You are on page 1of 3

**Mari Berkurban

Pengertian Kurban
Kurban berarti segala sesuatu yang mendekatkan seorang hamba dengan Tuhannya baik berupa
sembelihan atau yang lainnya.
Namun demikian kata kurban ini menjadi identik dengan sembelihan hewan udhiyah, seperti : onta,
sapi dan kambing yang dilakukan pada hari raya kurban dan tasyrik sebagai bentuk taqorrub
(pendekatan diri) kepada Allah swt. Meskipun kata kurban sendiri lebih umum daripada udhiyah.

Dasar Hukum Kurban


Firman Allah swt :

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang
membenci kamu Dialah yang terputus.” (QS. Al Kautsar : 1- 3)

Artinya : “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu
memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu
menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). “ (QS. Al Hajj : 36)

Hukum Berkurban
Hukum ibadah penyembelihan hewan kurban adalah sunnah muakkadah bagi yang mampu
melakukannya. Meninggalkan ibadah ini menjadi makruh, berdasarkan riwayat Bukhori dan
Muslim bahwa Nabi saw pernah berkurban dengan dua kambing gibasy yang berwarna putih
kehitam-hitaman dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelih kurban tersebut dan
membacakan nama Allah serta bertakbir pada saat memotongnya.

Waktu Penyembelihan Kurban


Disyaratkan bahwa hewan kurban tidaklah disembelih kecuali setelah terbit matahari pada hari raya
idul adha hingga saat-saat pelaksanaan shalat id. Setelah itu dibolehkan menyembelihnya kapan pun
di hari yang tiga (tasyrik) baik malam maupun siang.
Setelah tiga hari itu, maka tidak dibenarkan penyembelihan hewan kurban, sebagaimana riwayat al
Barro’ dari Nabi saw bahwa beliau saw bersabda,”Sesungguhnya hal pertama yang kita lakukan
pada hari ini dalah shalat, kemudian kembali dan menyembelih kurban. Barangsiapa yang
melakukan itu berarti ia mendapatkan sunnah kami. Dan barangsiapa yang menyembelih sebelum
itu maka daging sembelihannya untuk keluarganya dan tidak dinilai sebagai ibadah kurban sama
sekali.”
Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa
menyembelih kurban sebelum shalat sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri. Dan
barangsiapa yang menyembelih setelah shalat dan dua khutbah sungguh ibadah idul adhanya
sempurna dan melaksanakan sunnah kaum muslimin.”

Orang Yang Menyembelih Kurban


Jika seorang yang berkurban memiliki kepandaian dalam menyembelih hewan maka disunnahkan
melakukannya sendiri untuknya. Ia disunnahkan membaca : bismillah wallahu akbar. Allahumma
hadza an fulan… (Dengan nama Allah. Allah Maha Besar. Wahai Allah hewan kurban ini dari si
fulan (sebutkan nama orang yang berkurban)
Adapun cara menyembelih hewan tersebut adalah dengan memutuskan tenggorokan dan saluran
(nadi) makanan.
Pembagian Daging Kurban
Orang yang berkurban disunnahkan untuk memakan dagingnya, membagikannya kepada karib
kerabat, serta menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, sebagaimana sabda Rasulullah
saw,”Makanlah oleh kalian, bagikanlah dan simpanlah..” (HR. Tirmidzi)
Para ulama mengatakan bahwa yang paling afdhal adalah memakan sepertiga, bersedekah sepertiga
dan menyimpan sepertiga. Daging kurban ini boleh dibawa ke negara lain akan tetapi tidak boleh
dijual walaupun kulitnya.
Tidak dibolehkan memberikan dagingnya kepada tukang potong sebagai upah karena ia berhak
menerima upah lain sebagai imbalan kerja. Orang yang berkurban boleh bersedekah dengan daging
tersebut dan juga boleh mengambil dagingnya untuk dimanfaatkannya.
Sementara itu Abu Hanifah berpendapat bahwa mereka boleh menjual kulitnya dan menyedekahkan
hasilnya atau membelikan barang yang bermanfaat untuk keluarga di rumahnya.

Apakah non-muslim berhak menerima daging kurban ?

Para ulama mengatakan bahwa yang paling utama (afdhol) bagi seorang yang berkurban adalah
memakan sepertiga, bersedekah sepertiga dan menyimpan sepertiga, berdasarkan sabda Rasulullah
saw,”Makanlah oleh kalian, bagikanlah dan simpanlah..” (HR.Tirmidzi)
Dibolehkan pula bagi seorang yang berkorban untuk memberikan daging kurbannya kepada orang
non muslim sebagai sedekah bagi mereka selama mereka bukanlah termasuk orang-orang yang
membenci dan memerangi kaum muslimin, berdasarkan keumuman firman Allah swt :

Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah : 8)
Juga hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Asma binti Abu Bakar berkata,”Aku
pernah didatangi ibuku yang masih musyrik pada masa Rasulullah saw lalu aku meminta fatwa dari
Rasulullah saw. Aku berkata,’Sesungguhnya ibuku datang’ dia begitu ingin, apakah aku
sambungkan silaturahim dengan ibuku?’ beliau bersabda,’Ya, sambungkanlah ibumu.”
Serta apa yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw
bersabda,”Pada setiap hati yang segar terdapat pahala.” Artinya bahwa pada setiap makhluk yang
hidup terdapat pahala.
Akan tetapi dilarang bagi seoang yang berkurban memberikan daging kurbannya kepada orang non
muslim yang membenci dan memerangi kaum muslimin, berdasarkan firman Allah swt :
Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang
yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain)
untuk mengusirmu. dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-
orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah : 9)

Amalan 10 hari di awal bulan Dzulhijah

Sepuluh hari pertama dari bulan dzulhijjah memang hari-hari yang penuh dengan keutamaan dan
keberkahan, sebagaimana firman Allah swt :

Artinya : “demi fajar. Dan malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr : 1- 2)

Para ulama baik yang terdahulu maupun belakangan bersepakat bahwa makna dari malam yang
sepuluh itu adalah di bulan dzulhijjah, demikian pula pendapat dari Ibnu Abbas.
Hal itu juga ditegaskan oleh Rasulullah saw bahwa dianjurkan bagi setiap muslim untuk
memperbanyak amal-amal saleh dan ketaatan di hari-hari awal dari dzulhijjah sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Bukhori bahwa beliau saw bersabda,” ,”Tidaklah ada hari-hari yang
beramal shaleh didalamnya lebih dicintai Allah dari pada hari-hari ini—yaitu sepuluh hari—para
sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah? Beliau saw menjawab,”tidak
pula jihad di jalan Allah kecuali seorang yang keluar dengan jiwa dan harta lalu orang itu tidak
kembali dengan membawa itu semua sama sekali.”
Diantara amal-amal saleh yang bisa dilakukan seorang muslim di hari-hari itu misalnya : berpuasa.
Meskipun terdapat riwayat Aisyah bahwa dirinya belum pernah melihat Rasulullah saw berpuasa
dihari-hari awal—selain hari kesepuluh—akan tetapi tidak melihatnya Aisyah bukan berarti
Rasulullah tidak berpuasa di hari-hari itu, sebagaimana dikatakan Nawawi didalam “Syarh” nya.
Jadi dibolehkan bagi seorang muslim untuk berpuasa dihari-hari itu terlebih lagi jika puasa itu
dilakukan pada hari arafah (9 dzulhijjah) berdasarkan riwayat Abu Daud dari beberapa isterinya
saw berkata,”Rasulullah saw berpuasa pada tanggal 9 dzulhijjah”
Selain puasa seorang muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak dzikrullah dengan
memperbanyak takbir dan tahlil, sebagaimana firman Allah swt :

Artinya : “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka
menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (QS. Al Hajj : 28)

Akan tetapi hal itu tidaklah menafikan amal-amal saleh lainnya untuk bisa dilakukan pada hari-hari
pertama dari bulan dzulhijjah. Dikarenakan hadits Bukhori diatas tidaklah membatasi dengan
macam atau jenis amal saleh tertentu. Sebaliknya hadits itu memberikan keluasan kepada setiap
muslim untuk memilih amal ketaatan apa saja yang dikehendakinya untuk dilakukan pada hari-hari
itu karena pada dasarnya setiap amal taat adalah amal saleh, seperti : puasa, dzikir, membaca al
Qur’an, itikaf, infaq, sedekah, umroh, haji atau yang lainnya.

Wallahu A’lam

You might also like