Professional Documents
Culture Documents
TERHADAP
oleh:
Michelle Faith
SMAK 2
XI-IPA-1/18
KATA PENGANTAR
Michelle Faith
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................i
BAB 1 :
Pendahuluan..........................................1-2
BAB 2 :
Pembahasan..........................................3-9
BAB 3:
Kesimpulan..........................................10
Daftar Pustaka.....................................11
BAB I : Pendahuluan
Apakah definisi iman? Ibr 11:1 menjelaskan bahwa:
Mengasihi Musuh
Salah satu yang unik dari iman Kristen adalah mengasihi musuh. Kalau
Yesus meminta kita untuk mengasihi musuh, maka sebenarnya yang
Yesus inginkan : usahakanlah jangan menjadi musuh bagi orang lain
dan jangan menganggap orang lain sebagai musuh.
Rela Berkorban
Rela berkorban berarti memberikan diri untuk kepentingan orang lain;
dan hanya Yesus yang dapat memenuhi panggilan itu dengan
sempurna. Pengorbanan sampai mati yang Ia jalani bukan
pengorbanan yang biasa-biasa saja, melainkan pengorbanan yang
dijalani melalui penghukuman mati di kayu salib.
Setia
Kesetiaan seseorang akan tampak di dalam proses menuntaskan
upayanya, dari awal hingga akhir. Demikianlah Tuhan Yesus setia
untuk menyelamatkan manusia.
Tanpa Pamrih
Tindakan yang tanpa pamrih adalah tindakan atau perbuatan baik
yang dilakukan oleh seseorang demi kepentingan orang lain tanpa
mengharapkan imbalan. Tindakan seperti ini tidak akan dilakukuan
oleh seseorang jika tidak didasarkan atas kasih Tuhan.
Tidak Khawatir
Salah satu ciri orang yang memiliki iman adalah tidak khawatir, artinya
orang yang beriman itu hidup dalam pengharapan.
Bab II : Pembahasan
Apa yang dimaksud dengan “Pernikahan Agung”?
Definisi Pernikahan:
Pernikahan dapat dirumuskan sebagai :"Ikatan cinta kasih yang resmi
dan tetap antara seorang pria dan wanita yang saling menyerahkan
diri guna membangun suatu keluarga".
Ikatan cinta kasih berarti bahwa perkawinan tidak dapat dipaksakan,
cinta kasih akan mengutamakan kepentingan pasangan dan tidak
disamakan dengan pemuasan hawa nafsu, sebagai lambang ikatan,
suami istri sering mengenakan cincin lambang mata rantai yang
melambangkan orang sudah tidak bebas lagi.
3
Penyimpangan-penyimpangan ini telah menjadi gaya hidup modern,
menjadi satu dengan budaya. Hal ini dikarenakan masyarakat
menganggap perceraian adalah sesuatu yang biasa, tinggal seatap
dengan orang yang bukan pasangan hidup kita adalah biasa dan
pernikahan sesame jenis itu diperbolehkan dan wajar.
Karena apa yang sudah dipersatukan TUHAN, tak ada orang yang bisa
memisahkannya, dengan alasan apapun, karena di mata TUHAN,
keduanya tetap merupakan satu tubuh, walaupun mereka sudah
berpisah atau bercerai.
Orang mengikat diri seumur hidup. Yesus berkata : "apa yang telah
dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia." (Mat 19:6).
Persatuan tetap itu perlu untuk menjamin perkembangan yang sehat
dari anak-anak. Dalam dongeng, ayah atau ibu tiri menjadi sumber
penderitaan untuk anak-anak. Jika hidup berumah tangga sudah tidak
dapat dipertahankan lagi, suami istri dapat hidup berpisah, namun
mereka tetap terikat dan tidak bebas untuk menikah lagi.
Namun, apa jawaban Kristus tentang hubungan suami isteri ini setelah
praktek poligami sudah menjadi hal yang lumrah bahkan membudaya
di jaman-Nya? Apakah ia menyetujui poligami? Jawabannya bisa dibaca
dalam Kitab Matius 19:3-12. Dalam ayat-ayat ini, Kristus dengan
jelas menyatakan bahwa monogami menjadi kehendak Allah
sejak semula. Mari kita baca dan bahas bersama-sama. Untuk
terjemahan Indonesia, saya menggunakan kitab terjemahan LAI
(Lembaga Alkitab Indonesia) dan terjemahan Inggris (melengkapi
pemahaman kita karena adanya keterbatasan dari terjemahan bahasa
Indonesia), saya menggunakan New Living Translation SE.
Matius 19:3-12
Pada jaman Yesus, orang Farisi dikenal sebagai orang ‘penting’ yang
menjunjung tinggi Hukum Taurat. Yesus sendiri sering mengecam
mereka dengan menyebut mereka orang yang munafik dan
mengibaratkan mereka seperti kuburan yang luarnya putih namun
busuk di dalamnya. Orang Farisi tidak menyukai Yesus karena ajaran-
ajaran-Nya yang dianggap ‘berbeda’ dan sering menghabiskan waktu
dengan orang-orang berdosa. Dalam suatu kesempatan, orang-orang
Farisi ingin menjebak Yesus dengan membuat sebuah pertanyaan
tentang bolehkah seorang suami menceraikan isterinya dengan alasan
apa saja?
Orang Farisi kelihatannya tidak puas dan tidak bisa menerima dengan
jawaban Yesus ini. Mereka kemudian mempertanyakan mengapa Musa
mengijinkan perceraian dengan memberikan surat cerai. Apa jawaban
Yesus tentang hal ini? Ini menarik.
6
Yesus menjawab, karena ketegaran hatimu. Rupanya di jaman Musa,
umat Israel berkeras hati ingin kawin cerai. Musa akhirnya dengan
berat hati, menuruti kemauan umat yang bebal ini. Padahal, sejak
semula, manusia kawin cerai bukanlah kehendak Allah. Dalam
terjemahan NLT, but it was not what God had originally intended.
12 Ada orang yang tidak dapat kawin karena memang lahir demikian
dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang
lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena Kerajaan
Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.”
12 “Not everyone can accept this statement,” Jesus said. “Only those
whom God helps. Some are born as eunuchs, some have been made
eunuchs by others, and some choose not to marry for the sake of the
Kingdom of Heaven. Let anyone accept this who can.”
Yesus menjawab bahwa ada orang yang tidak dapat kawin karena
terlahir demikian (cacat), ada pula orang dijadikan demikian oleh
orang lain (kemaluannya dikebiri), dan ada orang yang secara sadar
memilih tidak kawin karena Kerajaan Sorga (Rasul Paulus). Jadi, biarlah
kita bisa mengerti bahwa ada tiga jenis orang yang membuat orang itu
tidak kawin.
8
Presentase
Disini dapat kita lihat bahwa perceraian biasa terjadi antara tahun
ketiga dan keempat setelah menjalankan pernikahan.
10
Daftar Pustaka
http://www.ladangtuhan.com/komunitas/index.php?
topic=3652.0;wap2. Kamis, 27 November 2008.
http://arsiplama.revival.or.id/seminar/kpp/bab11.html. Kamis, 27
November 2008.
http://www.kabar-baik.net/forum/viewtopic.php?t=496. Kamis, 27
November 2008.
http://www.bsos.umd.edu/socy/vanneman/socy441/trends/divorce.html
. Kamis, 27 November 2008.
11