Professional Documents
Culture Documents
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri yang cukup
penting di dunia, bahkan untuk beberapa komoditas menguasai pangsa pasar dunia.
Pentingnya komoditi ini bagi Indonesia, kendatipun menyumbang devisa relatif kecil
dibandingkan dengan total nilai ekspor, karena peranannya dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat cukup besar. Bahkan akhir-akhir ini harga jual minyak atsiri
meningkat tajam yang diiringi dengan meningkatnya penerimaan petani produsen
minyak atsiri tersebut. Minyak atsiri dapat dihasilkan dari berbagai bagian tanaman
seperti akar, batang, ranting, daun, bunga atau buah. Jenis tanaman yang dapat
menghasilkan minyak atsiri sekitar 150 - 200 species.
Minyak atsiri yang beredar di pasaran dunia sekitar 70 macam. Di Indonesia
terdapat sekitar 40 species tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri, namun
telah dikembangkan sekitar 12 macam dan yang ekspornya telah mantap baru 9 macam.
Di antara minyak atsiri yang cukup terkenal adalah minyak nilam. Di pasaran minyak
atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia dikenal paling baik dan menguasai pangsa
pasar 80 - 90%. Minyak nilam (patchouli oil) merupakan salah satu minyak atsiri yang
banyak diperlukan untuk bahan industri parfum dan kosmetik, yang dihasilkan dari
destilasi daun tanaman nilam (Pogostemon patchouli). Bahkan minyak nilam dapat pula
dibuat menjadi minyak rambut dan saus tembakau. Parfum yang dicampuri minyak
yang komponen utamanya patchouli alcohol (C15H26) ini, aroma harumnya akan
bertahan lebih lama.
Sentra produksi minyak nilam di Indonesia adalah Daerah Istimewa Aceh,
Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Daerah lain yang sedang mengembangkan
komoditi ini di antaranya adalah Bengkulu, Lampung dan beberapa daerah di Jawa.
Lebih dari 80% minyak nilam Indonesia dihasilkan dari Daerah Istemewa Aceh,
Sumatera Utara dan Sumatera Barat, yang sebagian besar produksinya diekspor ke
negara-negara industri.
1
2Disusun oleh: Arif Widianto, A.Md (Alumni D3 THP UNS Angkatan 2007)
2
3Disusun oleh: Arif Widianto, A.Md (Alumni D3 THP UNS Angkatan 2007)
dengan 77 negara tujuan ekspor. Singapura dan Amerika Serikat adalah penyerap
terbesar dengan nilai US$ 20 dan US$ 10 juta per tahun. Dari ekspor tersebut
minyak nilam mempunyai permintaan sebesar 60 %. Berdasarkan data yang
diberikan oleh seorang eksportir minyak nilam, kebutuhan minyak nilam dunia
berkisar antara 1.100-1.200 ton/ tahun, (Amik Krismawati, Tabloid Sinar Tani, 26
Januari-1 Februari 2005).
Petani
Petani-Penyuling
Pa
sa
r
Pengumpul
Agen
Pembersihan/
Eksportir
distilasi ulang
Pembeli luar
negeri
3
4Disusun oleh: Arif Widianto, A.Md (Alumni D3 THP UNS Angkatan 2007)
Petani
Petani-Penyuling
Agen Pengumpul
Pembersihan Eksportir
/distilasi ulang
Pembeli luar
negeri
4
5Disusun oleh: Arif Widianto, A.Md (Alumni D3 THP UNS Angkatan 2007)
5
6Disusun oleh: Arif Widianto, A.Md (Alumni D3 THP UNS Angkatan 2007)
6
7Disusun oleh: Arif Widianto, A.Md (Alumni D3 THP UNS Angkatan 2007)
sebanyak 44,69 juta atau 99,99 persen dari total unit usaha nasional. Sedangkan
penyerapan tenaga kerja pada UKM mencapai 77,68 persen atau 96,77 persen dari total
penyerapan tenaga kerja nasional.
Pada bagian lain, Ketua Panitia Penyelenggara Seminar Nasional Agribisnis
Nilamm Ezy Tarmizi SE mengemukakan, dari sisi peserta penyelenggaraan pameran
masih kurang memuaskan. Meski, dari segi materi seminar sudah cukup memadai.
Menurut Ezy, budidaya nilam dan ekspor minyak nilam ini patut ditingkatkan,
karena masih bisa bertahan kendati dalam suasana krisis perekonomian. Hanya saja,
diakui Ezy, minyak nilam sebagai komoditas ekspor yang mempunyai potensi tinggi ini,
masih digarap secara eksklusif.
Untuk waktu mendatang, Ezy mengatakan, berniat mengadakan seminar yang
berkaitan dengan mekanisme tata niaga minyak nilam. "Agar petani pembudidaya
mengetahui dengan pasti, mengenai aturan dan tata cara pemasaran, sekaligus dalam
upaya menstabilkan harga," jelas Ezy yang juga Komisaris PT Pemalang Agro Wangi,
salah satu perusahaan pengekspor minyak nilam.
Saat ini, sangat sedikit petani yang tertarik untuk berbudidaya nilam. Pasalnya,
banyak tengkulak yang mempermainkan harga beli daun nilam. Padahal, harga daun
nilam basah Rp 500 per kg, sementara untuk daun nilam kering Rp 800 per kg. Harga
itu kerap 'dirusak' tengkulak hingga hanya Rp 300 per kg untuk daun basah. (Budi Seno)
7
8Disusun oleh: Arif Widianto, A.Md (Alumni D3 THP UNS Angkatan 2007)
DAFTAR PUSTAKA