You are on page 1of 33

TEKNIK MENGAJAR BILANGAN CACAH BESERTA

OPERASINYA
A. Cara Mengajar Bilangan Cacah
1. Pendahuluan
a. Teknik menyajikan himpunan
Mengajar sifat bilangan khusus di Sd melibatkan penggunaan
pengertian himpunan. Oleh sebab itu, jika Anda hendak mempelajari
cara mengajar sifat bilangan khusus, anda perlu mempelajari cara
menyajikan pengertian himpunan lebih dahulu. Terdapat 4 cara untuk
menyajikan himpunan pada kelas awal SD yitu:
1. Menggunakan bundaran, lingkaran
2. Menggunakan kurung kurawal tiga titik dalam kurawal bulat
anatara 3 dan 10, pada (b)menyatakan bahwa himpunan ini
mempunyai tak hingga anggota.
3. Menulis anggota-anggotanya
4. Benda-benda diletakakan saling berdekatan.
b. Bilangan cacah tertentu
Semua himpunan akan dikatakan mempunyai sifat bilangan 1 jika
mereka dapat dipasang satu-satu dengan himpunan {*}. Himpunan {*}
disebut himpunan indu untuk bilangan satu. (Setiap himpunan dengan
sifat bilangan 1 dapat dipilih sebagai himpunan induk untuk bilangan 1).
Sebuah himpunan dikatakan mempunyai sifat bilangan 2 jika mereka
dap[at dipasangkan satu-satu dengan himpunan {a,b}. Himpunan {a, b}
disebut himpunan induk untuk bilangan 2. (Setiap himpuanna denga sifat
bilangan dua dapat dipilih sebagai himpunan induk untuk bilangan 2).
Secara umum cara kita mendefinisikan bilangan cacah tertentu
terdiri dari himpunan pilihan kita dengan sifat bilangan itu dan
mengatakan kepada siswa bahwa ia mempunyai sifat bilangan itu.
Kemudian kita mengatakan kepada siswa bahwa semua himpunan yang
dapat dipasangkan satu-satu dengan mempunyai sifat bilangan tersebut.

1
c. Bilangan Kardinal dan Bilangan Ordinal
2 adalah bilangan kardinal dari himpunan. Bilangan kardinal
menjawab pertanyaan beberapa atau seberapa banyak . sebagai contoh,
jika Anda mengatakan “Anka itu mempunyai 3 pisang, Anda berbicara
tentang berapa pisang dalam himpunan itu.”Bilangan yang
mengidentifikasi unsur mana dalam sebuah himpunan yang Anda
bicarakan disebut bilangan ordinal. Jika Anda berkata”Ini himpunan dari 3
anak”, berarti Anda berkata tentang bilangan kardinal dari himpunan itu,
akan tetapi jika Anda mengatakan ,”Ini adalah anak ketiga”, berarti Anda
berkata tentang anggota tertentu dari sebuah himpunan, jadi Anda
berbicara tentang bilangan kardinal.
Dalam mengajarkan konsep bilangan ordinal Anda harus
mengusahakan bahwa seorang mulai membilang anggota dari sebuah
himpunan, kemudian Anda juga harius mengarahkan anggota mana yang
pertama dibilang dan mana yang mengikuti sesudahnya. Dengan kata lain
Anda harus menentukan anggota mana yang pertama dibilang dan
bagaimana urutannya.
Seringkali dari kata atau lambang yang digunakan untuk memberi
nama sebuah bilangan kita dapat mengenali apakah sebuah bilangan
sedang dipakai dalam arti ordinal atau dalam arti kardinal.
2. Mengajar konsep “Kurang Dari”,”Lebih Dari”dan “Sama Dengan”
Hubungan antar bilangan cacah yang biasa diajarkan di SD antara
lain Kurang Dari”,”Lebih Dari”dan “Sama Dengan”. Untuk menanamkan
konsep hubnungan tersebut kepada anak SD, mereka diajak membedakan
bila sebuah himpunan mempunyai anggota lebih dari, kurang dari atau
sama dengan banyaknya anggota himpunan yang lain. Anda harus
mengatakan dan menampilkan “Himpunan ini mempunyai anggota yang
lebih dari(kurang dari atau sama dengan )” anggota himpunan yang lain.
Anda kerjakan ini dengan memasangkan anggota himpunan itu. Jika Anda
menggunakan alat peraga pemasangan dapat dilakukan dengan cara
mendekatkan anggota yang dipasangkan. Jika Anda menggunakan
gambar, anggota-anggota yang dipasangkan dihubungkan dengan garis.

2
Jika dalam memasangkan unur-unsur dua himpunan siswa mempunyai
unsur himpunan pertama ada yang tidak mempunyai pasangan dengan
unsur himpunan kedua karena semua unsur himpuna yang kedua
telahterpasangkan semua, maka ia mendapatkan bahwa himpunan pertama
mempunyai unsur lebih dari himpunan kedua. Jika setiap anggota
himpunan pertama terpasangkan satu-satu dengan anggota himpunan
kedua dan tak ada anggota himnpunan kedua yang tak terpasangkan, maka
kedua himpunan mempunyai sifat bilangan yang sama.
Alternatif lain untuk mengembangkan konsep ini adalah setelah
anak bebrapa hari masuk sekolah, keluarkan semua kursi yang kosong.
Tanyakan kepada siswa apakah ada siswa yang tidak punya tempat duduk.
Siswa menentukan apakah banyaknya kursi adalah sama dengan
banyaknya siswa yang masuk, dengan mengadakan korespodensi satu-
satu. Minta setiap siswa membawa sebuah tutup botol atau kelereng
kesekolah. Tempatkan kotak kosong di pintu. Pada saat setiap siswa
melewati pintu menuju halaman pada saat istirahat minta mereka untuk
memasukkan ttutp botol (kelereng) mereka masing-masing ke dalam
kotak. Ketika mereka masuk ruang lagi pada pelajaran berikutnya minta
setiap anka mengambil satu tutup botol (kelereng) dan menaruh di kursi
masing-masing. Jika ada kelereng tersisa dalam kotak berarti ada siswa
yang belum masuk atau ada siswa yang lupa mengambil kembali tutup
botol (kelerengnya).
3. Cara mengajar Bilangan dengan Pendekatan Membilang
Pendekatan himpunan induk untuk mengajar bilangan cacah adalah
cara menanamkan konsep bilangan cacah tertentu dengan menggunakan
himpunan yang mempunyai sifat bilangan itu. Himpunan induk
dipergunakan untuk menentukan apakah himpunan yang lain mempunyai
sifat bilangan yang sama dengan sifat bilangan himpunan tersebut
Dalam metode pendekatan himpunan induk siswa diajar konsep
bilangan 1 sampai 9 dalam 3 tahap: (a)Tahap Pertama, guru menunjukan
sebuah himpunan (himpunan induk) dan sifat bilangannya. Kemudian
meminta anak untuk mencari himpunan lain mempunyai sifat bilangan

3
yang sama dengan himpunan induk; (b)Tahap kedua guru memberikan
pola titik (titik-titik yang disusun dalam bnetuk yang mudah diingat oleh
siswa) untuk setiap bilangan 1 sampai dengan 9. (c)Tahap ketiga mulai
mengajar siswa membilang yang terdiri dari membilang buta dan
membilang bermakna. Sebagai contoh:
Tahap I: Guru menunjukakan kepada siswa sebuah himpunan dari
3 benda misalnya 3 gambar kucing pada papan flanel.
Tahap II: Memasangkan pola titik untuk bilangan 1 sampai dengan
9.
Tahap III: mengajar siswa membilang. Ada dua cara membilang
yang harus diberikan kepada murid. Pertama membilang buta
(membilang tanp[a adanya objek yang dibilang) yaitu menyebut
nama bilangan menurut urutan tertentu. Kedua membilang
bermakna yaitu siswa menentukan banyaknya anggota himpunan
dengan cara membilang.
Membilang adalah keterampilan yang diperlukan, bahkan pada
waktu kita sedang memberi tekanan pada pendekatan himpunan induk,
karena anak membutuhkannya untuk mengetahui sifat bilangan dari
sebuah himpuna dengan unsur yang banyak. Jika mengenalkan membilang
bermakna, anda harus memberikan siswa untuk mencoba mengatakan
kepada Anda sifat bilangan dari sebuah himpunan yang dibilang dengan
menggunakan teknik mengenali pola. Kemudian melanjutkannya dengan
mencari kembali sifat bilangan dari himpunan itu dengan cara membilang.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan himpunan induk adalah
berguna bagi murid yang belum matang atau yang mempunyai
pengalaman yang kurang dalam membilang atau konsep kuantitatif
menjelang diberikannya pelajaran bilangan secara formal. Dalam
pendekatan membilang konsep bilangan, membilang mendapat penekanan
utama, walaupun pendekatan himpunan induk juga digunakan.

4
Jadi dalam mengajar dengan pendekatan membilang, harus
diusahakan:
1. Siswa harus menjadikan nama-nama bilangan sebagai bagian
dari perbendaharaan kata-kata mereka.
2. Siswa harus dapat mengatur himpunan yang dibilang (termasuk
meletakkan anggota himpunan dalam sebuh baris,
memindahkan atau menandai anggota himpunan yang telah
dibilang dan sebagainya).
3. Pada fase permulaan belajar membilang siswa harus mengerti
bahwa untuk setiap anggota dari himpunan ia mengkaitkan
dengan tepat satu anma bilangan.
4. Siswa perlu mengetahui bahwa kata yang dibilang terakhir
adalah menunjukkan banyaknya anggota himpunan yang
dibilang.
5. Dalam pendekatan himpunan, pengajaran terbatas pada
pengembangan konsep jika anggota-anggota dua himpunan
dapat dipasangkan satu-satu maka mereka mempunyai sifat
bilangan yang sama. Jika pendekatan membilang digunakan
anak kemungkinan besar hanya diajari mengenali secara
mendalam himpunan pola titik dengan anggota 2 sampai 9.
Himpunan pola titik ini diajarkan terutama untuk menghemat
waktu dikemudian hari yaitu pada waktu pengembangan
konsep nilai tempat, sebab murid tidak harus membilang
anggota untuk menentukan banyak anggota pada sebuah
himpunan.
4. Cara Mengajar Bilangan Nol
Konsep bilangan nol adalah sangat penting dan memerlukan teknik
penyajian yang berbeda dengan teknikm yang digunakan untuk
menyajikan bilangan 1 sampa 9. Misalnya banyaknya gajah berkaki tiga
dalam ruang kelas ini adalah nol.

5
5. Cara Mengajar Ketidaksamaan
Ketidaksamaan adalah konsep yang esensial bagi murid untuk bisa
mendalami konsep bilangan. Ketidaksamaan berperan penting dalam
mempelajari estimasi, pembagian panjang, statistikdan topik-topik
matematika yang lain. Sebagai contoh, perhatikan:
Tersedia kartu-kartu yang berisi simbol bilangan dan 2 kartu berisi
lambang bilangan yang sama. Bagikan kepada siswa masing-masing satu
kartu dan mint amereka berdiri berjajar dari kiri ke kanan mulai dari
pemegang kartu dengan simbol bilangan terkecil ke pemegang bilangan
yang terbesar. Barisan itu benar bila setiap siswa yang tidak paling tepi
melihat bahwa lambang bilangan yang dipegangnya menyatakan bilangan
yang kurang dari bilanga n yang dinyatakan oleh lambang yang dipegang
oleh anak disebelah kanannya dan lebih dari bilangan yang dinyatakan
oleh lambang bilangan dipegang oleh anak disebelah kirinya. Sedangkan
anak paling kiri memegang lambang yang menyatakan bilangan yang
kurang dari bilangan yang dinyatakan oleh lambang yang dipegang oleh
setipa siswa anak disebelah kanannya dan yang paling kanan memegang
lambang yang menyatakan bilangan lebih besar dari bilanganm yang
dinyatakan oleh siswa yang disebelah kirinya.
Teknik mengajar siswa membilang sampai 20 sama dengan teknik
yang digunakan untuk mengajar siswa membilang sampai 10. Ada dua
perilaku yang mungkin Anda ingin tekanan ketika mulai belajar
penjumlahan bilangan 2 angka:
1. Siswa dapat mengidentifikasi banyaknya seluruh benda ynag ada
dengan membilang dengan puluhan dan satuan.
2. Siswa dapat mengidentifikasi banyaknya himpunan terdiri dari 10
unsur dan banyaknya satuan.
6. Cara Mengajar Bilangan dengan Tiga Angka
Mengajar sorang anak membilang dengan ratusan samapi dengan
1000 adalah tugas yang sederhana jika ia telah terampil membilang dengan
satuan samapi 10 sebab kegiatan ini serupa dengan membilang dengan
satuan dan membilang ratusan. Dialog sederhana

6
Guru: Segera setelah kalian lihat bagaimana saya membilang , saya ingin
kalian ikut membilang: 100, 200, 300,(setekah akan mencapai 1000
ia membiarkan siswa mengatakan “10 ratus”kemudian mengatakan
“itu benar”, tetapi biasanya kita sbeut 1000 untuk 10 ratus)
Anak harus diberi kesempatan membilang himpunan ratusan,
misalnya kertas berpetak yang masing-masing berisi 100 butir.

7. Cara Mengajar Bilangan Ribuan, Jutaan dan Milyaran


347 Guru: bagaiman cara membaca lambang
bilangan ini?

Anak: Tiga ratus empat puluh tujuh

347.347.347.3447 Guru: Kita akan belajar membaca lambang


bilanga ini. Setiap kali saya letakkan tangan
saya di bawah lambang bilangan say aminta
kalian membaca lambang bilangan itu dan
saya akan melengkapinya

347. 347.347.347 Kelas: Tiga-ratu empat-puluh tujuh

Gur: Milyar

347. 347.347.347 Kelas: Tiga-ratu empat-puluh tujuh

Gur: Juta

347. 347.347.347 Kelas: Tiga-ratu empat-puluh tujuh

Gur: Ribu

347. 347.347.347 Kelas: Tiga-ratu empat-puluh tujuh

Gur: Benar. Kita tidak menyebut nama


periodenya pada waktu membaca

Sekarang akan saya gabungkan apa yang kalian ucapkan


dan apa yang saya ucapkan tadi.

7
Tiga-ratus empat-puluh tujuh milyar,
Tiga-ratus empat-puluh tujuh juta,
Tiga-ratus empat-puluh tujuhl ribu,
Tiga-ratus empat-puluh tujuh.
B. Cara Mengajarkan Penjumlahan Bilangan Cacah dan Sifat-sifatnya
1. Pendahuluan
Andai kata bermaksud mencari jumlah dua bilangna cacah dan .
langkah-langkah yang perlu diambil adalah:
a. Menyipakan suatu himpunan yang banyak anggotanya adalah
b. Menyiapkan sutu hiompunan yang saling lepas (tidak mempunyai
anggota persekutuan) terhadap himpunan yang pertama dan
mempunyai anggota sebanyak
c. Menggunakan, mengkombinasikan, atau menyatukan kedua himpunan
tersebut.
d. Menentukan suatu sifat bilangan dari himpunan baru hasil
penggabungan dua himpunan semula. Sifat bilangan dari himpunan
baru
Ada dua notasi (cara penulisan) yang Anda dapat ajarkan kepada siswa
yaitu dalam bentuk mendatar dan tegak. Dalam bentuk mendatar, kita
akan membacanya dari kiri ke kanan, sedangkan dalambentuk tegak
kita membacanya dari atas ke bawah.

6 + 5 = 11 bentuk mendatar

6
+5
11 bentuk tegak

Ada beberapa cara membaca kalimat matematika yan ada pada gambar
diatas, antara lain:
Jumlah dari 6 dan 5 adalah 11
Jumlah dari 6 dan 5 sama dengan 11
6 dan 5 adalah 11
6 dan 5 sama dengan 11
5 ditambah 6 sama dengan 11

8
5 tambah 6 sama dengan 11
5 ditambahkan pada 6 adalah 11
Jumlah dari 6 dan 5 adalah sama dengan 11

2. Mengajarkan fakta Dasar Penjumlahan dengan Menggunakan Model


Papan flanel, papan berpaku, balok, manik-manik, alat bantu
penunjuk, nilai tempat, sempoa, gambar, dan lain-lain adalah merupakan
alat yang berguna bagi pengajaran konsep penjumlahan. Masing-masing
alat dapat digunakan untuk mendorong anak secara aktif menemukan
sendiri hasil suatu penjumlahan.
Garis bilangan juga dapat digunakan untuk mengjarkan penjumlahan
bilangan cacah. Sebagai contoh 3 + 5 = 8 dapat ditunjukkan dengan garis
bilangan (guru diharapkan tidak memperkenalkan garis bilangan kepada
anak sebelum anak secara jelas menguasai pengertian kardinalitas atau
banyaknya anggota suatu himpunan).
Guru: Kita hendak menyelesaikan kalimat matematika 3 + 5 = ... dengan
menggunakan garis bilangan. Karena suku pertama 3, maka
meloncat dari titimk 0 ke kanan 3 (satuan).
Guru: membuat garis lengkung dariu titi 0 ke titik 3 dimana kita sekarang?
Siswa: Di titik 3
Guru: menulis simbol 3 di bawah garis bilangan tersebut. Karena kita
menambahkan 5 kepada 3, kita harus meloncat 5 (satuan)ke kanan
dari 3. Dimana kita sekarang setelah meloncat 3 dilanjutkan dengan
5?
Siswa: 8
Guru: (menulis = 8 dikanan 5). Jadi kita peroleh tiga ditambah 5 sama
dengan delapan.
3. Cara Mengajarkan Sifat-sifat Penjumlahan dengan Menggunakan Pola
Meskipun cara himpunan adalah dasar untuk mengajarkan
penjumlahan, ada banyak cara lain yang dapat digunakan sebagai
pelengkap cara himpunan tersebut. Salah satunya adalah menggunakan
pola

9
Terdapat sekelompok pola khusus penjumlahan yang disebut dengan sifat-
sifat tersruktur.
3+2=2+3 Sifat pertukaran Buatlah potongan-
a+b=b+a potongan benda yang
harus dimainkan anak
untuk menentukan fakta
ini.
3+0=3 Sifat Identitas a + 0 = a Buatlah sejumlah fakta
yang harus di ingat
anak secara individual
2 + ( 3 + 4) Sifat Pengelompokan Gunakan bentuk
penjumlahan lajur, dan
a + (b + c) = ( a + b) + c
beri alasan-alasannya,.
Dan tekni ini:
9 + 8 = 9 + (1 + 7)
= (9 +1) + 7
= 10 + 7
= 17
Langkah pertama dalam mengjar anak untuk menmukanfifat komutatif
(pertukaran) memuat pasangan masing – masing penjumlahan dengan
masalah terkai sehari-hari yang dapat dipertukarkan. Setelah anak
menemukan pola ini, ia dapat diberi soal-soal yang penyelesaiannya
memrlukan pengetahuan tentang pola ini. Misalnya 7 + = 4 + 7 dan 4 +
9= + 4. Persyaratan yang diperlukan anak dalam menyelesaikan soal-
soal ini adalah ingatan anak bahwa penjumlahan dua bilangan mempunyai
hasil yang sama meskipun urutannya berbeda.
Dalam hal ini, sebaiknya ditekankan bahwa kata-kata “komutatif
(pertukaran)”, identitas (netral)”, dan seterusnya, makna bahasanya tidak
penting untuk dimengerti anak. Anda sebaiknya berusaha untuk menunda
verbalisasi konsep-konsep itu sampai dengan anak mempunyai banyak
pengalaman berlatih.

10
Secara umum, jika urutan mengajarkan matematika yang mendasar
ini tidak dimulai dengan masalah-masalah untuk menemukan sendiri.
Soal-soal yang dibuat guru dapat disusun sedemikian rupa
sehingga membawa anak ke generalisasi (penarikan kesimpulan umum).
Dalam tingkatan ini, Anda dapat menyajikan soal-soal dengan
penyelesaian yang bervariasi. Anak didorong dan diharapkan untuk
mengemukakan pendapat. Meskipun generalisai dari sifat petukaran ini
tanpa bukti, murid diharapakan dapat menerima tanpa alasan, sesuai
dengan pengalaman yang diperoleh melalui contoh-contoh yang mereka
kerjakan.
Pada tingkatan terakhir, murid dapat diberi suatu pola + = + .
mereka dapat diminta untuk melengkapi kalimat itu dengan mengganti
dan sehingga menjadi kalimat yang benar contoh:
Rudi mempunyai dua kotak. Kotak pertama berisi dua kelereng dan
kotak yang kedua kosong. Kemudian, Rudi memindahkan semua kelereng
pada kotak pertama ke kotak kedua. Berapakah banyaknya kelereng di
dalam kotak pertma dan kotak kedua? Anak sebaiknya diajar sifat
penjumlhan unsur netralsehingga mereka tomatis dapat mencari jumlah
dua bilangan yang salah satu sukunya adalah nol. Untuk mencapai tujuan
ini, ada baiknya guru memperluas tingkatan penguasaan konsep anak
denganmenjangkau keluar dari bilangan-bilangan yang sedang
dibicarakan.
Sifat ketiga yang mempunyai peranan penting di dalam belajar
anak adalah sifat pengelompokkan (asosiatif) penjumlahan yaitu untuk
semua bilangan cacah a, b, c (a + b) + c = a + (b + c). Sifat ini bermanfaat
bagi pengembangan penjumlahan bilangan cacah. Sifat asosiatif
penjumlahan memainkan peranan yang berarti tidak hanya di dalam
penjumlahan menurut lajur yang melibatkan 3 atau lebih suku dari atas ke
bawah atau dari bawah ke atas, tetapi juga dalam memperluas konsep anak
tantang penjumlahan di luar konsep-konsep dasar. Sebagai contoh, 8 + 5
yang dapat diberi nama 8 + (2 + 3)., dengan menggunakan sifat asosiatif

11
dapat diubah menjadi (8 + 2) + 3, sehingga dihasilkan nama 10 + 3 atau
13.
Langkah pertama dalam mengajarkab sifat asositif melibatkan
penyajian pasangan soal seperti di dalam mengajarkan sifat komutatif.
Sebagai contoh mintalah anak untuk mencari jumlah (3 + 2) + 4, dengan
jalan terlebih dahulu mencari jumlah 3 dan 2 dilanjutkan mencari jumlah 5
dan 4. Berikutnya mintalah anak mencari jumlah 3 + (2 + 4), dengan jalan
terlebih dahulu mencari jumlah 2 dan 4 dilanjutkan mencari jumlah 3 dan
6. Hal ini merupakan satu contoh pasangan yang dapatdigunakan untuk
menunjukkan kepada anak jumlah tiga bilangan yang tidak dipengaruhi
oleh pasangan bilangan mana yang jumlahnya terlebih dahulu. Kita dapat
melihat bebrapa pasangan soal yang dapat digunakan untuk mengarahkan
siswa dalam menemukan sifat asosiatif
1. (3+5)+6=
3+(5+6)=
2. 7+(4+6)=
(7+4)+6=
3. (2+3)+5=
2+(3+5)=
4. 9+(1+8)=
(9+1)+8=
Dalam tahap ini, ia dapat diminta untuk mengidentifikasi lambang
bilangan yang dikosongkan dalam kalimat yang menyatakan sifat asosiatif.
Tahap berikutnya adalah melatih siswa dengan sebarang soal yang
mempunyai lebih dari satu penyelesaian yang benar. Tahap akhir belajar
sifat asosiatif penjumlahan adalah memberi contoh-contoh yang
memenuhi sifat itu. Banyak pola selain sifat-sifat terstruktur yang dapat
digunakan untuk mengembangkan fakta-fakta penjumlahan. Sebagai
ilustrasi lihat dibawah ini:

3 +3 = 6 Bekerja dengan pola ganda (menduakalikan)

12
3+4=7 Biasanya anak dapat menguasai pekerjaan
menduakalikan (n+n = m ) lebih awal

6 + 6 = 12 Penguasaan tentang hal ini dapat dikembangkan


menjadi satu pola n + (n +1) = 2n + 1 = m,
misalnya 3 + 4, dapat ditulis sebagai 3 + 3 + 1 =
2x3+1

3 + 9 = 12 Penjumlahan dengan pola suku sembilan

5 + 9 = 14 Pola suku sembilan dalam penjumlahan memuat


satua sebuah suku sembilan

8 + 9 = 17 Dengan menggunakan metode penemuan anak


diajak mencari hubungan antarsuku bukan
sembilan denganbanyaknya satuan pada hasil
penjemlahan.mereka mempunyai selisih 1.
Sebagai contoh pada penjumlahan 3 + 9 = 12, 3
– 2 = 1, dan pada 5 + 9 = 14, 5 – 4 = 1

4. Cara Mengajar Penjumlahan denga Menggunakan Garis Bilangan


Keterampilan yang harus dikembangkan sebelum anak diajar
penjumlahan yang melibatkan “pengelompokan kembali puluhan” adalah
keterampilan menambah (menjumlah) puluhan dengan puluhan.
Teknik dan bantuan yang digunakan dalam mengajarkonsep penjumlahan
puluhan dengan puluhan serupa dengan yang digunakan dalam mengajar
penjumlahan satuan dengan satuan
Beberapa kegiatan yang dapat memusatkan perhatian anak terhadap
hubungan antar penjumlahan satuan dengan penjumlahan puluhan
5. Cara Mengajar Penjumlahan Bilanga Dua Angka dengan
Menggunakan Model Uang
Uang mainan atau uang sungguhan adalah model yang berguna
untuk menggunakan konsep matematika. Anak siap mengkaitkan uang
karena mereka mengenal pentingnya uang dalam kehidupan mereka

13
sehari-hari. Penggunaan uang sebagai model dipanadang sebagai suatu
cara yang sangat menarik karena bagi anak. Cara ini rupa-rupanya lebih
menarik minat anak (terutama yang lemah) dibanding dengan model yang
lain.
Secara ideal, uang sungguhan sebaiknya digunakan (1 rupiah, 5 rupiah,
atau 10 rupiah) karena salah satu keuntungan yang diperoleh siswa adalah
pemahaman secara konseptual berbagai kesatuan uang dan nilainya.
6. Cara Mengajar Alogaritma Penjumlahan
Biasanya anak hafal bebrapa fakta penjumlahan misalnya1
ditambah 1 sama dengan 2, sebelum Anda mengajar mereka menghafal
fakta perkalian. Oleh sebab itu penting bagi anda mengidentifikasi fakta-
fakta yang telah mereka hafalkan sebelum anda merencanakan kegiatan
untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menghafal fakta
penjumlahan. Tiga kegiatan berikut dapat digunakan untuk mengetahui
fakta-fakta mana yang telah diketahui anak:
1. Menebak kartu
2. Tebak tepat
3. Berlomba bola
Didalam kegiatan menebak kartu, diperlukan kartu penjumlahan.
Tunjukkan pada anak masing-masing kartu penjumlahan dan berilah anak
waktu yang sesua untuk menjwabnya. Anak jangan diberi kesempatan
untuk membilang dengan jari tangan atau alat bantu lain. Apabila anak
menjawab salah tiga sampai dengan lima fakta, hentikan kegiatan Anda
dan mintalah anak untuk menyebutkan fakta mana yang dijawab salah.
Dalam hal ini Anda perlu mengurutkan kartu-kartu yang Anda siapkan dari
yang termudah ke sulit.
Didalam kegiatan tebak tepat, diperlukan kartu bilangan (karton
berbentuk persegi berisi nama bilangan). Guru secara lisan mengemukakan
fakta penjumlahan. Bila guru mengatakan “tebak tepat” murid mengatakan
kartu lambang bilangan yang menyatakan jawaban mereka. Guru mencatat
murid-murid yang salah menjawa terhadap fakta tertentu. Kegiatan serupa
dilakaukan sampai dengan lima fakta ingatan

14
Kegiatan yang ketiga yaitu berlomba bola memerlukan seluruh
bola. Kegiatan ini digunakan untuk menguji pengetahuan siswa tentang
fakta dan kecepatan mengingat mereka. Empat atau lebih anak dilibatkan
dalam permainan ini. Seorang anak dipanggil untuk memegang sebuah
bola setinggibahu. Anak pemegang bola ini kemudian mengajukan fakta
(4+5). Kemudian ia menjatuhkan bola sambil menyebut nama salah
seorang kawannya. Anak yang ditunjuk namanya harus menjwab fakta
yang diajukan denganbenar sebelum bola menyentuh tanah. Jika
jawabannya benar, maka anak ini dikatakan sebagai pemenang dan ia
menjadi pemenang bola yang baru.
Setelah anak menguasai semua fakta penjumlahan yang mendasar, anda
dapat mengajar algoritma penjumlahan. Agar abak dapat memahaminya
penyajian penjumlahan perlu disusun sebagai berikut:
23 Bilangan puluhan dan satuan dengan bilangan
4 + satuan (tanpa pengelompokkan)

30 Bilangan puluhan dengan puluhan


40 +

Terdapat dua cara penjumlahan bilangan-bilangan bulat yaitu cara


kesamping dan cara ke bawah. Sajian ini menjelaskan langkah-langkah
dalam belajar menambahkan satuan kepada puluhan dan satuan, bila mana
perlu dilakukan pengelompokkan ulang (baru)setelah menjumlahakn
satuan.
Mengajar penjumlahan dengan pengelompokkan ulang (baru)
memrlukan waktu dan keterampilan yang lebih ketimbang mengjar
penjumlahan tanpa pengelompokkan ulang. Rasanya siswa dapat dengan
mudah menguasai penjumlahan tanpa keterangan mengapa Anda kerjakan
hal itu.
Kemampuan siswa dalam menjumlahkan puluhan dan satuan
dengan puluhan dan satuan dikembangkan melalui latihan mengerjakan
soal. Kita meninjau cara mengajar penjumlahan satuan dengan puluhan
dan satuan tersusun ke bawah. Menjumlahkan bilangan tersusun ke bawah

15
menggunakan nilai tempat. Pada penjumlahan ke bawah satuan
dijumlahkan dengan satuan puluhan dengan puluhan, ratusan dengan
ratusan dan sebagainya. Jika dipandang perlu pada penyajian kebawah dari
suatu penjumlahan digunakan gambar atau alat peraga. Kalimat
penjumlahan 23 + 9 = dapat disajikan dalam bentuk dialog. Perlu
diperhatikan bahwa penjumlahan dipandang sebagi alat yang efektif, maka
anak tidak hanya dituntut memahami fungsi dari alat itu, tetapi juga nak
dituntut untuk dapat menggunakan alat itu secara efesien. Anak telah dapt
memahami bahwa 27 + 8 = 20 + 15 = 30 + 5. Tetapi jika di analisis seperti
ini tidak efesien dalam permulaan penjumlahan lajur yang penting bagi
anak adalah anak mulai melakukan analisis pola serupa dengan berikut ini:
8 + 7 = 15, 18 + 7 = 25, 28 + 7 = 35, 38 + 7 = 45 dan seterusnya.
Jenis analisis di sini adalah “akibat” dari penjumlahan 7 dengan x puluhan
dan 8 satuan yang menghasilkan (x + 1) puluhan dan 5 satuan.
Sekali naka telah menguasai fakta-fakta dasar, Anda sebaiknya
memperluas tingkat keterampilan menjadi kemampuan otomatis
penjumlahan satuan dengan puluhan dan satuan. Salah satu cara yang
dapat digunakan adalh menemukan jumlahnya dana kemudian
mempelajari polanya.
7. Cara Mengajarkan Soal Cerita
Pemecahan masalh melibatkan soal bentuk cerita, yaitu melibatkan
proses penyerapaan informasi dalam soal, menerjemahkan informasi
menjadi kalimat matematika, dan menerapkan konsep yang telah dipelajari
untuk mendapatkan “penyelesaian” dari kalimat matematikanya.
Meskipun penjelasan di atas merupakan interpretasi yang paling
sederhana, penjelasan tersebut memberikan dasr kepada kita untuk
membahas teknik mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang
melibatkan soal cerita.
Beberapa prinsif dasar yang diperlukan menyertai teknik mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah adalah:

16
1. Suatu kerangka yang luwes sebaiknya disediakan guru agar anak
dengan mudah dapat menerjemhkan dan menyelesaikan soal-soal yang
baru.
2. Soal sebaiknya ada di dalam batas-batas pengalaman anak
3. Saling hubungan natara berbagai unsur dalam soal harus dalam
jangkauan penguasaa konsep yang telah dimiliki oleh anak.
4. Pengembangan keterampilan membaca khususnya yang diperlukan
dalam pemecahan masalah, sebaiknya diberikan sejalan atau
mendahului pemecahan masalah yang melibatkan soal cerita.
5. Siswa sebaiknya di dorong untuk membuat soal-soal dari data
matematika, meskipun tidak perlu ditekankan. Hakikat dari pemecahan
masalah matematika yang benar sering melibatkan pengumpulan atau
cara penghimpunan data yang lain, diikuti dengan oenyususnan model
matematika yang sesuai dengan data itu, kemudian menguji validasi
model untuk eksperimen lebih lanjut.
6. Siswa tidak di suruh me,buat dugaan (estimasi) dan pembeuktian
(verifikasi).
7. Setelah siswa mempunyai pengalaman yang luas tentang jenis-jenis
soal tertentu, mereka hendaknya diarahkan kepengembangan
generalisai.
Suatu penelitian membuktikan bahwa pengelompokan anak sesuai
dengan pola-pola msalah khusu tidak seefektif membiarkan anak
menyelesaikan masalnya secar luwes. Hal ini bukan berarti bahwa secara
individual anak tidak berkembang dalam kerja kelompok, dan bukan
berarti pula tidak perlu mencari struktur (pola) dasar masalh untuk
diterjemahkan menjadi satu atau lebih kalimat matematika.
Budi mempunyai 3 kelereng. Rini memberi Budi 2 kelereng lagi,
berapa banyaknya yang dimiliki Budi sekarang? Langkah awal siswa
adalah memeriksa. Jika soal dikomunikasikan dalam tulisan, maka
pemeriksaan dalam bentuk membaca soal sampai mereka merasa mengerti.
Jika soal dikomunikasikan secara lisan, maka pemeriksaan dalam bentuk

17
mendengarkan dan meminta untuk membacakan atau menyatakan kembali
soal tersebut sampai ia paham.
Salah bentuk teknik untuk mengetahui apakah siswa memahami
soal adalah siswa diminta menyatakan kembali soalnya. Kegagalan siswa
dalam menyelesaikan pemecahan masalah sering disebabkan oleh
ketidakmampuan siswa dalam memahami persoaln tersebut. Kadang-
kadang hal ini terjadi karena ketidaktepatan guru dalam menyajikan
persoalan tersebut.
Setelah siswa diberi persoalan yang harus dipecahkan, berilah
mereka kesempatan untuk menemukan apa yang harus dicari
(diselesaikan). Bentuk kuantitatif dari sola yang dikemukan diatas adalah
“berapa banyak kelereng yang dimiliki Budi sekarang?”. Tugas
selanjutnya adalah mengidentifikasi aspek kuantitatif yang berkaitan
dengan pemecahaan persoaln tersebut. Setelah anak menyerap struktur
dasar soal, mereka tentunya akan mengerjakn hal-hal berikut:
1. Jika anak mengenal bagaimana menerjemahkan soal menjadi kalimat
matematika, maka anak itu akan menerjemahkan menjadi 3
+ 2 = (Guru dapat mengkaitkan masalahnyaedngan model
matematika penggabungan himpunan dan konsep penjumlahan)
2. Anak memproses penyelesaiasn kalimat matematika yang
dibentuknya.

C. Cara Mengajar Operasi Pengurangan dan Sifat-sifatnya


1. Pendahuluan
Pengurangan pada himpunan bilangan cacah mempunyai
sekumpulan sifat yangb berbeda dari sifat pada penjumlahan. Misalnya
sifat kompensasi pengurang yang mempunyai pola sebagai berikut:
(8+ 2) – (6 + 2) = 8 – 6 dan (8 - 3) – (6 - 3) = 8 – 6
Selain itu ada juga sifat penjumlahan yang tidak berlaku pada pengurangan
misalnya sifat tertutup. Contoh 4 – 8 = -4 bukan bilangan cacah. Sifat
asosiatif dan komutatif juga tidak berlku untuk pengurangan.

18
Sekarang kita akan membicarakan definisi, terminologi dan
pelambangn yang diperlukan sebelum kita bisa mulai mempelajari cara
mengajar pengurangan pada himpunan bialngan cacah ini. Hal ni sangat
penting sebab kesalahan suatu definsi dapat mengakibatkan sala penertian
yang sanagt merugikan. Sekarang kita perhatikan definisi kerja untuk
pengurangan yang dijabarkan dari pemisahan himpunan dan
pembandingan himpunan.
Definisi kerja untuk pengurangan yang menggunakan pemisahan
himpunan dapat dinyatakan sebagia berikut:
Misalnya kita hendak mencari beda antara dua bilangan cacah dan ,
dengan lebih dari ( > ). Kita ambil langkah berikut:
a. Ambil sebuah himpuna dari benda yang mempunyai sifat bilangan
b. Keluarkan benda dari himpunan itu
c. Tentukan sifat bilangan dari himpunan yang tersisa
Sifat bilangan dari himpunan yang tersisa adalah beda antara dan
Definisi kerja untuk pengurangan yang menggunakan pembadingan
himpunan dapat dinyatakan sebagai berikut:
Misalnya kita hendak mencari beda antara dua bilangn cacah dan ,
dengan > kita gunakan langkah berikut:
a. Ambil sebuah himpunan yang mempunyai sifat bilangan
b. Ambil sebuah himpunan yang mempunyai sifat bilangan
c. Pasangkan satu-satu anggota himpunan yang satu dengan anggota
himpunan yang lain
d. Tentukan sifat bilangan dari himpunan dari anggota yang tidak
mempunyai pasangan. Sifat bilangan dari himpunan dari anggota
yang tidak punya pasangan itu adalah beda antara dan .
2. Mengajar Fakta pengurangan dengan menggunakan Model
Penggunaan model yang telah kita gunakan dalam mengajar
penjumlahan ternyata berguna dalam mengajarkan fakta pengurangan.
Papan flanel, papan magnetik, adalah bebrapa alat bantu yang dapat
digunakan dalam mengajarkan konsep pengurangan , yang memungkinkan

19
siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajhar-mengajar yang Anda
lakukan.
Guru: Disini saya punya 7 bintang, jika aku ambil 3 dari mereka ini,
berapa yang masih tertinggal?

Cara terakhir yang biasa digunakan untuk mengajar pengurangan


adalah model himpunan bagian. Dalam model himpunan bagian ini Anda
tahu himpunan keseluruhan dan sebuah himpunan bagian dari himpunan
tersebut dan Anda ingin menemukan himpunan selisihnya.
3. Mengajar Fakta Pengurangan dengan Menggunakan Pola
Seperti halnya pada penambahan banyak pola yang berguna untuk
menyajikan konsep pengurangan. Dua pola berikut diajarkan terutama untuk
mengurangi fakta pengurangan yang harus dihafalkan oleh siswa.

Pola Generalisasi
4–0=4
6–0=6
10 – 0 = 10 N–0=n
107 – 0 =
5–5=0
8–8=0
16 – 16 = 0 N–n=0
349 – 349 =
Tabel berikut ringkasan dari cara mengajar fakta pengurangan :
Soal Metode Penyelesaian
5–2= Menyekat himpunan ... 5–2=3
8–6= Membandingkan 8 – 6 =2
himpunan
11 – 5 = Kalimat penambahan 11 – 5 = 6
yang berkaitan : 5 + 6 =

20
11
12 – 3 = Dengan pola: 12 – 3 = 9
12 – 1 = 11; 12 – 2 = 10
15 – 7 = Dengan kompensasi: 15 – 7 = 8
15 – 7 =( 15 + 3) – (7 +
3) = 18 -10
7–4= Dengan garis bilangan
9–6= Dengan 9–6=3
menghubungkan dengan
fakta-fakta yang lain: 8
–6=2
4. Cara Mengajarkan Pengurangan Bilangan “Satu Angka” dari Bilangan
“Dua Angka” dengan Menggunakan Model Uang
Cara mengajar pengurangan bilangan satu angka dari bilangan dua
angka tanpa pengelompokkan baru. Salah satu cara adalah dengan
menggunakan “model uang”(yang dimaksud dengan uang adalah uang yang
sebenarnya atau uang bohong-bohongan). Berikut dialog sederhannya:
Guru:kita mempunyai berapa puluhan?
Siswa:2
Guru: kita mempunyai berapa satuan?
Siswa:5
Guru: jadi berapa uang kita semuanya?
Siswa: 25 rupiah
Guru: berap rupiah yang harus kita berikan kepada orang lain?
Siswa: 3
Guru: Emi coba kemari ambil 3 satuan kemudian kembali ke tempat
dudukmu.
Guru: Berapa satuan yang tertinggal?
Siswa: 2 (guru menulis 2 pada tempat satuan)
Guru: Berapa puluhan yang tersisa?
Siswa: 2 (guru menulis 2 pada tempat puluhan)

21
Guru:Jika kita mempunyai 25 rupiah dan diberikan 3 rupiah kepada
orang lain berapa rupiah sisanya?
Siswa: 22 rupiah

5. Cara Mengajar Pengurangan Bilangan Puluhan dari Bilangan Puluhan


dengan Menggunakan Model Garis BIlangan
Pengurangan bilangan puluhan dari bilngan puluhan dapat
diberikan setelah fakta pengurangan dikuasai oleh siswa, jika Anda
menyukai urutan ini. Salah satu contoh penyajian dapat Anda lihat dialog
sederhana di bawah ini.
Guru: 4 dikurangi 2 sama dengan berapa?
Siswa:2
Guru:pada garis bilangan puluhan. Kita pergi ke kanan 4 puluhan dan
kembali 2 puluhan. 4 puluhan dikurangi 2 puluhan sama dengan
berapa?
Siswa:2
Guru :40 dikurangi 20 puluh sama dengan berapa?
Siswa : 20
6. Cara Mengajar Pengurangan Bilangan Dua Angka dengan Model
Abakus
Mengajar pengurangan bilangan dua angka tanpa pengelompokkan
menggunakan bermacam-macam model. Dialog sedrehana berikut ini
adalah suatu penyajian dengan menggunakan abakus.
Guru: Kita akan mengurangkan 12 dari 34
Guru : Bilangan apa yang dinyatakan oleh 3 piring puluhan da 4 piring
satuan
Siswa : 34
Guru:berapa piring satuan harus diambil menrut soal ini?
Siswa:2
(Dua piring satuan dimabil dari angka 2 ditulis di tempat satuan)

22
Guru:berapa piring puluhan harus dimabil?
Siswa:1
(dari daripiring puluhan diambil., angka 2 ditulis di tempat puluhan)

7. Cara Mengajar Pengurangan Bilangan Satu Angka dari Bilangan Dua


Angka (dengan Pengelompokkan Baru) Menggunakan Model Batang
Dialog sederhana
Guru dapatkah kalian mengurangkan 7 dari empat?
Siswa : tidak
Guru: jadi apaa yang Anda perlu lakukan?
Siswa 1 puluhan dijadikan satuan
Guru: Sekarang kit apunya berapa satuan?
Siswa: 14
(Guru menulis 14 di tempat satuan)
Guru: berapa puluhan yang tertinggal?
Siswa: 4
Guru: empat belas satuan dikurangi 7 satuan sama dengan apa?
Siswa 7
Guru menulis 7 di tempat satuan dan 4 ditempat puluhan
Stelah anak memahami pengurangan bilangan dengan
pengelompokkan baru ini, kita perlu menyajikan pengurangan dengan
bilangan yang dikurangi mengandung angka nol, sebab keterampilan
ini tidak secra otomatis di dapat dari keterampilan di atas.
8. Cara Mengajar Pengurangan Bilangan Dengan Bilangan yang
Dikurangi Berisi Angka Nol
Misalnya kita hendak menyajikan soal pengurangan berikut:
304
7 -
Dalam menyelesaikan soal ini tentunya siswa akan mencoba
dengan menggunakan cara sebelumnya yaitu mengubah (menukar) satu
dari puluhansatua dari puluhannya menjadi sepuluh satuan. Namun

23
umumnya mereka akan terhenti karena puluhannya nol (tidak ada
puluhannya). Untuk mengtasi situasi ini Anda mempunyai 2 pilihan yaitu :
dengan menggunakan alat peraga atau langsung dengan simbol saja. Jika
Anda menggunakan alat peraga maka Anda perlu memilih alat peraga
yang dapat digunakan menyatakan satuan, puluhan dan ratusan.
Seandainya memilih alat peraga yang berupa kubus kecil seperti satuan,
batang sebagai puluha dan lempeng sebagai ratusan.
9. Soal Cerita Pengurangan
Mengajar murid agar mahir menyelesaikan sola cerita pengurangan
adalah suatu proses yang rumit. Hai ini disebabkan oleh situasi pengurangan
mempunyai banyak terkekaan. Tiga cara memandang situasi penguranagn
yang biasa digunakan dalam situasi sosial adalah “diambil” (siswa
menetukan sifat bilangan himpunan yang tersisa), “membandingkan” 2
himpunan (himpunan yang satu mempunyai sifat bilangan yang satu dan
himpunan lainnya) mempunyai sifat bilangan yang lain, dan sebagai
“penambahan yang belum diketahui ”.

D. Cara Mengajar Operasi Perkalian-perkalian dan Sifat-sifatnya


1. Pendahuluan
Operasi perkalian pada sistem bilangan cacah seperti halnya
operasi penambahan dan pengurangan memegang peranan penting dalam
aritematika. Oleh sebab itu pemahaman konsep perkalian dan
penggunaannya sangat diperlukan oleh siswa Sekolah Dasar yang sedang
mempelajari matematika yang sebagian besar terdiri dari aritematika
Untuk dapat menyajikan konsep perkalian dengan baik Anda perlu
mempunyai pemahaman yang mendalam tentang konsep perkalian dan
penggunaannya. Pada dasarnya ada 3 defisi perkalian yang banyak
digunakan yaitu: definisi himpunan, definisi susunan dab definisi hasil
silang. Pada definisi himpunan, perkalian 3 x 2 adalah sifat bilangan dari
sebuah himpunan yang merupakan gabungan dari tiga himpunan yang
saling asing dan mempunyai sifat bilangan 3.

24
Definisi ini pada hakikatnya mengtakan bahwa 3 x 2 = 2 + 2 + 2.
Pada definisi susunan 3 x 2 adalah banyak seluruh titik yang ada pada
baris titik yang setiap barisnya terdiri dari 2 titik. Sedangkan dalam
definisi hasil silang, perkalian 3 x 2 adadalh banyaknya seluruh pasangan
terurut yang unsur pertamanya anggota himpunan banyak anggotanya tiga
dan unsur keduanya adalah anggota himpunan lain yang beranggota 2.
2. Cara Mengajar Fakta Perkalian dengan Menggunakan Model
Pemahaman fakta perkalian oleh siswa seringkali dapat dicapai jika
dalam pelajaran digunakan alat-alat peraga seperti : papan flanel, papan
magnetik, chart nilai letak, kancing, tutup botol, papan berpaku dan lain
sebagainya. Papan flanel atatu papan magnetik dengan benda-benda yang
menyertainya berguna bila Anda hendak menyampaikan fakta perkalian
yang didefinisikan perkalian sebagai himpunan dari himpunan (misalnya
banyaknya benda anggota 3 himpunan yang masing-masing terdiri dari 4
anggota adalah 12)
3. Cara Mengajar Fakta Perkalian dengan Menggunakan Pola
Selain menggunakan alat peraga Anda dapat juga mengajar fakta
perkalian dengan menggunakan pola. Seperti pada penambahan, pada
perkalian terdapat pula pola-pola yang disebut sifat struktural untuk
perkalian. Dalam tabel dibawah ini bisa kita lihat contoh dari sifat strutural
tersebut
Contoh dari Diajarkan untuk
3 x 2= 2 x 3 Sifat komutatif Mengurangi manipulasi
mxn =nxm fisik yang diperlukan
bagi siswa dalam
menemukan fakta
perkalian
2x1=2 Sifat identitas Mengurangi banyak
fakta perkalian yang
harus dihafal oleh siswa
(2 x 3) x 4 = 2 x (3 x Sifat asosiatif Digunakan pada
4) (m x n) x r == m x (n x analisisyang akan datang

25
r)
3 x (4 + 2) = (3 x4) + Sifat distributif Digunakan dalam
(3 x 2) m (n + r) = (m x n) + (m algoritma perkalian
x r)
5x0 Sifat bilangan nol(bukan Sifat khusus yang harus
sifat struktural) dihafal siswa
Sifat identitas dapat segera diajarkan setelah anak mulai
menemukan fakta perkalian.. sifat komutatif untuk perkalian dapat diberikan
lebih awal. Jika murid dapat menemukan sifat ini lebih awal dalam
pengalaman perkalian, maka hal ini akan mengurangi manipulasi yang harus
dilakukan oleh siswa dalam menemukan fakta perkalian. Pertama Anda perlu
menyajikan pasangan persoalan yang akan menuju ke suatu penemuan.
Pada waktu menggunakan model susunan siswa harus dapat
melihat bahwa banyaknya benda dalam susunan tidak berubah setelah
susunan diputar. Kita dapat membimbing siswa ke kesimpulan ini dengan
menggunakan pertanyaan seperti “Apakah banyaknya bintang berubah bila
saya putar susunan ini?.” Kemudian bimbing siswa untuk dapat melihat
persamaan yang menyatakan susunan pada posisi yang baru.
Dalam tahap pertama mengajar sifat asosiatif Anda dapat memberi
anak pasangan persamaan, yang digunakan bersama dengan model, yang akan
membawa anak menemukan sifat itu.
Pada waktu menggunakan model susunan, Anda dapat mengusahakan agar
anak dapat melihat bahwa sifat bilangan tidak berubah ketika kedudukan
susunandiubah dengan menggunakan pertanyaan Apakah banyaknya kubus
berubah jika kedudukan balok kita ubah?
“Apakah persamaan berubah setelah kedudukan berubah”
Pada tahap akhir belajar sifat asosiatif perkalian Anda dapat
memberikan siswa Anda pola seprti a x (b x c) = (a x b) x c dan minta siswa
Anda untuk membuat kalimat yang benar dengan pola tersebut.
Sifat struktural ketiga yang menghubungkan konsep perkalian dan
penambahan adalah sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan [yaitu a x
(b + c) = ab +ac ]. Ini adalah sifat yang banyak digunakan . sekrang mari kita

26
lihat bagaimana sifat ini memberi kelonggaran dalam mene,mukan fakta
perkalian jika ia digunakan oleh siswa yang lebih kuat. Kita anggap siswa
telah memahamin 7 x 1 = 7, 7 x 2 = 14, 7 x 3 = 21, 7 x 4 = 28, dan 7 x 5 = 35.
Anggap juga bahwa siswa telah mengetahui sifat distributif perkalian
terhadap penambahan. Kita menggunakan sifat distributif perkalian terhadap
penambahan dalam mengalikan 3 dengan 2 satuan dan 3 dengan 1 puluhan
dan kemudian menambah 30 dengan 6 yang menghasilkan 36.
Pada tahap pertama mengajar sifat distributif menuntun siswa
menemukan sifat tersebut dan dapat dikembangkan dengan mempola
pasangan persamaan. Dalam tahap kedua siswa diharapkan untuk
mengidentifikasi faktor yang belum diketahui atau penambah yang belum
diketahui bersadarkan pola sifat distributif yang telah dipelajari sebelumnya.
Dalam tahap mengajar sifat-sifat distributif perkalian terhadap penambahan
siswa diminta untuk membuat kalimat matematikayang benarmenggunakan
pola a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
Sifat distributif perkalian terhadap pengurangan dapat
dikem,bangkan denga cara yang sama. Penggunaan sifat ini dalam
matematika sekolah dasar dapat menuntun siswa menemukan faktor
perkalian. Sifat ini juga dapat digunakan mencari hasil kali secra tepat.
Sebagai contoh, untuk menghasilkan 8 x 19 siswa dapat memikirkannya
sebagai 8 x 20 = 160 dan 8 x 1 = 8 dan 160 – 8 = 152. Akhirnya agar siswa
memperolh generalisasi sifat ini, Anda dapat memberi mereka pola sperti a x
(b - c) = (a x b) – (a x c)
4. Cara Mengajar Perkalian Satuan dengan Puluhan
Cara pertama adalah membilang loncat puluhan. Dengan
menggunakan garis bilangan puluhan siswa diajarkan untuk membilang
loncat. Pertama, gelar (beber) sebuah garis bilangan puluhan dipapan
(dapat berupa garis bilangan puluhan yang sudah ada pada karton yangbisa
ditempelkan dipapan atau tembok atau Anda gambar langsung di papan).
Kedua, ajak siswa untuk membilanag loncat (3 puluhan) dari nol 5 kali ke
kanan ternyata sampai pada 150. Ketiga, simpulkan bahwa 5 x 30 = 150.

27
Cara kedua dengan menggunakan sifat asosiatif perkalian yaitu
misalnya Anda hendak mengajarkan 3 x 70, dan seandainya siswa telah
memahami bahwa 70 = 7 x 10 dan 3 x 70 dapat ditulis sebagai 3 x 70 = 3
(7 x 10) = (3 x 7) x 10.
Cara ketiga adalah cara yang dapat digunakan terutama untuk
murid yang lebih lambat. Cara ini menggunakan model (misalnya kubus
atau batang). Pertama Anda perlu mengingatkan siswa Anda bahwa kubus
menyatakan satuan dan batang menyatakan puluhan. Kedua misalnya
bahwa Anda hendak mengajarkan 4 x 30 = ..., maka Anda perlu
menunjukkan 4 himpunan yang terdiri dari 3 batang. Tanyakan kepada
siswa Anda ada berapa himpunan (4 bilangan). Kemudian tanyakan ada
berapa batang seluruhnya (12 batang). Teruskan dengan pertanyaan ada
berapa satuan dalam satu batang (10 satuan). Jadi ada berapa satuan
seluruhnya (120), akhir kesimpulan bahwa 4 x 30 = 120
5. Cara Mengajarkan Algoritma Perkalian
Berikut adalah salah satu urutan yang dipandang memadai:
Jenis Contoh
Satuan kali satuan 3 x 4 = ....
Satuan kali puluhan 5 x 10 = ....
Satuan kali puluhan dan satuan 4 x 13 = ....
13
4 x
Puluhan kali satuan 40 x 5 = ...
Puluhan kali puluhan 40 x 60 = ....
Puluhan san satuan kali puluhan dan 42
satuan 31 x
Misalkan Anda hendak mengajar 5 x 17 = ... maka anda dapat menyajikan
menurut langkah-langkah:
5 x 17 = ....
(1) 5 x (10 + 7) memberi nama baru pada 17
(2) (5 x10) + (5 x 7) menggunakan sifat distributif
(3) 50 + 35 mengalikan satua dengan puluhan

28
(4) 50 + (30 + 5) memberi nama baru pada 35
(5) (50 + 30) + 5 menggunakan sifat asosiatif
(6) 80 + 5 menambahkan puluhan dengan satuan
(7) 85

6. Cara Mengajarkan Soal Cerita tentang Perkalian


Jika siswa telah mampu menyelesaikan kalimat matematika
perkalian tidaklah berarti bahwa ia secara otomatik dapat menyelesaikan
ppersoaln itu jika disajikan dalam bentuk cerita. Oleh sebab itu Anda perlu
mengetahui cara mengajar soal cerita perkalian . berikut sebuah contoh
mengajar soal cerita perkalian
Misalkan kita mempunyai soal: Ana membeli 3 pensil. Setiap pensil
berharga 25 rupiah. Berapa harga pensil itu?
Untuk mengajar pertama Anda siap gambar tiga pensil
Guru: Ada berapa pensil yang dibeli oleh Ana
Siswa: 3
Guru:Berapa harga pensil ini (menunjukkan pensil pertama)
Siswa:25 rupiah
Guru:menulis angka 25 dibawah gambar pensil pertama
Proses ini diulang untuk membeli pensil kedua dan ketiga
Guru: Berapa harga ketiga pensil ini
Siswa:25 + 25 + 25 atau 3 x 25
Jika siswa menjawab “25 + 25 + 25” maka minta mereka untuk
menjumlahkan nya (75). Kemudian tanyakan kepada siswa dapatkah
mereka menyatakan dalam bentuk (kalimat) perkalian (3 x 25). Akhirnya
minta siswa untuk melakuakn perkalian tersebut.

Cara Mengajarkan Operasi Pembagian Bilangan Cacah


1 Pendahuluan

29
Hasil bagi dari dua bilangan cacah a dan b (a : b = , b ≠ 0) adalah
bilangan cacah lain c yang bersifat c x b = a, sebagai contoh hasil bagi dari 8
dan 4 adalah 2 (8 : 4 = 2) sebab 2 x 4 = 8. Dikatakan 8 habis dibagi 4.
Demikian pula 8 habis dibagi 2 sebab 4 x 2 = 8. Tidak setiap bilangan habis
dibagi bilangan lain. Misalnya 9 = 2 x 4 +1, 9 disebut bilangan yang dibagi, 4
disebut pembagi, 2 hasil bagi dan 1 adalah sisanya. Adapun symbol yang
digunakan adalah:

12 : 3 = 4 ; =4; 12 / 3 = 4

Hasil bagi dapat disebut faktor yang tidak diketahui dari sebuah perkalian
yaitu 8 : 4 = dipikirkan sebagai x 4 = 8. Pembagian dapat juga
dipikirkan sebagai pengurangan berulang yaitu misalnya hasil bagi dari 8 dan
4 adalah 2 yang merupakan banyak kali kita mengurangkan 4 dari 8 sehingga
hasilnya nol (8 - 4 - 4 =0).

2 Cara Mengajarkan Pembagian dengan Menggunakan Model


Ada dua model himpunan dalam mengajar fakta pembagian. Yang pertama
adalah model pengukuran. Bermacam-macam alat peraga dapat digunakan
dalam model ini antara lain : manik-manik, kartu dan kubus. Misal
menggunakan manik-manik untuk mengajarkan
6 : 3 = 2. Bagikan manic-manik tersebut sehingga setiap siswa mendapat 6
manik-manik di meja masing-masing. Kemudian suruh setiap siswa menaruh
keenam manik-manik di meja masing-masing. Kemudian suruh setiap siswa
untuk mengambil tiga-tiga sampai habis menempatkannya di sebelah lain.
Model himpunanyan yang kedua adalah model sekatan. Misalnya
menggunakan kartu sebagai alat peraga. Kelompok siswa menjadi kelompok-
kelompok yang terdiri dari 3 anak. Beri setiap kelompok 6 kartu. Mula-mula
minta seorang siswa dari setiap kelompok memegang keenam kartu, kemudian
membagikan satu-persatu kartu tersebut kesetiap anggota kelompok termasuk
dirinya sendiri. Kemudian tanyakan kepada mereka masing-masingmendapat
berapa kartu. Setelah itu katakana pada siswa apa yang baru saja dilakukan
adalah membagi 6 oleh 3 dan hasilnya adalah 2. Ajak siswa mengucapkan

30
bersama-sama atau sendiri-sendiri kaliamat “6 dibagi 3 sama dengan 2” (6 : 3 =
2).
Cara lain adalah menggunakan model garis bilangan, gelar sebuah garis
bilangan di papan. Kalimat pembagian 12 : 4 = , dengan membilang loncat 3
langkah mundur sampai mencapai nol. Loncatan dilakukan 4 kali.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

3. Cara Mengajar Sifat-sifat Pembagian dengan Menggunakan Pola


Cara mengajar fakta pembagian dengan menggunakan pola, misalnya
menggunakan pola distributive pembagian terhadap penjumlahan . cara ini dapat
dipergunakan apabila siswa telah mengenal fakta pembagian yang lebih sderhana.
Karena siswa belum mengenal sifat distributive pembagian terhadap penjumlahan
maka pertama mereka perlu diberi soal-soal yang dapat membimbing mereka
menemukan sifat ini.
4. Cara mengajar Alternatif Algoritma Pembagian
Cara mengajar algoritma pembagian dengan pengurangan berulang.
Contoh :
5 x 10 = Ani memiliki tabungan yang berisi 305 buah uang logam ratusan.
Ia menukar 5 x 20 = uangnya dengan uang pecahan 5 ratusan ke
sebuah bank. Berapa lembar
5 x 30 = uang yang akan ia peroleh? 10 kah?, 20 kah? 30 kah?
5 / 305
5 / 305 Kemudian ia menulis 60, sebab ia menduga akan memperoleh 60.
60

5 / 305 Ia kalikan 5 dengan 60 menghasilkan 300. Ia tulis 300 untuk


mengingat
300 60 berapa ratusan yang akan ia berikan kepada kasir bank.

5 / 305 Ia kurangkan 300 dari 305 untuk mengetahui berapa ratus rupiah
yang tersisa.
300 60 Ternyata 5.

31
5

5 / 305 Kemudian ia tulis 1 karena ia tahu 5 ratusan dapat ditukar


dengan 1
300 60 lembar lima ratusan.
5 Ia tulis 5 untuk mengingat berapa buah ratusan yang akan
diberikan kepada
5 1 kasir untuk ditukar dengan 1 lembar lima ratusan. Kemudian ia
tulis angka 1.

5 / 305 Ia kurangkan 5 dari 5 untuk mengetahui berapa ratusan yang


masih tersisa.
300 60 Pertama ia mendapat 60 lembar lima ratusan kemudian 1 lembar
lima ratusan.
5 Jadi seluruhnya ia memperoleh 60 + 1 = 61 lembar lima ratusan.
5 1
0 61

5. Cara mengajarkan Soal Cerita Pembagian


Dalam menyelesaikan soal cerita ada 3 langkah yaitu: (i) menerjemahkan
soal tersebut dalam kalimat matematika., (ii) menyelesaikan kalimat matematika
yang diperoleh, dan (iii) menjawab soal cerita tersebut. Sesuai dengan definisi
pembagian maka ada 3 macam soal cerita yaitu situasi pembagian sekatan,
situasai pembagian pengukuran, dan situasi pembagian faktor hilang.
Pembagian sekatan banyaknya anggota himpuan dan banyaknya sekatan
diketahui. Yang tidak diketahui (harus dicari) adalah banyaknya anggota dari
setiap sekatan. Contoh:
Ali mempunyai 12 kartu, ia memberikan semua kartu itu sama rata kepada 3
kawannya.
Persoalan ini dapat diterjemahkan ke dalam kalimat matematika 12 : 3 =

32
Pada situasi pengukuran, banyaknya anggota himpunan dan banyaknya
anggota dari setiap sekatan diketahui sedangkan yang dicari adalah banyaknya
sekatan. Contoh :
Ali mempunyai 12 kartu, ia memberikan setiap teman 3 kartu. Berapa teman yang
mendapat kartu?
Persoalan ini dapat diterjemahkan ke dalam kalimat matematika 12 : 3 =

33

You might also like