Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sedangkan sistem hukum pidana saudi arabia adalah hukum pidana islam
tradisional sebagaimana terdapat dalam alquran, hadis ,kitab-kitab piqih materinya
mencakup hudud qisas/diyat dan ta’zir dan pidana rajam sudah diganti dengan eksekusi
pidana mati.3
1.2. Tujuan
Dalam karya tulis ini permasalahan yang akan di bahas yaitu mengenai hal-hal sebagai
berikut :
Adapun rumusan masalah yang akan disajikan penulis dalam karya tulis ini
adalah sebagai berikut:
1. sebutkan yang menjadi dasar sistem hukum indonesia dengan arab saudi?
2. bagaimana proses beracara dalam persidangan di negara indonesia dengan arab
saudi ?
3. jelaskan proses pelaksanaan sanksi pidana di negara indonesia dan negara saudi
arabia ?
Sistematika penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan karyatulis ini adalah :
Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang masalah ,tujuan, dan rumusan
masalah
Bab III Penutup, dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai kesimpulan.
PEMBAHASAN
Misalnya Indonesia dan Malaysia dua bangsa serumpun, tetapi dipisahkan dalam
sistem hukumnya oleh masing-masing penjajah, yaitu Belanda dan Inggris. Akibatnya,
meskipun kita telah mempunyai KUHAP hasil ciptaan bangsa Indonesia sendiri, namun
sistem dan asasnya tetap bertumpu pada sistem Eropa Kontinental (Belanda), sedangkan
Malaysia, Brunei, Singapura bertumpu kepada sistem Anglo Saxon.
4
Prof. Dr. jur Andi Hamzah Hukum Acara Pidana Indonesia (Edisi Kedua Sinar Grafika, Jakarta 2008)
Hal 33
1.b acara persidangan pidana di indonesia5
1.b.a) Penyelidikan
Merupakan suatu rangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
penyidikan lebih lanjut.
1.b.b)penyidikan
Suatu rangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan barang bukti,
dengan bukti tersebut membuat terang tentang kejahatan atau pelanggaran yang terjadi
dan guna menemukan tersangkanya.
1.b.c) penuntutan
Tindakan JPU untuk melimpahkan perkara pidana ke PN yang berwenang dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam hukum acara pidana dengan permintaan supaya diperiksa
oleh hakim di sidang pengadilan.
1.b.d.1). Dakwaan
Surat dari Penuntut Umum yang menunjuk atau membawa suatu perkara pidana ke
pengadilan apabila cukup alas an untuk mengadakan penuntutan terhadap tersangka yang
memuat peristiwa-peristiwa dan keterangan-keterangan mengenai Locus serta Tempus
dimana perbuatan tersebut dilakukan, dan keadaan-keadaan terdakwa melakukan
perbuatan tersebut, terutama keadaan yang meringankan dan memberatkan kesalahan
terdakwa.
Alat pembelaan dengan tujuan utama untuk menghindarkan diadakannya putusan tentang
pokok perkara, karena apabila eksepsi ini diterima oleh PN, maka pokok perkara tidak
perlu diperiksa dan diputus.
5
Diktat Hukum Acara Pidana Oleh Mohamad Assegaf, SH
untuk menambah pengetahuan hakim dalam penyeesaian perkara. Keterangan ahli
diberikan sesuai dengan keahlian dari ahli tersebut
1.b.d.6.a)REPLIK JPU
1. Duplik ini diajukan secara tertulis dan dibacakan oleh pansehat hukum
dipersidangan terhadap replik JPU
2. Duplik tersebut diserahkan kepada Hakim Ketua sidang dan turunannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan
Hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan tingkat
pertama
Karena putusan itu tidak luput dari kekeliruan atau kekhilafan, bahkan tidak mustahil
memihak, oleh karena itu demi kebenaran dan keadilan setiap putusan hakim
dimungkinkan untuk diperiksa ulang agar kekeliruan putusan tersebut dapat diperbaiki
Upaya hukum yang dilakukan ke Mahkamah Agung sebagai pengawas tertinggi atas
putusan-putusan pengadilan lain.
Terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari pengadilan
selain MA, dapat diajukan Kasasi oleh Jaksa Agung.
terhadap putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali putusan
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat
mengajukan PK ke MA.
Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap seseorang yang telah
bersalah melanggar ketentuan-ketentuan dalam undang-undang hukum pidana, dalam
Pasal 10 KUHP ditentukan macam-macam hukuman yang dapat dijatuhkan, yaitu sebagai
berikut :
1.c.a)Hukuman-Hukuman Pokok6
1. Hukuman mati, tentang hukuman mati ini terdapat negara-negara yang telah
menghapuskan bentuknya hukuman ini, seperti Belanda, tetapi di Indonesia
sendiri hukuman mati ini kadang masih di berlakukan untuk beberapa hukuman
walaupun masih banyaknya pro-kontra terhadap hukuman ini.
2. Hukuman penjara, hukuman penjara sendiri dibedakan kedalam hukuman penjara
seumur hidup dan penjara sementara. Hukuman penjara sementara minimal 1
tahun dan maksimal 20 tahun. Terpidana wajib tinggal dalam penjara selama
masa hukuman dan wajib melakukan pekerjaan yang ada di dalam maupun di luar
penjara dan terpidana tidak mempunyai Hak Vistol.
3. Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat hukuman penjara dan
dijatuhkan karena kejahatan-kejahatan ringan atau pelanggaran. Biasanya
terhukum dapat memilih antara hukuman kurungan atau hukuman denda.
Bedanya hukuman kurungan dengan hukuman penjara adalah pada hukuman
kurungan terpidana tidak dapat ditahan diluar tempat daerah tinggalnya kalau ia
tidak mau sedangkan pada hukuman penjara dapat dipenjarakan dimana saja,
pekerjaan paksa yang dibebankan kepada terpidana penjara lebih berat
dibandingkan dengan pekerjaan yang harus dilakukan oleh terpidana kurungan
dan terpidana kurungan mempunyai Hak Vistol (hak untuk memperbaiki nasib)
sedangkan pada hukuman penjara tidak demikian.
4. Hukuman denda, Dalam hal ini terpidana boleh memilih sendiri antara denda
dengan kurungan. Maksimum kurungan pengganti denda adalah 6 Bulan
5. Hukuman tutupan, hukuman ini dijatuhkan berdasarkan alasan-asalan politik
terhadap orang-orang yang telah melakukan kejahatan yang diancam dengan
hukuman penjara oleh KUHP.
6
Pengantar Ilmu hukum, Subandi AL Marsudi, S.H, M.H, Hal. 146-154
1. Pencabutan hak-hak tertentu.
Hak si bersalah, yang boleh dicabut dalam putusan hakim dalam hal yang
ditentukan dalam kitab undang-undang ini atau dalam undang-undang umum lainnya,
ialah
Hakim berkuasa memecat seorang pegawai negeri dari jabatannya apabila dalam
undang-undang umum ada ditunjuk pembesar lain yang semata-mata berkuasa
melakukan pemecatan itu.
Karena suatu putusan perkara mengenai diri terpidana, maka barang yang
dirampas itu adalah barang hasil kejahatan atau barang milik terpidana yang dirampas itu
adalah barang hasil kejahatan atau barang milik terpidana yang digunakan untuk
melaksanakan kejahatannya. Hal ini diatur dalam pasal 39 KUHP yang berbunyi:
(1) Barang kepunyaan si terhukum yang diperolehnya dengan kejahatan atau dengan
sengaja telah dipakainya untuk melakukan kejahatan, boleh dirampas.
(2) Dalam hal menjatuhkan hukuman karena melakukan kejahatan tidak dengan
sengaja atau karena melakujkan pelanggran dapat juga dijatuhkan perampasan,
tetapi dalam hal-hal yang telah ditentukan oleh undang-undang.
(3) Hukuman perampasan itu dapat juga dijatuhkan atsa orang yang bersalah yang
oleh hakim diserahkan kepada pemerintah, tetapi hanyalah atas barang yang telah
disita.
Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat manusia, baik Muslim mahupun bukan Muslim. Selain berisi hukum dan
aturan, Syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh
sebahagian penganut Islam, Syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna
seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.
• Asas Syara'
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al
Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana Al Quran itu Asas Pertama
Syara' dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara'. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat
Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad saw hingga
akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang
memungkinkan umat Islam tidak mentaati syari'at Islam, ialah keadaan yang terpaksa
atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut
tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam
memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka
segera kembali kepada ketentuan syari'at yang berlaku.
1) Hukum taklifi
adalah sesuatu yang menunjukkan tuntutan untuk berbuat, atau tuntutan untuk
meninggalkan, atau boleh pilih antara berbuat dan meninggalkan. Contoh:
a) Al-Qur'an
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia
hingga akhir zaman (Saba' QS 34:28). Sebagai sumber Ajaran Islam juga disebut sumber
pertama atau Asas Pertama Syara'.Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun
dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia Dalam upaya
memahami isi Al Quran dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi
Al-Qur'an namun tidak ada yang saling bertentangan.
b) Al Hadist
Al –hadist adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad. Hadits sebagai
sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber
hukum di bawah Al-Qur'an.
c) Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al-
Qur'an dan Hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad telah wafat sehingga tidak
bisa langsung menanyakan pada beliau tentang suatu hukum namun hal-hal ibadah tidak
bisa diijtihadkan. Beberapa macam ijtihad antara lain
• Furu' Syara'
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan
Al Hadist. Kedudukannya sebaga Cabang Syari'at Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak
mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima
sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya.
Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara' ini juga disebut sebagai perkara
ijtihadiyah
Dalam peradilan Hukum Islam, hanya ada satu hakim yangbertanggung jawab
terhadap
berbagai kasus pengadilan. Dia memiliki otoritas untuk menjatuhkan keputusan
berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Keputusan-keputusan lain mungkin hanya
bersifat menyarankan atau membantu jika diperlukan (yang dilakukan oleh hakim ketua).
Tidak ada sistem dewan juri dalam Islam. Nasib seorang tidak diserahkan kepada
tindakan dan prasangka ke-12 orang yang bisa saja keliru karena bukan saksi dalam kasus
tersebut dan bahkan mungkin pelaku kriminal itu sendiri!.Hukumanhukuman dalam
Islam hanya bisa dilakukan apabila perbuatantersebut terbukti 100% secara pasti dan
kondisi yang relevan dapatditemukan (misal ada 4 saksi untuk membuktikan perzinahan)
jika masih adakeraguan tentang peristiwa-peristiwa tersebut maka seluruh kasus akan
dibuang.
7
http://www.scribd.com/doc/19428999/Sistem-Peradilan-Dalam-Islam
1. Qodli ‘Aam: bertanggung jawab untuk menyelesaikan perselisihan
ditengah-tengah
masyarakat, misalnya masalah sehari-hari yang terjadi didarat, tabrakan mobil,
kecelakaan-
kecelakaan, dsb.
2. Qodli Muhtasib: bertanggung jawab menyelesaikan perselisihan yang
timbul diantara
ummat dan beberapa orang, yang menggangu masyarakat luas, misalnya berteriak
dijalanan,mencuri di pasar, dsb.
3. Qodli Madzaalim: yang mengurusi permasalahan antara masyarakat
dengan pejabat negara. Dia dapat memecat para penguasa atau pegawai pemerintah
termasuk khalifah.
Khalifah kedua yaitu Umar Ibnu Al Khattab (Amir kaum muslimin antara tahun
634-644 M) adalah orang pertama yang membuat penjara dan rumah tahanan di Mekkah.
Dibawah
sistem peradilan (Islam), setiap orang, muslim atau non muslim, laki-laki atau
perempuan, terdakwa dan orang yang dituduh memiliki hak menunjuk seorang wakil
(proxy).
Tidak ada perbedaan antara pengadilan perdata dengan kriminal seperti yang kita
lihat sekarang di negeri-negeri Islam seperti di Pakistan dimana sebagian hokum Islam
dan sebagian hokum kufur keduanya diterapkan. Negara Islam hanya akan menggunakan
sumber-sumber hukum Islam yakni, Al-Qur`an dan As-Sunnah (dan segala sesuatu yang
berasal dari keduanya) sebagai rujukannya. Hukuman-hukuman Islami akan dilaksanakan
tanpa penundaan dan keraguan.
Tidak seorangpun akan di hukum kecuali oleh peraturan pengadilan. Selain itu,
sarana (alat-alat) penyiksaan tidak diperbolehkan.Dibawah sistem Islam, seseorang yang
dirugikan dalam suatu kejahatan mempunyai hak untuk memaafkan terdakwa atau
menuntut ganti rugi (misal qishas) untuk suatu tindak kejahatan. Khusus untuk hukum
hudud, merupakan hakAllah.Hukum potong tangan dalam Islam hanya akan diterapkan
apabila memenuhi 7 persyaratan, yaitu:
Di sepanjang 1300 tahun aturan Islam diterapkan, hanya ada sekitar 200 orang
yang tangannya dipotong karena mencuri namun kejadin-kejadian pencurian sangat
jarang terjadi.
1) Hudud. Hak Allah SWT, seperti perbuatan zina (100 cambukan), murtad (hukuman
mati).
2) Al Jinayat. Hak individu, dia boleh memaafkan tindak kejahatan seperti pembunuhan,
kejahatan fisik.
3) At Ta’zir. Hak masyarakat, perkara-perkara yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat umum sehari-hari seperti pengotoran lingkungan, mencuri di pasar.
4) Al-Mukhalafat. Hak negara, perkara-perkara yang mempengaruhi kelancaran tugas
negara misal melanggar batas kecepatan.