You are on page 1of 20

Makalah

PELAKSANAAN DARIPADA LIMBAH (B3) RUMAH SAKIT

Oleh:
Dhieto Basuki Putra (04094705078)
Elia Puspita Noviyanti (04094705008)
Kamalia Layal (04094705032)
Dzatien Nitaqayni Nurhasan (04094705023)
Riza Wahyuni (04094705072)
Wiji Kasroin Buana (04053100017)
Dewi Asmiah (04094705016)
Meirica Rosaline (04094705040)
Rahmat Adhi Ifnati (04061001054)

Pembimbing:
dr. Anita Masidin, MS, Sp.OK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah berjudul
PELAKSANAAN DARIPADA LIMBAH (B3) RUMAH SAKIT
Oleh

Dhieto Basuki Putra (040094705078)


Elia Puspita Noviyanti (040094705008)
Kamalia Layal (04094705032)
Dzatien Nitaqayni Nurhasan (04094705023)
Riza Wahyuni (040094705017)
Wiji Kasroin Buana (04053100017)
Dewi Asmiah (04094705016)
Meirica Rosaline (04094705040)
Rahmat Adhi Ifnati (04061001054)

telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Periode 25 Oktober - 18 Desember 2010

Palembang, November 2010


Dosen Pembimbing

dr. Anita Masidin, MS, Sp.OK

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pelaksanaan Daripada Limbah (B3) Rumah Sakit” dengan baik.

Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dr. Anita Masidin, MS, Sp.OK, selaku dosen pembimbing yang telah
membantu penyelesaian makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik guna menyempurnakan makalah ini di masa mendatang. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman di FK Unsri dalam memperdalam
keilmuan di bidang kedokteran komunitas.

Palembang, November 2010

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul........................................................................................... i
Halaman Pengesahan................................................................................. ii
Kata pengantar........................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................... iv
I PENDAHULUAN ............................................................................. 5
II DEFINISI & KLASIFIKASI LIMBAH............................................. 6
III POTENSI & DAMPAK LIMBAH B3 RUMAH SAKIT ................. 11
IV PELAKSANAAN LIMBAH (B3) RUMAH SAKIT ........................ 15
V PENUTUP ......................................................................................... 18
Daftar Pustaka............................................................................................ 19

iv
I. PENDAHULUAN

Jutaan jenis sumber penyakit setiap saat mengancam lingkungan


kita. Sebagiannya berasal dari limbah, baik limbah industri, limbah rumah
tangga maupun limbah rumah sakit. Penelitian dan pencarian solusi terus
dilakukan. Tantangan ke depan adalah bagaimana mendaur ulang limbah
yang ditakuti menghasilkan bahan yang dibutuhkan.
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Kesehatan
menyebutkan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu Pemerintah
menyelenggarakan usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit,
pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan,
penerangan dan pendidikan kesehatan pada rakyat dan lain sebagainya. Usaha
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan harus dilakukan secara terus
menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan. Sejalan dengan itu, perlindungan terhadap bahaya pencemaran
lingkungan juga perlu mendapat perhatian khusus dan diharapkan mengalami
kemajuan.1
Dalam upaya memberikan layanan kesehatan, pemerintah dan pihak
swasta mendirikan rumah sakit dan berbagai layanan kesehatan terpadu.
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Kegiatan rumah sakit
menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas.
Rumah sakit tidak hanya menghasilkan sampah biasa, namun juga
menghasilkan sampah infeksius dan sampah medis lainnya yang dapat
mengganggu kesehatan dan salah satu media penyebaran penyakit. Jika
tidak diolah dengan benar, maka limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit dapat mencemari lingkungan. Pengelolaan limbah rumah
sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit
yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran
lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit dan upaya

5
penanggulangan penyebaran penyakit. Sanitasi lingkungan rumah sakit juga
perlu diperhatikan secara cermat. Sanitasi lingkungan yang baik akan
berdampak kepada penghuni rumah sakit juga kepada masyarakat sekitar. 2
Pengelolaan limbah RS yang tidak baik akan memicu resiko
terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja,
dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada
masyarakat pengunjung RS. Tentu saja RS sebagai institusi yang sosio-
ekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang
dihasilkan. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan awak RS maupun
orang lain yang berada di lingkungan RS dan sekitarnya, Pemerintah
(Depkes) telah menyiapkan perangkat lunak berupa peraturan, pedoman dan
kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di
lingkungan RS, termasuk pengelolaan limbah RS.
Di samping itu secara bertahap dan berkesinambungan Depkes juga
telah mengupayakan instalasi pengelolaan limbah pada RS-RS pemerintah.
Namun pengelolaan limbah tersebut masih perlu ditingkatkan lagi. Tantangan
ke depan adalah bagaimana "menyulap" limbah yang semula menjadi sumber
penyakit yang ditakuti masyarakat menjadi bahan yang dapat didaur ulang,
misalnya menjadi air bersih, pupuk, atau energi yang dibutuhkan masyarakat. 1
Oleh karena itu, pada makalah ini kami menekankan mengenai penjelasan
pelaksanaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dapat di daur
ulang sehingga tidak membahayakan kehidupan masyarakat di dalam dan
disekitar rumah sakit.

II. DEFINISI & KLASIFIKASI LIMBAH

Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan
dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga,
industri, pertambangan, dan sebagainya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan

6
dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan
tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak
dikelola dengan baik. Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik)
apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan.3
Limbah dapat diklasifikasikan berdasarkan:

a. jenis senyawa, dibagi menjadi:

1) Limbah organik yaitu limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup
(alami) dan sifatnya mudah busuk, seperti: kotoran hewan dan manusia,
sisa makanan, dan sisa-sisa tumbuhan mati. Bahan-bahan organik alami
namun sulit membusuk/terurai, seperti kertas, dan bahan organik
sintetik (buatan) yang juga sulit membusuk/terurai, seperti plastik dan
karet, tidak termasuk dalam limbah organic. Hal ini berlaku terutama
ketika orang memisahkan limbah padat (sampah) di tempat
pembuangan sampah untuk keperluan pengolahan limbah.
2) Limbah anorganik yaitu segala limbah yang tidak dapat atau sulit
terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai. Dalam hal
ini, bahan organik seperti plastik, kertas, dan karet juga dikelompokkan
sebagai limbah anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit diurai oleh
mikroorganisme sebab unsur karbonnya membentuk rantai kimia yang
kompleks dan panjang (polimer).

b. Wujud, dibagi menjadi:

1) Limbah cair yaitu segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air
beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun
terlarut dalam air. Limbah ini dibagi lagi menjadi:

- Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil


buangan dari rumahtangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan
sarana sejenis. Misalnya air deterjen sisa cucian, air sabun, tinja.

7
- Limbah cair industry (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil
buangan industry. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari
industry pengolahan makanan dan sisa dari pewarnaan kain/bahan
dari industry tekstil.
- Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair
yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran
pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau
melalui luapan dari permukaan.
- Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran
air hujan di atas permukaan tanah.

2) Limbah padat merupakan limbah yang terbanyak dilingkungan.


Biasanya limbah padat disebut sebagai sampah. Klasifikasi limbah
padat (sampah) menurut istilah teknis ada 6 kelompok:

- Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi


basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah busuk.
- Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu
limbah padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai
oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk, misalnya kertas,
plastic, kaca dan logam.
- Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya
hasil pembakaran.
- Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang
berupa bangkai binatang.
- Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan
jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan.
- Sampah industry (industrial waste), semua limbah padat buangan
industry.

3) Limbah gas merupakan gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-
macam senyawa kimia. Misalnya, karbon monoksida (CO), karbon

8
dioksida (CO2), Nitrogen oksida (NOx), Sulfur dioksida (SOx), asam
klorida (HCl), Amonia (NH3), Metan (CH4), Klorin (Cl2). Limbah gas
yang dibuang ke udara biasanya mengandung partikel-partikel bahan
padatan, disebut materi partikulat.

c. Sumber, dibagi menjadi:

1) Limbah domestik, adalah limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman


penduduk.
2) Limbah industri, merupakan buangan hasil proses industri.
3) Limbah pertanian, berasal dari daerah pertanian atau perkebunan.
4) Limbah pertambangan, berasal dari kegiatan pertambangan.3

d. Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)

Definisi
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah
B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan
hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap
materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya
mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan
lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.4
Identifikasi
Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua)
kategori, yaitu:
1) Berdasarkan sumber, terbagi atas:
o limbah B3 dari sumber spesifik;
o limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

9
o limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas
kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi.
2) Berdasarkan karakteristik, ditentukan dengan:
o mudah meledak;
o pengoksidasi;
o sangat mudah sekali menyala;
o sangat mudah menyala;
o mudah menyala;
o amat sangat beracun;
o sangat beracun;
o beracun;
o berbahaya;
o korosif;
o bersifat iritasi;
o berbahaya bagi lingkungan;
o karsinogenik;
o teratogenik;
o mutagenik.
Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak
dari PP No. 18 tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria,
yaitu:
o mudah meledak;
o mudah terbakar;
o bersifat reaktif;
o beracun;
o menyebabkan infeksi;
o bersifat korosif.

10
Suatu limbah diidentifikasikan sebagai limbah B3 berdasarkan
karakteristiknya apabila dalam pengujiannya memiliki satu atau lebih
kriteria atau sifat karakteristik limbah B3.4
Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini
menunjukan bahwa pemerintah sebenarnya memberikan perhatian
khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia. Hanya memang
perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari peraturan masih
sangat kurang di negara ini.

III. POTENSI DAN DAMPAK LIMBAH B3 RUMAH SAKIT


a. Potensi

Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan,


1997 diungkapkan seluruh RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan
121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS di Jawa dan Bali
menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per
tempat tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter
per tempat tidur per hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi
sampah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan
berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional
produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089 ton per hari dan
produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari.
Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi
RS untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan
kecelakaan serta penularan penyakit. Rumah sakit menghasilkan
limbah dalam jumlah besar, beberapa diantaranya membahyakan
kesehatan di lingkungannya. Di negara maju, jumlah limbah
diperkirakan 0,5 - 0,6 kilogram per tempat tidur rumah sakit per hari.5
b. Dampak

11
Dengan karakteistik yang dimilikinya, B3 mempengaruhi
kesehatan dengan mencelakakan manusia secara langsung (akibat ledakan,
kebakaran, reaktif dan korosif) dan maupun tidak langsung (toksik akut
dan kronis) bagi manusia.
Zat toksik yang dihasilkan oleh limbah B3 masuk ke tubuh
manusia melalui:

o Oral  yaitu melalui mulut dan kemudian saluran pencernaan, sulit


mencapai peredaran darah ;
o Inhalasi yaitu melalui saluran pernapasan, bersifat cepat memasuki
peredaran darah;
o Dermal yaitu melalui kulit sehingga mudah masuk ke dalam peredaran
darah;
o Peritonial   yaitu melalui suntikan, langsung memasuki peredaran darah.

Ada 4 proses yang dialami bahan beracun di dalam organisme,


yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan sekresi. Untuk mengetahui efek
negatif bahan toksikan tersebut di dalam tubuh, perlu diketahui perihal zat
toksik dan sistem biologis manusia serta interaksi antara keduanya.  Zat
toksik akan dibawa oleh darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh dan
kemudian mengganggu organ tubuh antara lain: keracunan neurotaksik, zat
toksik akan dibawa menuju otak,atau zat toksik akan ditimbun dan
diproses pada jaringan lemak, otot, tulang, syaraf, liver, pankreas, usus dan
kemudian setelah melalui proses- sisanya akan disekresikan ke luar
tubuh.Pengaruh limbah B3 terhadap mahluk hidup, khususnya manusia
terdiri atas 2 kategori yaitu: (1) efek akut, dan (2) efek kronis. Efek akut
dapat menimbulkan akibat berupa kerusakan susunan syaraf, kerusakan
sistem pencernaan, kerusakan sistem kardio vasculer, kerusakan sistem
pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian.  Sementara
itu, efek kronis dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong
terjadinya kanker), efek mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek

12
teratogenik (pendorong terjadinya cacat bawaan), dan kerusakan sistem
reproduksi. Bagian organ tubuh yang terkena pengaruh adalah: Ginjal
(umumnya disebabkan zat toksik Cadmium); Tulang (umumnya
disebabkan zat toksik Benzene); Otak (umumnya disebabkan zat toksik
Methyl Mercury); Liver (umumnya disebabkan zat toksik Carbon  –
Tetrachlorida); Paru-paru (umumnya disebabkan zat toksik Paraquat);
Mata (umumnya disebabkan zat toksik Khloroquin). – Selain itu, dikenal
juga efek yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi.6

Limbah RS mengandung bermacam mikroorganisme bergantung


pada jenis RS dan tingkat pengolahannya sebelum dibuang. Limbah cair
RS dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya
diukur dengan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Sedangkan
limbah padat RS terdiri atas sampah yang mudah membusuk, mudah
terbakar, dan Iain-lain. Limbah-limbah tersebut kemungkinan besar
mengandung mikroorganisme pathogen atau bahan kimia beracun
berbahaya . (B3) yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan dapat
tersebar ke lingkungan RS gara-gara teknik pelayanan kesehatan yang
kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan
peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masih
buruk.
Jenis-jenis limbah RS meliputi:
o Limbah klinik; dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin,
pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Contohnya perban
(pembalut) yang kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi,
jarum dan semprit bekas, kantung urin dan produk darah. Limbah ini
mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman
terhadap pasien lain, staf rumah sakit dan populasi umum (pengunjung
RS dan penduduk sekitar RS). Oleh karena itu perlu diberi label yang
jelas sebagai resiko tinggi.

13
o Limbah bukan klinik; meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong
dan plastik yang tidak berkaitan dengan cairan badan. Meskipun tidak
menimbulkan resiko penyakit, limbah ini cukup merepotkan karena
memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan mambuangnya.
o Limbah patologi; dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya di-otoklaf
sebelum keluar dari unit patologi. Limbah ini pun harus diberi label
biohazard.
o Limbah dapur; mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai
serangga seperti kecoa, kutu dan tikus merupakan gangguan bagi staf,
pasien maupun pengunjung rumah sakit.
o Limbah radioaktif; walaupun tidak menimbulkan persoalan
pengendalian infeksi di rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu
diatur dengan baik. Pemberian kode warna yang berbeda untuk masing-
masing sangat membantu pengelolaan limbah tersebut.1
Berikut ini, beberapa zat yang termasuk ke dalam B3 yang sering
menyebabkan kelainan pada tubuh:
1) Kadmium (Cd)

Sebagian Cd yang diabsorbsi tubuh akan mengumpul di dalam ginjal,


hati dan sebagian dibuang keluar melalui saluran pencernaan.
Keracunan Cd dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah.
Akibatnya, tekanan darah menjadi tinggi yang kemudian dapat
menyebabkan terjadinya gagal jantung dan ginjal. Contoh Kasus.
Keracunan Cd pernah terjadi di Toyama, Jepang.  Beras yang dimakan
penduduk di daerah tersebut berasal dari tanaman padi yang selama
bertahun-tahun mendapat air yang tercemar Cd. Endapan Cd yang
terakumulasi di dalam padi kemudian mengalami biomagnification
(pembesaran biologi) dalam tubuh penduduk setempat. Logam Cd yang
ada dalam air pengairan ternyata berasal dari limbah industri seng dan
timah hitam yang berada di sebelah hulu. Kandungan Cd dalam padi
tercatat hanya 1,6 ppm namun setelah mengalami pembesaran biologi

14
(berdasarkan analisis pada tulang rusuk) menjadi 11.472 ppm. Warga
yang terserang mengeluh sakit pinggang selama bertahun-tahun dan
semakin lama semakin parah yang diikuti sakit pada tulang
punggungnya.  Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tulang-tulang
mengalami pelunakan dan kemudian menjadi rapuh. Kematian yang
terjadi di antara mereka terutama disebabkan gagal ginjal.

2) Timbal (Pb)

Timbal terdapat di air, tanah, tanaman, hewan dan udara. Zat ini
terbentuk akibat aktifitas manusia seperti pembakaran batu bara,
sampah, penyemprotan pestisida, asap pabrik dan akibat pembakaran
bensin di kendaraan. Timbal dan senyawanya mempengaruhi sistem
pusat syaraf dengan ciri-ciri keracunan, yaitu pusing, anemia, lemah
dan yang paling berbahaya adalah pengaruhnya terhadap sel darah
merah. Timbal dapat mengubah ukuran dan bentuk sel darah merah.

3) Merkuri (Hg)

Gejala keracunan merkuri ditandai dengan sakit kepala, sukar menelan,


penglihatan menjadi kabur dan daya pendengaran menurun. Selain itu
orang yang keracunan merkuri merasa tebal di bagian kaki dan
tangannya, mulut tersumbat oleh logam, gusi membengkak dan diare. 
Kematian dapat terjadi pada kondisi tubuh yang makin melemah.
Wanita yang hamil akan melahirkan bayi yang cacat.6

IV. PELAKSANAAN LIMBAH B3 RUMAH SAKIT

Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi


volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau
kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan
pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya
preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke

15
lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya,
serta upaya pemanfaatan limbah.
Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan
pilihan teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya
limbah berbahaya antara lain reduksi limbah (waste reduction),
minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan limbah (waste
abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada
sumbemya (source reduction).

Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus


dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu
mencegah atau mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses
produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke
lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar. Hal ini
banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta
mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah.7

Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya


adalah:
1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam
menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran,
tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi
dengan sebaik mungkin.
2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah
menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat
mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan
limbah.
3 Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian
alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar
persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses

16
kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan
gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan
terkontrol.
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan
petunjuk pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses
kegiatan yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan
efisiensi yang cukup inggi, sebaiknya dilakukan pada saat
pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya.8

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari


karakteristik dan kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk
pengolahan dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut:
1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi,
pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan
cairan dan penyisihan komponen-komponen spesifik dengan
metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dan lain-lain.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi
racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut,
penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat
penimbunan akhir.
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi
limbah menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi
pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu
materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg,
maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10
gr.4

Alternatif teknologi pengolahan limbah B3 dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

17
V. PENUTUP

Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan


dampak positif bagi masyarakat sekitarnya tetapi juga mungkin dampak
negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang
dibuang tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakit yang
tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan
penyakit dari pasien ke pasien yang lain maupun dari dan kepada masyarakat
pengunjung rumah sakit. Oleh karena itu untuk menjamin keselamatan dan

18
kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada dilingkungan rumah
sakit dan sekitarnya perlu kebijakan sesuai manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring
limbah rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu
diperhatikan.
Melihat karakteristik dan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan
oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep
pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses
manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan
rumah sakit yang perlu diterapkan. Dengan pendekatan sistem tersebut,
pengelolaan lingkungan itu sendiri adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kualitas dengan menghasilkan limbah yang ramah lingkungan dan aman bagi
masyarakat sekitar.
Keterlibatan pemerintah yang memiliki badan yang menangani
dampak lingkungan, pihak manajemen puncak rumah sakit dan lembaga
kemasyarakatan merupakan kunci keberhasilan untuk melindungi masyarakat
dari dampak buangan / limbah rumah sakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahayu, A, Nugroho, B. Pengolahan Limbah Rumah Sakit. (Serial online:


May 2010). Available from:
http://www.docstoc.com/docs/21610140/Pengelolaan-Limbah-Rumah-Sakit-
Laporan-Amin-Rahayu-dan-Budi Accessed at May 20, 2010

2. Anonim. Sistem Pengelolaan Limbah B3. (Serial online: May 2010).


Available from:

19
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/rekayasa_lingkungan/bab7_sistem
_pengelolaan_limbah_b3.pdf Accessed at May 20, 2010

3. Abidin, MZ. Pengertian dan Pengelompokan Limbah. (Serial online: May


2010). Available from:
http://meetabied.wordpress.com/2010/01/14/pengertian-dan-pengelompokan-
limbah-lingkungan-2/ Accessed at May 21, 2010

4. Anonim. Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya. (Serial online:


May 2010). Available from: http://pirba.hrdp-
network.com/e5781/e5795/e6331/e10049/eventReport10240/MaterialaboutLi
quidWasteTreatment.pdf Accessed at May 21, 2010

5. Sabayang P, Muljadi, Budi P. Konstruksi Dan Evaluasi Insinerator Untuk


Limbah Padat Rumah Sakit. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan. Bandung: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan. 1996.

6. Anonim. Dampak Limbah B3 Bagi Manusia Dan Kesehatan Lingkungan.


(Serial online: May 2010). Available from:
http://www.kenarimgz.com/liputan/lingkungan/dampak-limbah-b3.html
Accessed at May 22, 2010

7. Hananto WM. Mikroorganisme patogen limbah cair rumah sakit dan


dampak kesehatan yang ditimbulkannya. Bul Keslingmas : 18 (70) 1999: 37-
44

8. Arthono A. Perencanaan pengolahan limbah cair untuk rumah sakit dengan


metode lumpur aktif. Media ISTA : 3 (2) 2000: 15-8

20

You might also like