You are on page 1of 2

Kehilangan Wajah Peradaban

“The power of man has grown in every sphere except over him self…”.Itulah petikan
ungkapan tegas Winston Churchill yang menyiratkan bahwa mahasiswa adalah manusia kuat
yang tumbuh yang berpengaruh dimanapun ia berada.

Mahasiswa sebagai intelektual muda saat ini berada dipersimpangan, sering mereka
dihadapkan pada peperangan batin yang sukar untuk dijinakkan. Yakni perjuangan antara
idealisme dan pragmatisme serta kapilatisme. Jargon sebagai agent of change and social control,
kini mulai memudar bahkan sudah memudar.

Ya… memudar, setelah reformasi dikumandangkan pasca peristiwa mei 1998. Gerakan
mahasiswa menurun cukup signifikan. Setelah hampir 11 tahun reformasi, kondisi sosial tak
banyak berubah. Banyak kebijakan-kebijakan pemimpin yang tidak memikirkan nasib rakyat.
Sehingga pantas jika mahasiswa tak ubahnya seperti seekor katak didalam tempurung.

Sebagai akibatnya angka kemiskinan meningkat, pengangguran dan kriminalitas, krisis


akhlak dan moral petinggi negeri, serta kelemahan citra bangsa. Bahkan realita yang terjadi
hampir ideologi bangsa ini pancasila mulai mengikis, karena banyak kasus pemberontakan antar
umat beragama. Padahal pancasila mengajarkan bagaimana kita bersikap adil, saling
menghormati, tentunya demi mewujudkannya persatuan bangsa Indonesia. Lebih-lebih banyak
Kasus korupsi yang sampai sekarang ini semakin merajarela. Itulah sejumlah ironi yang
membutuhkan perubahan keadaan yang lebih baik.

Disinilah peran mahasiswa sebagai agen perubahan sangat dibutuhkan. Sebagai


pahlawan penyambung lidah aspirasi rakyat. Setidaknya ada beberapa aspek yang harus
dipunyai mahasiswa. Selain aspek kognisi bagi intelektual untuk melihat realita di masyarakat.
Michael Faucault menyatakan selalu ada aspek penguasaan dalam ilmu pengetahuan.

Disamping itu aspek lain yang diperlukan intelektual dan yang terpenting adalah
kesadaran akan tujuan. Dengan kesadaran itu, intelektual (mahasiswa) menggunakan
pengetahuan untuk mengubah keadaan tanpa harus berdemonstran, turun jalan yang akhirnya
merusak fasilitas publik, pemblokadean jalan sehingga macet. Berapa kerugian yang akan
negera ini tanggung karena kemacetan lalu lintas.

Oleh karena itu, sebagai mahasiswa harus mampu merubah jalan pemikiran mereka,
yang selama ini mahasiswa jauh tenggelam dengan sikap pragmatisnya. Dan mau untuk kembali
melakukan 4 aktivitas yang selama ini mulai dilupakan mahasiswa. Padahal dengan itu
mahasiswa tidak akan kehilangan wajah peradaban sebagai agen perubahan, yakni membaca,
berdiskusi, bersosialisasi dan menulis (Suara Merdeka 9/10/2010).

Pada akhirnya diharapkan mahasiswa mampu melahirkan perbaikan yang bernilai dan
progresif bagi kehidupan serta mahasiswa akan selalu disebut sebagai agen perubahan. Semoga

Lutfi Adnan Muzamil

Mahasiswa Jurusan Tadris Matematika

Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang

Hp. 085740461729

You might also like