You are on page 1of 12

TUNTUTAN ISTRI BERUPA NAFKAH IDDAH DAN

MUT’AH DALAM CERAI GUGAT DITINJAU DARI


HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
Latar Belakang Masalah
Dalam kajian hukum Islam, perkawinan yang sah menimbulkan hak dan kewajiban antara suami
istri. Diantaranya, pihak istri berhak untuk mendapatkan nafkah dari pihak suami yang
menikahinya. Sebaliknya, diatas pundak suami terletak kewajiban untuk menafkahi istrinya.
Islam melindungi wanita dari beban yang berlebihan oleh karena itu tanggung jawab pemberian
nafkah terhadap keluarga dibebankan kepada suami.
Pemberian nafkah suami terhadap istri menjadikan kewajiban yang melekat kepada suami dan
menjadikan hak yang dimiliki oleh istri. Nafkah istri adalah hak yang harus diterima, jika nafkah
tersebut tidak dapat dipenuhi oleh seorang suami maka seorang istri dapat menuntutnuya.
Pemenuhan kewajiban juga berdampak pada ketaatan. Kewajiban seorang suami memberikan
nafkah terhadap istri menimbulkan kewajiban taat bagi istri. Jika suami tidak memenuhi
kewajibannya maka gugurlah haknya untuk memperoleh ketaatan istri. Juga sebaliknya, jika
seorang istri tidak taat kepada suami maka suami tidak perlu lagi memberikan nafkah terhadap
istri.
Mengenai waktu batasan pemberian nafkah, seorang suami tidak memiliki batasan pemberian
nafkah terhadap istrinya. Selama perkawinan itu belum terputus dan status suami masih
disandangnya, maka kewajiban itu masih melekat pada suami, bahkan jika terjadi perceraian
antara mereka, sang istri masih dalam masa iddah maka suami berkewajiban memberikan nafkah
(mut’ah) yang wajar menurut kemampuan dan kelayakannya kepada istrinya.
Akan tetapi berbeda halnya bila sang istri menggugat cerai suami. Dimana dalam hukum islam
bila seorang istri menggugat cerai suami dia tidak mendapatkan nafkah iddah atau mut’ah, semua
itu dikarenakan istri dibilang sebagai seorang istri yang nusyus terhadap suami. Akan tetapi
bagaimana jika istri menggugat cerai suami dikarenakan suami menelantarkan keluarga,
menyengsarakan keluarga, dan disini si istri merasa tersiksa sehingga dia mengajukan gugatan
cerai terhadap suami.
Identifikasi Masalah
Dalam proses penelitian ini peneliti akan
berusaha untuk mencari meneliti dan
mengkaji lebih dalam nafkah iddah dan
mut’ah dalam cerai gugat baik dari segi
materi maupun dalam tataran praktis di
lingkungan Pengadilan Agama,
Rumusan Masalah
Apakah istri yang mengajukan cerai
gugat boleh menuntut iddah dan
mut’ah?
Bagaimanakah pertimbangan hakim
PA dalam menyelesaikan tuntutan
tersebut?
Bagaimanakah tinjauan hukum
islam dan hukum positifnya?
Tujuan Penelitian
 Guna mengetahui apakah dibolehkannya
istri yang menuntut nafkah iddah dan
mut’ah menuntut cerai.
 Guna mengetahui bagaimana
pertimbangan hakim dalam
menyelesaikan tuntutan tersebut.
 Guna mengetahui bagaimanakah
tinjauan hukum islam dan positifnya.
Kegunaan Hasil Penelitian

• Sebagai sumbangan informasi


ilmiah bagi para peminat dan
pemerhati hukum Islam khususnya
para praktisi hukum.
• Ikut melengkapi dan memperkaya
khazanah perpustakaan Islam,
sehingga dapat membantu
masyarakat dalam memperluas
wawasan tentang hukum Islam,
terutama yang mengambil
spesialisasi syari’ah han hukum.
Definisi Operasional
Yang dimaksud cerai gugat adalah perceraian
yang diinginkan dari pihak perempuan (istri)
Yang dimaksud nafkah iddah dan mutah
adalah nafkah yang diberikan suami terhadap
istri stelah terjadinya putusnya perkawinan
mereka.
Yang dimaksud hokum positif adalah hokum
yang berlaku dinegara.
Yang dimaksud hukum Islam adalah
ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan
nafkah yang diatur dalam Al Quran dan
Hadist, di dalam pembahasan ini dikhususkan
pada kajian fiqh dan Kompilasi Hukum Islam.
Kajian Pustaka
• Banyak peneliti yang membahas topik mengenai nafkah iddah dan mut’ah akibat
cerai talak, antara lain :
• Abdullah Hakim dalam skripsinya yang berjudul Analisis Hukum Islam terhadap
Putusan Pengadilan Agama Kabupaten Malang Tentang Adanya Nafkah Iddah
Bagi Istri Dalam Cerai Talak Putusan Nomor 231/ Pdt. G/ 2004/ PA Kab. Malang.
Skripsi membahas seputar nafkah iddah bagi istri dalam cerai talak.
• Andra Hakim dalam skripsinya yang berjudul analisis hokum islam tentang
pemberian nafkah iddah dan mut’ah kepada istri pada kasus cerai talak studi
putusan pengadilan agama nganjuk No. 818/ Pdt. G/ 2007/ PA. Nganjuk. Skripsi ini
membahas seputar pemberian nafkah iddah dan mut’ah kepada istri pada kasus
cerai talak ditinjau dari hukum islam.
• Dalam tulisan ini penulis tertarik untuk untuk melakukan penelitian dan
mengetahui seputar tuntutan isteri tentang pemberian nafkah iddah dan mut’ah dari
suami terhadap istri dalam kasus cerai gugat. ketentuan pemberian nafkah iddah
dan mut’ah pada kasus cerai gugat kepada mantan istri antara hukum Islam dan
hukum positif setelah terjadi perceraian. Dan bukan hanya saja peneliti melakukan
penelitian terhadap pertimbangan hakim dalam menyelesaikan tuntutan tersebut.
Metode Penelitian
 Data yang dikumpulkan
 Data yang dikumpulkan adalah data yang diperoleh dengan mencari kitab dan
buku-buku yang terkait dengan penelitian ini dan meneliti putusan pengadilan.
 Data dari buku-buku atau kitab-kitab yang tentang nafkah iddah dan mut’ah
terhadap cerai gugat.
 Data tentang putusan pengadilan mengenai nafkah iddah dan mut’ah terhadap
cerai gugat.
 Sumber Data
• Sumber data primer
 Merupakan sumber data yang bersifat utama dan penting bagi peneliti untuk
mendapatkan sejumlah informasi yang diperlukan. Dalam sumber data primer
antara lain :
 UU Perkawinan No. 1 tahun 1974
 UU Peradilan Agama No 7 Tahun 1989
 KHI
• Sumber data sekunder, meliputi :
 Pendapat para ulama’
 Putusan pengadilan
 Fiqh munakahat, dll
Teknik Pengumpulan Data
Studi pustaka
Mengumpulkan data yang bersumber dari buku-buku dan kitab-kitab fiqh yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Mengumpulkan data yang bersumber dari putusan PA mengenai nafkah iddah dan
mut’ah cerai gugat
Teknik Analis Data
Metode deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan normative yuridis yakni
digunakan ketika membahas aplikasi UU Perkawinan No 1 tahun 1974 di Pengadilan
Agama karena berkaitan dengan hukum Islam dan ketetapan putusan-putusan hakim
yang menjadi dasar yurudispensi di lingkungan Pengadilan Agama.
Metode deduktif yakni menganalisis dari permasalahan yang umum kemudian
dikhususkan untuk memperoleh kesimpulan
Sistematika Pembahasan
 Bab pertama merupakan pendahuluan yang menjadi pengantar umum kepada isi tulisan. Dalam
bab ini dikemukakan; latar belakang masalah, rumusan masalah, , tujuan penelitian, kagunaan
penelitian, definisi operasional, kajian pustaka, metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika
penulisan.
 Pada bab kedua penulis melandasi konsep dan kerangka teoritis tentang perkawinan dan
perceraian dalam perspektif Islam meliputi, pengertian perkawinan dan perceraian,
disyariatkannya perkawinan dan perceraian, syarat dan rukun perkawinan dan diakhiri dengan
hikmah perkawinan dan perceraian. Penulis juga memaparkan tentang perkawinan dan
perceraian dalam perspektif hukum nasional di Indonesia, meliputi Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991
tentang Kompilasi Hukum Islam dan diakhiri dengan Deskripsi dan Kerangka konseptual hukum
Islam dan Hukum Nasional.
 Pada bab ketiga penulis mendeskripsikan, temuan penelitian dari data putusan pengadilan.
 Pada bab keempat penulis menganalisa temuan penelitian tentang nafkah iddah dan mut’ah
dalam kasus cerai gugat yang telah tertuang dalam Bab II dan Bab III.
 Penulis akhiri dengan bab kelima sebagai penutup yang meliputi; Pertama, kesimpulan. Kedua,
saran-saran dari penulis kepada para masyarakat Indonesia pada umumnya.
Daftar Pustaka
 Abdurrahman, Kompilasi Hukum
Islam, Jakarta, Akademika Pressindo,
2004
 Amandemen UU Peradilan Agama No
3 tahun 2006, UU Peradilan Agama
No 7 Tahun 1989, dan Kompilasi
Hukum Islam, Media Centre
 UU Pokok Perkawinan, Sinar Grafika,
2006

You might also like