Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Dhieto Basuki Putra (04094705078)
Elia Puspita Noviyanti (04094705008)
Kamalia Layal (04094705032)
Dzatien Nitaqayni Nurhasan (04094705023)
Riza Wahyuni (04094705072)
Wiji Kasroin Buana (04053100017)
Dewi Asmiah (04094705016)
Meirica Rosaline (04094705040)
Rahmat Adhi Ifnati (04061001054)
Pembimbing:
dr. Anita Masidin, MS, Sp.OK
Makalah berjudul
PELAKSANAAN DARIPADA LIMBAH (B3) RUMAH SAKIT
Oleh
telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Periode 25 Oktober - 18 Desember 2010
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pelaksanaan Daripada Limbah (B3) Rumah Sakit” dengan baik.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul........................................................................................... i
Halaman Pengesahan................................................................................. ii
Kata pengantar........................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................... iv
I PENDAHULUAN ............................................................................. 5
II DEFINISI & KLASIFIKASI LIMBAH............................................. 6
III POTENSI & DAMPAK LIMBAH B3 RUMAH SAKIT ................. 11
IV PELAKSANAAN LIMBAH (B3) RUMAH SAKIT ........................ 15
V PENUTUP ......................................................................................... 18
Daftar Pustaka............................................................................................ 19
iv
I. PENDAHULUAN
5
penanggulangan penyebaran penyakit. Sanitasi lingkungan rumah sakit juga
perlu diperhatikan secara cermat. Sanitasi lingkungan yang baik akan
berdampak kepada penghuni rumah sakit juga kepada masyarakat sekitar. 2
Pengelolaan limbah RS yang tidak baik akan memicu resiko
terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja,
dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada
masyarakat pengunjung RS. Tentu saja RS sebagai institusi yang sosio-
ekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang
dihasilkan. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan awak RS maupun
orang lain yang berada di lingkungan RS dan sekitarnya, Pemerintah
(Depkes) telah menyiapkan perangkat lunak berupa peraturan, pedoman dan
kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di
lingkungan RS, termasuk pengelolaan limbah RS.
Di samping itu secara bertahap dan berkesinambungan Depkes juga
telah mengupayakan instalasi pengelolaan limbah pada RS-RS pemerintah.
Namun pengelolaan limbah tersebut masih perlu ditingkatkan lagi. Tantangan
ke depan adalah bagaimana "menyulap" limbah yang semula menjadi sumber
penyakit yang ditakuti masyarakat menjadi bahan yang dapat didaur ulang,
misalnya menjadi air bersih, pupuk, atau energi yang dibutuhkan masyarakat. 1
Oleh karena itu, pada makalah ini kami menekankan mengenai penjelasan
pelaksanaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dapat di daur
ulang sehingga tidak membahayakan kehidupan masyarakat di dalam dan
disekitar rumah sakit.
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan
dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga,
industri, pertambangan, dan sebagainya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan
6
dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan
tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak
dikelola dengan baik. Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik)
apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan.3
Limbah dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1) Limbah organik yaitu limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup
(alami) dan sifatnya mudah busuk, seperti: kotoran hewan dan manusia,
sisa makanan, dan sisa-sisa tumbuhan mati. Bahan-bahan organik alami
namun sulit membusuk/terurai, seperti kertas, dan bahan organik
sintetik (buatan) yang juga sulit membusuk/terurai, seperti plastik dan
karet, tidak termasuk dalam limbah organic. Hal ini berlaku terutama
ketika orang memisahkan limbah padat (sampah) di tempat
pembuangan sampah untuk keperluan pengolahan limbah.
2) Limbah anorganik yaitu segala limbah yang tidak dapat atau sulit
terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai. Dalam hal
ini, bahan organik seperti plastik, kertas, dan karet juga dikelompokkan
sebagai limbah anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit diurai oleh
mikroorganisme sebab unsur karbonnya membentuk rantai kimia yang
kompleks dan panjang (polimer).
1) Limbah cair yaitu segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air
beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun
terlarut dalam air. Limbah ini dibagi lagi menjadi:
7
- Limbah cair industry (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil
buangan industry. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari
industry pengolahan makanan dan sisa dari pewarnaan kain/bahan
dari industry tekstil.
- Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair
yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran
pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau
melalui luapan dari permukaan.
- Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran
air hujan di atas permukaan tanah.
3) Limbah gas merupakan gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-
macam senyawa kimia. Misalnya, karbon monoksida (CO), karbon
8
dioksida (CO2), Nitrogen oksida (NOx), Sulfur dioksida (SOx), asam
klorida (HCl), Amonia (NH3), Metan (CH4), Klorin (Cl2). Limbah gas
yang dibuang ke udara biasanya mengandung partikel-partikel bahan
padatan, disebut materi partikulat.
Definisi
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah
B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan
hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap
materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya
mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan
lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.4
Identifikasi
Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua)
kategori, yaitu:
1) Berdasarkan sumber, terbagi atas:
o limbah B3 dari sumber spesifik;
o limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
9
o limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas
kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi.
2) Berdasarkan karakteristik, ditentukan dengan:
o mudah meledak;
o pengoksidasi;
o sangat mudah sekali menyala;
o sangat mudah menyala;
o mudah menyala;
o amat sangat beracun;
o sangat beracun;
o beracun;
o berbahaya;
o korosif;
o bersifat iritasi;
o berbahaya bagi lingkungan;
o karsinogenik;
o teratogenik;
o mutagenik.
Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak
dari PP No. 18 tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria,
yaitu:
o mudah meledak;
o mudah terbakar;
o bersifat reaktif;
o beracun;
o menyebabkan infeksi;
o bersifat korosif.
10
Suatu limbah diidentifikasikan sebagai limbah B3 berdasarkan
karakteristiknya apabila dalam pengujiannya memiliki satu atau lebih
kriteria atau sifat karakteristik limbah B3.4
Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini
menunjukan bahwa pemerintah sebenarnya memberikan perhatian
khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia. Hanya memang
perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari peraturan masih
sangat kurang di negara ini.
11
Dengan karakteistik yang dimilikinya, B3 mempengaruhi
kesehatan dengan mencelakakan manusia secara langsung (akibat ledakan,
kebakaran, reaktif dan korosif) dan maupun tidak langsung (toksik akut
dan kronis) bagi manusia.
Zat toksik yang dihasilkan oleh limbah B3 masuk ke tubuh
manusia melalui:
12
teratogenik (pendorong terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem
reproduksi. Bagian organ tubuh yang terkena pengaruh adalah: Ginjal
(umumnya disebabkan zat toksik Cadmium); Tulang (umumnya
disebabkan zat toksik Benzene); Otak (umumnya disebabkan zat toksik
Methyl Mercury); Liver (umumnya disebabkan zat toksik Carbon –
Tetrachlorida); Paru-paru (umumnya disebabkan zat toksik Paraquat);
Mata (umumnya disebabkan zat toksik Khloroquin). – Selain itu, dikenal
juga efek yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi.6
13
o Limbah bukan klinik; meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong
dan plastik yang tidak berkaitan dengan cairan badan. Meskipun tidak
menimbulkan resiko penyakit, limbah ini cukup merepotkan karena
memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan mambuangnya.
o Limbah patologi; dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya di-otoklaf
sebelum keluar dari unit patologi. Limbah ini pun harus diberi label
biohazard.
o Limbah dapur; mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai
serangga seperti kecoa, kutu dan tikus merupakan gangguan bagi staf,
pasien maupun pengunjung rumah sakit.
o Limbah radioaktif; walaupun tidak menimbulkan persoalan
pengendalian infeksi di rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu
diatur dengan baik. Pemberian kode warna yang berbeda untuk masing-
masing sangat membantu pengelolaan limbah tersebut.1
Berikut ini, beberapa zat yang termasuk ke dalam B3 yang sering
menyebabkan kelainan pada tubuh:
1) Kadmium (Cd)
14
(berdasarkan analisis pada tulang rusuk) menjadi 11.472 ppm. Warga
yang terserang mengeluh sakit pinggang selama bertahun-tahun dan
semakin lama semakin parah yang diikuti sakit pada tulang
punggungnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tulang-tulang
mengalami pelunakan dan kemudian menjadi rapuh. Kematian yang
terjadi di antara mereka terutama disebabkan gagal ginjal.
2) Timbal (Pb)
Timbal terdapat di air, tanah, tanaman, hewan dan udara. Zat ini
terbentuk akibat aktifitas manusia seperti pembakaran batu bara,
sampah, penyemprotan pestisida, asap pabrik dan akibat pembakaran
bensin di kendaraan. Timbal dan senyawanya mempengaruhi sistem
pusat syaraf dengan ciri-ciri keracunan, yaitu pusing, anemia, lemah
dan yang paling berbahaya adalah pengaruhnya terhadap sel darah
merah. Timbal dapat mengubah ukuran dan bentuk sel darah merah.
3) Merkuri (Hg)
15
lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya,
serta upaya pemanfaatan limbah.
Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan
pilihan teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya
limbah berbahaya antara lain reduksi limbah (waste reduction),
minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan limbah (waste
abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada
sumbemya (source reduction).
16
kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan
gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan
terkontrol.
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan
petunjuk pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses
kegiatan yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan
efisiensi yang cukup inggi, sebaiknya dilakukan pada saat
pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya.8
Alternatif teknologi pengolahan limbah B3 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
17
V. PENUTUP
18
kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada dilingkungan rumah
sakit dan sekitarnya perlu kebijakan sesuai manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring
limbah rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu
diperhatikan.
Melihat karakteristik dan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan
oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep
pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses
manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan
rumah sakit yang perlu diterapkan. Dengan pendekatan sistem tersebut,
pengelolaan lingkungan itu sendiri adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kualitas dengan menghasilkan limbah yang ramah lingkungan dan aman bagi
masyarakat sekitar.
Keterlibatan pemerintah yang memiliki badan yang menangani
dampak lingkungan, pihak manajemen puncak rumah sakit dan lembaga
kemasyarakatan merupakan kunci keberhasilan untuk melindungi masyarakat
dari dampak buangan / limbah rumah sakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
19
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/rekayasa_lingkungan/bab7_sistem
_pengelolaan_limbah_b3.pdf Accessed at May 20, 2010
20