You are on page 1of 7

c c

   


 c  
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena itu,
kesehatan adalah unsur yang paling penting dalam hidup manusia. Kesehatan erat
kaitannya dengan kondisi ekonomi, ekonomi yang mapan dengan sendirinya akan
menciptakan kondisi kesehatan yang baik. Dengan kondisi ekonomi yang baik maka
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia seperti makanan dan minuman yang
sehat, lingkungan yang sehat dan kebiasaan hidup yang sehat akan terpenuhi. Sebaliknya
ekonomi yang buruk akan menyulitkan individu masyarakat untuk memenuhi beberapa
faktor di atas, dimana jika kondisi tersebut dipelihara maka individu masyarakat akan
kesulitan memperbaiki kesehatan mereka masing-masing (RI, 1992 : I-1).
Kemiskinan dan penyakit terjadi saling kait-mengkait, dengan hubungan yang tidak
akan pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu atau kedua sisi, yakni
pada kemiskinannya atau penyakitnya. Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga
orang miskin menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit, karena mereka mengalami
gangguan seperti menderita gizi buruk, pengetahuan kesehatan kurang, perilaku kesehatan
kurang, lingkungan pemukiman buruk, biaya kesehatan tidak tersedia. Sebaliknya
kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat menekan kemiskinan karena
orang yang sehat memiliki kondisi antara lain produktivitas kerja tinggi, pengeluaran
berobat rendah, investasi dan tabungan memadai, tingkat pendidikan maju, tingkat fertilitas
dan kematian rendah, stabilitas ekonomi mantap. Menurut BPS posisi terakhir angka
kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42%)
dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang
(16,58%) berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang. Sementara
penduduk miskin di Sumatera Utara menunjukkan angka 1.979.702 jiwa dari total pendudk
12.326.678 jiwa. Belum lagi kita melihat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) sebanyak 3.456.702 tersebar di 5.616 desa, 361 kecamatan, 25kabupaten/kota
(BPS,2009.DatastatistikIndonesia pertumbuhanpenduduk.http:http:// diakses pada tanggal
11 November 2009, pukul 16.00 WIB). Masyarakat miskin diatas merupakan orang-orang
yang kondisinya sangat rentan terhadap masalah kesehatan, karena kurangnya kemampuan
mereka secara ekonomi untuk memperbesar diri mereka masing-masing. Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu
setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu (RI, 1992 : III-4)
Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi
(AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB
sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup
serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin
yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan
kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak
adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan pembiayaan kesehatan memang
mahal (Ilham.2008. http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/11/tentang-jaminan-
kesehatan-masyarakat.html) diakses pada hari selasa, 10 November 2009, jam 19.00 WIB).
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang
amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai
tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan
pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care) dan pelayanan yang
berkualitas (assured quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara
seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk
menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi
(efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai (health care
financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat memobilisasi sumber-
sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya secara rasional serta menggunakannya
secara efisien dan efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang mengutamakan
pemerataan serta berpihak kepada masyarakat miskin (equitable and pro poor health policy)
akan mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek yang lebih luas diyakini
bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi pada perkembangan sosial dan
ekonomi. Pelayanan kesehatan itu sendiri pada akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik
pada negara maju maupun pada negara berkembang. Penggunaan yang berlebihan dari
pelayanan kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah satu penyebab utamanya.
Penyebab yang lain adalah dominasi pembiayaan pelayanan kesehatan dengan mekanisme
pembayaran tunai (fee for service) dan lemahnya kemampuan dalam penatalaksanaan
sumber-sumber dan pelayanan itu sendiri (poor management of resources and services).
Meskipun tiap-tiap negara mempunyai perbedaan dalam reformasi pembiayaan
kesehatannya bergantung dari isu-isu dan tantangannya sendiri, akan tetapi pada dasarnya
dalam banyak hal karakteristiknya sama karena ke semua hal itu diarahkan untuk
mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional, regional dan
Internasional (Ilham.2008.http://www.kebijakankesehatan.co.cc/2008/11/tentang-jaminan -
kesehatan-masyarakat.html) diakses pada hari selasa, 10 November 2009, jam 19.00 WIB).
Organisasi kesehatan se-dunia (WHO) sendiri memberi fokus strategi pembiayaan
kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi
itu pada umumnya adalah dalam area sebagai berikut: 1) meningkatkan investasi dan
pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan, 2) mengupayakan pencapaian kepesertaan
semesta dan penguatan permeliharaan kesehatan masyarakat miskin, 3) pengembangan
skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi kesehatan sosial (SHI), 4)
penggalian dukungan nasional dan internasional, 5) penguatan kerangka regulasi dan
intervensi fungsional, 6) pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan
pada data dan fakta ilmiah, serta 7) pemantauan dan evaluasi.
Beberapa upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin, memerlukan penyelesaian
menyeluruh dan perlu disusun strategi serta tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang
peduli terhadap penduduk miskin. Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi
upaya-upaya seperti :
a) Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah kesehatan yang
banyak diderita masyarakat miskin seperti TB, malaria, kurang gizi, PMS dan berbagai
penyakit infeksi lain dan kesehatan lingkungan
b) Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu
c) Meningkatkan penyediaan serta efektifitas berbagai pelayanan kesehatan masyarakat
yang bersifat non personal seperti penyuluhan kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan
termasuk penyediaan obat, keamanan dan fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan
lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja
d) Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu
e) Realokasi berbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan pada daerah

Saat ini pemerintah sedang memantapkan penjaminan kesehatan bagi masyarakat


miskin sebagai bagian dari pengembangan jaminan secara menyeluruh. Berdasarkan
pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai negara lain yang telah lebih
dahulu mengembangkan jaminan kesehatan, sistem ini merupakan suatu pilihan yang tepat
untuk menata subsistem pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan
kesehatan. Sistem jaminan kesehatan ini akan mendorong perubahan-perubahan mendasar
seperti penataan standarisasi pelayanan, standarisasi tarif, penataan formularium dan
penggunaan obat rasional, yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya.
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diatur dengan UU No.40/2004
sesungguhnya merupakan upaya memberikan jaminan sosial kepada seluruh warga negara
Indonesia dalam bentuk asuransi. Diharapkan secara bertahap seluruh masyarakat
Indonesia nantinya terjamin dalam sistem jaminan sosial yang terselenggara dengan baik
sesuai amanat UUD 1945 pasal 34 ayat 2: ´Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan´.
Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk
mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas).
Upaya pelaksanaan Jamkesmas merupakan perwujudan pemenuhan hak rakyat atas
kesehatan dan amanat Undang±Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN), dan merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia. Namun karena hingga saat ini peraturan pelaksana
dan lembaga yang harus dibentuk berdasarkan Undang±Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) belum terbentuk, Departemen Kesehatan
mengeluarkan kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin sebagai
wujud pemenuhan hak rakyat atas kesehatan tersebut (RI, 2004 : III-3).
JAMKESMAS mulai diluncurkan pada tahun 2008. Sebelumnya pada tahun 2005
pemerintah meluncurkan program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu dikenal dengan nama ASKESKIN (asuransi kesehatan masyarakat miskin).
Penyelenggaraan program adalah PT.ASKES yang ditugaskan menteri
kesehatanberdasarkan keputusan Menteri NO.1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang penugasan
PT. ASKES dalam pengelolaan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Setelah
dilakukan evaluasi dalam rangka efisiensi dan efektifitas penyelenggaraannya maka pada
tahun 2008 dilakukan perubahan dalam system penyelenggaraannya. Perubahan
pengelolaan program tersebut adalah dengan memisahkan fungsi pengelola dan fungsi
pembayaran yang didukung oleh tenaga verifikator di setiap Rumah Sakit (RS). Nama
program tersebut juga berubah menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat.
Sembilan kabupaten/kota se Sumut hingga kini belum memenuhi kuota peserta Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Kesembilan kabupaten/kota tersebut antara lain, Toba
Samosir, Samosir, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Sibolga, Mandailing, Natal, Nias, dan
Tanjung Balai. Rumah sakit umum Sidikalang adalah salah satu organisasi yang bergerak
di bidang jasa perawatan medis dan turut serta dalam pelaksanaan program jaminan
kesehatan kepada masyarakat miskin dalam hal memberikan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit umum Sidikalang kepada pengguna atau
peserta Jamkesmas antara lain pemberian obat, Pelayanan Rawat Jalan Tindak Lanjuran
(RJTL) dan Pelayanan Rawat Inap Tindak Lanjutan (RITL) yang mencakup tindakan
pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah Rumah sakit
umum Sidikalang sebagai salah satu pelaksana program Jamkesmas yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu bagi pengguna Jamkesmas dengan mencari tahu
V                      
     !    " 


#      
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : ³Bagaimana Respon Masyarakat
Kota Sidikalang terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh
Rumah Sakit Umum´ ?

$     


Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ³sikap,
persepsi dan Partisipasi Masyarakat Kota Sidikalang terhadap Pelaksanaan Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh Rumah Sakit Umum´.

%   &   
- Bagi peneliti sendiri menambah wawasan dan pengetahuan tentang program
Jamkesmas terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.
- Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa pemikiran dan masukan kepada
pihak-pihak pelaksana program Jamkesmas dengan mengetahui respon masyarakat
penerima bantuan. Dengan demikian para pelaksana program dapat membuat program
yang lebih baik dari sebelumnya.
- Sebagai referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat serta
sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka
penelitian, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini berisikan lokasi penelitian, tipe penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN


Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis mengadakan
penelitian.

BAB V ANALISA DATA


Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis yang penulis berikan sehubungan dengan
penelitian yang telah dilakukan.

You might also like