Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelas B
1
CARA MENGAJAR BILANGAN PRIMA,
KOMPOSIT, FPB, KPK, DAN BILANGAN ROMAWI
2
Pandang kelompok kelereng dibawah ini kemudian hitunglah banyaknya
kelereng menurut baris.
=7
=5
=3
=1
Keterangan diatas setelah dikelompokkan dua-dua ternyata menyisakan satu,
ini berarti banyak kelereng masing-masing kelompok adalah ganjil. Oleh karena
itu bilangan yang menyatakan banyaknya kelereng dalam masing-masing
kelompok diatas disebut bilangan ganjil.
Jadi 1, 3, 5, 7. . . . merupakan bilangan ganjil.
Sekarang ambil sejumlah lidi, sedemikian sehingga dapat dikelompokkan
menjadi dua-dua.
Pandang kelompok lidi dibawah ini, kemudian hitung banyaknya lidi
menurut baris.
=8
=6
=4
=2
Banyaknya lidi yang dikelompokkan dua-dua diatas adalah genap. Oleh
karena itu bilangan yang menyatakan banyak lidi di atas adalah disebut bilangan
genap.
Jadi 2, 4, 6, 8 . . . . adalah bilangan genap.
Untuk lebih memantapkan pemahaman siswa pada konsep bilangan ganjil
dan genap ini, sebaiknya anda melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Tugasi beberapa siswa masing-masing mengambil sejumlah lidi atau
kelereng atau kerikil kecil atau benda lain yang mudah didapat di sekitar
kelas, kemudian sarankan mereka untuk mengelompokkan menjadi dua-dua.
2. Pisahkan kelompok siswa yang memegang kelereng atau benda lain yang
dapat dibuat kelompok dua-dua dengan siswa yang memegang kelereng atau
benda lain yang tidak habis jika dikelompokkan menjadi dua-dua.
3
3. Masing-masing anak suruh menyebutkan banyak kelereng atau benda lain
yang dipegangnya.
4. Kemudian jelaskan kepadasiswa, kelompok mana yang memegang kelereng
atau bendalain dengan jumlah ganjil dan kelompok mana yang memegang
kelereng atau benda lain dengan jumlah genap.
Untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami bilangan ganjil atau
bilangan genap, sebutlah suatu bilangan atau tulisan dipapan tulis atau bilangan,
kemudian tenyakan kepada siswa apakah bilangan tersebut bilangan ganjil atau
genap. Cara ini dapat diulang untuk bebrapa bilangan, kalau perlu samapai
bilangan ribuan. Tetapi yang harus diingat adalah, setiap siswa menjawab genap
atau ganjil tanyakan alasannya mengapa demikian. Dengan demikian diharapkan
siswa akan lebih memahami konsep bilangan ganjil dan bilangan genap.
3+7=10
1+5=6
13+25=38
17+13=30
Bilangan-bilangan apakah yang terletak di ruas kiri (disebelah kiri tanda
samaa dengan) dan bilangan-bilangan apakah yang terletak di ruaskanan (di
sebelah kanan tanda sama dengan)?
4
perkalian dan pembagian. Kemudian kita berikan pengertian factor suatu bilangan
adalah pembagi habis bilangan tersebut. Selanjutnya kita berikn beberapa contoh:
Contoh : carilah semua factor dari 12
Untuk menyelesaikan masalah ini perlu disampaikan bahwa factor merupakan
bilangan ali yang kurang dari atau sama dengan 12. Langkah-langkah nya sebagai
berikut:
Ajak siswa untuk menyimpulkan bahwa 1 dan 12 merupakan factor dari
12, selanjutnya berikan penguatan bahwa 1 merupakan factor dari setiap
bilangan, demikian pula suatu bilangan merupakan factor dari dirnya
sendiri.
Ajak siswa untuk mencari bilangan-bilangan yng merupakan pembagi
habis 12, yaitu 2,3,4, dan 6.
Dari kedua kegiatan kita dapat disimpulkan bahwa himpunan factor dari
12 adalah { 1, 1,2, 3, 4, 6, 12 }
Penanaman konsep tentang faktor juga dapat dilakukan dengan media
sederhana berupa kartu berangka.
5
D. Bilangan Prima
Bilangan prima merupakan bilangan asli yang lebih dari 1 dan tepat
mempunyai dua factor yaitu 1 dan dirinya sendiri. Aristoteles memperkenalkan
cara mencari bilangan prima yang selanjutnya dikenal dengan saringan
Aristoteles. Metode ini juga sangat penting diperkenalkan kepada siswa SD untuk
dapat mengidentifikasi bilangan prima kurang dari 100, adapun langkah-langkah
identifilkasinya adalah sebagai berikut.
Susunlah bilangan asli dari 1 sampai dengan 100 dalam bentuk persegi
Coretlah bilangan 1 (ditandai dengan member bulatan, 1 )
Coretlah bilangan kelipatan 2, kecuali 2 (ditandai dengan coret mendatar, 4)
Coretlah bilangan kelipatan 3, kecuali 3 (ditandai coret mendatar ganda, 15)
Setelah dicoret kelipatan 2 dan 3, tentunya bilangan-bilangan berkelipatan 4, 6,
8, dan 9 sudah ikut dicoret, sehingga untuk selanjutnya yang perlu dicoret
tinggal kelipatan 5 dan kelipatan 7.
Coretlah bilangan kelipatan 5, kecuali 5 (ditandai coret mendatar dan garis
bawah, 25)
Coretlah bilangan kelipatan 7, kecuali 7 (ditandai coret mendatar dobel dan
garis bawah, 49)
Dan seterusnya, sehingga semua bilangan yang mempunyai factor selain
dirinya sendiri dan 1 telah tercoret semuanya. Dan akhirnya tersisa bilangan
yang tidak tercoret merupakan bilangan prima yang kurang dari 100, yaitu: 2,
3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83,
89, 97. Semua anggota bilangan prima adalah bilangan ganjil kecuali 2.
Setelah kita sajikan identifikasi bilangan prima dengan saringa Aristoteles,
kita perlu mengajak siswa untuk berpikir secara abstrak untuk mendapatkan cirri-
ciri bilangan prima kurang dari 100. Adapun beberapa fakta cirri bilangan prima
yang perlu disampaikan ke siswa adalah sebagai berikut.
Merupaka bilangan ganjil, kecuali 2
Bukan merupakan angka kembar, kecuali 11, misalnya 22, 33, 44, . . . bukan
bilangan prima.
Jumlah angka-angkanya berkelipatan 3, contohnya 21 (2+1=3), 27 (2+7=9),
54 (5+4=9) bukan bilangan prima karena habis dibagi 3.
6
Tidak berangka satuan 5, misalnya 15, 25, 35, . . . bukan bilangan prima
karena habis dibagi 5.
Bukan merupakan bilangan kuadrat, misalnya 9. 25, 49, 81, . . .
E. Bilangan Komposit
Pada saringan Aristoteles, bilangan yang tidak dicoret merupakan bilangan
prima, sedangkan bilangan-bilangan yang dicoret selain 1 disebut bilangan
komposit. Dengan kata lain, bilangan komposit merupakan bilangan bukan prima
selain 1, atau bilangan asli yang mempunyai faktor lebih dari dua faktor.
Dengan pembatasa tersebut, daftar nama-nama faktor pada gambar 7.1 dapat
berubah seperti terlihat pada gambar 7.2.
7
Bilangan Macam nama faktor
1 1x1, 1x1x1, 1x1x1x1
2 1x2, 2x1, 1x1x2
3 1x3, 3x1, 1x1x3
4 1x4, 4x1, 2x2, 1x1x4
5 1x5, 5x1, 1x1x5
6 1x6, 6x1, 3x2 2x3, 1x1x6
Gambar 7.1
Gambar 7.2
Jika suatu bilangan tidak mempunyai nama faktor bilangan itu disebut
satuan atau unit ; jika bilangan hanya mempunyai satu nama faktor, disebut
bilangan prima ; dan jika mempunyai dua atau lebih nama faktor disebut bilangan
komposit. Dengan demikian kita melihat bahwa 1 adalah satu-satunya bilangan
yang merupakan ilangan satuan; 2, 3, 5 bilangan prima dan 4, 6 bilangan
komposit.
Jadi berdasarkan nama faktor bilangan asli dikelompokkan:
a. bilangan satuan
b. ilangan prima
c. bilangan komposit
8
Salah satu cara yang dapat memberikan petunjuk kepada anak untuk
menmukan apakah suatu bilangan itu prima atau komposit adalah: pertama
memberikan kepada anak himpunan objek-objek sebanyak bilangan itu.
Kemudian anak diminta untuk menyusun objek-objek itu dalam jajaran yang
berbentuk persegi panjang. Jika susunan yang dapat dibentuk hanya terdiri dari
satu kolom atau satu baris saja, maka bilangan tersebut adalah bilangan prima.
Tetapi jika dapat disusun dalam bentuk jajaran yang lain, maka bilangan tersebut
bilangan komposit. Misalnya, anak dapat menemukan 12 bukan bilangan prima,
karena objek-objek yang diberikan dapat dibentuk susunan jajaran sebagai
berikut.
**
**
*** **
*** **** **
Anda dapat menyusun kegiatan belajar bebas bagi siswa sebagai berikut:
Setiap anak diberi himpunan objek sebanyak tigapuluh atau lebih. Kemudian anak
diminta untuk menyusun objek-objek itu dalam berbagai bentuk jajaran dengan
memulai dari 2 objek dan selanjutnya mencari dan mencatat jumlah maksimum
macam susunan yang dapat dibentuk dari 2 objek itu; kemudia 3 objek; 4 objek
dan seterusnya. Sebelum memulai kegiatan eksplorasi ini, bila diperlukan, Anda
dapat mendemonstrasikan kemungkinan terjadinya susunan ajaran dengan
menggunakan contoh.
9
2 macam susunan 2 macam susunan 3 macam susunan
bilangan 2 bilangan 3 bilangan 4
10
3 6 9 12 15 18 21
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Gb 7.6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Gb 7.7
Perhatikan bahwa 3 adalah bilangan setelah 2 yang tidak ditandai,
karena 3 bukan kelipatan 2; 3 adalah prima. Selanjutnya kita dapat
menyisihkan semua kelipatan 3 yang merupakan bilangan komposit dengan
menandai setiap bilangan yang lebih besar 3 seperti tampak pada gambar 7.8
11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Dengan cara yang serupa kita dapt menemukan bilangan prima yang
lebih besar. Proses ini disebut penaringan.
Untuk menemukan bilangan-bilangan prima dapat pula dikerjakan
sebagai berikut. Dengan dasar bilangan prima 2 dan 3, setiap bilangan asli
dapat dinyatakan sebagai 6 x + jika , dapat diganti dengan
bilangan cacah (6 ditentukan dari 2x3). Diperoleh pola sebagai berikut:
1 7 13 19 26 37
2 8 14 20 27 38
3 9 15 21 28 39
4 10 16 22 29 40
5 11 17 23 30 41
Gambar 7.9
6 12 18 24 31 42
12
Cara ini merupakan metode yang baik untuk menyisihkan kelipatan 2
dan 3. Dengan jalan yang sama kita dapat menyisihkan kelipatan 5,7,11, dan
seterusnya. Cara-cara penyaringan seperti di atas adalah cara yang baik untuk
menemukan bilangan-bilangan prima yang kecil, tetapi cara ini tidak efesien
untuk menentukan bilangan yang besar misalnya apakah 4809 merupakan
bilangan prima atau bukan.
G. Cara Mengajar Ciri-Ciri Bilangan Habis Dibagi
Sebelum anak dapat memulai kegiatan belajar eksploritas bebas,
Anda perlu menjelaskan lebih dulu definisi hubungan habis dibagi antara dua
bilangan asli dalam istilah hasil bagi dan sisa.
dikatakan habis dibagi , jika hasil baginya adalah bilangan asli dan
sisanya nol.
Misalnya, 8 habis dibagi 2, karena hasil bagi 8 dan 2 adalah 4, dan sisanya 0.
13
300+35+1 3500+50+1 1500+100+3
21600+70+3 217000+100+2 213000+200+7
Gambar 7.12
Dengan cara serupa, anak diminta untuk mencari aturan habis dibagi
5. Gambar 7.13 menggambarkan latihan yang mungkin dapat digunakan
14
sebagai pengarahan bagi anak untuk menentukan aakah suatu bilangan habis
dibagi 5.
Seperti mencari aturan habis dibagi 3, berikut ini anak diminta untuk
menmukan aturan habis dibagi 9.
Gambar 7.14
15
H. Faktor Prima
Setiap bilangan mempunyai factor prima, karena setiap bilangan dapat disajikan
dalam perkalian bilangan-bilangan prima. Adapun cara mencari factor prima
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara table dan diagram pohon.
Contoh : carilah factor prima dari 140
a. Cara table
Factor-faktor dari 140 adalah:
1 2 4 5 7 10
140 70 35 28 20 14
Jadi, faktor prima dari 140 adalah 2, 5 dan 7
b. Cara diagram pohon
Cara ini adalah cara termudah dan yang paling banyak digunakan untuk
mencari factor prima sekaligus faktorisasi prima. Ilustrasi untuk mencari
faktorisasi prima 140 disajikan sebagai berikut:
140
2 70
2 35
5 7
Jadi, factor prima dari 140 adalah 2, 5, dan 7.
I. Faktorisasi Prima
Penyajian perkalian bilangan-bilangan prima disebut sebagai faktorisasi prima.
Dengan menggunakan diagram pohon kita telah mendapatkan factor prima dari
140. Di sana dapat dijumpai banyaknya factor 2 adalah dua, factor 5 adalah satu
dan factor 7 adalah satu. Dengan demikian dapat dituliskan 140 dalam faktorisasi
prima sebagai berikut:
140 = 2 × 2 × 2 × 5 × 7 = ×5×7
Contoh: carilah faktorisasi prima dari 120
2 60
16
2 30
2 15
3 5
Jadi, faktorisasi primanya adalah 120 = ×3×5
2 6 = 22 3
2 3
2 15
3 5
2 21
3 7
Jika kita diminta untuk menemukan himpunan pembagi sejati dari suatu
bilangan maka tidak efisien kalau kita menggunakan aturan sifat habis dibagi atau
dengan menyelidiki apakah suatu bilangan merupakan pembagi dari bilangan
tersebut. Berikut ini akan dipelajari teknik yang lebih cepat untuk menentukan
17
himpunan pembagi sejati dari suatu bilangan yang memungkinkan anak
bereksplorasi bebas.
Sebagaimana telah dipelajari, bahwa setiap bilangan asli dapat mempunyai
nama faktor yang tak hingga banyaknya, (jika kita membolehkan 1 sebagai
faktor). Untuk membatasi jumlah nama faktor suatu bilangan, kita hanya akan
menggunakan nama faktor yang mempunyai tepat satu faktor bilangan 1.
Nama-nama faktor berikut memenuhi pembatasan kita: 3 × 1; 1 × 3; 2 × 3
×5; 7 × 7 × 2 × 5; 2 × 7 × 5 × 7; 7 × 2 × 7 × 5. Karena perubahan urutan faktor
tidak mengubah nilai bilangan, dibuat kesepakatan lebih lanjut bahwa urutan
nama-nama faktor ditulis dengan faktor terkecil disebelah kiri misalnya, 2 × 2 × 3
× 7 × 13 × 29.
Marilah kita mempelajari secara sistematis bagaimana memperoleh nama
faktor suatu bilangan dalam bentuk tersebut. Perhatikan bilangan 60 (= 2 × 30); 2
faktor dari 30 (= 2 × 15); 3 faktor dari 15 (= 3 × 5); karena 5 bilangan prima,
maka kegiatan memfaktorkan selesai. Jadi 60 = 2 × 2 × 3 × 5. Gambar 7.17
menyatakan analisis yang menggunakan pohon faktor. Bentuk pemfaktoran 2 × 2
× 3 × 5 disebut faktorisasi prima dari 60.
2 15
3 5
Gambar 7.17
Jika nama faktor dari suatu bilangan memuat faktor yang sama, untuk
keperluan selanjutnya diperlukan tanda indeks untuk faktor yang sama itu.
Contoh : 36 = 2 × 2 × 3 × 3 ditulis
54 = 2 × 3 × 3 × 3 ditulis
18
Marilah kita pelajari bagaimana kita dapat menyusun suatu kegiatan belajar
eksplorasi bebas bagi anak dalam mempelajari konsep faktorisasi bilangan prima
suatu bilangan. Untuk kegiatan ini anak diberikan satu tumpukan kartu yang
bertuliskan bilangan prima. Ada beberapa kartu “2”, kartu “3”, kartu “5”, dan
seterusnya di dalam tumpukan kartu tersebut. Anak diberikan kertas lembaran
tugas sebagai berikut.
Bilangan Nama faktorisasi prima
2 ...×...×...×...×...
3 ...×...×...×...×...
4 ...×...×...×...×...
5 ...×...×...×...×...
6 ...×...×...×...×...
7 ...×...×...×...×...
8 ...×...×...×...×...
9 ...×...×...×...×...
10 ...×...×...×...×...
11 ...×...×...×...×...
12 ...×...×...×...×...
19
9 3 × 3 ×...×...×...
10 ...×...×...×...×...
11 ...×...×...×...×...
12 ...×...×...×...×...
2 Menggunakan Tabel
a. 24
2 12
2 6
2 3
3 1
b. 40
2 20
2 10
2 5
5 1
20
J. FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB)
FPB merupakan hasilkali faktor yang sama dengan pangkat terkecil.
Cara mencari FPB
1) Menggunakan Himpunan Faktor Persekutuan
Contoh :
a. Tentukan FPB dari bilangan 18 dan 24
Faktor 24 = {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24}
Faktor 60 = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 15, 20, 30, 60}
Mempunyai faktor persekutuan dari 24 dan 60 = {1, 2, 3, 4, 6, 12}
Jadi, FPB dari 24 dan 60 = 12
2 18 2 25
2 9 5 5
3 3
21
22 32 = 36 2 52
Jadi, FPB dari 36 dan 50 adalah 2
2 adalah bilangan prima yang sama-sama terdapat faktorisasi prima
kedua pohon faktor.
Pangkat terendah dari 2 adalah 1.
Maka FPB nya adalah 2
2 9 2 15 2 18
3 3 3 5 2 9
2 32 = 18 2 3 5 = 30 3 3
22 32 = 36
3) Menggunakan Tabel
Buatlah cara tabel untuk mencari faktorisasi prima dari bilangan yang
dicari FPB-nya.
Beri tanda faktor prima yang sama..
Contoh
a. Tentukan FPB dari bilangan 36 dan 90
22
36 90
2 18 45
3 6 15
3 2 5
2 1 5
5 1 1
23
Jika 12 mempunyai nama faktor 3 , maka sebaliknya 2, 3,
4, 6, adalah faktor dari 12.
Himpunan semua faktor 12 adalah {1, 2, 3, 4, 6, 12}
Himpunan semua faktor 8 adalah {1, 2, 4, 8}
Maka himpunan faktor persekutuan 12 da 8 ialah {1, 2, 4} dan faktor
persekutuan terbesar (FPB) 12 dan 8 adalah 4
Dengan menggunakan irisan 2 himpunan faktor-faktor prima dari 2
bilangan, dapat diperoleh dari 2 bilangan tersebut. Gambar 7.20 menunjukan
beberapa cara memperoleh beberapa FPB dengan irisan himpuanan faktor-
faktor prima dari dua bilangan yang diketahui.
12 dan 8 { } { }={ } 2
3 dan 10 { } { }={ }
4 dan 8 { } { }= { } 2
*karena tidak mempunyai faktor persekutuan prima sedangkan 1 adalah
faktor setiap bilangan maka FPB dari 3 dan 10 adalah 1
Kita dapat menggunakan FPB untuk menemukan bentuk paling
sederhana dari himpunan pecahan yang ekuivalen; misalnya diketahui
bilangan pecahan . Irisan himpunan faktor-faktor prima dari 12 dan 28
adalah{ } { }={ }
24
B=2
Maka FPB 2
Dengan demikian 4 merupakan FPB bilangan 8 dan 12.
25
Dengan memodifikasi lembaran tugas seperti dalam pasal sebelumnya
dapat disusun kegiatan belajar eksplorasi bebas untuk menemukan dari
sepasang bilangan.
Sekarang anak diberi satu tumpukan kartu bilangan prima yang terdiri
dari bermacam-macam kartu bilangan prima yang diberi warna tertentu.
Misalnya semua kartu biru menunjukan bilangan 3 dan sebagainya.
Pertama, anak diminta untuk menunjukan faktorisasi prima dan
sepasang bilangan, misalnya bilangan A = 35 dan B = 25 yang diharapkan
akan ditunjukkan sebagai berikut,
A=5
B=5
Selanjutnya, anak diminta memindahkan kartu bilangan prima faktor dari
bilangan A ke tempat bilangan B maska kartu di tumpukkan di atas bilangan
yang sama tersebut. Setelah tugas itu dilaksanakan akan diperoleh
5
Selanjutnya anak akan menemukan bahwa KPK 35 dan 25 adalah 5
26
Jadi, KPK dari 6, 8, dan 12 = 24
Contoh :
a. Tentukan KPK dari bilangan 12 dan 30
12 30
2 6 2 15
2 3 3 5
22 3 2 3 5
Jadi, KPK dari 12 dan 30 adalah 22 3 5 = 60
3 7 2 12 2 10
2 6
27
2 5
2 3
2 x 3 x 7 = 21 24 3 = 48 23 5 = 40
3) Menggunakan Tabel
Buatlah cara tabel untuk mencari faktorisasi prima dari bilangan yang
dicari KPK-nya.
Kalikan semua faktor prima.
Contoh
KPK = 2 X 2 X 3 X 3 X 3
= 22 X 33 = 108
28
3 5 5 25
5 1 1 5
5 1 1 1
KPK = 2 X 3 X 5 X 5
= 2 X 3 X 52 = 150
L. Hubungan KPK dan FPB
Untuk mencari KPK atau FPB dari dua bilangan dapat dilakukan dengan
cara lain, yaitu jika salah satu dari KPK atau FPB sudah diketahui. Cara yang
digunakan adalah dengan menerapkan rumus :
Contoh :
Tentukan KPK atau FPB dari 16 dan 24 !
Penyelesaian :
16 = 24
24 = 23 x 3
FPB ( 16 , 24 ) = 23 = 8
KPK ( 16 , 24 ) = = 1.008
M. Menyelesaikan Soal Cerita yang Berhubungan Dengan FPB dan KPK dalam
Kehidupan Sehari – hari
a.
Dari gambar diatas terdapat dua lampu, dimana lampu A menyala setiap
8 detik dan lampu B menyala setiap 12 detik. Pada detik ke berapa
pertama kali kedua lampu akan menyala bersama ?
29
Jawab :
8 12
2 4 6
2 2 3
2 1 3
3 1 1
30
a.Berapa banyak stoples yang harus disediakan?
b. Berapa banyak permen rasa cokelat, rasa jeruk, dan rasa mangga dalam
setiap stoplesnya yang diterima anak - anak?
FPB dari 75, 105, dan 120
75 105 120
2 75 105 60
2 75 105 30
2 75 105 15
3 25 35 5
5 5 7 1
5 1 7 1
7 1 1 1
Pak Teguh mendapat tugas piket di sekolah setiap 12 hari sekali. Pak Didi
mendapat tugas piket setiap 18 hari sekali. Tanggal 1 April 2008 mereka
mendapat tugas piket secara bersamaan. Kapan mereka akan mendapat
tugas piket secara bersamaan untuk yang kedua?
Jawab :
31
KPK dari 12 dan 18
12 18
2 6 9
3 2 3
2 1 3
3 1 1
KPK dari 12 dan 18 adalah 2 x 2 x 3 x 3 = 36.
Jadi mereka mendapat tugas piket di sekolah bersama-sama setiap 36 hari.
Jika tanggal 1 April 2008 mendapat tugas piket di sekolah bersama-sama
mereka ronda bersama-sama, maka tanggal 7 Mei 2008 mereka ronda
bersama-sama lagi.
32
Hal – hal berikut perlu disampaikan kepada para siswa,mengingat mereka
untuk pertama kalinya mengetahui berdasarkan informasi dari kita. Namun
demikian bisa saja hal – hal berikut di sampaikan secara tanya jawab.
1. Sistem Romawa ini merupakan system penjumlahan dan system
perkalian. Contoh :
XVII
10 + 5 + 1 + 1 = 17
2. Bilangan angka terdiri dari 2 lambang pokok, maka nilai angka
tersebut
a. Sama dengan jumlah nilai kedua lambang bilangan itu, jika
lambang – lambangnya mempunyai nilai yang menurun dari kiri ke
kanan ( nilai yang paling tinggi terletak di sebelah kiri )
b. Sama dengan selisih nilai kedua lambang bilangan itu, bila
lambang – lambangnya mempunyai nilai yang menarik ( nilai yang
paling tinggi terletak di sebelah kanan )
Contoh :
IX = 10 – 1 = 9 ( dari kiri kekanan nilainya naik atau nilai
paling tinggi di sebelah kanan jadi
dikurangkan )
MC = 1000 + 100 = 1100 ( dari kiri kekanan nilainya turun atau
nilai yang paling tinggi di sebelah kiri,
jadi di jumlahkan )
3. Banyaknya lambang yang diletakkan di sebelah kiri lambang yang
dikurangi hanya satu lambang, sedangkan sebelah kanan bertambah
boleh lebih dari satu lambang.
Contoh :
XIII = 10 + 3 = 13
XXL ≠ 30 ( XXL tidak punya arti )
33
4. Lambang bilangan yang sama bila ditulisnya berurutan tidak boleh
lebih dari 3 angka ( lambang bilangan )
Contoh :
40 ditulis XL dan bukan XXXX
5. Pengurangan mempunyai aturan sebagai berikut, I hanya dapat
dikurangkan dari V dan X, X hanya dapat di kurangkan dari L dan C,
dan C hanya dapat dikurangkan dari D dan M ( Hanya ada 6 kasus )
1. IV = 5 – 1 = 4
2. IX = 10 – 1 = 9
3. XL = 50 – 10 = 40
4. XC = 100 – 10 = 90
5. CD = 500 – 100 = 400
6. CM = 1000 – 100 = 900
6. Karena sistem angka Romawi ini mempunyai dasar (basis )10, maka
dalam penulisannya kita tidak pernah melihat lambang – lambang
besar yang bukan perpangkatan dari 10 diajarkan.
Contoh :
a. 10 ≠ V V
b. 100 ≠ L L L
c. 1000 ≠ D D
7. untuk menuliskan sebuah bilangan yang besar digunakan simbol garis
(“_”) di atas simbol yang bersangkutan.
Contoh :
34
pertanyaan, mengingat adanya beberapa ketentuan yang berlaku dalam
sistem Romawi.
1. 1983 = ...
= 1000 + 900 + 80 + 3
=1000 + ( 1000 - 100) + ( 50 + 30 ) + 3
=MCMLXXXIII
35
2. 94.000.000 = ...
= 94 x 1.000.000
= (90 + 4) x 1.000.000
= ((100 – 10) + (5-1)) x 1000 x 1000
=XCIV
3) Mengubah Bilangan Romawi Menjadi Bilangan Desimal
Langkah – langkah pembelajaran untuk mengubah dari sistem
Romawi menjadi sistem Desimal dapat dilakukan seperti alternatif
pembelajaran di atas.
Tulislah bilangn Desimal dari bilangan-bilangn Romawi berikut.
a) C D X C I = ...
= (500 - 100) + (100 - 10) + 1
= 400 + 90 + 1
= 491
b) I X D C X L I V = (10 - 1) x 1000 + (500 + 100) + (50 – 10 ) + (5-1)
= 9.000 + 600 + 40 + 4
= 9.644
36