Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang Bambu merupakan sumber yang dapat diperbaharui dan banyak
tersedia di Indonesia. Dari sekitar 1.250 jenis bambu yang sudah
dikenal di dunia, 11%-nya merupakan jenis asli Indonesia. Jumlah dan
jenis bambu terbanyak terdapat di Sumatera (56 jenis) dan Jawa (60
jenis). Orang Indonesia juga sudah terbiasa memanfaatkan bambu
untuk keperluan hidup sehari-hari, misalnya untuk meubel, konstruksi
rumah, bilik, peralatan pertanian, kerajinan, alat musik, dan makanan.
Sayangnya, multimanfaat bambu tersebut tidak sebanding dengan nilai
bambu itu sendiri. Bambu belum menjadi prioritas pengembangan
karena selama ini bambu dianggap sebagai poor man’s timber—citra
bahan milik orang miskin.
Bambu yang dipanen dengan baik dan atau diawetkan merupakan
bahan yang kuat, fleksibel, dan murah untuk membuat bangunan
permanen, furnitur, kerajinan tangan, instalasi ruang, dan sebagainya
yang dapat dijadikan pengganti kayu yang kian langka.
Perlu adanya penyebarluasan pengetahuan dan keterampilan
mengenai pemanfaatan bambu melalui pelatihan-pelatihan.
Pemanfaatan bambu untuk konstruksi bangunan dan pemanfaatan
lainnya harus diintegrasikan dengan upaya-upaya pelestarian agar
bambu tetap tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik.
Dalam upaya melestarikan dan memanfaatkan bambu secara
berkelanjutan, maka pelibatan masyarakat menjadi sangat penting,
baik sebagai produsen maupun konsumen.
1
Output 1. Peserta mengenal jenis-jenis bambu dan karakteristiknya sertra
prinsip-prinsip dasar pengelolaannya dari hulu hingga hilir.
2. Peserta memiliki keterampilan mengenai bambu dan dapat
mengembangkannya menjadi bisnis yang mandiri.
Outcome Terciptanya tenaga-tenaga ahli bambu yang siap bekerja, baik untuk
dirinya sendiri maupun lembaga, secara berkelanjutan.
2. Pelatihan Furnitur
Di Indonesia bambu telah lama digunakan untuk perabot rumah
tangga, namun belakangan ini banyak ditinggalkan karena dianggap
sebagai bahan “murahan”. Terkait dengan itu, SaBa telah
mengembangkan disain furnitur layak bersaing dengan furnitur-furnitur
dari bahan lain. SaBa dengan beberapa tukang bambu profesional
yang telah menjelajah berbagai tempat, baik di dalam maupun luar
negeri, siap menyelenggarakan pelatihan bagi pihak-pihak yang
2
berminat.
Tujuan: transfer teknologi dan keterampilan tentang bambu kepada
masyarakat agar mampu mengembangkan usaha bambu (furnitur)
secara mandiri.
Waktu: satu minggu
Materi: pengenalan jenis-jenis bambu, teknik memotong, teknik
melubangi, teknik menyambung, finishing, dan eksplorasi disain.
3. Pelatihan Konstruksi
Menurut Prof. Morisco, Kepala Laboratorium Teknik Struktur UGM,
bambu memiliki kekuatan cukup tinggi. Kuat tariknya dapat
dipersaingkan dengan baja. Karena potensi kekuatan itu, maka SaBa
mengembangkan konstruksi bambu (rumah, gudang, gazebo, rumah
makan, dll) yang kuat, tahan gempa, awet, dan nyeni dengan
mensinergikan kerja teknisi sipil, arsitek, pengrajin, tukang, dan
perusahaan. Setelah memiliki pengalaman membangun konstruksi
bambu di berbagai tempat, maka SaBa menawarkan pelatihan
konstruksi bambu kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
Tujuan: mengenalkan bangunan bambu yang tahan gempa, kuat,
awet, dan mudah pembuatannya.
Waktu: dua minggu.
Materi: pengenalan jenis dan sifat-sifat bambu; pengenalan alat,
praktik membuat lubang, praktik membuat sambungan, praktik
merangkai, praktik membuat koneksi beton dan bambu, dan praktif
finishing.
4. Pelatihan Pengawetan
Bambu adalah bahan yang sangat rentan terhadap serangan kumbang
bubuk dan jamur. Tanpa pengawetan, produk dari bambu akan
diserang kumbang bubuk dan jamur dalam hitungan bulan dan hanya
mampu bertahan paling lama tiga tahun. Jangan khawatir tentang itu
karena SaBa adalah ahlinya bambu awet. SaBa siap menanggung
resiko dibenci kumbang bubuk dan jamur. Seluruh pori-pori bambu,
dengan tekanan, diisi oleh konsentrat garam dan asam yang telah teruji
keampuhannya menjadikan bambu awet hingga berpuluh-puluh tahun.
Kami memiliki fasilitas pengawetan bambu dan siap berbagi
pengalaman pada pihak-pihak yang bersungguh-sungguh hendak
mengembangkan bambu awet dan berkomitmen menjadi mitra SaBa di
masa depan.
Tujuan: memperkenalkan teknis pengawetan menggunakan model
VSD
Waktu: satu siklus pengawetan (20 hari)
Materi: pengenalan dan pencampuran bahan pengawet, pemilihan
3
bambu, pencucian, pelubangan, pengisian, pengeringan, serta
perlakukan paska pengawetan.
Catatan:
Ö Peralatan pendukung seperti gergaji, batu asah, dan palu disediakan peserta.
Ö Uang makan untuk pelatih bisa dikelola oleh peserta jika pelatih makan di lokasi.
Jika pelatih memutuskan untuk pulang ke Jogja setiap hari, maka uang makan
yang dikelola peserta hanya untuk makan siang setiap harinya.