You are on page 1of 22

DEMAM TYPOID

An.w 7 th

Riwayat penyakit :

 demam 3 hari
 demam septik
 sudah diberikan antipiretik suhu turun kemudian naik lagi
 tidak ada riwayat kejang dan ispa
 Mengalami kesulitan BAB (konstipasi) sejak demam.
 tidak berkunjung ke daerah endemis malaria
 Saudara meninggal karena DBD 1 minggu yg lalu

Pemeriksaan Fisik

 kompos mentis
 TD 110/80
 nadi 68x/menit
 RR 20x/menit
 suhu 39,3°C
 ada tipoid tongue
 leher tidak ada kelainan
 cor dan pulmo normal
 hepar teraba tumpul, kenyal, dan rata-rata 2 jari di bawah arkus costa dan tidak nyeri
tekan.
 ada bintik-2 merah pada ekstremitas atas.

Pemeriksaan penunjang
 Hb 12,7%
 leukosit 3100/mm3
 trombosit 140.000/mm3
 widal titer o 1/320 H 1/320
 gal kultur resistensi darah belum ada hasil
Analisis masalah

1. Apa saja demam 3 hari?

- Demam typoid

- TBC

- Ispa

- morbili

- dll
Diagnosa Banding: Demam Tifoid
Banyak anak febris selama 2 hari, langsung di Dx “Tifus”
1. Sindroma Influenza berat: (Bukan ISPA!) febris tinggi,
lemah, myalgia, batuk
2. Tuberkulosis: (Anak sering tidak batuk!) efusi pleura.
3. Infeksi Saluran Kemih: Febris tersumbunyi pada anak
perumpuan
4. Campak, Rubeola: conjunctivitis
5. Meningitis / enkefalitis: Apati, delirium, koma, konvulsi
periksakan likor spinalis
6. Demam Dengue: syok, thrombositopeni
7. Malaria: Ada di Java lagi dengan pulangnya orang
dari daerah endemik.
8. Sepsis, pneumonia, empyema, atau infeksi / bisul tersembunyi

DEMAM BERDARAH : DEMAM MENDADAK TINGGI HARI I-II, SAAT HARI KE III TURUN
ATAU HARI KE 4-5 NAIK TAPI TIDAK TERLALU TINGGI

DEMAM TIFUS :  PADA HARI I-II TIDAK TINGGI TETAPI HARI KE 3 – 5 SEMAKIN TINGGI

2. Mengapa demam?

Antigen Masuk (pirogen eksogen)tubuh mengeluarkan pirogen endogenmengaktifkan


sel makrofagemakrofage ini berperan sebagai APC ( Antigen Presenting Cell ) Untuk
memperkenalkan antigen tersebut ke limposit Limfosit akan mensekresi IL ( Sitokin ) yang
berupa IL1Merangsang Hipotalamus untuk mensekresi asam arakhidonat  Kemudian
akan mengaktifkan prostaglandin set point Kontraksi otot MenggigilPanas
Terjadilah demam.
say…
ada agen infeksius (dalam scenario ini bakteri) nah bakteri itu menghasilkan pirogen
eksogen, pirogen eksogen ini menyadarkan sistem pertahanan tubuh kita bahwa ada bahaya
sehingga keluar deh sel fagosit yg bertugas makan tuh kuman-kuman. sel fagosit tuh
misalnya netrofil mengeluarkan pirogen endogen (ibarat kata nih pirogen endogen alat
untuk nangkap pirogen eksogen). Setelah berhasil nangkap kuman tadi sel fagosit itu akan
membawa kuman dan memperkenalkan kuman ke limfosit, limfosit akan menyekresikan
interlekin 1 untuk merangsang hypothalamus agar hypothalamus ngeluarin prostaglandin,
pengeluaran Pge ini akan meningkatkan set point di hypothalamus, untuk nyeimbangi suhu
tu makanya tubuh qt juga ikut-ikutan naiki suhu dg menggigil agar terciptanya panas dan
terjadi lah demam.

3. Mengapa setelah di beri antipiretik demam turun terus naik lagi?

antipiretik menekan efek zat pirogen endogen(endotoksin) penurunan IL-


1penurunan prostaglandin demam turun efek obat telah selesai injeksi endotoksin
bakteri terjadi lagidemam lagi.

say

Karena efek antipiretik adalah menurunkan suhu tubuh hanya saat demam bukan karena
peningkatan suhu saat olahraga dsb. Pada saat demam obat ini akan menekan efek zat pirogen
endogen(endotoksin), dimana injeksi endotoksin dapat menimbulkan demam setelah 60-90
menit(waktu yang diperlukan tubuh untuk mengeluarkan IL-1), lalu Injeksi IL-1 akan
menimbulkan demam dalam waktu 30 menit. Oleh karena itu disaat diberikan antipiretik akan
terjadi penekanan pada efek zat pirogen yang akan menurunkan sintesis IL 1 dan sitokin
lainnya. Penurunan IL1 juga akan menurunkan sintesis prostaglandin sehingga demam pun
terhambat. Akan tetapi, obat ini efek terapetiknya hanya menekan(menghambat) tidak
menghilangkan demam secara langsung.
Waktu paruh dan waktu eliminasi pun mempengaruhi efeknya, jika telah di eliminasi maka
efek akan hilang. Karena efek antipiretiknya telah hilang maka akan terjadi injeksi endotoksin
bakteri lagi dan menimbulkan demam kembali.

4. Apa makna klinis tidak ada kejang dan ispa, dan tidak berkunjung kedaerah endemis
malaria?

Menunjukkan bahwa pasien tidak menderita penyakit yang ditandai dengan gejala kejang dan
ispa.

tidak ispa berarti melengserkan dd/ TBC, bronchitis, bronkopneumonia, influenza.

tidak kejang berarti melengserkan tetanus dan penyakit kejang lainnya yg disetai demam.

5. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik dan penunjang? (bwt table)

No Klasifikasi Hasil pemeriksaan interpretasi


1. Kesadaran Compos mentis normal
2.
6. Apa diagnosis dan dd/ dari gejala-gejala yang disebutkan?

dari gejala-gejala yang ditemukan An.w didiagnosa: (sebutkan gejalanya, ini sudah mewakili
manifestasi klinis)

diagnosis = Demam typoid (hipotesis). Untuk diagnosis pasti diperlukan ditemukannya


salmonella pada gal kultur( biakan di darah,feses,usus dan sumsum tulang)

dd/

awal : - influenza

- gastroenteritis ???

- bronchitis

- bronkopneumonia

akhir : - TBC (tersingkir karena tidak ispa)


- Infeksi jamur

- Malaria (tersingkir karena tidak berkunjung ke daerah malaria)

- Shigelosis(tersingkir karena tidak diare)

7. Apa kaitan penyakit yg diderita pasien dg gejala yg ditimbulkan?

kalo dikaitkan dengan fatofisiologi dari penyakit ni….

salmonella typhi lambungusus lamina propiaplak peyeri ileum distal(makrofag


menyebabkan hyperplasia dan nekrosis jaringan) KGB mesenterika duktus
thorasicussirkulasi darah(bacteremia pertama, gejala asimptomatik) organ retikuloendotelial
(hati dan limpa)
 keluar dari sel fagositsirkulasi darah ( bakterimia kedua,tanda-tanda gejala)
 ke kandung empedu bsama cairan empedu dieksresikan ke usus sirkulasi darah

 sebagian ke feses

say…

kemungkinan An. w telah terinfeksi salmonella typhi 7-14 hari sebelum ia mengalami
demam(masa inkubasi).

Daerah dengan sanitasi lingkungan buruk juga menjadi faktor penyebab(epidemiologi),


saudarax meninggal karena DBD menggambarkan kalo sanitasi lingkungannya buruk.

Kumannya ni kalo masuk tubuh itu bisa melewati 5F (food,finger,fomitus(muntah


sebenarnya vomitus,fly(lalat),feses).(etiologi)

salmonella masuk ke lambung ada yg sukses di musnahin di lambung tapi ada yg tidak, yg
tidak musnah masuk ke usus, bila respons humoral mukosa usus (IgA) usus g’ bagus kuman
akan nembus sel epitel dan masuk ke lamina propia. Nah di lamina propia inilah kumannya
berkembang biak dan difagosit o/ sel fagosit (makrofage). Kemudian kuman dalam
makrofage tadi dibawa ke plak peyeri, di plak peyeri ini terjadi hyperplasia jaringan dan
nekrosis( inilah yang merupakan faktor penyebab perdarahan pembuluh darah akibat erosi
yang disebabkan nekrosis dan hyperplasia. Nekrosis dan hyperplasia itu dapat terjadi
karena endotoksin salmonella menstimulasi makrofage untuk memproduksi sitokin dan
zat lainnya salah satunya monokin. produksi dari makrofage ini lah yg menyebabkan
nekrosis,hyperplasia dll. Hyperplasia plak peyeri juga menyebabkan gang. saluran
pencernaan(tersumbat, kesulitan BAB) dan salmonella yg menyerang usus ini pada saat
komplikasi menimbulkan nyeri, hal ini juga bisa menyebabkan nyeri pada saat buang air
besar sehingga kesulitan BAB). Dari plak peyeri ke kelenjar getah bening mesenterika ,
melewati duktus thorasicus ke sirkulasi darah (merupakan tahap bakterimia pertama,
asimptomatik(tanpa gejala) tubuh pasien masih biasa-biasa saja). dalam sirkulasi darah dy ke
organ retikuloendotelial, di organ ini terjadi 3 hal:

 yang pertama kumannya keluar dari sel fagosit dan masuk ke sirkulasi darah, pada tahap
inilah timbul gejala – gejalanya, karena kuman-kuman itu keluar dari sel fagosit(makrofag)
keluarlah endotoksin yg akan merangsang sintesis zat pirogen lalu demam.
 yang kedua dari hati tadi juga bisa masuk ke empedu karena eksresi empedu ke usus, jadi
kumannya ikut masuk ke usus.
 yang ke tiga kumannya bisa terbawa ke feses (inilah yg bisa nularin ke orang, bisa saja
fesesnya dihinggapi lalat, dan biasanya pada orang karier typoid fesesnya banyak
mengandung kuman ini).

Selain itu, disaat di sirkulasi darah kuman-kuman itu ternyata ngeluarin


endotoksin(semacam racun gitu lah) nah selama berada di sirkulasi darah endotoksin tuh
nempel lah di reseptor endotel kapiler, ini yg menyebabkan komplikasi ke daerah-daerah
lain, missal ke cardio, pulmo, neuro dll. Karena terjadi sumbatan-sumbatan pada pembuluh
darah kecil menyebabkan iskemik dan nekrosis hemoragic berbagai organ.

Kalo masalah kenapa demamnya septik itu karena proses keluarnya kuman dari sel fagosit
itu kan belom tentu barengan, lagian pada tahap dari empedu ke usus juga
intermitten(kadang iya, kadang g’) makanya malam-malam naek paginya turun. Nah kalo
masalah malam hari meningkatnya itu karena sore dan malam metabolisme tubuh
menurun. metabolisme turun berarti o2 yang beredar juga turun, nah salmonella kan
anaerob jadi suka lah dg waktu2 O2 dikit.

Selain itu juga bisa karena intervensi pengobatan atau komplikasi yang dapat terjadi
lebih awal. Makanya demam tidak beraturan.

Bintik merah emboli (bekuan darah atau sumbatan) pada pembuluh darah. Karena banyak
terjadi penumpukan endotoksin salmonella di endotel kapiler pembuluh darah jadi
membentuk sumbatan sehingga menimbulkan bintik-bintik ke permukaan kulit. Selain itu
endotoksin menyebabkan trombosit menempel pada endotel vascular dan menyumbat
pembuluh darah kecil.

Bintik merah terjadi akhir minngu pertama dan awal minggu kedua, biasanya di daerah
dada, kadang-kadang dibokong ataupun bagian fleksor lengan atas.

ciri-ciri bintik merah:

- Pada 30% kulit “putih”


- Biasanya < 5 bercak
- Warna merah/orange
- Makuko-papapular
- Diameter1 – 4 cm
- Lebih pada tubuh
- hilang pada penekanan
- Hilang sesudah 5 hari

hepatomegaly 
Hepatomegali dalam kasus mempunyai berbagai kemungkinan. Kemungkinan pertama
adalah akibat pengumpulan sel-sel polimorfonuklear di organ sistem retikuloendotelial
tersebut. Kemungkinan yang lain adalah akibat aktivitas replikasi kuman di dalam makrofag
yang berada dalam hati dan limpa. Kemungkinan terakhir adalah pada hati kerja sel
makrofagnya (sel Kuppfer) bekerja lebih berat, karena semua agen infeksius dari saluran
gastrointestinal pasti melewati vena porta hepatika, sehingga hati harus menghadapi kuman
tersebut di garis terdepan setelah masuk sirkulasi.

Limpa umumnya membesar pada akhir minggu pertama dan harus dibedakan dg
pembesaran karena malaria. Pembesaran pada demam typoid tidak progresif dan konsistensi
lebih lunak

tipoid tongue???banyak bakteri sehingga kotor, kalo tremor karena komplikasi pada
sistem saraf (neuropsikiatrik) (my opinion, haven’t true teory)

Biasanya terjadi beberapa hari setelah panas meningkat, lidah tampak kering(mungkin
karena kurang cairan), dilapisi selaput tebal( karena deskuamasi epitel), di bagian belakang
tampak lebih pucat,dibagian ujung dan tepi tampak kemerahan.

bibir rhagarden??? karena kurang cairan, pada typoid tanpa diare kurang cairannya karena
kurang makanan, air . Sedangkan pada diare kurang cairannya karena diare.

8. Bagaimana penatalaksaan dari penyakit ini?

1. Istirahat dan perawatan

- Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang (tirah baring dg perawatan spenuhnya
tempat makan, minum, mandi,bak,bab, dll, harus bersih-bersih pokoknya) atau 14
hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.

- Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

2. diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif)


1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. Untuk menghindari perforasi usus.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
NB. penelitian menunjukkan bahwa nasi dg lauk pauk rendah selulosa boleh dikasih tapi
sayur mayur yang banyak serat tidak boleh.

suportif : yang penting di sayang-sayang anaknya di jaga kebersihannya insyAllah sehat


lah tuh…

Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan penderita, misalnya


pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan
mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penurunan
demam.
simptomatik diberikan untuk menekan gejala-gejala simtomatik

- kalo muntah kasih obat muntah

- kalo demam kasih antipiretik

3.Pemberian antimikroba

Kloramfenikol - tidak lagi jadi pilihan pertama coz ada obat yg lebih aman :
siprofloksasin dan seftriakson

- tapi pemakain sebagai lini pertama masih dapat dibenarkan

- dosis 50-100 mg/kg/BB/ hari

- diberi sampai 7 hari bebas demam

- pemberian boleh oral atau intravena, intramuscular dilarang


karena bwt nyeri.

Tiamfenikol 
- dosis 4x500mg perhari (50-100mg/kgBB/hari)

- Pemberian selama 10-14 hari

- demam turun 5-6 hari

- efek hampir sama dg kloramfenikol hanya saja efek samping thadap komplikasi
hematologi dan anemia aplastik lebih rendah.

Ampisilin dan amoksisilin 

- ampisili 100-200mg/kg/BB 10-14 hari

- amoksisilin 100 mg/kgBB/hari


amoksisilin daya antibakteri sama dg ampisilin, tapi penyerapan peroral lebih baik
sehingga kadar obat tercapai 2 kali lebih tinggi, dan lebih sedikit menyebabkan
kekambuhan.

Kombinasi obat antimikroba

digunakan pada keadaan tertentu saja, missal toksik tifoid, peritonitis atau perforasi,
syok septik.

 Kortikosteroid
dosis 3x5 mg

9. Bagaimana prognosisnya?

Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah
dan virulensi Salmonella serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak
2,6% dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata 5,7%.

10. Bagaimana pencegahannya?


1. Identifikasi dan eradikasi salmonella typhi baik pada kasus typoid maupun karier typoid

Dengan cara mendatangi sasaran misalnya populasi tertentu  pengelola restoran,


pabrik, hotel, petugas kesehatan, petugas kebersihan, pengelola sarana umum lainnya.

2. Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi salmonella atopun karier

Kegiatan ini dilakukandi rumah sakit, klinik maupun lingkungan yang telah diketahui
pengidap typoid.

3. Proteksi pada orang yang berisiko terinfeksi.

Pemberian vaksin :

 Vaksin oral Ty 21a


- Mengandung Salmonella typhi galur Ty 21a.

- Vaksin tersedia dalam bentuk kapsul

- Diminum selang sehari dalam 1 minggu, 1 jam sebelum makan.

- Vaksin ini dikontraindikasikan pada wanita hamil, menyusui, penderita


imunokompromais, sedang demam, sedang minum antibiotik, dan anak kecil 6
tahun.

- Lama proteksi dilaporkan 5 tahun.

 Vaksin parenteral sel utuh

- Vaksin ini mengandung sel utuh Salmonella typhi yang dimatikan yang mengandung
kurang lebih 1 milyar kuman setiap mililiternya.
- Dosis untuk dewasa 0,5 mL; anak 6-12 tahun 0,25 mL; dan anak 1-5 tahun 0,1 mL
yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu.
- Efek samping yang dilaporkan adalah demam, nyeri kepala, lesu, dan bengkak
dengan nyeri pada tempat suntikan.
- Vaksin ini di kontraindikasikan pada keadaan demam, hamil, dan riwayat demam
pada pemberian pertama. Vaksin ini sudah tidak beredar lagi, mengingat efek
samping yang ditimbulkan dan lama perlindungan yang pendek.

 Vaksin polisakarida (ViCPS)


- Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari bakteri Salmonella.
- Mempunyai daya proteksi 60-70 persen pada orang dewasa dan anak di atas 5
tahun.
- Vaksin ini tersedia dalam alat suntik 0,5 mL yang berisi 25 mikrogram antigen Vi
dalam buffer fenol isotonik.
- Vaksin diberikan secara intramuskular dan diperlukan pengulangan (booster)
setiap 3 tahun.
- Vaksin ini dikontraindikasikan pada keadaan hipersensitif, hamil, menyusui, sedang
demam, dan anak kecil 2 tahun.

 Vaksin TAB
- Berisi basil typoid dan paratyphoid yang dimatikan
- Pemberian intravena
- dalam 10 hari

Tindakan preventif berdasarkan lokasi daerah :


 Non Endemik
- Sanitasi air dan kebersihan lingkungan
- Penyaringan pengelola pembuatan/ distributor/ penjualan makanan dan minuman.
-PEngobatan dan pencarian kasus typoid karier.
 Endemik
- Memasyarakatkan pengelolaan bahan makanan dan minuman yang memenuhi
standar prosedur kesehatan (perebusan > 57°C)
- pengunjung ke daerah ini harus minum air melalui pendidihan
- vaksinasi secara menyeluruh pada masyarakat setempat atau pengunjung.

ayo – ayo dibaca……….


etiologi

Salmonella typhi, S paratyphi A, Sparatyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S


paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi.
sifatnya :

- Basil gram negatif

- berflagel

- tidak berspora

- tidak berkapsul

- anaerob fakultatif

- Typhi memproduksi asam dari fermentasi glukosa dan manosa.

- Kebanyakan bakteri ini memproduksi hidrogen sulfida (H2S) dan bisa bertahan pada
pembekuan dalam waktu yang panjang.
Mempunyai 3 macam antigen:
- Antigen O : “Ohne Hauch”  antigen somatik (tidak menyebar)
- Antigen H : Hauch (Menyebar) terdapat pada flagel dan bersifat termolabil
- Antigen Vi: Kapsul Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O
tehadap fagositosis.

ciri khas bakteri yang bersifat pathogen:

- mempunyai kemampuan menularkan

- melekat pada sel pejamu


bakteri harus melekat pada sel-sel permukaan jaringan, jika tidak menempel, bakteri akan
tersapu oleh mucus dan cairan lain yang membasahi permukaan jaringan. Perlekatan yang
hanya merupakan satu langkah dalam prose infeksi, diikuti dengan pembentukan
mikrokoloni dan langkah-langkah pathogenesis infeksi selanjutnya. Perlekatan b’sifat
kompleks, bebarapa faktor yg mempengaruhi: hidrofobisitas, muatan ion dipermukaan,
pengikatan molekul pada bakteri, dan interaksi respon pejamu.
- menginvasi sel pejamu dan jaringan.
salmonella menginvasi jaringan melalui taut antara sel-sel epitel.
- toksigenitas
 eksotoksin
 endotoksin(LPS)
pada bakteri gram negate berasal dari dinding selnya dan sering dikeluarkan ketika bakteri
mengalami lisis. Tahan panas, BM 3000-5000.
injeksi LPS menyebaban lekopeni dini, seperti bakterimia yang terjadi pada injeksi
organisme gram negatif. Kemudian terjadi leukositosis sekunder. Leukopenia dini terjadi
bersamaan dengan penyebab demam(pelepsan IL-1).
Lps meningkatkan glikolisis pada banyak sel dan dapat menyebabkan hipoglikemia.
Hipotensi terjadi terjadi setelah injeksi LPS. kontriksi venula dan arteriol diikuti dg
vasodilatasi vascular perifer, peningkatan permeabilitas vascular, penurunan aliran balik
vena, penuruna curah jantung, vasokontriksi perifer,syok dan gangguan perfusi organ serta
konsekuensinya.
- mampu menghindari sistem imun pejamu.

Epidemiologi

Demam tifoid terjadi pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung
meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropic
dibandingkan daerah berhawa dingin.

Siapa saja bisa terkena penyakit ini tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau
perempuan. Umumnya penyakit ini lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa sering
mengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri.
Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Usia Persentase
0-4 tahun 25,32%
5-9 tahun 35,59%
10-14 tahun 39,09%
12 – 29 tahun 70 – 80 %
30 – 39 tahun 10 – 20 %
> 40 tahun 5 – 10 %

Epidemiologi: Salmonella non-tifoid


1. Hewan: Ayam, sapi, kerbo, binatang
pemeliharaan (pets), binatang melata,
melalui daging ayam/sapi, telor, susu. Sayursayur,
obat-obat, alat-alat medis yang
terkontaminasi air dari binatang.
2. Manusia: Feko-oral dan makanan/alat yang
terkontaminasi

epidemiologi salmonella tifoid:

Hanya dari Manusia melalui:

a. Jalur feko-oral
b. Jalur terkontaminasi dari
manusia “aktif”
jika Anda pasien typhi maka jangan tularkan ke orang lain dg cara:

 Sering cuci tangan anda.


Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari penyebaran infeksi
ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan sabun, kemudian gosoklah
tangan selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan
toilet.

 Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.


Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali sehari.

 Hindari memegang makanan.


Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata bahwa anda tidak
menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan atau fasilitas kesehatan, anda
tidak boleh kembali bekerja sampai hasil tes memperlihatkan anda tidak lagi
menyebarkan bakteri Salmonella.

 Gunakan barang pribadi yang terpisah.


Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci dengan
menggunakan air dan sabun.
c. Pengidap / carrier kronis.
(Baksil “tersembunyni” di empedu)

di Indonesia paling banyak di Sulawesi selatan. di jambi???

Manifestasi Klinik
minggu pertama :
- demam
- nyeri kepala
- pusing
- nyeri otot
- anoreksia
- mual
- muntah
- obstipasi/diare
- perasaan tidak enak di perut
- batuk
- epitaksis
- suhu meningkat, meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari
Minggu ke 2
- bradikardi relative
Penyebab paling umum dari bradikardi relatif atau defisit pulsa-suhu pada pasien dengan
demam adalah β-blocker obat. β-Blockers mengurangi pulsa pada pasien dengan demam.
bradikardi relatif sebagai tanda diagnostik ini tidak harus diterapkan pada pasien β-blocker.
Namun, turunan digitalis, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan calcium
channel blockers tidak mempengaruhi hubungan pulsa-suhu seperti halnya β-blocker.
Karena banyak pasien demam yang telah menerima, atau menerima, antimikroba serta obat
lain, pemeriksaan yang seksama terhadap pasien obat yang diperlukan untuk memastikan
bradikardi relatif adalah karena demam obat dan bukan merupakan penyebab infeksi.
- typoid tongue
- hepatomegaly
- splenomegaly
- meteroismus
- gang.mental somnolen dll tapi jarang nyampe koma.
Hasil pemeriksaan Lab

Bisa Leukopenia, bisa leukositosis kalo menunjukkan gejala infeksi sekunder.

Trombositnya kalo kurang-kurang sedikit masih bisa dikatakan normal karena kurang cairan
bae…jadi kalo demam pasti turun dikit sehingga wajar-wajar bae.

SGOT dan SGPT bisa saja naik tetapi akan kembali normal.

Diagnosis pasti pemeriksaan bakteriologis, dimana ditemukannya kuman salmonella typhi


pada salah satu biakan darah, feses,urine,sumsum tulang atopun cairan duodenum.

Biakan darah( +) pada minggu pertama (44%)

Biakan feses dan urin(+) pada minggu kedua dan ketiga.(65%)

Sumsum tulang paling baik (84%)

Walaupun kultur sum-sum tulang lebih sensitif, pemeriksaan ini sulit dilakukan, karena relatif
infasif, dan kurang dapat diterapkan pada pelayanan kesehatan umum.

Pemeriksaan serologis pem. penunjang saja

Respon imunologis

Pada demam typoid terjadi respon humoral maupun seluler, baik tingkat local (gastrointestinal)
maupun sistemik. Diperkirakan imunitas seluler lebih berperan.

Uji widal

Beberapa Cara
• Cara klasik
1. Uji Widal Lempeng (Slide Agglutination
Test/SAT)
2. Uji Tabung (Tube Agglutination Test/TAT)
• Cara Stokes
Uji Widal dengan microtiter plate U

Standarnya berbeda-beda tergantung acuan yang dipakai, tapi >1/200 (+)

Kalo di Indonesia rata-rata kata dr. Mustarim O 1/80 H1/160 sudah positif.

Widal tidak selalu akurat, disebabkan beberapa faktor:

 Faktor penderita 
1. Pengobatan dini antibiotika

Pemberian antibiotika yang dilakukan sebelumnya (ini kejadian paling sering di negara kita,
demam –> kasih antibiotika –> nggak sembuh dalam 5 hari –> tes Widal) menghalangi
respon antibodi. Menyebabkan tidak terdeteksi(negatif palsu). Padahal sebenarnya bisa
positif jika dilakukan kultur darah.

2. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.


3. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah
klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
4. Penyakit tertentu yang menghambat pembentukan antibody Misal :leukemia, tumor
5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat
terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer
aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan
sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun.
Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai
diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis
Terinfeksi Oleh salmonella sebelumnya keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang
positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.

8. Reaksi anamnesa

Keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena
penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular
salmonella di masa lalu.

Faktor teknis :

1. Aglutinasi silang

Beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi
aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.

2. Konsentrasi suspensi antigen

konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.

3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat
bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari
suspensi dari strain lain.

Widal sering menyebabkan overdiagnosis.

Cara mengetahui komplikasi


Komplikasi intestinal :
 Perdarahan usus
- Keluhan nyeri perut
- Perut membesar, nyeri pada perabaan.
- Mual dan muntah
- Penurunan tekanan darah dan terjadinya syok.
- Perdarahan saluran cerna sehingga tampak darah kehitaman yang keluar bersama tinja.
Perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam dengan faktor hemostatis dalam batas normal.
 Perforasi usus
- mendadak sakit di daerah perut

- perut kembung

- tekanan darah menurun

- suara bising usus melemah

- pekak hati berkurang


 Pankreatitis
dengan pemeriksaan enzim amylase dan lipase serta ultrasonografi/ CT scan.

Komplikasi ekstraintestinal :

 enselopati
- Kesadaran menurun

- kejang

- muntah

- demam tinggi

- pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal

 Miocarditis
- Irama mendua
- Takikardi yang menetap

- bunyi jantung yang melemah

- bising sistolik di apex

- pembesaran jantung
 Hepatitis
Untuk membedakan penyebab hepatitisnya apakah tifoid, virus,malaria atau amuba. Perlu
diperhatikan kelainan fisik, parameter laboratorium dan histopatologik hati.
- kenaikan enzim transaminase tidak relevan dengan kenaikan bilirubin(untuk membedakan
hepatitis karena virus)
 Neuropsikiatrik
- kesadaran berkabut, apatis, delirium, samnolen, stupor, coma

penatalaksanaan pada ibu hamil


Trimester pertama tiamfenikol tidak dianjurkan karena kemungkinan efek teratogenik
terhadap fetus pada manusia belum dapat disingkirkan. Pada kehamilan selanjutkan bisa
digunakan.
Trimester ke-3 kloramfenikol tidak dianjurkan  karena dikhawatirkan dapat menyebabkan
dapat terjadi partus premature, kematian fetus intrauterin, grey sindrom pada neonates.
Obat yang dianjurkan a/ ampisilin, amoksisilin, dan seftriakson.

indikasi rawat inap


Jawaban
konstipasi dan diare ???
konstipasi terjadi kan pada waktu di plak peyeriplak peyeri tersumbatjadi menyebabkan
motilitas menurun.
diare terjadi waktu salmonella di usus motilitas meningkat diare
indikasi rawat inap

You might also like