Professional Documents
Culture Documents
Apakah etika, dan apakah etika profesi itu? Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos
(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika
akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai
apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai "the discipline which can act as the
performance index or reference for our control system". Dengan demikian, etika akan
memberikan semacam batasan maupun standard yang akan mengatur pergaulan manusia
didalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni
pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan pada saat yang
dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik Dengan
demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control", karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu
sendiri.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian dan
berkemahiran -- yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan
berstandar tinggi -- yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu
hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in mechanism" berupa kode etik profesi
dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan disisi
lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan
keahlian (Wignjosoebroto, 1999)
Diposkan oleh Tugas Etika Profesi di 21:18 0 komentar
Dalam era kini, informasi dipandang sebagai aset atau sumber yang setara dengan
sumber-sumber lain dan juga mempunyai kekhususan persoalan dan pengelolaannya,
sehingga diperlukan suatu manajemen khusus yaitu sistem manajemen informasi dengan
pengelolanya yang khusus yaitu manajer informasiatau Chief Information
Officer (CIO). Sebagai manajer jelas harus mengetahui etika manajemen. Aspek
keuangan merupakan suatu aspek yang yang sangat sensitif, demikian juga dengan aspek
informasi. Dengan demikian hak dan tanggung jawab manajer mengisyaratkan bahwa
syarat manajer harus “beretika (bermoral) tinggi dan kuat”.
Sebagai seorang yang profesional, kita mempunyai tanggung jawab untuk
mempromosikan etika penggunaan teknologi informasi di tempat kerja. Kita mempunyai
tanggung jawab manajerial. Kita harus menerima tanggung jawab secara etis seiring
dengan aktivitas pekerjaan. Hal itu termasuk melaksanakan peran kita dengan baik
sebagai suatu sumber daya manusia yang penting di dalam sistem bisnis dalam
organisasi. Sebagai seorang manajer atau pebisnis profesional, akan jadi tanggung jawab
kita untuk membuat keputusan-keputusan tentang aktivitas bisnis dan penggunaan
teknologi informasi, yang mungkin mempunyai suatu dimensi etis yang harus
dipertimbangkan.
Teknologi Informasi mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia. Karena
TI ibarat pisau bermata dua, legal dan ilegal, baik dan buruk, maka mau tak mau
berhubungan dengan etika.
Merupakan hal yang penting untuk mengetahui bahwa hal yang tidak etis belum tentu
ilegal. Jadi, dalam kebanyakan situasi, seseorang atau organisasi yang dihadapkan pada
keputusan etika tidak mempertimbangkan apakah melanggar hukum atau tidak.
Banyaknya aplikasi dan peningkatan penggunaan TI telah menimbulkan berbagai isu
etika, yang dapat dikategorikan dalam empat jenis:
1. Isu privasi: rahasia pribadi yang sering disalahgunakan orang lain dengan
memonitor e-mail, memeriksa komputer orang lain, memonitor perilaku kerja
(kamera tersembunyi). Pengumpulan, penyimpanan, dan penyebaran informasi
mengenai berbagai individu/pelanggan dan menjualnya kepada pihak lain untuk
tujuan komersial. Privasi informasi adalah hak untuk menentukan kapan, dan sejauh
mana informasi mengenai diri sendiri dapat dikomunikasikan kepada pihak lain. Hak
ini berlaku untuk individu, kelompok, dan institusi.
2. Isu akurasi: autentikasi, kebenaran, dan akurasi informasi yang dikumpulkan serta
diproses. Siapa yang bertanggung jawab atas berbagai kesalahan dalam informasi dan
kompensasi apa yang seharusnya diberikan kepada pihak yang dirugikan?
3. Isu properti: kepemilikan dan nilai informasi (hak cipta intelektual). Hak cipta
intelektual yang paling umum berkaitan dengan TI adalah perangkat lunak.
Penggandaan/pembajakan perangkat lunak adalah pelanggaran hak cipta dan
merupakan masalah besar bagi para vendor, termasuk juga karya intelektual lainnya
seperti musik dan film.
4. Isu aksesibilitas: hak untuk mengakses infomasi dan pembayaran biaya untuk
mengaksesnya. Hal ini juga menyangkut masalah keamanan sistem dan informasi.
Salah satu alasan sulitnya menegakkan etika di dunia TI adalah karena relatif
barunya bidang ini. Tak seperti dunia kedokteran yang usianya sudah ratusan abad,
bidang TI adalah profesi baru. Walaupun ada juga yang melanggar, dalam dunia
kedokteran, etika profesi sangat dijunjung tinggi. Ini jauh berbeda dengan dunia TI, di
mana orang sangat mudah melanggar etika. Orang masih meraba-raba batasan antara
inovasi, kreatifitas, dan pelanggaran etika. Apalagi dunia ini hampir sepenuhnya
digeluti oleh anak-anak muda yang kerap mengabaikan persoalan moralitas yang abu-
abu.
Seorang pakar telematika katakanlah namanya SU digugat oleh kliennya karena telah
menyebarkan data-data milik kliennya tanpa persetujuan dari si pemiliknya. Parahnya
adalah SU mempublikasikannya melalui media massa. Pengacara sang klien menyebut
bahwa SU telah melanggar kode etik profesi teknologi informasi. Benarkah demikian?
Kode etik profesi bidang teknologi informasi di Indonesia memang belum ada (yang tertulis).
Namun, kita bisa menerapkan kode etik yang dibuat oleh IEEE. IEEE telah membuat
semacam kode etik bagi anggotanya, sebagai berikut:
1. To accept responsibility in making decisions consistent with the safety, health and
welfare of the public, and to disclose promptly factors that might endanger the public or the
environment
Artinya setiap anggota bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan konsisten dengan
keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, serta segera mengungkapkan faktor-
faktor yang dapat membahayakan publik atau lingkungan
2. To avoid real or perceived conflicts of interest whenever possible, and to disclose them to
affected parties when they do exist
Intinya ialah sebisa mungkin menghindari terjadinya konflik kepentingan dan meluruskan
mereka yang telah terpengaruh oleh konflik tersebut
3. To be honest and realistic in stating claims or estimates based on available data
Masih ingat dengan Pemilu 2009 kemarin? Betapa lamanya KPU memproses hasil
penghitungan suara. Pihak yang bertanggung jawab atas urusan TI KPU sebelumnya
menyatakan bahwa sistem yang mereka buat sudah teruji reliabilitasnya dan rekapitulasi
suara akan berjalan lancar. Nyatanya?
4. To reject bribery in all its forms
Sesuatu yang sangat langka di Indonesia, bukan hanya di bidang politiknya saja, di bidang
teknologi informasinya pun bisa dikatakan sedikit yang bisa melakukannya
5. To improve the understanding of technology, its appropriate application, and potential
consequences
Setiap saat meningkatkan pemahaman teknologi, aplikasi yang sesuai, dan potensi
konsekuensi
6. To maintain and improve our technical competence and to undertake technological tasks
for others only if qualified by training or experience, or after full disclosure of pertinent
limitations
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi teknis dan teknologi untuk
melakukan tugas-tugas bagi orang lain hanya jika memenuhi syarat melalui pelatihan atau
pengalaman, atau setelah pengungkapan penuh keterbatasan bersangkutan;
7. To seek, accept, and offer honest criticism of technical work, to acknowledge and correct
errors, and to credit properly the contributions of others
Untuk mencari, menerima, jujur dan menawarkan kritik dari teknis pekerjaan, mengakui
dan memperbaiki kesalahan, dan memberikan kredit atas kontribusi orang lain
8. To treat fairly all persons regardless of such factors as race, religion, gender, disability,
age, or national origin
Memperlakukan dengan adil semua orang tanpa memperhitungkan faktor-faktor seperti ras,
agama, jenis kelamin, cacat, usia, atau asal kebangsaan
9. To avoid injuring others, their property, reputation, or employment by false or malicious
action
Menghindari melukai orang lain, milik mereka, reputasi, atau pekerjaan dengan tindakan
salah atau jahat.
10. To assist colleagues and co-workers in their professional development and to support
them in following this code of ethics
Saling membantu antar rekan kerja dalam pengembangan profesi mereka dan mendukung
mereka dalam mengikuti kode etik ini.
Andai SU merupakan anggota dari IEEE, maka dapat dikatakan ia jelas telah melanggar
kode etik organisasinya.
a. Etika Profesi TI Dikalangan Universitas
Privasi yang berlaku di lingkungan Universitas juga berlaku untuk bahan-bahan elektronik.
Standar yang sama tentang kebebasan intelektual dan akademik yang diberlakukan bagi
sivitas akademika dalam penggunaan media konvensional (berbasis cetak) juga berlaku
terhadap publikasi dalam bentuk media elektronik. Contoh bahan-bahan elektronik dan
media penerbitan tersebut termasuk, tetapi tidak terbatas pada, halaman Web (World Wide
Web), surat elektronik (e-mail), mailing lists (Listserv), dan Usenet News.
Kegunaan semua fasilitas yang tersedia sangat tergantung pada integritas penggunanya.
Semua fasilitas tersebut tidak boleh digunakan dengan cara-cara apapun yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan Negara Republik Indonesia atau yang bertentangan
dengan lisensi, kontrak, atau peraturan-peraturan Universitas. Setiap individu bertanggung
jawab sendiri atas segala tindakannya dan segala kegiatan yang dilakukannya, termasuk
penggunaan akun (account) yang menjadi tanggung jawabnya.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia dan peraturan Universitas menyatakan bahwa
sejumlah kegiatan tertentu yang berkaitan dengan teknologi informasi dapat digolongkan
sebagai tindakan: pengabaian, pelanggaran perdata, atau pelanggaran pidana. Sivitas
akademika dan karyawan harus menyadari bahwa tindakan kriminal dapat dikenakan
kepada mereka apabila melanggar ketentuan ini. Contoh tindakan pelanggaran tersebut
adalah, tetapi tidak hanya terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
1. Menggunakan sumber daya teknologi informasi tanpa izin;
2. Memberitahu seseorang tentang password pribadi yang merupakan akun yang tidak
dapat dipindahkan-tangankan.
3. Melakukan akses dan/atau upaya mengakses berkas elektronik, disk, atau perangkat
jaringan selain milik sendiri tanpa izin yang sah;
4. Melakukan interferensi terhadap sistem teknologi informasi atau kegunaan lainnya dan
sistem tersebut, termasuk mengkonsumsi sumber daya dalam jumlah yang sangat besar
termasuk ruang penyimpanan data (disk storage), waktu pemrosesan, kapasitas jaringan,
dan lain-lain, atau secara sengaja menyebabkan terjadinya crash pada sistem komputer
melalui bomb mail, spam, merusak disk drive pada sebuah komputer PC milik Universitas,
dan lain-lain);
5. Menggunakan sumber daya Universitas sebagai sarana (lahan) untuk melakukan crack
(hack, break into) ke sistem lain secara tidak sah;
6. Mengirim pesan (message) yang mengandung ancaman atau bahan lainnya yang
termasuk kategori penghinaan;
7. Pencurian, termasuk melakukan duplikasi yang tidak sah (illegal) terhadap bahan-bahan
yang memiliki hak-cipta, atau penggandaan, penggunaan, atau pemilikan salinan (copy)
perangkat lunak atau data secara tidak sah;
8. Merusak berkas, jaringan, perangkat lunak atau peralatan;
9. Mengelabui identitas seseorang (forgery), plagiarisme, dan pelanggaran terhadap hak
cipta, paten, atau peraturan peraturan perundang-undangan tentang rahasia perusahaan;
10. Membuat dengan sengaja, mendistribusikan, atau menggunakan perangkat lunak yang
dirancang untuk maksud kejahatan untuk merusak atau menghancurkan data dan/atau
pelayanan komputer (virus, worms, mail bombs, dan lain-lain).
Universitas melarang penggunaan fasilitas yang disediakannya untuk dipergunakan dengan
tujuan untuk perolehan finansial secara pribadi yang tidak relevan dengan misi Universitas.
Contoh penggunaan seperti itu termasuk membuat kontrak komersial dan memberikan
pelayanan berbasis bayar antara lain seperti menyewakan perangkat teknologi informasi
termasuk bandwidth dan menyiapkan surat-surat resmi atau formulir-formulir resmi lain.
Semua layanan yang diberikan untuk tujuan apapun, yang menggunakan sebahagian dari
fasilitas sistem jaringan Universitas untuk memperoleh imbalan finansial secara pribadi
adalah dilarang.
Dalam semua kegiatan dimana terdapat perolehan finansial pribadi yang diperoleh selain
kompensasi yang diberikan oleh Universitas, maka kegiatan tersebut harus terlebih dahulu
memperoleh izin resmi dari Universitas.
Pelanggaran terhadap Kode Etik Teknologi Informasi ini akan diselesaikan melalui proses
disipliner (tata tertib) standar oleh otoritas disipliner yang sah sebagaimana diatur di dalam
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Universitas tentang disiplin mahasiswa, dosen
dan karyawan. PSI dapat mengambil tindakan yang bersifat segera untuk melindungi
keamanan data dan informasi, integritas sistem, dan keberlanjutan operasional sistem
jaringan.
Setiap mahasiswa, dosen, dan karyawan Universitas sebagai bagian dari komunitas
akademik dapat memberikan pandangan dan saran terhadap kode etik ini baik secara
individu maupun secara kolektif demi terselenggaranya pelayanan sistem informasi dan
sistem jaringan terpadu Universitas yang baik. PSI akan melakukan evaluasi, menampung
berbagai pandangan, dan merekomendasikan perubahan yang perlu dilakukan terhadap
kode etik ini sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Hukum harus diakui bahwa yang ada di Indonesia sering kali belum dapat menjangkau
penyelesaian kasus kejahatan computer. Untuk itu diperlukan jaksa yang memiliki wawasan
dan cara pandang yang luas mengenai cakupan teknologi yang melatar belakangi kasus
tersebut. Sementara hukum di Indonesia itu masih memiliki kemampuan yang terbatas
didalam penguasaan terhadap teknologi informasi.
3. Aspek Pendidikan
Dalam kode etik hacker ada kepercayaan bahwa berbagi informasi adalah hal yang sangat
baik dan berguna, dan sudah merupakan kewajiban (kode etik) bagi seorang hacker untuk
membagi hasil penelitiannya dengan cara menulis kode yang open source dan memberikan
fasilitas untuk mengakses informasi tersebut dan menggunakn peralatan pendukung apabila
memungkinkan. Disini kita bisa melihat adanya proses pembelajaran.
Yang menarik dalam dunia hacker yaitu terjadi strata-strata atau tingkatan yang diberikan
oleh komunitas hacker kepada seseorang karena kepiawaiannya bukan karena umur atau
senioritasnya.
Untuk memperoleh pengakuan atau derajat seorang hacker mampu membuat program
untuk ekploit kelemahan system menulis tutorial/ artikel aktif diskusi di mailing list atau
membuat situs web, dsb.
4. Aspek Ekonomi
Untuk merespon perkembangan di Amerika Serikat sebagai pioneer dalam pemanfaatan
internet telah mengubah paradigma ekonominya yaitu paradigma ekonomi berbasis jasa
(From a manufacturing based economy to service – based economy). Akan tetapi
pemanfaatan tknologi yang tidak baik (adanya kejahatan didunia maya) bisa mengakibatkan
kerugian ekonomi yang tidak sedikit.
5. Aspek Sosial Budaya
Akibat yang sangat nyata adanya cyber crime terhadap kehidupan sosial budaya di Indonesia
adalah ditolaknya setiap transaksi di internet dengan menggunakan kartu kredit yang
dikeluarkan oleh perbankan Indonesia. Masyarakat dunia telah tidak percaya lagi
dikarenakan banyak kasus credit card PRAUD yang dilakukan oleh netter asal Indonesia.
g. Isu-isu Pokok dalam Etika Teknologi Informasi
1. Cyber Crime
Merupakan kejahatan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang dengan menggunakan
komputer sebagai basis teknologinya.
Hacker : seseorang yang mengakses komputer / jaringan secara ilegal
Cracker : seseorang yang mengakses komputer / jaringan secara ilegal dan memiliki
niat buruk
Script Kiddie : serupa dengan cracker tetapi tidak memilki keahlian teknis
CyberTerrorist : seseorang yang menggunakan jaringan / internet untuk merusak
dan menghancurkan komputer / jaringan tersebut untuk alasan politis.
Contoh pekerjaan yang biasa dihasilkan dari para cyber crime ini adalah berkenaan dengan
keamanan, yaitu :
• Malware
Virus : program yang bertujuan untuk mengubah cara bekerja komputer tanpa seizin
pengguna
Worm : program-program yang menggandakan dirinya secara berulang-ulang di komputer
sehingga menghabiskan sumber daya
Trojan : program / sesuatu yang menyerupai program yang bersembunyi di dalam program
komputer kita.
• Denial Of Service Attack
Merupakan serangan yang bertujuan untuk akses komputer pada layanan web atau email.
Pelaku akan mengirimkan data yang tak bermanfaat secara berulang-ulang sehingga
jaringan akan memblok pengunjung lainnya.
BackDoor : program yang memungkinkan pengguna tak terotorisasi bisa masuk ke komputer
tertentu.
Spoofing : teknik untuk memalsukan alamat IP komputer sehingga dipercaya oleh jaringan.
• Penggunaan Tak Terotorisasi
Merupakan penggunaan komputer atau data-data di dalamnya untuk aktivitas illegal atau
tanpa persetujuan
• Phishing / pharming
Merupakan trik yang dilakukan pelaku kejahatan untuk mendapatkan informasi rahasia.
Jika phishing menggunakan email, maka pharming langsung menuju ke web tertentu.
• Spam
Email yang tidak diinginkan yang dikirim ke banyak penerima sekaligus.
• Spyware
Program yang terpasang untuk mengirimkan informasi pengguna ke pihak lain.
2. Cyber Ethic
Dampak dari semakin berkembangnya internet, yang didalamnya pasti terdapat interaksi
antar penggunanya yang bertambah banyak kian hari, maka dibutuhkan adanya etika dalam
penggunaan internet tersebut.
3. Pelanggaran Hak Cipta
Merupakan masalah tentang pengakuan hak cipta dan kekayaan intelektual, dengan kasus
seperti pembajakan, cracking, illegal software. Berdasarkan laporan Bussiness Software
Alliance (BSA) dan International Data Corporation (IDC) dalam Annual Global Software
Piracy 2007, dikatakan Indonesia menempati posisi 12 sebagai negara terbesar dengan
tingkat pembajakan software.
4. Tanggung Jawab Profesi TI
Sebagai tanggung jawab moral, perlu diciptakan ruang bagi komunitas yang akan saling
menghormati di dalamnya, Misalnya IPKIN (Ikatan Profesi Komputer & Informatika)
semenjak tahun 1974.
A. Resume
2. Etika
Apa yang dimaksud etika?
o Kode
o Sekumpulan prinsip-prinsip
o Mengenai benar dan salah
o Digunakan dalam penilaian atau tindakan/perilaku
Orang-orang umumnya bersifat etis hampir di setiap waktu
Digunakan dalam berpikir kritis, baik secara sadar atau tidak sadar
3. Pengertian etika
o Etika adalah tujuan dari kehidupan yang lebih baik dengan dan untuk
orang lain, dalam lembaga yang bersangkutan (Paul Ricour)
o Teori yang menyediakan aturan atau prinsip-prinsip umum yang
digunakan dalam pembuatan keputusan-keputusan moral dan, tidak
seperti lembaga pada umumnya, menyediakan justifikasi bagi aturan-
aturan tersebut (Deborah Johnson).
4. Karakteristik Etika
o Kehidupan, kehidupan bersama
o Bersifat sosial, kolektif
o Mencakup aspek-aspek solidaritas, seperti budaya, kebudayaan, dan
tradisi (yang bersifat relatif dan tergantung pada komunitas ybs)
8. Indikator Profesionaliseme
o Terlatih dengan baik (well-trained)
o Sangat berkualitas
o Mampu bekerja keras dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan clients
o Dapat dipercaya (sesuai dengan gelar yang dimiliki)
Let’s view these components as if they were legs. Imagine yourself standing
on the table you’re sitting at. Remove any one of the table legs, and the table would
quickly collapse.
Think of a professional body (any professional body, not just ISACA) as resting
upon these four supporting components. Remove any one component, and the
profession would experience the same collapse.
What are these four components?
o Code of ethics to define what is expected of members.
o Body of knowledge which is common to all of the members (e.g. law,
medicine, auditing, etc.).
o Means of indicating to the outside world which people are accredited by the
organization – the CISA, in our case and finally,
o Bodies that wish to be regarded as a profession define or adopt standards by
which the quality of a member’s work may be judged.
2.1. Strive to achieve the highest quality, effectiveness and dignity in both
the process and products of professional work.
2.2. Acquire and maintain professional competence.
2.3. Know and respect existing laws pertaining to professional work.
2.4. Accept and provide appropriate professional review.
2.5. Give comprehensive and thorough evaluations of computer systems
and their impacts, including analysis of possible risks.
2.6. Honor contracts, agreements, and assigned responsibilities.
2.7. Improve public understanding of computing and its consequences.
2.8. Access computing and communication resources only when authorized
to do so.
17. Organizational Leadership Imperatives
As an ACM member and an organizational leader, I will ….
3.1. Articulate social responsibilities of members of an organizational unit and
encourage full acceptance of those responsibilities.
3.2. Manage personnel and resources to design and build information systems
that enhance the quality of working life.
3.3. Acknowledge and support proper and authorized uses of an organization’s
computing and communication resources.
3.4. Ensure that users and those who will be affected by a system have their
needs clearly articulated during the assessment and design of requirements;
later the system must be validated to meet requirements.
3.5. Articulate and support policies that protect the dignity of users and others
affected by a computing system.
3.6. Create opportunities for members of the organization to learn the
principles and limitations of computer systems.
Menurut Poppel,1987,
“I believe the world is going through a fundamental change. We are migrating from an economic built on the
foundation of the petrochemical industrial revolution to a new and different economy in which the building
block are computers, communications, and the media – what is call information technology (IT)”.
Menurut Terry cs.,1999, manajemen didefinisikan sbb.
“Management is a distinct process consisting of activities of planning, organizing, actuating, and controlling,
performed to determine and accomplish stated objectives with the use of human being and other resources.
The other resources are materials, machines, methods, money, and market”.
Sedangkan menurut Jones cs. 2000,
“Resources are asset such as people, machinery, raw materials, information, skill, and financial capital”.
Makna singkatan ICT
1. Information Communication and Telecommunication
2. Information Computing Technology
3. Information, Computer and Telecommunication
4. Information and Communication Technology (TIK = Teknologi Informasi dan Komunikasi): (a) Infrastruktur
TIK, (b) Backbone Nasional, (c) Broadband Wireless Access, (d) Braodband Wired Access, (e) Infra-
struktur Pedesaan, (f) Konvergensi Infrastruktur (eII) Forum IV-2008.
Like Wilajdjo dalam “Bioetika dan Etika Bidang Informasi dan Pangan”, bioetika merupakan bagian dari
etika, dan etika dapat dilihat sebagai pergumulan nurani untuk mencapai keputusan dan sikap yang
menentukan tindakan. Pergumulan ini menggunakan nilai-nilai atau norma-norma yang lazim diterima
sebagai pegangan. Dalam pengertian ini etika bersifat normatif, dan kurang-lebih konvensional.
Franz Magnis-Suseno, menyatakan etika dipandang sebagai sarana orientasi bagi usaha manusia
menjawab suatu pertanyaan yang amat fundametal:
“Bagaimana saya harus hidup dan bertindak?”
Selanjutnya menyatakan bahwa etika buka suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan
merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran, jadi etika dan ajaran-ajaran moral tidak berada di
tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bukan etika, melainkan ajaran moral.
Etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran moral, atau bagaimana kita dapat mengambil
sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral.
Berbeda dengan ajaran moral, etika tidak mempunyai pretensi untuk secara langsung dapat membuat
manusia lebih baik. Setiap orang perlu bermoralitas – manusia yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha
Kuasa -, tetapi tidak setiap orang perlu beretika.
Etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas, yang dihasilkan secara langsung bukalah kebaikan,
melainkan suatu penertian yang lebih mendasar dan kritis.Mengapa pengertian ini dicari?
Bahwa etika mau menyediakan orientasi; meskipun tidak setiap orang memerlukan orientasi – tanpa etika
ilmiahpun, umumnya orang dengan sendirinya sedikti beretika – , yang diperlukan adalah suatu orientasi
kritis di bidang moral, dan minimal ada empat alasan mengapa etika disaat ini perlu ditingkatkan [Magnis-
Suseno, 1987].
1st. Kita hidup di masyarakat yang bertamabah pluralistik, juga dalam bidang moralitas, bermacam-macam
suku dengan berbeda-beda agama, sehingga tatanan normatif sudah tidak ada lagi, karena kita berhadapan
dengan pandangan moral yang banyak dan ada yang saling bertentangan dan selalu mengajukan klaim
kepada kita. Dengan demikan timbul pertanyaan yang mana yang mau diikuti; dulu orang tua kita juga
memberikan beberapa pandangan moral, juga dari kalangan media masa.
2nd. Disaat ini sedang terjadi transformasi masyarakat yang sangat intent – teknologi digital dan kemudian
nanoteknologi – dan perubahan ini merupakan perubahan dalam semua perikehidupan, terutama
gelombang modernisasi dan dapat dirasakan dan dilihat gelombang modernisasi merambah keseluruh
pelosok tanah air. Sedang terjadi perubahan dan juga perbahan cara berpikir secara radikal – terlihat dalam
tayangan media masa selalu terjadi unjuk rasa -. Rasinalisme, individualisme, nasonalisme/kedaerahan –
dengan banyak pemekaran daerah – , sekulerisma, materialisme, kepercayaan akan kemajuan,
konsumerisme, plurarisme religius, yang juga disertai “pendidikan modern ”, kesemuanya secara hakiki
mengubah lingkungan budaya dan rohani. Dalam proses transfomrai ekonomi, sosial, politik. Budaya
intelektualn nilai budaya yang tradisional banyak yang ditentang, dalam hal ini etika mencoba membantu
agar kita jangan sampai kehilangan orientasi; dapat membedakan antara apa yang hakiki dan apa yang
dapat berubah, sehingga tetap sanggup mengambil sikap-sikap yang dapat dipertanggungjawabkan.
3rd. Disaat ini dapat dilihat dan jangan heran bahwa keadaan serta proses perubahan sosial, budaya dan
moral dipergunakan oleh beberapa pihak untuk memancing di air keruh. Yang jelas mereka banyak yang
menawarkan ideologi-ideologi sebagai penyelamat. Etika kiranya dapat membuat kita sanggup untuk
menghadapi ideologi-ideologi dengan kritis dan objektif serta untuk membentuk penilian sendiri, agar kita
tidak terlalu mudah terpancing. Dengan demikian etika juga membantu agar kita jangan naif atau ekstrim,
jangan sampai cepat “memeluk” segala pandangan yang baru, tetapi juga jangan menolak nilai-nilai yang
hanya karena baru dan belum terbiasa.
4th. Etika juga kiranya diperlukan oleh para agamawan, salah satu manfaatnya adalah dapat menemukan
dasar-dasar kemantapan dalam iman kepercayaan mereka dan dilain pihak dapat sekaligus berpartisipasi
tanpa merasa takut serta tidak perlu menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang
sedang dan selau berubah.
Kebebasan
kebebasan eksistensial adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri.
Kebebasan manusia, sekaligus mengandung pembatasan oleh niat atau kehendak manusia lain. Sesuai
dengan adanya pembatasan ini, yaitu apakah kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan jasmani, rohani
atau kebebasan normatif; dibedakan pembatasan yang bersifat paksaan (fisik), tekanan (psikis) dan
pewajiban dan larangan. Kebebasan ini disebut kebebasan sosial.
Opini
Kali ini topic yang dibicarakan adalah etika, etika yang disebutkan disini adalah etika pribadi. Sebagai
seorang pribadi dan yang telah dibekali ilmu dan berpendidikan tinggi seharusnyalah memiliki etika dalam
menjalankan hidupnya. Selain perlunya menerapkan etika dalam kehidupan sehari-hari juga diharapkan
seseorang itu memiliki etika dalam menjalankan profesinya.
Etika yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap image atua gambaran diri yang dimiliki oleh
seseorang. Misalkan seorang memiliki etika yang baik akan dihargai orang dan orang akan lebih hormat
kepadanya, karena respon yang diterima dari pihak luar akan disesuaikan dengan etika yang adalam diri
seseorang.
Etika yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap image kelompok yang dimasukinya, misalnya
dalam suatu kelompok yang mengagungkan kejahatan, seseorang yang melakukan kejahatan yang lebih
jahat akan lebih dihargai. Lama-kelamaan image yang terbentuk dalam kelompok tersebut itu adalah image
kejahatan. Orang akan menganggap kelompok itu adalah kelompok orang-orang jahat yang menakutkan
dan dihindari orang-orang.
Etika yang dimiliki orang-orang berbeda antar satu dan lainnya, hal ini disebabkan oleh berbeda-bedanya
budya yang dimiliki oleh orang tersebut.
Dalam bersikap sering kali orang dipengaruhi oleh etika yang dianutnya, misalnya orang yang dari kecil
tidak diajarkan bagaimana harus hormat terhadap orang yang lebih tua, dalam tidakannya juga dia akan
beretika kepada orang yang lebih tua dengan tidak menaruh hormat.
Sehingga dirasakan perlu untuk menerpakan etika yang baik didalam diri kita untuk memberi image yang
baik didalam masyarakat.
Referensi
[1] Tunggal Mardiono, Suatu Catatan Tentang Etika, 2008.