You are on page 1of 10

Koloid dan Sistem Dispersi

Pada bab sebelumnya, kita sudah belajar tentang larutan, campuran yang homogen antara dua macam zat atau
lebih. Pada bab

ini, kita akan mempelajari koloid. Sistem koloid sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dengan
ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan
sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid sehingga sangat penting untuk
dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti
protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan
produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi. Dalam industri cat, semen, dan
industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk
serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat
digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.

 Sistem Dispersi

Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi dijelaskan dalam Tabel 6.1
SISTEM DISPERS

A. Dispersi kasar : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih


(suspensi) besar dari 100 nm.
B. Dispersi koloid : partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1
nm - 100 nm.
C. Dispersi molekuler : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil
(larutan sejati) dari 1 nm.

Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium
pendispersi.
Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan
untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.

JENIS KOLOID

Sistem koloid digolongkan berdasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium
pendispersinya.

- koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol.


- koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi.
- koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih.

Sifat-sifat khas koloid meliputi :

a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.

b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.

Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena Koloid As2S3 bermuatan negatif karena
+
permukaannya menyerap ion H permukaannya menyerap ion S2-
   
c. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap
partikel atau ion atau senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi
yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.

d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.

e. Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium
pendispersinya cairan.

Koloid Liofil: sistem koloid yang affinitas fase


terdispersinya besar terhadap
medium pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
Koloid sistem koloid yang affinitas fase
Liofob: terdispersinya kecil terhadap medium
pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.

SUSPENSI

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila
digojog perlahan-lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di tambahkan zat tambahan untuk menjamin
stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah di gojog dan dituang.

Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat partikel terdispersi
( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen – komponen formulasi
seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah
yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu
dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk “.

Keuntungan Sediaan Suspensi

1. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat .

2. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
3. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang
tergantung kelarutannya.

Kerugian Bentuk Suspensi

1. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.

2. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.

3. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana
terdapat air sebagai katalisator .

Pembasahan Partikel

Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tidak larut di dalam cairan pembawa
adalah langkah yang penting. kadang – kadang adalah sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak
dan lain – lain kontaminan .

Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ–nya besar mereka mengambang pada permukaan
cairan.

Pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara dan sukar dibasahi meskipun ditekan di bawah
permukaan cairan.

Serbuk dengan sudut kontak ± 90 ْ akan menghasilkan serbuk yang terapung keluar dari cairan.
Sedangkan serbuk yang mengambang di bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih kecil dan bila
tenggelam, menunjukkkan tidak adanya sudut kontak .

Serbuk yang sulit dibasahi air , disebut hidrofob , seperti sulfur , carbo adsorben, Magnesii Stearat dan
serbuk yang mudah dibasahi air disebut hidropofil seperti toluen , Zincy Oxydi , Magnesii Carbonas .

Dalam pembuatan suspensi penggunaan surfaktan (wetting agent) adalah sangat berguna dalam
penurunan tegangan antar muka akan menurunkan sudut kontak , pembasahan akan dipermudah.

Gliserin dapat berguna di dalam penggerusan zat yang tidak larut karena akan memindahkan udara
diantara partikel – partikel hingga bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi partikel karena lapisan
gliserin pada permukaan partikel mudah campur dengan air. Maka itu pendispersian partikel dilakukan dengan
menggerus dulu partikel dengan gliserin, propilenglikol, koloid gom baru diencerkan dengan air (IMO, 152).

Sistem Pada Pembuatan Suspensi

1. Sistem Deflokulasi

2. Sistem Flokulasi

Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat mengendap dan mudah
tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada sistem Deflokulasi, partikel terdeflokulasi
mengendap perlahan – lahan dan akhirnya akan membentuk sendimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya
cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali (Farmasetika , 163).

Cara Pembuatan Suspensi

Suspensi dapat di buat dengan menggunakan 2 metode, yaitu :

1. Metode Dispersi

2. Metode Presipitasi (Pengendapan), metode ini di bagi lagi menjadi 3 macam , yaitu :

a. Presipitasi dengan pelarut organik

b. Presipitasi dengan perubahan pH dari media

c. Presipitasi dengan dokomposisi rangkap

1. Metode Dispersi

Serbuk yang terbagi halus, didispersi didalam cairan pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa
adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah partikel-partikel harus terdispersi betul di dalam
air, mendispersi serbuk yang tidak larut dalam air, kadang – kadang sukar. Hal ini di sebabkan karena
adanya udara, lemak dan lain – lain kontaminan pada permukaan serbuk . ( Farmasetika , 165 )

2. Metode Presipitasi

Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang tidak larut dalam air,dilarutkan dulu dalam
pelarut organik yang dapat dicampur dengan air, lalu ditambahkan air suling dengan kondisi tertentu.
Pelarut organik yang digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol dan gliserin. Yang perlu
diperhatikan dengan metode ini adalah control ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau hidrat
dari kristal (Farmasetika , 165).

2.1 Pengertian

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase
cair.

Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair
dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral.

2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair
yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.

3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam
cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.

4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan
untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.

6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai
untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan
bahan pembawa yang sesuai.

2.2 Stabilitas Suspensi

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat
penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan
untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :

1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan
keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik
dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan
hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.

2. Kekentalan/Viskositas

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental
suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum ”
STOKES”

Ket :

V = Kecepatan Aliran p0 = Berat Jenis Cairan

d = Diameter Dari Partikel g = Gravitasi

p = Berat Jenis Dari Partikel ŋ = Viskositas Cairan

3. Jumlah Partikel /Konsentrasi

Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan
susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.

Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin
besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang
singkat.

4. Sifat/Muatan Partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang
sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut
yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah
merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid
mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental
yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending
agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).

Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :

1. Bahan Pensuspensi Dari Alam

Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom/hidrokoloid. Gom
dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau
lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah
stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi
bakteri.

a. Termasuk golongan gom :

Contonya : Acasia (Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin

b. Golongan bukan gom :

Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.

2. Bahan Pensuspensi Sintesis

a. Derivat Selulosa

Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.

b. Golongan organk polimer

Contohnya : Carbaphol 934.

2.3 Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi

1. Metode Pembuatan Suspensi

Suspensi dapat dibuat dengan cara :

· Metode Dispersi
· Metode Precipitasi

2. Sistem Pembentukan Suspensi

· Sistem flokulasi

· Sistem deflokulasi

Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :

1. Deflokulasi

· Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.

· Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap terpisah dan ukuran partikel
adalah minimal.

· Sediaan terbentuk lambat.

· Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi.

2. Flokulasi

· Partikel merupakan agregat yang basa

· Sedimentasi terjadi begitu cepat

· Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula.

2.4 Formulasi Suspensi

Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :

· Pada penggunaan ”Structured Vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi Structured
Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.

· Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi
dengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali.

Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :


· Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.

· Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.

· Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.

· Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah Structured Vehicle.

· Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam Structured Vehicle.

2.5 Penilaian Stabilitas Suspensi

1. Volume Sedimentasi

Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula mula dari
suspensi (Vo) sebelum mengendap.

2. Derajat Flokulasi

Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume
sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).

3. Metode Reologi

Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menemukan perilaku


pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.

4. Perubahan Ukuran Partikel

Digunakan cara freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu
dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok
menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.

You might also like