You are on page 1of 5

PENGERTIAN DASAR

ILMU KENEGARAAN
(Staatswissenschften)

A. Pengertian Ilmu Kenegaraan


Menurut Prof. R. Djokosutono, SH, dalam bidang Ilmu Kenegaraan
(Staatswissenschften) yang sangat terkenal ialah Georg Jellinek, seorang guru besar
pada Universitas Heidelberg (Berlin). Jellinek dalam menyusun sistematika ilmu
Negara tersebut mempergunakan metode van systematesering (metode sistematika).
Adapun ilmu Negara merupakan sebagian saja dari ilmu kenegaraan
(Staatswissenschften) atau Politicia (Plato); sedangkan yang dimaksudkan dengan ilmu
kenegaraan ialah ilmu pengetahuan mengenai suatu Negara (de wetenschap nopens de
staat). Sistematika ilmu Negara menurut Jellinek :
1. Ilmu pengetahuan Negara yang menekankan pada Negara sebagai objeknya yaitu
Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, dan Hukum Antarnegara;
2. Ilmu pengetahuan Negara yang menekankan pada segi hukumnya yaitu Hukum
Perdata, Hukum Pidana, dan Hukum Acara Pidana/Perdata;
Terdapat pula ajaran Jellinek yang disebut Zweiseiten Theorie, yaitu suatu teori
yang meninjau Negara dari dua sudut atau segi. Pandangan sosiologi dan pandangan
yuridis. Berdasarkan teori di atas timbul dua ilmu pengetahuan yakni :
1. Teori-teori umum mengenai Negara yang bersifat yuridis, bagian yang menunjuk
pada segi yuridis;
2. Teori-teori umum mengenai Negara yang bersifat sosial, bagian yang menunjuk
pada segi sosial.

B. Pengertian Pokok Istilah Negara


Adapun istilah Negara yang dikenal sekarang ini mulai timbul pada zaman
renaissance di Eropa pada abad ke-15. Kata Lo stato dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi Negara, pada waktu itu diartikan suatu sistem tugas atau fungsi
public dan alat-alat perlengkapan yang teratur di dalam wilayah (daerah) tertentu.
Beberapa arti istilah Negara menurut Van Apeldoorn dalam bukunya pengantar ilmu
hukum Belanda bahwa :
1. Istilah Negara dipakai dalam arti “penguasa”, untuk menyatakan orang atau
orang-orang yang melakukan kekuasaan tertinggi atas persekutuan rakyat yang
bertempat tinggal dalam suatu daerah;
2. Istilah Negara dalam arti “persekutuan rakyat”, yakni menyatakan suatu bangsa
yang hidup dalam suatu daerah, di bawah kekuasaan tertinggi, menurut kaidah-
kaidah hukum yang sama;
3. Negara mengandung arti “sesuatu wilayah tertentu”, dalam hal ini istilah Negara
dipakai untuk menyatakan sesuatu daerah di dalamnya diam suatu bangsa di
bawah kekuasaan tertinggi;
4. Negara terdapat dalam arti “kas Negara atau fiscus”, jadi untuk menyatakan harta
yang dipegang oleh penguasa guna kepentingan umum.

C. Teori Kenegaraan
Sifat dan hakikat Negara ditinjau dari segi historis :
1. Pada zaman Yunani Negara itu adalah Polis, yang kalau kita tinjau dari kacamata
sekarang artinya, Negara dengan segala sifat khususnya;
2. Di abad pertengahan kita lihat bahwa Negara adalah suatu organisasi masyarakat
yang bernama civitas terena (keduniawian) disamping civitas dei (keagamaan) dan
civitas academica (ilmiah);
3. Di permulaan abad modern ini dijumpai pandangan bahwa Negara adalah pemilik
suatu dinasti/imperium, dimana sebagai eksesnya yang paling menonjol tampak
dalam ungkapan : L’tat c’est moi.
4. Secara historis dijumpai pandangan bahwa sifat hakikat Negara itu adalah suatu
ikatan tertentu atau status tertentu. Yaitu status bernegara sebagai lawan dari status
belum bernegara.

Hakikat dari Tujuan Negara

a. Di dalam teori kenegaraan kelompok pertama dari teori-teori mengenai tujuan


Negara, ialah yang menganggap tujuan Negara adalah
memperoleh/mencapai/mempertahankan kekuasaan orang atau kelompok yang
berkuasa. Jadi, tujuan Negara ialah kekuasaan. Jelas teori ini mendukung dictator
(Machtstaat).
b. Yang kedua ialah kelompok teori-teori yang mengutamakan kemakmuran Negara
(etatisme). Teori ini berpangkal pada, bahwa yang penting ialah Negara. Dan
Negara itu adalah tujuan sendiri, dan bukan alat untuk mencapai kemakmuran
rakyata (type Polizeistaat).
c. Yang ketiga adalah kelompok teori-teori yang mengutamakan kemakmuran orang
seorang (individu). Kebebasan untuk mencapai kemakmuran ini dijamin dengan
undang-undang (hak-hak asasi). Jadi, ada kebebasan sepenuhnya (liberte-liberal)
untuk mencapai kemakmuran tanpa memperhatikan yang tidak mampu (type
Formele Rechtsstaat).
d. Yang keempat ialah kelompok yang mengutamakan kemakmuran rakyat dicapai
secara adil, sebagai tujuan bernegara (tipe Negara Hukum Material-Social Service
State).

Terjadinya Negara dalam teori kenegaraan pada umumnya dapat dilihat dari dua sudut
yaitu terjadinya Negara secara primair dan sekunder.

a. Negara yang terjadi secara primer adalah terjadinya Negara didasarkan atas
pemikiran teoritis-logis dihubungkan dengan sejarah teori kenegaraan. Tahap
pertama dari terjadinya Negara secara primair bahwa orang-orang yang mempunyai
kesamaan (nasib, budaya, kepentingan, dan lain-lain) membentuk suatu kelompok
yang dipimpin oleh yang terkemuka di antara yang sama.
b. Negara yang terjadi secara sekunder adalah terjadi Negara dilihat dalam lingkungan
Negara-negara lainnya. Sehingga masalah utama ialah masalah pengakuan dari
Negara lain, dan perlu pernyataan daripada Negara yang baru.

Tipe-tipe Utama Negara

a. Tipe Negara timur kuno (alt Orientalische Staaten) yang ciri utamanya ialah
teokrasi yang absolute;
b. Tipe negara yunani kuno, cirri utamanya ialah Negara kota dan demokrasi
langsung;
c. Tipe Negara romawi kuno, yang pada permulaannya berciri primus inter pares
(yang terkemuka di antara yang sama) kemudian berubah menjadi raja-raja absolute
(Caesar). Ciri yang lain ialah tradisi kodifikasi hukum;
d. Tipe Negara abad menengah, cirri utamanya ialah teokratis di samping feudal dan
dasar dualisme dalam bernegara;
e. Tipe Negara modern, cirri utamanya ialah :
- Kekuasaan tertinggi bersumber dari rakyat, (kedaulatan rakyat) yang dengan
sendirinya menimbulkan pemerintahan (oleh) rakyat;
- Demokrasi dan menggunakan sistem dan lembaga;
- Perwakilan.

Pembagian demokrasi

- Demokrasi barat (liberal);


- Demokrasi timur (demokrasi rakyat/proletar);
- Demokrasi tengah (Nazi, Fascis);
- Demokrasi sederhana lain-lain.

Empat status warga Negara

a. Status positif : memperoleh fasilitas dan jaminan untuk mendapatkan


kemakmuran dari Negara.
b. Status negatif : Negara tidak akan mencampuri hak asasi rakyatnya apabila tidak
perlu.
c. Status aktif : ikut dalam pemerintahan Negara.
d. Status pasif : tunduk pada ketentuan Negara.

Tiga teori fungsi Negara yang utama

1. Trias politica yang membagi fungsi Negara dalam


- Fungsi legislative
- Fungsi eksekutif
- Fungsi yudikatif
2. Catur praja yang meliputi :
- Fungsi perundang-undangan
- Fungsi pemerintahan
- Fungsi kehakiman
- Fungsi kepolisian
3. Dwipraja (dikotomi) yang meliputi :
- Fungsi pembentukan haluan Negara
- Fungsi pelaksanaannya

Jaminan Yuridis

1. Adanya suatu tata hukum yang logis dan konsisten dengan ide bernegara dan
sumbernya.
2. Adanya mekanisme pengawasan (menurut hukum) yang dengan sendirinya
mengisyaratkan adanya lembaga pertanggungjawaban.
3. Pengawasan dan pertanggungjawaban mengharuskan adanya aturan yang
pasti/tegas tentang lembaga atau badan yang melaksanakannya.
4. Adanya perumusan tentang sarana hukum serta jaminannya bahwa sarana hukum
tersebut dapat dipergunakan ataupun dimanfaatkan.

Jaminan Politik

Pembinaan iklim politik yang menunjang ide bernegara suatu bangsa. Kekuasaan/kekuatan
yang nyata di masyarakat ini lazimnya dipegang oleh the informal leaders, baik di bidang
kerohanian, pendidikan, perdagangan, dan kegiatan lainnya.
Jaminan Sosiologis

Penerimaan dari masyarakat luas terhadap ide bernegara. Apakah ide bernegara tersebut
memberikan harapan yang nyata akan tercapai kepentingan rakyat banyak sebagai yang
terumus dalam tujuan bernegara.

Pengakuan de facto

Pengakuan yang bersifat sementara terhadap munculnya suatu Negara baru, karena
kenyataannya Negara baru memang ada namun apakah prosedurnya melalui hukum, hal ini
masih dalam penelitian hingga akibatnya pengakuan yang diberikan bersifat sementara.

Pengakuan de Jure

Pengakuan yang seluas-luasnya dan bersifat tetap terhadap munculnya atau timbulnya atau
terbentuknya Negara baru, dikarenakan terbentuknya berdasarkan yuridis atau berdasar
hukum.

Penyebab keruntuhan Negara

a. Faktor alam
- Gunung meletus
- Pulau ditelan air laut
b. Faktor sosial
- Adanya penaklukan
- Adanya suatu revolusi
- Adanya perjanjian
- Adanya penggabungan

Pendapat Augustinus, Shang Yang dan John Locke tentang Tujuan Negara

Augustinus : tujuan Negara adalah dihubungkan dengan cita-cita manusia hidup di alam
kekal, yaitu sesuai dengan yang diinginkan Tuhan.

Shang Yang : tujuan Negara mencari kekuasaan semata, sehingga Negara identik dengan
penguasa.

John Locke : dengan pembentukan political or civil society, manusia itu tidak melepaskan
hak asasinya.

You might also like