You are on page 1of 60

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6
juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km
dengan potensi sumber daya terutama perikanan laut
yang cukup besar baik dari kualitas maupun
elevensitasnya, selain itu Indonesia tetap berhak
untuk berpatisispasi diluas batas 200 mil dan ZEE,
serta pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam
dasar laut perairan internasional di luar batas
kontinen (Prajitno, 2009).
Oseanografi dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari
lautan ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan
suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan
dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-
ilmu yang lain termasuk didalamnya ialah ilmu tanah
(geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physic),
ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology), dan ilmu
iklim (meterology) (Hutabarat dan Evans, 2008).
Oseanografi berasal dari bahasa Yunani,
oceanos yang berati laut dan graphos yang berati
gambaran atau diskriptis secara sederhana,
1
oceanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau
diskripsi tentang laut (Wikipedia, 2009).

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari pratikum oseanografi yaitu agar
mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor kualitas air
seperti pH, suhu, salinitas, kecerahan, sifat optis air,
gelombang, serta pasang surut.
Tujuan dilaksanakan praktikum oseanografi
yaitu agar mahasiswa dapat melaksankan
pengukuran kualitas laut baik dari parameter fisika
dan parameter kimia.

1.3. Waktu dan Tempat


Praktikum oseanografi dilaksanakan pada hari
Sabtu, tanggal 22 Mei 2010, pada pukul 07.00 - 17.00
WIB. Di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perairan Laut


Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air
murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-
garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan
partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air
laut ditentukan oleh 96,5% air murni (Subagio, 2010).
Lingkungan laut selalu berubah atau dinamis.
Cepat atau lambat perubahan itu sama-sama
mempunyai pengaruh, yakni kedua sifat perubahan
tersebut akan mengubah intensitas faktor-faktor
lingkungan. Perubahan apapun yang terjadi akan baik
bagi suatu kehidupan dan buruk bagi kehidupan yang
lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kehidupan di laut diantaranya faktor lingkungan.
Faktor-faktor lingkungan maupun air, salinitas, suhu
dan cahaya (Rumimohtarto, 2009).

2.2. Parameter Fisika


2.2.1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas
terhadap ikan-ikan atau biota akuatik. Suhu dapat
mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan
3
berperan secara langsung atau tidak langsung
bersama dengan komponen kualitas air lainnya
mempengaruhi kualitas akuatik. Temperatur air
mengendalikan spawning dan hatching,
mengendalikan aktivitas, memacu atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangan, menyebabkan air
menjadi panas atau dingin sekali secara mendadak.
Temperatur air juga mempengaruhi berbagai macam
reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik
(Sovisa, 2009).
Menurut Nontji (1987), suhu air permukaan di
perairan nusantara kita umumnya berkisar antara 28 -
31oC. Suhu air didekat pantai biasanya sedikit lebih
tinggi daripada yang di lepas pantai.
Peningkatan suhu perairan mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan
valurisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan
penurunan gas di dalam air, misalnya gas O2, CO2,
N2, CH4 dan sebagainya (Hassam Efendi, 2009).

4
2.2.2. Kecepatan Arus
Arus adalah gerakan mengalir suatu massa air
ke arah tertentu. Arus ini bisa sehangat 30oC atau
sedingin -2oC, tergantung darimana air tersebut
berasal, dan lebar arus bisa lebih dari 60 km.
Sebagian besar arus bergerak dengan kecepatan 10
km per hari, meskipun untuk beberapa jenis arus
dapat bergerak lebih cepat. Arus membawa banyak
sekali air ke seluruh penjuru bumi, mempengaruhi
dan membantu mengatur iklim. Arus terdapat di
permukaan maupun di samudera yang dalam. Arus
mempunyai arti yang sangat penting dalam
menentukan arah pelayaran bagi kapal (Kurniawan
et,al., 2009).
Arus laut (sea current) adalah gerakan massa
air laut dari tempat ke tempat lain baik secara vertikal
(gerakan ke atas) maupun secara horisontal (gerakan
ke samping). Menurut letaknya arus dibedakan
menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus
atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut,
sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di
bawah permukaan laut (Hanafi, 2009).

5
2.2.3. Kecerahan dan Sifat Optis Air
 Kecerahan
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan,
kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada
kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air,
lapiran-lapisan manakah yang paling keruh, yang
agak keruh dan yang paling keruh (Kordi dan Andi,
2007).
Faktor kecerahan ini berhubungan dengan
penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi, berarti
penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu
produktivitas perairan yang tinggi pula (Dedi, 2009).
 Sifat Optis Air
Sifat optis air sangat berhubungan dengan
intensitas matahari, hal ini berkaitan dengan besar
sudut penyinaran yang terbentuk. Cahaya yang tiba
di permukaan air sebagian akan dipantulkan,
sebagian akan diteruskan. Pada permukaan laut yang
bergelombang cahaya sebagian dipantulkan
dihamparkan, sinar yang diteruskan sebagian akan
diabsorbsi air (Naylor, 2002).
Kekeruhan menggambarkan sifat optis air yang
ditentukan berdasarkan benyaknya cahaya yang

6
diserap oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air.
Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun
bahan anorganik dan organik yang berupa plankton
dan mikroorganisme lain (Ansori, 2010).

2.2.4. Pasang Surut


Pasang surut adalah gerakan naik turunnya
permukaan laut (sea level) secara periodik yang
ditimbulkan oleh adanya gaya tarik menarik dari
benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan
terhadap massa air bumi (Kurniawan et,al., 2008).
Pasang surut air laut (ocean side) merupakan
bentuk gerakan air laut yang terjadi karena pengaruh
gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Hal ini
didasarkan pada bunyi hukum yaitu “dua benda akan
terjadi saling tarik menarik dengan kekuatan yang
berbanding terbalik dengan pagkat dua jaraknya”.
Berdasarkan hukum tersebut berarti makin jauh
jaraknya makin kecil daya tariknya, karena jarak dari
bumi ke matahari lebih jauh daripda jarak ke bulan.
Maka pasang surut permukaan air laut lebih banyak
dipengaruhi oleh bulan (Hanafi, 2009).

7
2.2.5. Gelombang
Gelombang laut atau ombak merupakan
gerakan air laut yang paling umum dan mudah
diamati. Helmoles menerangkan prinsip dasar
terjadinya gelombang laut sebagai berikut, “jika ada
dua massa benda kerapatannya (densitasnya)
bergesekan satu sama lain, maka pada bidang
gerakannya akan terbentuk gelombang”. Gelombang
terjadi karena beberapa sebab, antara lain angin,
menabrak pantai, atau gempa. Berdasarkan gerakan
permukaannya, gelombang dapat dikelompokkan
sebagai berikut: gerak osilasi, gerak transiasi, gerak
swash dan back swash (Hanafi, 2009).
Menurut Hutabarat dan Stewart (2008),
gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air
yang bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan
permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama
sekali diam. Hembusan angin sepoi-sepoi pada cuaca
yang tenang sekalipun sudah cukup dapat
menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam
keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat
menimbulkan gelombang besar yang dapat
mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-
kapal atau daeah-daearah pantai.
8
2.3. Parameter Kimia
2.3.1. pH
pH adalah cerminan dan derajat keasaman
yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan
rumus umum pH=-log (H+). Air murni terdiri dari ion H+
dan OH- dalam jumlah berimbang hingga pH air murni
biasa. Makin banyak ion OH- dalam cairan makin
rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian
disebut cairan alkalis. Sebaliknya makin banyak ion
H+ makin rendah pH dan cairan tersebut bersifat
asam (Andayani, 2005).
Air laut mempunyai kemampuan menyangga
yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH.
Perubahan pH sedikit saja dan pH alami akan
membeerikan petunjuk terganggunya sistem
penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan
dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang
membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut
permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari
lokasi ke lokasi antara 6,0-8,5 (SMK Negeri 3 Kimia
Madiun, 2009).

2.3.2. Salinitas
9
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari
seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap
kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk
mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan
harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen
yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan
klorida diterapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah
dalam garam ion klorida pada 1 kg air laut jika semua
halogen digantikan kandungan oleh klorida.
Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi
untuk menentukan kandungan klorida (Kurniawan
et.al, 2008).
Di perairan samudera, salinitas biasanya
o
berkisar antara 34-35 /oo. Di perairan pantai terjadi
pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran
sungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di
daerah dengan penguapan yang sangat kuat,
salinitas bisa meningkat tinggi (Nontji, 1987).

2.3.3. DO (Dissolved Oxygen)


Menurut Kordi dan Andi (2007), oksigen adalah
salah satu jenis gas yang terlarut di dalam air dengan
jumlah yang sangat banyak, yaitu menempati urutan
kedua setelah nitrogen. Oksigen merupakan salah
10
satu faktor pembatas, sehingga apabila
ketersediaannya di dalam air tidak mencukupi
kehidupan biota budidaya, maka segala aktivitas
biota akan terhambat.
Oksigen adalah salah satu unsur kimia
penunjang utama kehidupan. Dalam air laut, oksigen
dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses
respirasi dan untuk menguraikan zat organik oleh
mikroorganisme. Ketiadaan oksigen dalam suatu
perairan akan menyebabkan organisme dalam
perairan tersebut tidak dapat hidup dalam waktu yang
lama. Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga
kelestarian kehidupan dalam laut adalah dengan cara
memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut
(Hutagalung et.al, 1985).

11
3. METODOLOGI

3.1. Alat dan Fungsi


3.1.1. Parameter Fisika
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
Oseanografi beserta fungsinya adalah sebagai
berikut:
a. Suhu
• Thermometer: sebagai alat yang digunakan
untuk mengukur suhu perairan
dalam skala °C (derajat
Celcius).
• Stopwatch: sebagai alat yang digunakan
untuk mengukur waktu selama
2-3 menit ketika thermometer
dimasukkan ke dalam
perairan.
b. Kecerahan
• Secchi disk: sebagai alat yang digunakan
untuk mengukur kecerahan
perairan.
• Tongkat skala 2,5 m: sebagai alat yang
digunakan untuk

12
mengukur panjang
tali pada secchi
disk.
• Karet gelang: sebagai alat yang digunakan
untuk menandai nilai besaran
D1 dan D2.
c. Pasang surut
• Tide staff: sebagai alat yang digunakan untuk
mengukur ketinggian saat pasang.
d. Gelombang
• Tongkat skala 2,5 m: sebagai alat yang
digunakan untuk
mengukur ketnggian
puncak dan lembah
gelombang.
• Stopwatch: sebagai alat yang digunakan untuk
menghitung selang waktu antara
puncak gelombang 1 sampai
puncak gelombang 2.
e. Kecepatan arus
• Botol plastik 600 ml: sebagai alat yang
digunakan untuk

13
pelampung dan
pemberat.
• Tali raffia: sebagai alat yang digunakan untuk
penghubung antara kedua botol
dan penentu jarak.
• Stopwatch: sebagai alat yang digunakan untuk
mengukur waktu yang dibutuhkan
untuk meregangkan tali secara
sempurna.
f. Sifat optis air
• Secchi disk: sebagai alat yang digunakan
untuk mengukur kecerahan
perairan.
• Tongkat skala 2,5 m: sebagai alat yang
digunakan untuk
mengukur panjang
tali pada secchi disk
yang ditandai sebagai
D1 dan D2.
• Jam : sebagai alat yang digunakan untuk
menghitung waktu pengukuran
kecerahan 1 dan 2 dengan selisih
waktu 1 jam

14
• Karet gelang: sebagai alat yang digunakan
untuk menandai nilai besaran
D1 dan D2.

3.1.2. Parameter Kimia


a. pH
• Kotak standart pH: sebagai alat yang
digunakan untuk
membandingkan
warna dengan warna
yang tertera pada
kertas pH sehingga
diketahui nilai pH
perairan.
b. Salinitas
• Refraktometer: sebagai alat yang digunakan
untuk mengukur salinitas
perairan.
• Pipet tetes: sebagai alat yang digunakan
untuk mengambil dan
meneteskan air sampel ke
prisma refraktometer.

15
c. DO (Dissolved Oxygen)
• Botol DO: sebagai alat yang digunakan untuk
wadah air sampel dan tempat
pencampuran larutan.
• Water sampler: sebagai alat yang digunakan
untuk membantu pengambilan
air sampel pada kedalaman
tertentu.
• Pipet tetes: sebagai alat yang digunakan
untuk mengambil dan
memindahkan larutan kimia
dalam jumlah sedikit.
• Buret: sebagai alat yang digunakan untuk
menampung larutan titran pada saat
titrasi.
• Statif: sebagai alat yang digunakan untuk
menyangga buret pada saat titrasi.
• Corong: sebagai alat yang digunakan untuk
memudahkan dalam memasukkan
larutan titran ke dalam buret.

16
3.2. Bahan dan Fungsi
3.2.1. Parameter Fisika
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum
Oseanografi beserta fungsinya sebagai berikut:
a. Suhu
• Tali raffia: sebagai bahan yang digunakan
untuk pegangan thermometer agar
tidak mengalami kontak langsung
dengan tangan.
• Air laut: sebagai bahan yang digunakan untuk
objek yang diukur suhunya.
b. Kecerahan
• Karet gelang: sebagai bahan yang digunakan
tanda pada tali secchi disk
sebagi D1 dan D2.
• Air sampel: sebagai bahan yang digunakan
untuk objek yang diukur
kecerahannya.
c. Pasang surut
• Air sampel: sebagai bahan yang digunakan
untuk media/objek yang diukur
pasang surutnya.

17
d. Gelombang
• Air sampel: sebagai bahan yang digunakan
untuk media/objek yang diukur
gelombangnya
e. Kecepatan arus
• Tali raffia: sebagai bahan yang digunakan
untuk bahan yang digunakan
untuk pemberi jarak pada botol
pemberat dan pelampung
sebesar 30 cm dan jarak
sepanjang 5 meter.
• Air laut lokal: sebagai bahan yang digunakan
untuk mengisi salah satu botol
sebagai pemberat dan yang
diukur kecepatan arusnya.

18
3.2.2. Parameter Kimia
a. pH
• Kertas pH: sebagai bahan yang digunakan
untuk mengukur pH (keasaman-
kebasaan) perairan.
• Air laut: sebagai bahan yang digunakan untuk
objek yang diukur pH-nya.
b. Salinitas
• Tissue: sebagai bahan yang digunakan untuk
membersihkan kaca optic pada
refraktometer.
• Aquadest: sebagai bahan yang digunakan
untuk mangkalibrasikan kaca optik
pada refraktometer.
• Air laut: sebagai bahan yang digunakan untuk
objek yang diukur salinitasnya.
c. DO
• MnSO4: sebagai bahan yang digunakan untuk
mengikat oksigen.
• NaOH+KI: sebagai bahan yang digunakan
untuk menbentuk endapan coklat dan
melepaskan I2.

19
• H2SO4: sebagai bahan yang digunakan untuk
mengencerkan endapan dan
pengkondisian asam.
• Amilium: sebagai bahan yang digunakan
untuk mengkondisikan basa dan
indicator warna ungu serta melepas
I2.
• Na-thiosulfat: sebagai bahan yang digunakan
untuk larutan titran.
• Air sampel: sebagai bahan yang digunakan
untuk objek yang diukur kadar
DO-nya.

20
3.3. Skema Kerja
3.3.1. Parameter fisika
a. Suhu

Thermometer
Dimasukkan thermometer ke dalam perairan
dengan membelakangi matahari
Ditunggu 3 menit hingga air raksa pada
thermometer berhenti pada skala tertentu
Diangkat thermometer dari perairan
Dibaca skala pada thermometer dengan cepat
agat tidak terkontaminasi dengan suhu di
darat
Dicatat hasilnya

Hasil

21
b. Kecerahan
Secchi disk
Ditenggelamkan secara perlahan hingga tidak
terlihat pertama kali
Ditandai dengan karet sebagai D1
Ditenggelamkan lagi hingga benar-benar tidak
nampak
Diangkat secchi disk secara perlahan hingga
tampak pertama kali
Ditandai dengan karet sebagai D2
Diukur panjang tali dengan menggunakan
tongkat skala sebagai D1 dan D2

Dihitung dengan rumus kecerahan D=

Hasil

22
c. Pasang surut
Tide staff
Dipasang pada daerah pasang surut yang
msih terendam air pada saat surut terendah
Dicatat tinggi permukaan air pada tide staff
sebagai tinggi permukaan mula-mula t0 (cm)
Dicatat tinggi permukaan air setelah 1 – 2 jam
sebagai t1 (cm)
Dihitung kecepatan pasang surut dalam selisih
kedua hasil pengukuran
Hasil

23
d. Gelombang
• Tinggi gelombang

Tongkat skala
Ditancapkan tongkat skala dalam air
Diukur tinggi gelombang dengan cara dilihat
langsung oleh praktikan
Diulangi pengukuran sebanyak 3 kali

Hasil

• Periode gelombang
Tongkat skala
Ditancapakan tongkat skala dalam air
Diukur waktu yang diperlukan antara puncak
gelombang 1 dengan gelombang 2
Diulangi pengukuran sebanyak 3 kali

Hasil

24
Botol plastik
e. Kecepatan arus

Dikaitkan tali raffia sepanjang 5 meter pada 2


botol plastik
Dimasukkan air lokal pada salah satu botol
hingga penuh sebagai pemberat
Dialirkan / dihanyutkan kedua botol plastik
mengikuti arus hingga tali menegang sambil
diukur dengan stopwatch
Dihitung kecepatan arus dengan rumus: v =
s/t

Hasil

25
f. Sifat optis air
Secchi disk
Dimasukkan ke dalam perairan hingga tidak
terlihat pertama kali
Ditandai bagian tali pada permukaan dengan
karet sebagai D1
Ditenggelamkan lagi secchi disk perlahan-
lahan hingga benar-benar tidak terlihat
Diangkat secchi disk secara perlahan hingga
terlihat pertama kali ditandai sebagi D2
Diukur D1 dan D2
Dihitung nilai kecerahan dengan rumus

Hasil

26
3.3.2 Parameter kimia
a. pH
pH paper
Dicelupkan ke dalam air
Didiamkan selama kurang lebih 1 menit
Diangkat dari perairan
Dikibaskan sampai setengah kering
Dicocokkan warna pH paper pada kotak
standart
Dicatat nilai pH-nya
Hasil

b. Salinitas
Refraktometer
Dibuka tutup refraktometer
Dikalibrasi dengan aquadest
Dikeringkan dengan tissue secara satu
arah
Ditetesi air sampel kurang lebih 2-3 tetes
Ditutup tutup refraktometer
Diarahkan ke cahaya
Dilihat skala pada pojok kiri refraktometer

Hasil

27
c. Oksigen Terlarut (DO)
Water sampler
Dibuka tutup water sampler
Dimasukkan botol DO yang sudah dibuka
tutupnya ke dalam tabung sampler
Ditutup water sampler dengan selang panjang
kita pegang dan selang pendek didalam water
sampler
Dimasukkan water sampler ke dalam
peraiaran dengan menutup selang panjang
Dari setelah pada area peraiaran yang akan
diambil samplernya selang dibuka dan
ditunggu bunyi “ Bluup”
Diangkat dengan menutup water sampler
dengan keadaan air di dalam penuh
Dibolak-balik botol jika masih ada gelembung
udara maka percobaan diulang
Botol DO

Air sampel

Ditetesi MnSO4 dan dihomogenkan


Ditetesi NaOH+KI dan dihomogenkan
Dibiarkan hingga endapan coklat terpisah dari
air bening
Dikeluarkan cairan bening menggunakan
selang aerator

28
Dikeluarkan sisa cairan bening dengan pipet
tetes
Ditetesi H2SO4 sebanyak 2 mL
Ditetesi amilum sebanyak 2-3 tetes
Dihomogenkan
Botol DO

Dicatat volume botol DO


Dituang larutan Na2S2O3 sampai batas tertinggi
dengan bantuan corong
Dicatat volume Na2S2O3 awal sebagai V1
Diletakkan botol DO dibawah buret
Dititrasi sampai bening pertama kali sambil
menggoyang-goyangkan botol DO
Ditutup klep pada buret
Dihitung DO

Hasil

29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Praktikum


Parameter Nilai
 Parameter
Kimia : 19 ppt
1. Salinitas 7,23 mg/L
2. DO 8
3. pH
 Parameter
Fisika : 11.30 WIB : 32O C
1. Suhu 12.30 WIB : 28O C
0,15 m/s
2. Kecepatan 21 cm
Arus 2,7 detik
3. Gelombang 11.30 WIB : 445
4. Periode cm
gelombang 12.30 WIB : 467,5
5. Kecerahan cm
11.30 WIB : 82,5o
6. Sifat Optis Air 12.30 WIB : 97,5o
8 cm/jam
7. Pasang Surut

o Perhitungan
 Parameter Fisika
1. Keceparan Arus
P tali :5m

30
Waktu : 33.5 detik
Kecepatan : 0,15 m/s
2. Tinggi Gelombang dan Periode
Parameter I II III Rata2
Tinggi Gelombang 23 18 22 21 cm

Periode Gelombang 2,1 4,0 1,9 2,7 detik

3. Kecerahan dan Sifat Optis Air


Pada Jam : 11.30 WIB: d1=420, d2=70

D = 445 cm

12.30 WIB: d1 = 455, d2 = 480

D = 467,5 cm
4. Pasang Surut
Selang waktu = 5 jam
Panjang tide staff = 40 cm
Pasut = 40/5 = 8 cm/jam

31
 Parameter Kimia
1. Perhitungan DO
V titran : 12 ml
N titran : 0,025
DO = V titran x N titran x 1000 x 8
V Botol DO - 4
= 12 x 0,025 x 1000 x 8
250 - 4
= 7,23 mg/L

32
4.2. Analisa Prosedur
4.2.1. Parameter Fisika
a. Suhu
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan
pengukuran suhu. Pertama siapkan alat dan bahan
yaitu, thermometer air raksa sebagai pengukuran
suhu dan tali rafia sebagai pengikat pada
thermometer agar thermometer tidak terkontaminasi
dengan suhu tubuh. Setelah itu dilakukan
pengukuran suhu dengan cara membelakangi
matahari agar data yang diperoleh valid dan juga
agar tidak dipengaruhi oleh suhu dari sinar matahari.
Saat pengukuran suhu di dalam perairan
thermometer di masukkan di perairan selama 2-3
menit. Kemudian thermometer dibaca skalanya di
dalam perairan agar tidak terkontaminasi suhu
matahari dan lingkungan di atas perairan. Lalu
diangkat dan dicatat hasilnya.

b. Kecepatan Arus
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan
pengukuran kecepatan arus. Pertama siapkan alat
dan bahan yaitu, botol plastik 600 ml 2 buah
sebagai pemberat dan pelampung, tali rafia 5 m
33
sebagai jarak pengubung antara 2 botol, dan
stopwatch sebagai perhitungan selang waktu
pengukuran kecepatan arus. Setelah itu dilakukan
pengukuran kecepatan arus dengan cara diisi salah
satu botol dengan air likal yang berfungsi sebagai
pemberat dan satu lagi sebagai pelampung.
Kemudian ke 2 botol yang sudah diikatkan dan
dihubungkan dengan tali rafia tersebut di hanyutkan
ke perairan bersamaan dengan dinyalakan
stopwatch. Lalu stopwatch dimatikan ketika tali rafia
pada ke 2 botol meranggang sempurna. selanjutnya
data di catat dan dihitung dengan rumus :

34
c. Kecerahan dan Sifat Optis Air
• Kecerahan
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan
pengukuran kecerahan. Pertama siapkan alat dan
bahan yaitu, secchi disk yang sudah dikaitkan dengan
tali sebagai pengukuran sebagai kecerahan dan
tongkat skala sebagai pengukur panjang dari D1 dan
D2 serta karet gelang berfungsi untuk menandai tali
pada secchi disk sebagai d1 dan D2 . Setelah itu
dilakukan pengukuran kecerahan dengan cara
memasukkan secchi disk ke dalam perairan secara
perlahan- lahan hingga tidak tampak pertama kali
yang ditandai dengan karet gelang sebagai D1, lalu di
tenggelamkan kembali sampai benar-benar tidak
terlihat. Kemudian secchi disk diangkat perlahan-
lahan sampai terlihat untuk pertama kali yang di
tandai dengan karet gelang sebagai D2. Setelah itu
D1 dan D2 diukur panjangnya dengan tongkat skala.

35
Lalu data dicatat dan dihitung dengan rumus:

• Sifat Optis Air


Pada saat praktikum oseanografi dilakukan
pengamatan sifat optis air yang dimana pada
dasarnya sama dengan pengukuran kecerahan,
tetapi pengamatan ini dilakukan 2x dalam rentang
waktu tertentu. Pengamatan ini mempunyai selisih
waktu 1 jam untuk pengukuran kecerahan. Setelah
saat selisih wakti digunakan untuk menghitung sudut
α untuk pengukuran kecerahan ke 1, dimna pada
pukul 06.00 WIB setra dengan 0o yang perubahan
derajat akan bertambah setiap 1 jam 15o. Demikian
pada pengukuran P yaitu untuk pengukuran
kecerahan ke 2.

d. Pasang Surut
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan
pengukuran pasang surut. Pertama siapkan alat dan
bahan yang digunakan yaitu, tide staff yang lengkap
dengan selang aerasi yang diberi lubang pada bagian
bawah untuk melihat air tanpa pengarih gelombang.
Setelah itu pengukuran pasang surut dilakukan

36
dengan cara tide staff ditancapkan ke dalam perairan
denan jarak 50 m dari permukaan pantai. Lalu dilihat
ketinggian perairan dari skala air pada selang aerasi
yang dicatat sebagai To. Dilakukan pengamatan yang
sama pada sore hari yang ducatat sebagai T1.
Kemudian dihitung selisih pasang dan surut air laut
yang dihubungkan dengan lama waktu pengamatan.

e. Gelombang
• Tinggi Gelombang
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan
pengukuran tinggi gelombang yang terdiri dari
pengamatan puncak gelombang dan lembah
gelombang. Pertama siapkan alat dan bahan yang
digunakan yaitu, tongkat skala yang berfungsi untuk
mengukur ketinggian puncak gelombang dan lembah
gelombang dan stopwatch sebagai penghitung selang
waktu dari puncak gelombang 1 ke puncak
gelombang 2. Pengukuran ini dilakukan dengan cara
melihat nilai puncak gelombang tertinggi dari tongkat
skala sedangkan lembab gelombang terendah dilihat
dari nilai tongkat skala yang terendah pula.
Pengukuran dan pengamatan ini dilakuan sebanyak
3X.
37
• Periode Gelombang
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan
pengukuran periode gelombang, yaitu dengan cara
mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang saat
mencapai puncak pertama yang diakukan bersamaan
dengan dinyalakan stopwatch. Kemudian saat puncak
kedua stopwatch dimatikan. Untuk mendapat data
yang valid, pengamatan periode gelombang ini
dilakukan 3X pengamatan.

38
4.2.2. Parameter Kimia
a. pH
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan
pengukuran pH. Pertama siapkan alat dan bahan
yang digunalan yaitu, pH paper untuk mengukur pH
perairan. Setelah itu untuk mengukur pH, kertas pH
dicelupkan ke dalam perairan dan ditunggu selama 2
– 3 menit. Kemudian kertas pH diangkat dan dikibas-
kibaskan hingga kering agar warnanya terserap dan
dapat dicocokkan pada kotak pH standart sehingga
diketahui nilai pH perairan.

b. Salinitas
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan
pengukuran salinitas. Pertama siapkan alat dan
bahan yang digunakan yaitu, refraktometer untuk
mengukur salinitas perairan. Untuk mengukur
salinitas dilakukan dengan cara mengkalibrasi optik
refraktometer dengan aquades dan dikeringkan
dengan menggunakan tissue dengan menggosokkan
satu arah, yang bertujuan agar tidak meninggalkan
serat pada optik refraktometer. Setelah itu sampel air
laut diteteskan di lensa refraktometer dan ditutup.
Kemudian diarahkan pada sinar matahari dan diamati
39
serta dibaca skala di sebelah kanan. Lalu dicatat
hasilnya.

c. DO
Pada saat praktikum oseanografi dilakukan
pengukuran DO. Pertama siapkan alat dan bahan
yang digunakan yaitu, water sampler sebagai alat
yang digunakan untuk mengambil sample pada
kedalaman tertentu. Untuk menggunakan water
sampler yaitu dengan cara dibuka tutup water
sampler dan dimasukkan botol DO didalam water
sampler dengan kondisi tutup botol DO terbuka.
Setelah itu water sampler ditutup tetapi selang aerasi
yang terhubung pada water sampler dibuka dan water
sampler siap diturunkan ke dalam perairan dengan
bantuan tali. Kedalamannya merupakan setengah
dari nilai kecerahan karena diasumsikan dengan
kelipatan plankton yaitu sedang. Lalu water sampler
yang sudah mencapai kedalaman tertentu, kemudian
selang aerasi didekatkan ke telinga dan didengarkan
sampai bunyi “blup” yang menandakan bahwah water
sampler terisi penuh. Selanjutnya botol DO ditutup
didalam water sampler tetapi jangan sampai botol DO

40
terdapat gelembung udara. Apabila terdapat
gelembung udara pengambilan sampel diulangi lagi.
Sesudah sampel air didapat. Kemudian
dilakukan pengujian dengan larutan – larutan kimia.
Pertama tutup botol DO dibuka dan diteteskan
MnSO4 sebanyak 2 ml/ 44 tetes yang bertujuan
mengikat endapan coklat. Selanjutnya botol DO
ditutup dan dihomogenkan dengan cara dibolak –
balik. Setelah itu di tunggu sampai pemisahan
oksigen yang menyatu dengan endapan coklat dan
larutan yang bening dibuang secara perlahan atau
dengan pipet tetes. Sehingga yang tetinggal larutan
yang terdapat endapan coklat. Selanjutnya
ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 22 ml/44 tetes
yang berfungsi untuk pengenceran endapan coklat
dan pengondisian asam dan ditambahkan kembali
amylum 2 -3 tetes yang berfungsi untuk indikator
warna ungu dan pengondisian basa, lalu di
homogenkan. Terakhir dititrasi dengan larutan Na-
thiosulfat hingga berubah warna menjadi bening
pertama kali. Kemudian volume titran dihabiskan
untuk titrasi dan larutan yang sudah dititrasi digoyang
– goyang agar homogen. Terakhir dicatat volume
titrasi dan dihitung dengan rumus:
41
4.3. Analisa Hasil
4.3.1. Parameter Fisika
a. Suhu
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa
suhu permukaan air laut pada pukul 11.30 WIB
sebesar 32oC dan pada pukul 12.30 WIB sebesar
28oC. Menurut Romimohtarto (2001), di perairan
tropis perbedaan atau variasi suhu air laut sepanjang
tahun tidak besar. Suhu perairan nusantara berkisar
antara 27-32oC. Kejadian suhu ini adalah normal
untuk kehidupan biota laut di perairan Indonesia.
Suhu alami tertinggi di perairan tropis berada dekat
ambang batas sehingga menyebabkan kematian
biota laut. Oleh karena itu, peningkatan suhu yang
kecil saja dari alami dapat menimbulkan kematian
atau paling tidak gangguan fisiologi biota laut.

42
b. Kecepatan Arus
Berdasarkan hasil praktikum, diketahui
kecepatan arus yaitu 0,15 m/s. Arus terjadi
disebabkan oleh adanya angin. Karena arus
dipengaruhi angin, maka arah arus permukaan
mengikuti arah angin yang ada. Khususnya di Asia
Tenggara karena arah angin muson sangat kentara
perubahannya antara musim barat dan musim timur
maka arus laut permukaan juga banyak dipengaruhi
(Earlhamfa, 2009).
Kecepatan arus yang pernah diukur di selat
bagian utara dalam bulan-bulan Nopember dan
Desember, di permukaan dan di dekat dasar
menunjukkan kekuatan yang hamper sama. Di
lapisan permukaan 0,75 m/s dan di dekat dasar 0,83
m/s. pengaruh arus pasang surut di selat ini lebih
kuat daripada arus angin dan muson (Roimohtarto,
2001).
Terjadinya arus yang hampir selalu ke arah
barat daya disebabkan oleh adanya gradien
permukaan laut ke arah selat. Hal ini ditunjukkan oleh
adanya hubungan yang erat antara aliran mendatar
dan perbedaan permukaan laut antara Tanjung Priok

43
di pantai utara dan Palabuan Ratu di pantai selatan
Jawa (WYRTKI, 1961).

c. Kecerahan
Berdasarkan hasil praktikum, didapat nilai
kecerahan pada pukul 11.30 WIB sebesar 4,45 meter
dan pada pukul 12.30 WIB sebesar 4,68 meter.
Berdasarkan keputusan bahwa standar baku mutu
kecerahan air laut untuk biota laut adalah 3-6 meter
(Popo dan Mahendra, 2008). Berdasarkan hal
tersebut maka nilai kecerahan di perairan Probolinggo
masih dalam kisaran baku mutu yang baik.
Kemampuan penetrasi cahaya matahari
dipengaruhi kekeruhan air yaitu 1). Suspensi dalam
air (lumpur); 2). Planktonik dan jasad renik; 3). Warna
air; dan lain-lain (Vedca, 2007).

d. Sifat Optis Air


Pada pengukuran kecerahan pertama pada
pukul 11.30 WIB sebesar 4,45 meter dengan sudut
sinar matahari yang jatuh 82,5o dan kecerahan kedua
pada pukul 12.30 WIB sebesar 4,68 meter dengan
sudut sinar matahari yang jatuh 97,5o. Berdasarkan
hal tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
44
semakin besar sudut sinar matahari yang jatuh, maka
akan semakin besar tingkat kecerahan perairan
tersebut.
Berdasarkan sifat optiknya perairan dibagi atas
2 tipe, yakni tipe 1 (case-1 waters) dan tipe 2 (case-2
waters). Pada perairan tipe 1, fitoplankton dan
bioproduknya memegang peranan dominan dalam
menentukan sifat optik perairan. Perairan tipe 1 akan
berubah menjadi tipe 2, jika sedikitnya salah satu
komponen berikut ini masuk ke dalam perairan. Tipe
2 yaitu sedimen yang tersuspensi ulang dari dasar
perairan, terutama perairan dangkal, zat organik
terlarut berasal dari daratan yang masuk melalui
sungai (run off) dan material tersuspensi berasal dari
limbah rumah tangga (Wouthyuyzen dan Tanguri,
2004).

Dari sifat optik tersebut, maka pada umumnya


perairan tipe 1 diklasifikaskan sebagai perairan lepas
pantai (oseanik), sedangkan tipe 2 adalah perairan
pantai/dangkal (wilayah pesisir), seperti teluk Jakarta
(Wouthyuyzen dan Tanguri, 2004). Berdasarkan hal
tersebut, sifat optis perairan pada waktu praktikum
termasuk dalam perairan tipe 1.

45
e. Pasang Surut
Pada saat praktikum diketahui bahwa
kecepatan pasang surut di daerah Probolinggo yaitu
8 cm/jam. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi
dan pasang rendah dipengaruhi rentang pasang surut
(tidal range). Sedangkan periode pasang surut
bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50
menit (Surbakti, 2007).
Pasang surut di Indonesia dapat dibagi menjadi
4 jenis yaitu: 1). Pasang surut harian ganda (semi
diurnal tide) yaitu pasang yang memiliki sifat dalam
satu hari terjadi dua kali pasang dan juga dua kali
surut; 2). Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
yaitu tipe pasang surut yang apabila dalam satu hari
terjadi 1 kali pasang dan 1 kali surut; 3). Pasang surut
campuran condong ke harian ganda (mixed tide
prevealling semi diurnal); 4). Pasang surut campuran
condong ke harian tunggal atau mixed tide
prevealling diurnal (Triatmojo, 1999). Di Probolinggo
termasuk ke dalam jenis pasang surut semi diurnal
yaitu terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut.

46
f. Gelombang
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa
tinggi gelombang sebesar 21 cm dan periode
gelombang 2,7 detik. Berdasarkan hasil yang didapat
bahwa gelombang pada perairan probolinggo
termasuk relative kecil.

Penyebab utama terjadinya gelombang adalah


angin. Gelombang dipengaruhi oleh kecepatan angin,
lamanya angin bertiup, dan jarak tanpa rintangan saat
angin bertiup. Pada hakikatnya gelombang yang
terbentuk oleh hembusan angin akan merambat lebih
jauh dari daerah yang menimbulkan angin tersebut.
Hal ini yang menyebabkan daerah di pantai selatan
pulau Jawa memiliki gelombang yang besar meskipun
angin setempat tidak begitu besar. Gelombang besar
yang dating tersebut bisa merupakan gelombang
kiriman yang erasal dari badai yang terjadi jauh di
bagian selatan Samudera Hindia (Jatilaksno, 2009).
Perairan laut Probolinggo merupakan laut utara Jawa,
sehingga gelombang yang terjadi merupakan
gelombang yang relative kecil.

4.3.2. Parameter Kimia

47
a. pH
Pada saat praktikum tidak dilakukan penguuran
terhadap parameter pH.

b. Salinitas
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa
nilai salinitas sebesar 19 ppt. Salinitas merupakan
jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada
setiap kilogram air laut.

Salinitas permukaan di selat bagian utara


biasanya lebih rendah daripada di bagian selatan.
Salinitas selat Sunda bervariasi dari 31,5 ppt sampai
33,5 ppt. Rendahnya salinitas permukaan di selat
bagian utara disebabkan oleh masuknya massa air
dari laut Jawa ke selat hamper sepanjang tahun.
Kadar salinitas di bagian selatan biasanya lebih tinggi
dari 34 ppt dan di bagian utara lebih rendah dari 33
ppt (Romimohtarto, 2001).

c. Oksigen Terlarut (DO)


Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa
kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 7,23 mg/L.
Meskipun oksigen dapat berdifusi dari udara ke air,

48
konsentrasi oksigen di dalam perairan lebih
bergantung pada proses biologi daripada proses
fisikanya (Andayani, 2005).
Kadar O2 terlarut dapat mengurangi efisiensi
pengambilan O2 oleh biota laut, sehingga dapat
menurunkan kemampuan biota tersebut untuk hidup
normal dalam lingkungannya. Kadar O2 terlarut di
perairan Indonesia berkisar antara 4,5-7,0 mg/L
(Romimohtarto, 2001).

4.4. Manfaat di Bidang Perikanan


4.4.1. Parameter Fisika
a. Kecerahan
Cahaya dibutuhkan oleh ikan untuk memangsa,
menghindar diri dari predator atau untuk beruaya.
Pada umumnya ikan berada pada daerah-daerah
yang penetrasi cahayanya masih baik, sedangkan
pada daerah yang gelap di mana penetrasi cahaya
sudah tidak ada, hanya dihuni ikan buas atau
predator yang lebih menyukai tempat gelap.

b. Suhu

49
Suhu merupakan faktor utama yang
mempengaruhi proses fisika kimia yang terjadi di
dalam perairan. Suhu air secara tidak langsung akan
mempengaruhi kelarutan oksigen dan secara
langsung mempengaruhi proses kehidupan
organisme. Perubahan suhu air akan langsung
mempengaruhi derajat metabolisme ikan. Bagi ikan
perubahan suhu perairan sekitarnya merupakan
faktor pemberi tanda secara alamiah yang
menentukan dimulainya proses-proses pemijahan,
ruaya dan sebagainya. Selain teradaptasi pada suhu
tinggi atau suhu rendah tertentu, ikan juga
mempunyai sifat tersendiri dalam mengadaptasi
perubahan suhu lingkungan, ikan air tawar
mempunyai daya toleransi yang besar terhadap
perubahan suhu.

50
c. Gelombang
Kecepatan arus di waduk mempengaruhi
keberadaan ikan. Ikan–ikan yang hidup di sungai
yang mempunyai arus deras akan beradaptasi bentuk
tubuh yang menyerupai cerutu atau stream line yang
berguna untuk meminimalkan pengaruh arus. Contoh
jenis ikan yang berbentuk stream line antara lain ikan
semah atau kancra (Tor douronensis). Menurut
Prasetyo (1994), ikan-ikan putih seperti jelawat
(Leptobarbus hoevenii) memijah di hulu sungai yang
berarus deras, sehingga telurnya memperoleh
oksigen yang cukup tinggi.

d. Pasang Surut
Untuk membudidayakn perikanan pasang surut
sangat bermanfaat yaitu dapat menyebabkan
fitoplankton yang terdapat didasar melakukan proses
rantai makan. Rantai makan tersebut kemudian
membantu ikan-ikan yang terdapat pada perairan
mendapat makanan. Hal ini dibantu dengan adanya
arus yang bergerak serta mengandung partikel-
partikel kimia, seperti nitrat dan fosfat.

e. Sifat Optis Air


51
Sifat optis air sangat berhubungan dengan
intensitas matahari, hal ini berkaitan dengan besar
sudut penyinaran yang terbentuk. Cahaya yang tiba
di permukaan air sebagian akan dipantulkan,
sebagian akan diteruskan. Pada permukaan laut yang
bergelombang cahaya sebagian dipantulkan
dihamparkan, sinar yang diteruskan sebagian akan
diabsorbsi air (Naylor, 2002).
Kekeruhan menggambarkan sifat optis air
yang ditentukan berdasarkan benyaknya cahaya
yang diserap oleh bahan-bahan yang terdapat dalam
air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun
bahan anorganik dan organik yang berupa plankton
dan mikroorganisme lain (Ansori, 2010).

4.4.1. Parameter Kimia


a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman adalah banyaknya ion
hydrogen yang terkandung di dalam air. Nilai pH di
sungai dipengaruhi oleh karakteristik batuan dan
tanah di sekelilingnya. Nilai pH perairan merupakan
salah satu faktor lingkungan yang berhubungan
dengan susunan spesies dari ikan. Kisaran pH yang
52
ideal untuk kehidupan ikan adalah antara 6,5-8,5.
Beberapa jenis ikan yang toleran terhadap pH asam
(< 6) adalah betook (Anabas testudieus), sepat
(Trichogaster sp), seluang (Rasbora leptosoma) dan
gabus (Ophichephalus striatus).

b. Salinitas
Manfaat salinitas pada bidang perikanan yaitu
membantu organisme-organisme di dalam perairan
menyerap garam-garam mineral dan partikel-partikel
organik yang diserap oleh tubuh organisme.

c. Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen di dalam air berguna untuk menunjang
kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Kadar
oksigen terlarut di perairan yang ideal bagi
pertumbuhan ikan dewasa adalah > 5 mg/l. Pada
kisaran 4-5 mg/l ikan masih dapat bertahan tetapi
pertumbuhannya terhambat. Di waduk pada musim
kemarau kadar oksigen terlarut akan tinggi pada
bagian permukaan, sedangkan pada bagian dasar
kadar oksigen rendah.

53
5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

a. Oceanografi yaitu ilmu yang mempelajari lautan.

b. Air laut yaitu pencampuran dari 96,5% air murni


dan 35% material.

c. Parameter fisika diantaranya suhu, kecepatan


arus, kecerahan, sifat optis air, pasang surut, dan
gelombang.

d. Parameter kimia diantaranya pH, salinitas, dan


oksigen terlarut (DO).

e. Data dan hasil dari pengamatan, yaitu:

o Suhu pada pukul 11.30 = 32o C dan pada


pukul 12.30 = 28o C.

o Kecepatan arus sebesar 0,15 m/s.

o Kecerahan pada pukul 11.30 = 445 cm dan


pada pukul 12.30 = 467,5 cm.

54
o Sifat optis air pada pukul 11.30 = 82,5o dan
pada pukul 12.30 = 97,5o.

o Pasang surut sebesar 8 cm/jam.

o Panjang gelombang sebesar 21 cm.

o Periode gelombang sebesar 2,7 detik.

o DO sebesar 7,23 mg/l.

o Salinitas pada pukul 19 ppt.

5.2. Saran
Pada praktikum oseanografi saran kami
sebelum melakukan praktikum lapang sebaiknya
dipikirkan dan didiskusikan kembali bersama asisten
yang lain sebelum memilih hari dan waktu praktikum,
agar praktikum tidak bentrok atau tidak mengganggu
kuliah praktikan sehingga praktikan tidak dirugikan
karena adanya in hole. Apabila mengambil hari aktif
sebaiknya dilihat dahulu apakah pada hari aktif
tersebut praktikan dapat mengikuti praktikum lapang.

55
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Oseanografi. http://


wikipedia.com. Diakses pada tanggal 25 Mei
2010 pukul 19.00 WIB.

Andayani S. 2005. Manajemen Kualitas Air untuk


Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya Malang.

Dedi. 2009. Salinitas Air Laut. http://


www.dedi.blogspot.com. Diakses pada tanggal
25 Mei 2010 pukul 19.00 WIB.

Effendi E. 2007. Coastal Ecosystem and


Management. http://blog.unila.ac.id. Diakses
pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 10.30 WIB.

Earlhamfa. 2009. Gerakan Air Laut dan Kualitas Air


Laut. http://www. lintasberita.com. Diakses pada
tanggal 24 Mei 2010 pukul 10.45 WIB.

Hanafi. 2009. Gerakan Air Laut dan Kualitas Air Laut.


http://www.earlfhamfa. wordpress.com. Diakses
pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 10.45 WIB.

Hutabarat S dan Stewart ME. 2008. Pengantar


Oceanografi. Universitas Indonesia. Jakarta.
56
Hutagalung et.al. 1985. Beberapa Catatan Tentang
Penentuan Kadar Oksigen dalam Air Laut
Berdasarkan Metode Winkler. Oseana vol. X
nomor 4: 138-149.

Jatilaksono. 2009. Suhu Laut. http://jcom.


blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 Mei
2010 pukul 10.45 WIB.

Kordi dan Andi. 2007. Telaah Kualitas Air. Rineka


Cipta. Jakarta.

Kurniawan et.al. 2008. Diktat Pengantar Oceanografi.

Nontji. 1987. Laut Nusantara. Jambatan. Yogyakarta.

Popo dan Mahendra. 2008. Studi Kualitas Air untuk


Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. http://ejournal.ac.id. Diakses
pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 11.05 WIB.

Prajitno A. 2009. Biologi Laut. Fakultas Perikanan


dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya.
Malang.

Romimohtarto. 2009. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan


Tentang Biologi Laut.

57
Romimohtarto. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan
Tentang Biologi Laut.

Romimohtarto. 1985. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan


Tentang Biologi Laut.

SMKN 3 Madiun. 2009. Kualitas Air Laut untuk


Budidaya Perikanan. http:// smk3ae.wordpress.
com. Diakses pada tanggal 23 Mei 2010 pukul
19.40 WIB.

Souisa. 2009. Pengaruh Faktor Fisik Terhadap


Lingkungan Perairan dan Kehidupan
Organisme. http://souisa. blogspot.com.
Diakses pada tanggal 24 Mei 2010 pukul 19.40
WIB.

Subagio. 2010. Pasang Surut Air Laut. http://


herugio1.blogspot.com. Diakses pada tanggal
24 Mei 2010 pukul 13.50 WIB.

Surbakti. 2007. Kualitas Perairan Laut.


http://www.surbakti.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 24 Mei 2010 pukul 19.40 WIB.

Triatmojo. 1999. Perairan Laut Indonesia. Agromedia.


Jakarta.

58
Vedca. 2007. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air.
http://www.stth.itb.ac.id. Diakses pada tanggal
24 Mei 2010 pukul 17.40 WIB.

59
Wouthyuyzen dan Tanguri. 2004. Pengukuran
Salinitas Teluk Jakarta Melalui Penginderaan
Warna Laut Menggunakan Data Multi-Temporal
Citra Satelit Landsat. http://cis.itb.ac.id. Diakses
pada tanggal 25 Mei 2010 pukul 19.40 WIB.

Wyrtki. 1961. Oceanografi. http://wyrtki. id.com.


Diakses pada tanggal 25 Mei 2010 pukul 19.20
WIB.

60

You might also like