlenmeyer tersebut dititrasi sampai berwarna biru langit dan


volume titran yang digunakan dicatat. Lalu proses titrasi tersebut
diulangi untuk Erlenmeyer kedua dan ketiga.

III.3. Skema Alat

Buret

Penjepit Buret

Erlenmeyer
IV. Hasil

IV.1. Data Hasil Pecobaan

IV.1.a. Standarisasi 0,01 M larutan disodium etilendiamintetraasetat/ Na2H2Y2

No Uraian Perc. 1 Perc.2 Perc.3


.
1. Volume larutan standar Ca2+ (ml) 20 20 20
2. Konsentrasi larutan standar Ca2+ 0,0005 0,0005 0,0005
3. Pembacaan buret, akhir (ml) 8,5 14,5 22,5
IV.1.b. 4. Pembacaan buret, awal (ml) 0 8,5 14,5
Analisis 5. Volume titran Na2H2Y2 (ml) 8,5 6 8
Sampel Air

No Uraian Perc.1 Perc.2 Perc.3


.
1. Volume sampel air (ml) 20 20 20
2. Pembacaan buret, akhir (ml) 6,5 13,5 22
3. Pembacaan buret, awal (ml) 0 6,5 13,5
4. Volume titran Na2H2Y2 (ml) 6,5 7 8,5

IV.2. Data Hasil Perhitungan

IV.2.a. Konsentrasi molar larutan Na2EDTA

- Percobaan pertama

M1 = 0,0012 M

- Percobaan kedua

M2 = 0,00167 M

- Percobaan ketiga

M3 = 0,00125 M

Maka, rata-ratanya adalah 0,00137 M

IV.2.b. Kesadahan sampel air

- n1 = 0,008905 mmol

Massa CaCO3 = 0,8905 mg

Ppm CaCO3 = 44,525 mgCaCO3/Lsampel

- n2 = 0,00959 mmol
Massa CaCO3 = 0,959 mg

Ppm CaCO3 = 47,95 mgCaCO3/Lsampel

- n3 = 0,011645 mmol

Massa CaCO3 = 1,1645 mg

Ppm CaCO3 = 58,225 mgCaCO3/Lsampel

Rata-rata ppm CaCO3 adalah 50,23 mgCaCO3/Lsampel

V. Pembahasan

Dalam praktikum analisis kesadahan ini, praktikum dibagi menjadi dua bagian yakni
percobaan untuk menstandarisasi 0,01 M larutan Dinatrium Etilendiamintetra Asetat atau
Na2H2Y dan analisis sampel air. Dalam praktikum ini kedua percobaan tersebut
menggunakan sistem titrasi dimana praktikan menggunakan buret sebagai alat bantu
dalam percobaan titrasi kali ini. Buret yang digunakan lengkap dengan penjepit atau
pemengang buret sehingga memudahkan praktikan dalam melakukan percobaan.Dalam
percobaan pertama yang digunakan adalah larutan standar Ca2+ 0,0005 M, sedangkan pada
percobaan kedua yang digunakan adalah sampel air yang sudah disediakan dari
laboratorium MIPA Kimia. Masing-masing larutan yang digunakan sebanyak 20 ml, lalu
ditambahkan dengan 1 ml larutan buffer pH 10 dan 2 tetes indicator EBT pada tiap tabung
Erlenmeyer. Percobaan pertama dan kedua dilakukan sebanyak tiga kali, sehingga
dilakukan enam kali percobaan.

Dalam percobaan ini digunakan penambahan larutan buffer pH 10 dan indicator EBT.
Fungsi ditambahkannya EBT atau eriochrome black T atau eriokrom hitam T adalah
sebagai indicator untuk mendeteksi titik ekuivalen dalam titrasi. Indicator EBT ini
membentuk kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+, tetapi berikatan dengan ion Mg2+ lebih
kuat daripada Ca2+. Lalu fungsi penambahan larutan buffer pH 10 sebagai pengatur pH
analisis, karena larutan Na2EDTA akan terdisosiasi menjadi ion Na+ dan H2Y2-. Ion H2Y2-
bereaksi dengan ion sadah, Ca2+ dan Mg2+, membentuk ion kompleks sangat stabil,
terutama dalam larutan buffer pada pH sekitar 10.

Dalam percobaan pertama campuran larutan standar Ca2+ 0,0005 M dengan 1 ml


buffer pH 10 dan 2 tetes indicator EBT yang dititrasi dengan larutan Na2EDTA
menghasilkan warna larutan yang berbeda, pada sebelum dititrasi Na2EDTA, larutan
berwarna ungu atau merah anggur tetapi setelah dititrasi berwarna biru langit. Pada
percobaan yang kedua campuran larutan yang digunakan adalah sampel air, 1 ml buffer
pH 10 dan 2 tetes indicator EBT, dan dititrasi dengan Na2EDTA, larutan campuran
tersebut berwarna ungu atau merah anggur, tetapi setelah dititrasi menjadi berwarna biru
langit.
Dalam klasifikasi kesadahan air, air dengan ppm CaCO3 dibawah 15 mgCaCO3/Lsampel
klasifikasinya sangat rendah, 15-50 mgCaCO3/Lsampel klasifikasinya rendah, 100-200
mgCaCO3/Lsampel klasifikasinya tinggi, dan lebih dari 200 mgCaCO3/Lsampel klasifikasinya sangat
tinggi. Hasil yang diperoleh bahwa ppm CaCO3 adalah 50,23 mg CaCO3/Lsampel. Berdasarkan
pengklasifikasian diatas, dapat disimpulkan bahwa sampel air yang digunakan memiliki
tingkat kesadahan air yang sedang, karena memiliki hasil analisis diantara 50 hingga 100
mgCaCO3/Lsampel.

VI. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa penyebab kesadahan air adalah karena air tersebut
mengandung garam terlarut dari ion kalsium, magnesium, dan besi. Sumber ion sadah
dalam air alam dihasilkan oleh air hujan yang mengandung sedikit asam yang akan
bereaksi dengan garam kalsium dan magnesium karbonat dan berbagai batuan yang
mengandung besi. Air sadah berpengaruh pada proses pencucian dengan sabun dan
mempercepat korosi pipa baja, terutama yang membawa air panas. Ion sadah seperti Ca 2+,
Mg2+, dan Fe3+, membentuk senyawa yang tidak larut dengan sabun, dan membentuk buih
abu-abu. Endapan abu-abu ini muncul sebagai cincin pada bak mandi atau bak cuci dan
juga pengotor yang melekat pada pakaian yang menyebabkan pakaian putih tampak
kusam. Air sadah juga membentuk endapan (kerak) pada wadah untuk memanaskan air,
kerak tersebut memiliki daya hantar yang jelek sehingga menurunkan efisiensi
pemindahan panas. Dan kerak tersebut juga dapat menurunkan aliran air pada pipa air
panas dan dapat menyebabkan penyumbatan pipa.

Dalam percobaan ini kesadahan sampel air adalah 50,23 mgCaCO3/Lsampel.

VII. Daftar Pustaka

Nuryono, dkk. 2010. Instruksi Kerja Kimia Anorganik Untuk Fakultas-Fakultas Non
MIPA. Yogyakarta : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA Universitas Gadjah
Mada.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air

http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi_kompleksometri

http://files.chem.vt.edu
VII. Lembar Pengesahan

Yogyakarta, 18 Oktober 2010

Mengetahui,

Asisten, Praktikan,

Anggi Pratiwi Kevina Ekawati


Perhitungan

1. Menghitung konsentrasi molar larutan Na2EDTA

Mol Ca2+ = mol H2Y2-

M.V =M.V
¿
MH2Y2- = M Ca 2+. V Ca 2+ V H 2Y 2−¿ ¿ ¿

0,0005 .20
M1 =
8,5

= 0,0012 M

0,0005 .20
M2 =
6

= 0,00167 M

0,0005 .20
M3 =
8

= 0,00125 M

M 1+ M 2+ M 3
M =
3

0,0012+ 0,00167+0,00125
=
3

= 0,00137 M

2. Menentukan kesadahan sampel air

Mol Na2H2Y = mol ion sadah

n=MxV

n1 = 0,00137 M x 6,5 mL

= 0,008905 mmol

n2 = 0,00137 M x 7 mL

= 0,00959 mmol
n3 = 0,00137 M x 8,5 mL

= 0,011645 mmol

massa CaCO3 = n x Mr CaCO3

m1 = 0,008905 mmol x 100

= 0,8905 mg

m2 = 0,00959 mmol x 100

= 0,959 mg

m3 = 0,011645 mmol x 100

= 1,1645 mg

massa CaCO3
ppm CaCO3 =
Vsampel

0,8905
ppm CaCO3 1 = 0,02

= 44,525 mgCaCO3/Lsampel

0,959
ppm CaCO3 2 =
0,02

= 47,95 mgCaCO3/Lsampel

1,1645
ppm CaCO3 3 =
0,02

= 58,225 mgCaCO3/Lsampel

sehingga rata-rata ppm CaCO3 adalah 50,23 mgCaCO3/Lsampel

You might also like