Professional Documents
Culture Documents
2. Napza adalah singkatan dari Narkotika Alkohol Psikotropika Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
dan Zat Adiktif lainnya.
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
3. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan. 2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
4. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. 3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
5. Zat Adiktif Lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
ketergantungan. Phenobarbital.
Napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat 4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
bahan adiktif lainnya adalah bahan/zat/obat yang bila masuk sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap NAPZA ZAT ADIKTIF LAINNYA :
NARKOTIKA : Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun 1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan
Narkotika terdiri dari 3 golongan : memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol :
1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
Ganja.
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan House, Johny Walker ).
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan
/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. 2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah
Contoh : Morfin, Petidin. menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin.
Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan Kuku, Bensin.
banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan
3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat - Pergi tanpa pamit
luas di masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok - Halusinasi
dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya. - Paranoid
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA Tanda-tanda klinis dari penggunaan NAPZA
dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
1. Yang berefk depresan ( menghambat fungsi syaraf)
1. Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA yang
berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini - Berbicara kacau
membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat
tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda - Tidak dapat mengendalikan diri
( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik
(obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas ).
- Tingkah laku seperti mabuk tetapi tanpa berbau minuman
beralkohol
2. Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang
merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja.
Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan - Akibat kelebihan pemakaian akan menyebabkan : nafas
bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), tersengal-sengal, kulit lembab dan dingin, pupil mata
Kokain. mengecil, denyut nadi cepat dan lemah , kesadaran
menurun danbisa berkibat lebih parah sampai meninggal
dunia.
3. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan,
pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang - gejala putus obat seperti gelisah, sukar tidur, mengigau,
berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: tertawa tidak wajar .
Kanabis ( ganja ).
2. Penyalahgunaan yang berefek stimultan (mengaktifkan fngsi
syaraf)
MANIFESTASI KLINIS - Lebih waspada, bergairah, eporia, pupil mata meebar, denyut
nadi meningkat, susah tidur nafsu makan hilang
Tanda-tanda umum pengguna NAPZA
- Kelebihan pemakaian mengakibatkan gelisah, suhu badan naik,
suka berhayal, tertawa tidak wajar sampai bisa
1. Perubahan fisik: menimbulkan kematian
Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan a. MDMA ( methylene dioxy methamphetamine )
proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi Nama jalanan : Inex, xtc.
morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.
kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan b. Metamphetamine ice
oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada Nama jalanan : SHABU, SS, ice.
opreasi, penderita cancer.
Cara pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang
perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf dirancang khusus ( boong ).
kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri hingga tak
mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk 5. LSD ( Lysergic Acid ).
dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh.
Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz. Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di bawah
umur, pada golongan yang kurang mampu.
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan
juga tablet. Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi ringan,
mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan hati.
8. ALKOHOL : digunakan. Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari individu
yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai
tujuan yang biasa diinginkannya
Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – KOMPLIKASI dari penyalahgunaan zat:
umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %,
setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar Selain gangguan otak, dapat menyebabkan gangguan hati, usus, seks,
alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %. kelainan bayi (bila hamil), dan resiko kena kanker.
Nama jalanan : booze, drink. APZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :
Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran
1. Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang
PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN banyak dan cukup lama. Pengaruhnya pada :
a. Otak dan susunan saraf pusat :
Penyalahgunaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga - gangguan daya ingat
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi - gangguan perhatian / konsentrasi
sosial. - gangguan bertindak rasional
- gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi
Ketergantungan adalah : keadaan dimana telah terjadi ketergantungan - gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja
fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang - gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik /
makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau buruk.
diberhentikan akan timbul gejala putus obat (withdrawal symptom).
b. Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru
( Bronchopnemonia ). pembengkakan paru ( Oedema Paru )
Rentang Respon Gangguan Penggunaan NAPZA c. Jantung : peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh darah
jantung.
Rentang respons ganguan pengunaan NAPZA ini berfluktuasi dari d. Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik,
kondisi yang ringan sampai yang berat, indikator ini berdasarkan hubungan seksual.
perilaku yang ditunjukkan oleh pengguna NAPZA.
e. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV / AIDS.
Eksperimental: Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa
ingin tahu dari remaja. Sesuai kebutuan pada masa tumbuh Para pengguna NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi,
kembangnya, klien biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau mereka mau melakukan hubungan seksual demi mendapatkan zat
sering dikatakan taraf coba-coba. atau uang untuk membeli zat. Penyakit Menular Seksual yang terjadi
adalah : kencing nanah ( GO ), raja singa ( Siphilis ) dll. Dan juga
Rekreasional: Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan pengguna NAPZA yang mengunakan jarum suntik secara bersama –
teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara sama membuat angka penularan HIV / AIDS semakin meningkat.
ulang tahun. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama Penyakit HIV / AIDS menular melalui jarum suntik dan hubungan
teman- temannya. seksual, selain melalui tranfusi darah dan penularan dari ibu ke janin.
Situasional: Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan f. Sistem Reproduksi : sering terjadi kemandulan.
kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan
cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. g. Kulit : terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan
Misalnya individu menggunakan zat pada saat sedang mempunyai jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan baju lengan
masalah, stres, dan frustasi. panjang.
Penyalahgunaan: Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah h. Komplikasi pada kehamilan :
mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi
penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan - Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS.
sosial, pendidikan, dan pekerjaan. - Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati
- Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.
Ketergantungan: Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai 2. Dampak Sosial :
dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi dimana
individu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada dosis
tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, a. Di Lingkungan Keluarga :
sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang
Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering 7. Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau
terjadi pertengkaran, mudah tersinggung. “Katakan tidak pada narkoba”
Orang tua resah karena barang berharga sering hilang. Pengobatan pasien yang mengalami ketergantungan obat
tergantung dari tingkat keparahan atau berat-ringan tingakat
Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak ketergantungan. Penyembuhannya memerlukan waktu yang relatif
tertib, hidup bebas) dan menjadi aib keluarga. lama dan membutuhkan biaya yang yang besar.
Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah paya pencegahan meliputi 3 hal :
atau pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan
keuangan. 1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi
penyalahgunaan NAPZA dan melakukan intervensi.
Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat
untuk biaya pengobatan dan rehabilitasi. Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang
mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA,
b. Di Lingkungan Sekolah : setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar
tidak menggunakan NAPZA.
Merusak disiplin dan motivasi belajar.
Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini,
agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang
Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar. anak dapat diatasi dengan baik.
Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama teman 2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak
sebaya. lagi menggunakan NAPZA.
Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari Yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga untuk mencegah
pengguna / mangsanya. penyalahgunaan NAPZA :
Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa 1. Mengasuh anak dengan baik.
yang telah menjadi ketergantungan.
- penuh kasih sayang
Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian, - penanaman disiplin yang baik
pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah. - ajarkan membedakan yang baik dan buruk
- mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung
Meningkatnya kecelakaan. jawab
- mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau
mencapai prestasi tertentu.
PENCEGAHAN
2. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat
1. Ketahuilah bahwa obat tersebut sangat berbahaya dan jangan Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
sekali-kali mencoba. 3. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
4. Orang tua menjadi contoh yang baik.
2. Bina hubungan yang harmonis dengan orang tua sehingga Orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang tidak baik bagi
perilaku kita lebih terkontrol. anak.
5. Kembangkan komunikasi yang baik
Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan
3. Katakan tidak bila ada yang menawari.
menghormati pendapat anak.
Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa 1. Bahaya terhadap Diri Pemakai
( ekstrakurikuler ).
a. Narkotika/psikotropika mampu merubah kepribadian
Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.Membantu siswa korban secara drastic seperti berubah menjadi
yang telah menyalahgunakan NAPZA untuk bisa pemurung, pemarah bahkan melawan terhadap
menghentikannya. siapapun.
Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari – hari. b. Menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap
dirinya sendiri, seperti tidak lagi memperhatikan
2. Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di sekolah : sekolah, rumah, pakaian, tempat tidur dan sebagainya.
Razia dengan cara sidak c. Semangat bekerja menjadi menurun dan suatu ketika bisa
saja korban bersikap seperti orang gila karena reaksi
dari penggunaan narkoba.
Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk
lingkungan sekolah
d. Tidak lagi ragu untuk melanggar norma-norma
masyarakat, hukum, agama karena pandangannya
Melarang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin terhadap hal tersebut menjadi semakin longgar.
guru
e. Tidak segan-segan menyiksa diri karena ingin
Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak. menghilangkan rasa nyeri atau menghilangkan sifat
ketergantungan obat bius, yang pada puncaknya dapat
Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai menyebabkan kematian.
dengan pulang sekolah.
2. Bahaya terhadap lingkungan keluarga
3. Upaya untuk membina lingkungan sekolah :
a. Tidak lagi menjaga sopan santung di rumah bahkan
Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan melawan kepada orang tua dan tidak segan-segan
membina huibungan yang harmonis antara pendidik dan anak untuk melakukan kekerasan bilamana maksud
didik. keinginannya tidak terpenuhi.
Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah b. Kurang menghargai harta milik yang ada di rumah
seperti mengendarai kendaraan tanpa perhitungan,
Sikap keteladanan guru amat penting rusak atau hancur sama sekali.
Meningkatkan pengawasan anak sejak masuk sampai pulang c. Mencemarkan nama baik keluarga karena ulah
sekolah. perbuatannya.
Yang dilakukan di lingkungan masyarakat untuk mencegah d. Menghabiskan biaya yang cukup besar untuk perawatan
penyalahguanaan NAPZA: dan pemulihannya.
3. Bahaya terhadap lingkungan masyarakat Faktor lingkungan
a. Tidak segan-segan melakukan tindak pidana seperti - Mudah memperoleh zat NAPZA
mencuri milik orang lain yang ada di sekitarnya demi
memperoleh uang untuk membeli narkoba. - Komunikasi keluarga yang tidak efektif
b. Mengganggu ketertiban umum, seperti mengendarai motor - Hubungan antar orang tua yang tidak harmonis
dengan kecepatan tinggi.
- Orang tua atau anggota keluarga lainnya pengguna NAPZA
c. Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan keselamatan
umum dan tidak merasa menyesal apabila melakukan
kesalahan. - Berteman dengan pengguna NAPZA
4. Bahaya terhadap bangsa dan negara - Penghargaan sosial dari lingkungan yang kurang
a. Rusaknya generasi muda pewaris bangsa yang seyogyanya Klasifikasi pemakai napza
siap untuk menerima tongkat estafet sebagai generasi
penerus. 1. Pemakai coba-coba (experiment use)
b. Hilangnya rasa patriotisme cinta dan bangga, terhadap 2. Pemakai sosial (Social use)
bangsa dan negara Indonesia, yang pada gilirannya akan
memudahkan pihak-pihak lain mempengaruhinya untuk Pemakai yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang.
menghancurkan bangsa dan negara.
Alasan pengguna NAPZA ini berbeda-beda dengan latar belakang 4. Penyalahgunaan (abuse), pemakaian sebagai suatu pola
individu dan lingkungan. penggunaanyang bersifat patologis/menyimpang minimal satu
bulan lamanya dan telah terjadi gangguan fungsi sosial atau
Faktor individu pekerjaan
- Rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba 5. Ketergantungan (Dependence), telah terjadi toleransi dan gejala
putus zat bila pemakai zat dihentikan atau dikurangi
- Bersikap tidak tegas terhadap tawaran/ pengaruh teman sebaya.
PENATALAKSANAAN
- Penilaian diri negatif ( Low self esteem) seperti merasa kurang
mampu dalam pelajaran, pergaulan, penampilan diri dan Pengobatan
status sosial ekonomi yang rendah.
- Kurang rasa percaya diri (Low self confidence) 1. Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan
detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau
- Mengurangi rasa tidak enak/sakit menghentikan gejala putus zat. detoksifikasi adalah proses
menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari tubuh
dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang
- Sikap memberontak terhadap peraturan dipakai atau dengan penurunan dosis obat pengganti.
- Identifikasi diri yang kabur akibat proses identifikasi denga orang Detoksifikasi bisa dilakukan dengan berobat jalan atau dirawat di
tua/pasangan hidup yang berjalan kurang baik rumah sakit. Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus menerus
selama satu sampai tiga minggu, hingga hasil tes urin menjadi negatif
- Depresi, dan cemas dari zat adiktif.
- Kepribadian dissosial ( perilaku menyimpang dari norma yang Ada dua cara yaitu:
berlaku) a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat
- Kurang menghayati ajaran agama yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja
sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan substitusi - Pada gangguan waham karena amfetamin atau kokain berikan
Injeksi Haloperidol 2.5-5 mg IM dan dilanjutkan peroral 3x2,5-5
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat mg/hari.
misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna
sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya - Pada gangguan waham karena ganja beri Diazepam 20-40 m
diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian 3. Pembersihan Racun/Detoksifikasi
substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala Fase pembersihan darah dan sirkulasi organ-organ tubuh lainnya pada
simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tubuh pencandu dari narkotika, psikotropika atau zat adiktif lainnya,
tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat sehingga darah menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh
tersebut. kembali normal. Proses ini dapat dilakukan melalui cara-cara
berikut :
2. Sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa 1) Cold Turkey (abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian
menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan pemakaian Narkoba secara tiba-tiba tanpa disertai dengan substitusi
atau menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga antidotum.
menimbulkan gejala pemutusan zat. 2) Bertahap atau substitusi bertahap, misalnya dengan Kodein,
Methadone, CPZ, atau Clocaril yang dilakukan secara tap off
Terapi yang dapat diberikan pada keadaan sindrom putus zat yaitu : (bertahap) selama 1 – 2 minggu.
3) Rapid Detoxification: dilakukan dengan anestesi umum (6 – 12
• Terapi putus zat opioida, terapi ini sering dikenal dengan istilah jam).
detoksifikasi. 4) Simtomatik: tergantung gejala yang dirasakan.
Terapi detoksifikasi dapat dilakukan dengan cara berobat jalan maupun Selain pembuangan racun tersebut, sistem DOCA mulai diterapkan
rawat inap. Lama program terapi detoksifikasi berbeda- beda ada yang sebagai salah satu cara paling mutakhir. Detoksifikasi opioid ini
1-2 minggu untuk detoksifikasi konvensional dan ada yang 24-48 jam efektif dan aman untuk penanggulangan awal ketergantungan opioid.
untuk detoksifikasi opioid dalam anestesi cepat (Rapid Opiate Lebih lanjut tentang DOCA :
Detoxification Treatment). Detoksifikasi hanyalah merupakan langkah http://www.kapanlagi.com/a/0000002207.html
awal dalam proses penyembuhan dari penyalahgunaan/ketergantungan
NAPZA. Deteksi Sekunder Infeksi
Pada tahap ini, biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap
Beberapa jenis cara mengatasi putus opioida : dan tes penunjang untuk mendeteksi penyakit atau kelainan yang
• Tanpa diberi terapi apapun,putus obat seketika (abrupt withdrawal menyertai para pecandu Narkoba, misalnya dari Hepatitis, AIDS,
atau cold turkey). Terapi hanya simptomatik saja. Untuk nyeri diberi TBC, penyakit seks menular, dll. Jika dalam pemeriksaan ditemukan
analgetika kuat seperti : Tramadol, Analgrtik non- narkotik,asam penyakit tersebut, biasanya dilakukan pengobatan medis terlebih
mefenamat dan sebagainya. Untuk rhinore beri dekongestan,misalnya dahulu sebelum penderita dikirim ke rumah rehabilitasi medis.
fenilpropanolamin, Untuk mual bermetopropamid, Untuk kolik beri Sebuah cara mencegah terjadinya penularan penyakit pada para
spasmolitik, Untuk gelisah beri antiansietas, Untuk insomnia beri penderita yang lain atau tenaga kesehatan.
hipnotika,misalnya golongan benzodiazepine.
• Terapi putus opioida bertahap (gradual withdrawal), Dapat diberi REHABILITASI
morfin,petidin,metadon atau kodein dengan dosis dikurangi sedikit
demi sedikit. Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
• Terapi putus opioida dengan substitusi non opioda Dipakai Clonidine terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi
dimulai dengan 17 mikrogram/kg BB perhari dibagi dalam 3-4 kali agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan
pemberian. Dosis diturunkan bertahap dan selesai dalam 10 hari. dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
Sebaiknya dirawat inap (bila sistole < 100 mmHg atau diastole < 70 Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental,
mmHg), terapi harus dihentikan. sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus
• Terapi putus opioida dengan metode Detoksifikasi cepat dalam memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001).
anestesi (Rapid Opioid Detoxification). Prinsip terapi ini hanya untuk
kasus single drug opiat saja, dilakukan di RS dengan fasilitas rawat
intensif oleh Tim Anestesiolog dan Psikiater, dilanjutkan dengan terapi Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani
menggunakan anatagonist opiat (naltrekson) lebih kurang 1 tahun. program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu)
• Terapi putus zat sedative/hipnotika dan alcohol Harus secara bertahap minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan
dan dapat diberikan Diazepam. Tentukan dahulu test toleransi dengan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan
cara : Memberikan benzodiazepin mulai dari 10 mg yang dinaikan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari,
bertahap sampai terjadi gejala intoksikasi. Selanjutnya diturunkan 2003).
kembali secara bertahap 10 mg perhari sampai gejala putus zat hilang.
• Terapi putus Kokain atau Amfetamin, Rawat inap perlu Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama
dipertimbangkan karena kemungkinan melakukan percobaan bunuh karena tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya,
diri. Untuk mengatasi gejala depresi berikan anti depresi. fasilitas, dan sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit.
• Terapi untuk waham dan delirium pada putus NAPZA Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami perawatan
selama 1 minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan Dengan demikian dapat dilaksanakan bentuk psikoterapi yang tepat
pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di bagi masing-masing klien rehabilitasi. Yang termasuk rehabilitasi
unit kejiwaan ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat
dianggap sebagai rehabilitasi keluarga terutama keluarga broken
rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6 home. Gerber (1983 dikutip dari Hawari, 2003) menyatakan bahwa
bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter konsultasi keluarga perlu dilakukan agar keluarga dapat memahami
sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja aspek-aspek kepribadian anaknya yang mengalami penyalahgunaan
bisa sampai 2 tahun.. NAPZA.
c. Rehabilitasi komunitas
Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka perawatan di Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal
ruang rehabilitasi tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu di dalam satu tempat. Dipimpin oleh mantan pemakai yang dinyatakan
ruang detoksifikasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan di bawah memenuhi syarat sebagai koselor, setelah mengikuti pendidikan dan
ini (bagan 1). pelatihan. Tenaga profesional hanya sebagai konsultan saja. Di sini
klien dilatih keterampilan mengelola waktu dan perilakunya secara
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi
detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan keinginan mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan
NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang selalu mencegah relaps. Dalam program ini semua klien ikut aktif dalam
terjadi (DepKes, 2001). Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna proses terapi. Mereka bebas menyatakan perasaan dan perilaku
NAPZA dapat: sejauh tidak membahayakan orang lain. Tiap anggota bertanggung
jawab terhadap perbuatannya, penghargaan bagi yang berperilaku
1. Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA positif dan hukuman bagi yang berperilaku negatif diatur oleh mereka
lagi sendiri.
2. Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA
3. Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya d. Rehabilitasi keagamaan
4. Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan karena waktu
baik detoksifikasi tidaklah cukup untuk memulihkan klien rehabilitasi
5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya masing-
6. Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam masing. Pendalaman, penghayatan, dan pengamalan keagamaan atau
pergaulan dengan lingkungannya. keimanan ini dapat menumbuhkan kerohanian (spiritual power) pada
diri seseorang sehingga mampu menekan risiko seminimal mungkin
Jenis program rehabilitasi: terlibat kembali dalam penyalahgunaan NAPZA apabila taat dan rajin
a. Rehabilitasi psikososial menjalankan ibadah, risiko kekambuhan hanya 6,83%; bila kadang-
kadang beribadah risiko kekambuhan 21,50%, dan apabila tidak sama
sekali menjalankan ibadah agama risiko kekambuhan mencapai
Program rehabilitasi psikososial merupakan persiapan untuk kembali ke 71,6%.
masyarakat (reentry program). Oleh karena itu, klien perlu dilengkapi
dengan pengetahuan dan keterampilan misalnya dengan berbagai kursus
atau balai latihan kerja di pusat-pusat rehabilitasi. Dengan demikian
diharapkan bila klien selesai menjalani program rehabilitasi dapat Tahap rehabilitasi
melanjutkan kembali sekolah/kuliah atau bekerja. Prinsip perawatan setiap rumah rehabilitasi narkoba yang ada di
Indonesia sangat beragam. Ada yang menekankan pengobatan hanya
pada prinsip medis, ada pula yang lebih menekankan pada prinsip
b. Rehabilitasi kejiwaan rohani. Atau memadukan kedua pendekatan tersebut dengan
komposisi yang seimbang.
Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar klien rehabilitasi yang
semua berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata Pembinaan Mental (Aftercare)
lain sikap dan tindakan antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka Sebelum kembali ke masyarakat, para penderita yang baru sembuh
dapat bersosialisasi dengan sesama rekannya maupun personil yang biasanya ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa
membimbing dan mengasuhnya. Meskipun klien telah menjalani terapi waktu sampai pasien siap secara mental dan rohani kembali ke
detoksifikasi, seringkali perilaku maladaptif tadi belum hilang, lingkungannya semula. Hal ini terjadi karena sebagian besar para
keinginan untuk menggunakan NAPZA kembali atau craving masih penderita umumnya putus sekolah dan tidak mempunyai kemampuan
sering muncul, juga keluhan lain seperti kecemasan dan depresi serta intelejensia yang memadai. Akibatnya, banyak di antara mereka
tidak dapat tidur (insomnia) merupakan keluhan yang sering menjadi rendah diri setelah keluar dari rumah rehabilitasi.
disampaikan ketika melakukan konsultasi dengan psikiater. Oleh karena
itu, terapi psikofarmaka masih dapat dilanjutkan, dengan catatan jenis
obat psikofarmaka yang diberikan tidak bersifat adiktif (menimbulkan Fase ini memegang pernan vital, dimana penderita ditumbuhkan
ketagihan) dan tidak menimbulkan ketergantungan. Dalam rehabilitasi kembali rasa kepercayaan diri pada penderita, menumbuhkan
kejiwaan ini yang penting adalah psikoterapi baik secara individual semangat dan keyakinan bahwa dia akan sembuh dan kembali
maupun secara kelompok. Untuk mencapai tujuan psikoterapi, waktu 2 normal, bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungannya. Yang
minggu (program pascadetoksifikasi) memang tidak cukup; oleh karena paling utama adalah pembinaan mental spiritual, keimanan dan
itu, perlu dilanjutkan dalam rentang waktu 3 – 6 bulan (program ketakwaan, serta kepekaan sosial kemasyarakatan. Proses ini bisa
rehabilitasi). meliputi program pembinaan jasmani dan rohani.
Periode proses aftercare sangat bervariasi, karena tahap ini merupakan - Jangan konsumtif
tahap yang terpenting dan sangat menentukan untuk mencegah si - Mencari kesibukan terbatas
penderita kembali ke lingkungannya yang semula. Berdasarkan data - Dalami spiritual
statistik tingkat keberhasilan penanganan kasus ketergantungan - Sabar dan menerima keadaan apa adanya
Narkoba secara medis tidak optimal (hanya 15-20%).
Kiat-Kiat Half Way House
Tahap Pengobatan - Hindari teman pemakai NAPZA.
Pertolongan Pertama - Upayakan tidak menjalin relasi intim.
Penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan - Bagi waktu antara bermain dan di rumah (orangtua).
makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan - Jangan konsumtif dengan keperluan kosmetika.
perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. - Tetap berkomunikasi dan terbuka.
Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai - Hindari sifat fait a compli.
puncak dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari akan hilang. - Usahakan tepat janji.
Terapi substitusi, hanya dapat digunakan untuk pasien- pasien Model Terapi Medis
ketergantungan heroin (opioida), karena itu sebutan lengkapnya adalah Model ini berakar dari beberapa konsep dalam teori fisiologis atau
terapi substitusi opioida. Untuk pengguna opioida hard core addict metabolisme, yang memandang perilaku adiksi obat sebagai sesuatu
(pengguna opioida yang telah bertahun- tahun menggunakan opioida yang terjadi karena faktor etiologis atau keturunan. Ada dua macam
suntikan), pecandu biasanya mengalami kekambuhan kronis sehingga model terapi yang berdasarkan pada konsep ini.
perlu berulang kali menjalani terapi ketergantungan. Kebutuhan akan
heroin (narkotika ilegal) diganti (substitusi), dengan narkotika legal. Pertama, yaitu konsep menyembuhkan kecanduan obat dengan
menggunakan obat lain. Contohnya adalah model terapi metadon
Beberapa obat yang biasa digunakan ialah: untuk pecandu opiat. Terapi ini didasarkan pada sebuah teori dari
Dole dan Nyswander yang menyatakan bahwa kecanduan opiat
adalah hasil dari defisiensi metabolik, sehingga harus diluruskan
• kodein dengan memberikan metadon.
• bufrenorphin
• metadone Kedua, yaitu konsep menyembuhkan kecanduan obat dengan cara
• naltrekson memandang adiksi obat sebagai suatu penyakit. Dari pendekatan teori
biologis ini lahirlah konsep “disease” yang apabila diterjemahkan
Obat-obatan ini dapat digunakan sebagai obat detoksifikasi maupun artinya adalah “penyakit”, atau bisa juga diartikan sebagai rasa tidak
sebagai terapi rumatan. Obat-obat ini diberikan sebagai pengganti nyaman. Terapi untuk konsep “penyakit” ini sangat berbeda dengan
heroin, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan pecandu, untuk terapi yang melihat perilaku adiksi sebagai penyimpangan sosial.
kemudian secara bertahap dosisnya diturunkan. Dalam terapi ini seorang pecandu dianggap sebagai pasien, dimana
mereka akan dibina dan diawasi secara ketat oleh tim dokter.
Kelemahan dari terapi ini adalah sifatnya yang “keras”, dimana
sumber: http://www.mediaindonesia.com/webtorial/ycab_old/? pasien direhabilitasi dengan konsep alergi. Karena pasien mempunyai
ar_id=MjY2 alergi terhadap narkoba, maka mereka tidak boleh mengkonsumsinya
seumur hidup.
Terapi Menyadari keterbatasan ini, maka konsep adiksi sebagai penyakit
Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu sangat mementingkan perkumpulan (fellowship) dari mereka yang
seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan merubah perilakunya mempunyai penyakit kecanduan narkoba untuk menjadi pendukung
menjadi lebih baik. satu sama lain.
PERAN & FUNGSI PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN Peran perawat ini diterjemahkan dalam perannya sebagai
PENYALAHGUNAAN NAPZA provider, edukator, advokator, dan role model.
Mekanisme koping
b. Faktor Lingkungan
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan:
1. denial dari masalah
2. proyeksi merupakan tingkah laku untuk melepaskan a. Faktor lingkungan pada waktu masih di dalam
diri dari tanggung jawab kandungan (faktor prenatal). Gisi ibu waktu hamil,
3. Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin,
adiktif radiasi, infeksi, stress, imunitas dan anoksia embrio.
KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN b. Faktor lingkungan setelah lahir ( Faktor post natal )
3. Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4 tahun) Pola pikir berdasar intuitif, penalaran
masih kaku, terpusat pada bagian bagian
terentu dari objek dan semata – mata
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu didasarkan atas penampakan objek.
menjadi tokoh sentral bila menghadapi persoalan.
Kedekatan ank laki – laki pada ibunya menimbulkan
gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus 3. Tahap operasional konkrit ( 7 – 12 tahun)
compleks.
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu
4. Fase Latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas ) objek yang diubah bagaimanapun bentuknya, bila
tidak ditambah atau dikurangi maka volumenya
tetap.
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan
aspek motorik dan kognitifnya. Disebut juga fase objek menurut berbagai macam cirinya seperti :
homosexual alamiah karena anak – nak mencari teman tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dst.
sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model)
sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.
4. Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
5. Fase Genitalia
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa
menghadapi objek – objek yang ia pikirkan. Pola
Alat reproduksi sudah mulai matang, heteroseksual dan pikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan dari
mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis berbagai sudut yang berbeda.
kelamin.
C. ERIKSON ( PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL )
B. PIAGET (PERKEMBANGAN KOGNITIF)
Proses perkembangan psikososial tergantung pada
Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan bagaimana individu menyelesaikan tugas
berpersepsi dan kemampuan mengakses informasi, berfikir perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting
logika, memecahkan masalah kompleks menjadi simple dan adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada
penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau tidak tidak mampu
dengan tugas perkembangannya. melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil
atau tersaing.
1. Trust vs. Misstrust ( 0 – 1 tahun) Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar
keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya pada umumnya. Pengalaman di masa lalu
menyebabkan konflik basic trust dan misstrust, bila menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk
anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi
mengembangkan kepercayaan diri terhadap bila tahap - tahap silam, ia memperoleh banyak
lingkungannya, ibu sangat berperan penting. pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung
dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.
2. Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)
8. Ego integrity vs Despair ( dewasa lanjut )
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan
baik sehingga terjadi peningkatan keterampilan Memasuki masa ini, individu akan menengok masa
motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, lalu. Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakan
perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan puas. Bila
kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan
akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu – ragu. timbul kekecewaan yang mendalam.
Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.
D. KOHLBERG (PERKEMBANGAN MORAL)
3. Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
1. Pra-konvensional
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh
percaya diri dan mandiri, anak akan mengembangkan wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap prilaku
kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas
melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam
sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu- tahap selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri
ragu, maka ia akan selalu merasa bersalah dan tidak dengan harapan – harapan lingkungan untuk
berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri. memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau
benda.
4. Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)
2. Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak
sekolah, tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain baik atau anak manis.
semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah
rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern
lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa 3. Purna Kkonvensional
percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah
diri. Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara
mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan
5. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun) penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di
sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya
serta rasa hormatnya terhadap orang lain.
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan
kelompoknya dan dorongan yang makin kuat untuk
mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berpikir bagaimana E. HUROLCK (PERKEMBANGAN EMOSI)
masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya
serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang
ia tidak akan bingung menghadapi perannya. berupa kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah
mengembangkan emosi heran, malu, gembira, marah dan
6. Intimacy vs Isolation ( dewasa awal ) takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat
tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. rangsangan yang diterimanya. Otak yang matang dan
Kesiapan membina hubungan dengan orang lain, pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar
perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang yang
terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan rasionalisasi
emosi dipengaruhi oleh harapan orang tua dan lingkungan
memproyeksikan
tanggung jawab terhadap perilakunya
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
mengurangi
jumlah alkohol atau obat yang dipakainya
1. Kondisi overdosis d. Sumber-sumber koping (support system) yang digunakan oleh klien
a. Tujuan : Klien tidak mengalami ancaman kehidupan
Rencana tindakan:
- Observasi tanda – tanda vital, kesadaran pada 15 menit pada 3 jam 2. Diagnosa Keperawatan
pertama, 30 menit pada 3 jam kedua tiap 1 jam pada 24 jam berikutnya
- Bekerja sama dengan dokter untuk pemberian obat Perlu diingat bahwa diagnosa keperawatan di ruang
- Observasi keseimbangan cairan detoksifikasi bisa berulang di ruang rehabilitasi karena timbul
- Menjaga keselamatan diri klien masalah yang sama saat dirawat di ruang rehabilitasi. Salah satu
- Menemani klien penyebab muncul masalah yang sama adalah kurangnya
- Fiksasi bila perlu motivasi klien untuk tidak melakukan penyalahgunaan dan
2. Kondisi intoksikasi ketergantungan zat. Hal lain yang juga berperan timbulnya
Tujuan: intoksikasi pada klien dapat diatasi, kecemasan masalah pada klien adalah kurangnya dukungan keluarga dalam
berkurang/hilang membantu mengurangi penyalahgunaan dan penggunaan zat.
Rencana tindakan:
a. Membentuk hubungan saling percaya Masalah keperawatan yang sering terjadi di ruang detoksifikasi
b. Mengkaji tingkat kecemasan klien adalah selain masalah keperawatan yang berkaitan dengan fisik
c. Bicaralah dengan bahasa yang sederhana, singkat mudah dimengerti juga masalah keperawatan seperti:
d. Dengarkan klien berbicara
e. Sering gunakan komunikasi terapeutik
f. Hindari sikap yang menimbulkan rasa curiga, tepatilah janji, memberi a. Koping individu tidak efektif: ketidakmampuan menahan sugesti
jawaban nyata, tidak berbisik di depan klien, bersikap tegas, hangat dan
bersahabat b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Kondisi withdrawl
a. Observasi tanda- tanda kejang
c. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, dan
b. Berikan kompres hangat bila terdapat kejang pada perut
seterusnya
c. Memberikan perawatan pada klien waham, halusinasi: terutama untuk
menuunkan perasaa yang disebabkan masalah ini: takut, curiga, cemas,
gembira berlebihan, benarkan persepsi yang salah Sedangkan masalah keperawatan di ruang rehabilitasi bisa sama
d. Bekerja sama dengan dokter dalam memberikan obat anti nyeri dengan di ruang detoksifikasi, maka fokus utama diagnosa
keperawatan NANDA di ruang rehabilitasi adalah:
4. Kondisi detoksikasi
a. Melatih konsentrasi: mengadakan kelompok diskusi pagi a. Koping keluarga tidak efektif: ketidakmampuan
b. Memberikan konselin untuk merubah moral dan spiritual klien
selama ini yang menyimpang, ditujukan agar klien menjadi manusia b. Kurang aktivitas hiburan, dan seterusnya
yang bertanggung jawab, sehat mental, rasa bersyukur, dan optimis
c. Mempersiapkan klien untuk kembali ke masyarakat, dengan bekerja
Contoh pohon masalah:
sama dengan pekerja social, psikolog.