You are on page 1of 36

TUGAS KELOMPOK

CARA MENGAJAR BILANGAN PRIMA,


KOMPOSIT, FPB, KPK, DAN BILANGAN ROMAWI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Matematika 3

Dosen Pembimbing : Drs. H. Fansuri, M. Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelas B

Zainul Aulia A1E307946


Nana Nurliani A1E3079

PROGRAM STUDI S1 PGSD TERINTEGRASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009

1
CARA MENGAJAR BILANGAN PRIMA,
KOMPOSIT, FPB, KPK, DAN BILANGAN ROMAWI

A. Pola Bilangan Ganjil dan Genal


Pada pokok bahasan ini, anda diajak untuk mengenal bilangan ganjil dan
bilangan genap serta cara mengenalkannya kepada siswa.
Definisi:
1. Bilangan asli yang tidak habis dibagi dua disebut bilangan ganjil
2. Bilangan asli yang habis dibagi dua disebut bilangan genap
Contoh
1. 3, 5, 7, 9, 11, . . . . adalah bilangan ganjil, sebab tidak tidak habis dibagi dua,
karena jika dibagi dua menghasilkan sisa satu.
2. 4, 6, 8, 10, 12 . . . . adalah bilangan genap, sebab habis dibagi 2, atau jika
dibagi dua sisanya nol.
Contoh :

1. 5 =2x2+1, jadi 5 bilangan-bilangan ganjil


2. 7 =2x3+1, jadi 7 adalah bilangan ganjil
3. 19 =2x9+1, Jadi 19 adalah bilangan ganjil
4. 37 =2x18+1, jadi 37adalah bilangan ganjil
5. 73 =2x36+, jadi 73 adalah bilangan ganjil
6. 2 =2x1 jadi 2 adalahbilangan genap
7. 8 =2x4 jadi 8 adalah bilangan genap
8. 26 =2x13 jadi 26 adalah bilngan genap
Pembelajaran
Media yang dapat anda gunakan menanamkan konsep bilangan ganjil dan
genap kepada siswa, adalah kelereng, lidi, atau benda lain yang mudah didapat
disekitar kelas.
Untuk mengajarkan konsep bilangan ganjil kepada siswa, anda dapat
melakukan langkah-langkah seperti berikut.
Ambillah sejumlah lidi atau kelereng, kemudian kelompokkan dua-dua. Jika
ternyata masih ada sisa yang tidak mempunyai teman berkelompok, maka berarti
banyak lidi atau kelereng yang diambil adalah ganjil.

2
Pandang kelompok kelereng dibawah ini kemudian hitunglah banyaknya
kelereng menurut baris.

=7
=5
=3
=1
Keterangan diatas setelah dikelompokkan dua-dua ternyata menyisakan satu,
ini berarti banyak kelereng masing-masing kelompok adalah ganjil. Oleh karena
itu bilangan yang menyatakan banyaknya kelereng dalam masing-masing
kelompok diatas disebut bilangan ganjil.
Jadi 1, 3, 5, 7. . . . merupakan bilangan ganjil.
Sekarang ambil sejumlah lidi, sedemikian sehingga dapat dikelompokkan
menjadi dua-dua.
Pandang kelompok lidi dibawah ini, kemudian hitung banyaknya lidi
menurut baris.

=8
=6
=4
=2
Banyaknya lidi yang dikelompokkan dua-dua diatas adalah genap. Oleh
karena itu bilangan yang menyatakan banyak lidi di atas adalah disebut bilangan
genap.
Jadi 2, 4, 6, 8 . . . . adalah bilangan genap.
Untuk lebih memantapkan pemahaman siswa pada konsep bilangan ganjil
dan genap ini, sebaiknya anda melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Tugasi beberapa siswa masing-masing mengambil sejumlah lidi atau
kelereng atau kerikil kecil atau benda lain yang mudah didapat di sekitar
kelas, kemudian sarankan mereka untuk mengelompokkan menjadi dua-dua.
2. Pisahkan kelompok siswa yang memegang kelereng atau benda lain yang
dapat dibuat kelompok dua-dua dengan siswa yang memegang kelereng atau
benda lain yang tidak habis jika dikelompokkan menjadi dua-dua.

3
3. Masing-masing anak suruh menyebutkan banyak kelereng atau benda lain
yang dipegangnya.
4. Kemudian jelaskan kepadasiswa, kelompok mana yang memegang kelereng
atau bendalain dengan jumlah ganjil dan kelompok mana yang memegang
kelereng atau benda lain dengan jumlah genap.
Untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami bilangan ganjil atau
bilangan genap, sebutlah suatu bilangan atau tulisan dipapan tulis atau bilangan,
kemudian tenyakan kepada siswa apakah bilangan tersebut bilangan ganjil atau
genap. Cara ini dapat diulang untuk bebrapa bilangan, kalau perlu samapai
bilangan ribuan. Tetapi yang harus diingat adalah, setiap siswa menjawab genap
atau ganjil tanyakan alasannya mengapa demikian. Dengan demikian diharapkan
siswa akan lebih memahami konsep bilangan ganjil dan bilangan genap.

Sifat bilangan Ganjil


Perhatikan penjumlahan berikut :

3+7=10
1+5=6
13+25=38
17+13=30
Bilangan-bilangan apakah yang terletak di ruas kiri (disebelah kiri tanda
samaa dengan) dan bilangan-bilangan apakah yang terletak di ruaskanan (di
sebelah kanan tanda sama dengan)?

Kepada siswa anda dapat menjelaskan secara induktif dengan beberpa


contoh seperti dan kemudian menyimpulkan bahwa jumlah dua bilangan ganjil
adalah bilangan genap. Tetapi secara matematika tidak di tuntut membuktikan
beberapa pernyataan itu secara dedukatif, artinya dari pernyataan yang benar
bersifat umum diberlakukan untuk pernyataan yang khusus.

B. Faktor Suatu Bilangan


Pertama kali yang perlu disampaikan kepada siswa berkaitan dengan istilah faktor
adalah pembagian bilangan asli oleh bilangan asli. Oleh karenanya guru perlu
memberikan bahan apersepsi kepada siswa berupa penguasaan fakta dasar

4
perkalian dan pembagian. Kemudian kita berikan pengertian factor suatu bilangan
adalah pembagi habis bilangan tersebut. Selanjutnya kita berikn beberapa contoh:
Contoh : carilah semua factor dari 12
Untuk menyelesaikan masalah ini perlu disampaikan bahwa factor merupakan
bilangan ali yang kurang dari atau sama dengan 12. Langkah-langkah nya sebagai
berikut:
Ajak siswa untuk menyimpulkan bahwa 1 dan 12 merupakan factor dari
12, selanjutnya berikan penguatan bahwa 1 merupakan factor dari setiap
bilangan, demikian pula suatu bilangan merupakan factor dari dirnya
sendiri.
Ajak siswa untuk mencari bilangan-bilangan yng merupakan pembagi
habis 12, yaitu 2,3,4, dan 6.
Dari kedua kegiatan kita dapat disimpulkan bahwa himpunan factor dari
12 adalah { 1, 1,2, 3, 4, 6, 12 }
Penanaman konsep tentang faktor juga dapat dilakukan dengan media
sederhana berupa kartu berangka.

C. Kelipatan Suatu Bilangan


Pengertian kelipatan berkaitan dengan bilangan asli, sehingga siswa perlu
diapersepsi tentang himpunan bilangan asli { 1, 2, 3, 4, 5,…}. Kelipatan suatu
bilangan adalah bilangan-bilangan yang merupakan hasil perkalian dari bilangan
tersebut dengan himpunan bilangan asli. Untuk lebih memahamkan pengertian
tersebut sebaiknya berikan beberapa contoh, misalkan
Contoh : Tuliskan himpunan bilangan-bilangan kelipatan 6
Untuk mendapatkannya kita bisa ajak siswa untuk mengalikan 6 dengan
himpunan bilangan asli sehingga diperoleh 6 × 1, 6 × 2, 6 × 3, 6 × 4, dan
seterusnya sehingga didapatkan himpunan kelipatan 6 yaitu {6, 12, 18, 24, …}
Berkaitan dengan konsep ini kita bisa sampaikan bahwa 6 merupakan salah satu
factor dari himpunan kelipatan 6.

5
D. Bilangan Prima
Bilangan prima merupakan bilangan asli yang lebih dari 1 dan tepat
mempunyai dua factor yaitu 1 dan dirinya sendiri. Aristoteles memperkenalkan
cara mencari bilangan prima yang selanjutnya dikenal dengan saringan
Aristoteles. Metode ini juga sangat penting diperkenalkan kepada siswa SD untuk
dapat mengidentifikasi bilangan prima kurang dari 100, adapun langkah-langkah
identifilkasinya adalah sebagai berikut.
Susunlah bilangan asli dari 1 sampai dengan 100 dalam bentuk persegi
Coretlah bilangan 1 (ditandai dengan member bulatan, 1 )
Coretlah bilangan kelipatan 2, kecuali 2 (ditandai dengan coret mendatar, 4)
Coretlah bilangan kelipatan 3, kecuali 3 (ditandai coret mendatar ganda, 15)
Setelah dicoret kelipatan 2 dan 3, tentunya bilangan-bilangan berkelipatan 4, 6,
8, dan 9 sudah ikut dicoret, sehingga untuk selanjutnya yang perlu dicoret
tinggal kelipatan 5 dan kelipatan 7.
Coretlah bilangan kelipatan 5, kecuali 5 (ditandai coret mendatar dan garis
bawah, 25)
Coretlah bilangan kelipatan 7, kecuali 7 (ditandai coret mendatar dobel dan
garis bawah, 49)
Dan seterusnya, sehingga semua bilangan yang mempunyai factor selain
dirinya sendiri dan 1 telah tercoret semuanya. Dan akhirnya tersisa bilangan
yang tidak tercoret merupakan bilangan prima yang kurang dari 100, yaitu: 2,
3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83,
89, 97. Semua anggota bilangan prima adalah bilangan ganjil kecuali 2.
Setelah kita sajikan identifikasi bilangan prima dengan saringa Aristoteles,
kita perlu mengajak siswa untuk berpikir secara abstrak untuk mendapatkan cirri-
ciri bilangan prima kurang dari 100. Adapun beberapa fakta cirri bilangan prima
yang perlu disampaikan ke siswa adalah sebagai berikut.
Merupaka bilangan ganjil, kecuali 2
Bukan merupakan angka kembar, kecuali 11, misalnya 22, 33, 44, . . . bukan
bilangan prima.
Jumlah angka-angkanya berkelipatan 3, contohnya 21 (2+1=3), 27 (2+7=9),
54 (5+4=9) bukan bilangan prima karena habis dibagi 3.

6
Tidak berangka satuan 5, misalnya 15, 25, 35, . . . bukan bilangan prima
karena habis dibagi 5.
Bukan merupakan bilangan kuadrat, misalnya 9. 25, 49, 81, . . .

E. Bilangan Komposit
Pada saringan Aristoteles, bilangan yang tidak dicoret merupakan bilangan
prima, sedangkan bilangan-bilangan yang dicoret selain 1 disebut bilangan
komposit. Dengan kata lain, bilangan komposit merupakan bilangan bukan prima
selain 1, atau bilangan asli yang mempunyai faktor lebih dari dua faktor.

F. Cara Mengajar Bilangan Prima dan Bilangan Komposit


Setiap bilangan asli dapat dinyatakan seagai hasil perkalian bilangan asli yang
lain, misalnya 6=2x3=6x1x1, dan sebagainya. Bentuk 2x3, 6x1x1 disebut nama
faktor dari bilangan 6. Perhatikan nama faktor untuk 6 ilagan asli pertama seperti
gambar 7.1.
Sebagaimana kita ketahui, untuk menyatakan nama faktor suatu bilangan kita
dapat mengunakan 1 sebagai faktor sesering yang diinginkan, sehingga diperoleh
banyak nama faktor untuk bilangan tersebut. Leh karena itu untuk membatasi
jumlah nama faktor suatu bilangan, ditentukan bahwa :

(a) 1 tidak dapat diunakan sebagai faktor lebih dari sekali.


(b) Jika dua nama faktor suatu bilangan merupakan perkalian faktor-faktor
yang sama tetapi dalam urutan berbeda, maka dua faktor tersebut
dikatakan sama.

Dengan pembatasa tersebut, daftar nama-nama faktor pada gambar 7.1 dapat
berubah seperti terlihat pada gambar 7.2.

7
Bilangan Macam nama faktor
1 1x1, 1x1x1, 1x1x1x1
2 1x2, 2x1, 1x1x2
3 1x3, 3x1, 1x1x3
4 1x4, 4x1, 2x2, 1x1x4
5 1x5, 5x1, 1x1x5
6 1x6, 6x1, 3x2 2x3, 1x1x6

Gambar 7.1

Bilangan Nama faktor


1 tidak mempunyai nama faktor
2 1x2
3 1x3
4 1x4 2x2
5 1x5
6 1x6, 2x3

Gambar 7.2

Jika suatu bilangan tidak mempunyai nama faktor bilangan itu disebut
satuan atau unit ; jika bilangan hanya mempunyai satu nama faktor, disebut
bilangan prima ; dan jika mempunyai dua atau lebih nama faktor disebut bilangan
komposit. Dengan demikian kita melihat bahwa 1 adalah satu-satunya bilangan
yang merupakan ilangan satuan; 2, 3, 5 bilangan prima dan 4, 6 bilangan
komposit.
Jadi berdasarkan nama faktor bilangan asli dikelompokkan:
a. bilangan satuan
b. ilangan prima
c. bilangan komposit

8
Salah satu cara yang dapat memberikan petunjuk kepada anak untuk
menmukan apakah suatu bilangan itu prima atau komposit adalah: pertama
memberikan kepada anak himpunan objek-objek sebanyak bilangan itu.
Kemudian anak diminta untuk menyusun objek-objek itu dalam jajaran yang
berbentuk persegi panjang. Jika susunan yang dapat dibentuk hanya terdiri dari
satu kolom atau satu baris saja, maka bilangan tersebut adalah bilangan prima.
Tetapi jika dapat disusun dalam bentuk jajaran yang lain, maka bilangan tersebut
bilangan komposit. Misalnya, anak dapat menemukan 12 bukan bilangan prima,
karena objek-objek yang diberikan dapat dibentuk susunan jajaran sebagai
berikut.

**

**

*** **

*** **** **

*** ****** **** **

*** ****** **** **

4x3 2x6 3x4 6x2

Anda dapat menyusun kegiatan belajar bebas bagi siswa sebagai berikut:
Setiap anak diberi himpunan objek sebanyak tigapuluh atau lebih. Kemudian anak
diminta untuk menyusun objek-objek itu dalam berbagai bentuk jajaran dengan
memulai dari 2 objek dan selanjutnya mencari dan mencatat jumlah maksimum
macam susunan yang dapat dibentuk dari 2 objek itu; kemudia 3 objek; 4 objek
dan seterusnya. Sebelum memulai kegiatan eksplorasi ini, bila diperlukan, Anda
dapat mendemonstrasikan kemungkinan terjadinya susunan ajaran dengan
menggunakan contoh.

9
2 macam susunan 2 macam susunan 3 macam susunan
bilangan 2 bilangan 3 bilangan 4

Gambar 7.3 menunjukkan susunan jajaran yang mungkin dengan


menggunakan 2 balok, 3 balok, dan 4 balok.
Jika susunan yang dapat dibentuk ada tepat 2 macam, bilangan itu adalah bilangan
prima, etapi jika lebih dari 2 macam bilangan itu adalah bilangan komposit.
Bagi anak yang lebih dewasa, untuk menyelidiki atau mencari
bilangan prima dapat diberikan cara sebagai berikut. Terlebih dahulu akan
dibahas sifat barisan kelipatan bilangan prima.
Barisan pada gambar 7.4 adalah barisan bilangan kelipatan 2 dan
nama-nama faktornya. terlihat bahwa semua bilangan yang lebih dari 2
mempunyai nama lain yang terpendek selain nama yang menggunakan faktor
1, sehingga semua bilangan tersebut adalah komposit; atau tidak ada bilangan
kelipatan 2 dan lebih dari 2 yang merupakan bilangan prima.
2 4 6 8 10 12 14 16

1x2 2x2 3x2 4x2 5x2 6x2 7x2 8x2

Barisan pada gambar 7.5 adalah barisan kelipatan 3 dengan nama


faktor-faktornya. Semua bilangan yang lebih dari 3 mempunyai nama lain
yang terpendek selain nama yang menggunakan faktor 1, sehingga semua
bilangan kelipatan 3 yang lebih dari 3 adalah bilangan komposit. Atau tidak
ada bilangan prima kelipatan 3 yang lebih 3. Demikian selanjutnya untuk
barisan kelipatan 5, kelipatan 7, kelipatan 11 semuanya bukan bilangan prima,
kecuali 5, 7, 11 sendiri.

10
3 6 9 12 15 18 21

1x3 2x3 3x3 4x3 5x3 6x3 7x3

Dengan menggunakan sifat tersebut, kita dapat mencari atau


menemukan bilangan-bilangan prima yang kurang dari bilangan yang
ditentukan. Misalny, ingin dicari bilangan prima yang kurang dari 30.

Perhatikan tabel bilangan 1 sampai dengan 30 pada gambar 7.6.


Kotak 1 diarsir karena 1 adalah bilangan satuan. Selanjutnya jika kita
menandai kotak setiap bilangan kelipatan 2 setelah 2 maka artinya kita telah
menyisihkan semua kelipatan 2 yang merupakan bilangan komposit seperti
pada gambar 7.7.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Gb 7.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Gb 7.7
Perhatikan bahwa 3 adalah bilangan setelah 2 yang tidak ditandai,
karena 3 bukan kelipatan 2; 3 adalah prima. Selanjutnya kita dapat
menyisihkan semua kelipatan 3 yang merupakan bilangan komposit dengan
menandai setiap bilangan yang lebih besar 3 seperti tampak pada gambar 7.8

11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Dengan cara yang serupa kita dapt menemukan bilangan prima yang
lebih besar. Proses ini disebut penaringan.
Untuk menemukan bilangan-bilangan prima dapat pula dikerjakan
sebagai berikut. Dengan dasar bilangan prima 2 dan 3, setiap bilangan asli
dapat dinyatakan sebagai 6 x +  jika ,  dapat diganti dengan
bilangan cacah (6 ditentukan dari 2x3). Diperoleh pola sebagai berikut:

a. 6x0+1=1 6x1+1=7 6x2+1=13


b. 6x0+2=2 6x1+2=8 6x2+2=14
c. 6x0+3=3 6x1+3=9 6x2+3=15
d. 6x0+4=4 6x1+4=10 6x2+4=16
e. 6x0+5=5 6x1+5=11 6x2+5=17
f. 6x0+6=6 6x1+6=12 6x2+6=18
Selanjutnya diharapkan anak dapat memperluas pola ini; sehingga diperoleh
tabel seperti pada gambar 7.9.
Perhatikan bahwa bilangan yang tertulis pada baris (b), (d), dan (f)
adalah bilangan genap dan merupakan kelipatan 2. Perhatikan bahwa bilangan
pada baris (c) merupakan bilangan 3. Ini bearti bahwa, selain dari bilangan
prima 2 dan 3, kita akan menemukan bilangan prima yang lain pada baris (a)
dan 9e). Dengan menyisihkan bilangan komposit pada baris ini, maka
ditemukan semua bilangan prima (25, 35 adalah bilangan komposit).

1 7 13 19 26 37

2 8 14 20 27 38

3 9 15 21 28 39

4 10 16 22 29 40

5 11 17 23 30 41
Gambar 7.9
6 12 18 24 31 42

12
Cara ini merupakan metode yang baik untuk menyisihkan kelipatan 2
dan 3. Dengan jalan yang sama kita dapat menyisihkan kelipatan 5,7,11, dan
seterusnya. Cara-cara penyaringan seperti di atas adalah cara yang baik untuk
menemukan bilangan-bilangan prima yang kecil, tetapi cara ini tidak efesien
untuk menentukan bilangan yang besar misalnya apakah 4809 merupakan
bilangan prima atau bukan.
G. Cara Mengajar Ciri-Ciri Bilangan Habis Dibagi
Sebelum anak dapat memulai kegiatan belajar eksploritas bebas,
Anda perlu menjelaskan lebih dulu definisi hubungan habis dibagi antara dua
bilangan asli dalam istilah hasil bagi dan sisa.

dikatakan habis dibagi  , jika hasil baginya adalah bilangan asli dan
sisanya nol.

Misalnya, 8 habis dibagi 2, karena hasil bagi 8 dan 2 adalah 4, dan sisanya 0.

Kagiatan eksplorasi bebas yang menggunakan sifat distributif kanan


operasi pembagian terhadap penjumlahan dapat digunakan sebagai petunjuk
untuk menemukan aturan habis dibagi. Perhatikan gambar 7.10.

Pembagian Hasil bagi Sisa


(35 + 23) : 11 5 3
(35 : 11) + (23 : 11) 3, 2 2, 1
(24 + 25) : 9 5 4
(24 : 9) + (25 : 9) 2, 2 6, 7
(45 + 39) : 4 21 0
(45 : 4 ) + (39 : 4) 11, 9 1, 3

Marilah kita nyatakan lambang bilangan ita dalam notasi panjang


dan menentukan sisa dari bagian-bagian jika bilangan itu dibagi 2. Gambar
7.11. menunjukkan beberapa bilangan yang telah dibagi 2 dan diperoleh
sisanya (673:2, 7102:2, 3207:2).

13
300+35+1 3500+50+1 1500+100+3
21600+70+3 217000+100+2 213000+200+7

600 70 2 7000 100 2 3000 200 6


0 01 0 0 0 0 0 1

0=0+1=1 0+0+0=0 0+0+1=1


Oleh karena itu Oleh karena itu Oleh karena itu
673 :2 bersisa 1 7102 :2 bersisa 0 3207 :2 bersisa 1
Gambar 7.12

Sisa Sisa Sisa Sisa


1:3 ........ 10 : 3 ........ 100 : 3 ........ 1000 : 3 ........
2:3 ........ 20 : 3 ........ 200 : 3 ........ 2000 : 3 ........
3:3 ........ 30 : 3 ........ 300 : 3 ........ 3000 : 3 ........
4:3 ........ 40 : 3 ........ 400 : 3 ........ 4000 : 3 ........
5:3 ........ 50 : 3 ........ 500 : 3 ........ 5000 : 3 ........
6:3 ........ 60 : 3 ........ 600 : 3 ........ 6000 : 3 ........
7:3 ........ 70 : 3 ........ 700 : 3 ........ 7000 : 3 ........
8:3 ........ 80 : 3 ........ 800 : 3 ........ 8000 : 3 ........
9:3 ........ 90 : 3 ........ 900 : 3 ........ 9000 : 3 ........

Gambar 7.12

Perhatikan gambar 7.12. Dari sini diharapkan anak akan menemukan


hubungan antara bilangan yang dibagi 3 dan sisanya. Penemuan ini akan
memudahkan langkah berikutnya dalam pembentukan aturan. Anak
diharapkan sanggup menghitung dengan mencongak, misalnya menentukan
sisa bilangan 6532 jika dibagi oleh 3. Proses mentalnya diharapkan sebagai
berikut : 6000 menghasilkan sisa 0; 500 menghasilkan sisa 2; 30 menghasilkan
sisa 0; dan 2 menghasilkan sisa 2. Jumlah sisa 0+2+0+2=4, yang selanjutnya
dibagi 3 bersisa 1. Dengan demikian jika 6532 dibagi 3, akan diperoleh sisa 1.
Selanjutnya diharapkan anak sudah dapat menemukan auran habis dibagi 3.

Dengan cara serupa, anak diminta untuk mencari aturan habis dibagi
5. Gambar 7.13 menggambarkan latihan yang mungkin dapat digunakan

14
sebagai pengarahan bagi anak untuk menentukan aakah suatu bilangan habis
dibagi 5.

120+8+0 800+18+1 1800+120+3


51600+40+3 514000+90+6 519000+600+75

600 40 3 4000 90 5 9000 600 5


0 00 0 0 1 0 0 0

0=0+3=3 0+0+1=1 0+0+0=0


Oleh karena itu Oleh karena itu Oleh karena itu
643 : 5 bersisa 3 4096 : 5 bersisa 1 9605 : 5 bersisa 0
Gambar 7.13

Seperti mencari aturan habis dibagi 3, berikut ini anak diminta untuk
menmukan aturan habis dibagi 9.

Perhatikan gambar 7.14

Sisa Sisa Sisa Sisa


1:9 ........ 10 : 9 ........ 100 : 9 ........ 1000 : 9 ........
2:9 ........ 20 : 9 ........ 200 : 9 ........ 2000 : 9 ........
3:9 ........ 30 : 9 ........ 300 : 9 ........ 3000 : 9 ........
4:9 ........ 40 : 9 ........ 400 : 9 ........ 4000 : 9 ........
5:9 ........ 50 : 9 ........ 500 : 9 ........ 5000 : 9 ........
6:9 ........ 60 : 9 ........ 600 : 9 ........ 6000 : 9 ........
7:9 ........ 70 : 9 ........ 700 : 9 ........ 7000 : 9 ........
8:9 ........ 80 : 9 ........ 800 : 9 ........ 8000 : 9 ........
9:9 ........ 90 : 9 ........ 900 : 9 ........ 9000 : 9 ........

Gambar 7.14

Berdasarkan isian tabel pada gambar 7.14, anak diharapkan akan


menemukan secara cepat n puluhan yang dibagi 9 memperoleh sisa n, x
ratusan dibagi 9 memperoleh x, dan seterusnya. Selanjutnya anak diharapkan
sangup untuk menemukan sisa bilangan yang lambangnya erdiri dari 4 angka
yang dibagi 9. Dan selanjutnya anak dapat menemukan aturan habis dibagi

15
H. Faktor Prima
Setiap bilangan mempunyai factor prima, karena setiap bilangan dapat disajikan
dalam perkalian bilangan-bilangan prima. Adapun cara mencari factor prima
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara table dan diagram pohon.
Contoh : carilah factor prima dari 140
a. Cara table
Factor-faktor dari 140 adalah:
1 2 4 5 7 10
140 70 35 28 20 14
Jadi, faktor prima dari 140 adalah 2, 5 dan 7
b. Cara diagram pohon
Cara ini adalah cara termudah dan yang paling banyak digunakan untuk
mencari factor prima sekaligus faktorisasi prima. Ilustrasi untuk mencari
faktorisasi prima 140 disajikan sebagai berikut:
140

2 70

2 35

5 7
Jadi, factor prima dari 140 adalah 2, 5, dan 7.

I. Faktorisasi Prima
Penyajian perkalian bilangan-bilangan prima disebut sebagai faktorisasi prima.
Dengan menggunakan diagram pohon kita telah mendapatkan factor prima dari
140. Di sana dapat dijumpai banyaknya factor 2 adalah dua, factor 5 adalah satu
dan factor 7 adalah satu. Dengan demikian dapat dituliskan 140 dalam faktorisasi
prima sebagai berikut:
140 = 2 × 2 × 2 × 5 × 7 = ×5×7
Contoh: carilah faktorisasi prima dari 120

Terlebih dahulu buat pohon factor untuk 120


120

2 60

16
2 30

2 15

3 5
Jadi, faktorisasi primanya adalah 120 = ×3×5

Faktorisasi Prima adalah pembentukan suatu bilangan menjadi bentuk


perkalian dimana faktornya merupakan bilangan prima.

 Cara Mencari Faktorisasi Prima


1. Menyusun Pohon Faktor
a. 12 Faktorisasi Prima dari 12 = 2 2 3

2 6 = 22 3

2 3

b. 30 Faktorisasi Prima dari 30 = 2 3 5

2 15

3 5

c. 84 Faktorisasi Prima dari 84 = 2 2 3 7


2
= 2 3 7
2 42

2 21

3 7

Jika kita diminta untuk menemukan himpunan pembagi sejati dari suatu
bilangan maka tidak efisien kalau kita menggunakan aturan sifat habis dibagi atau
dengan menyelidiki apakah suatu bilangan merupakan pembagi dari bilangan
tersebut. Berikut ini akan dipelajari teknik yang lebih cepat untuk menentukan

17
himpunan pembagi sejati dari suatu bilangan yang memungkinkan anak
bereksplorasi bebas.
Sebagaimana telah dipelajari, bahwa setiap bilangan asli dapat mempunyai
nama faktor yang tak hingga banyaknya, (jika kita membolehkan 1 sebagai
faktor). Untuk membatasi jumlah nama faktor suatu bilangan, kita hanya akan
menggunakan nama faktor yang mempunyai tepat satu faktor bilangan 1.
Nama-nama faktor berikut memenuhi pembatasan kita: 3 × 1; 1 × 3; 2 × 3
×5; 7 × 7 × 2 × 5; 2 × 7 × 5 × 7; 7 × 2 × 7 × 5. Karena perubahan urutan faktor
tidak mengubah nilai bilangan, dibuat kesepakatan lebih lanjut bahwa urutan
nama-nama faktor ditulis dengan faktor terkecil disebelah kiri misalnya, 2 × 2 × 3
× 7 × 13 × 29.
Marilah kita mempelajari secara sistematis bagaimana memperoleh nama
faktor suatu bilangan dalam bentuk tersebut. Perhatikan bilangan 60 (= 2 × 30); 2
faktor dari 30 (= 2 × 15); 3 faktor dari 15 (= 3 × 5); karena 5 bilangan prima,
maka kegiatan memfaktorkan selesai. Jadi 60 = 2 × 2 × 3 × 5. Gambar 7.17
menyatakan analisis yang menggunakan pohon faktor. Bentuk pemfaktoran 2 × 2
× 3 × 5 disebut faktorisasi prima dari 60.

60 Faktorisasi Prima dari 60 = 2 2 3 5


= 22 3 5
2 30

2 15

3 5

Gambar 7.17

Jika nama faktor dari suatu bilangan memuat faktor yang sama, untuk
keperluan selanjutnya diperlukan tanda indeks untuk faktor yang sama itu.

Contoh : 36 = 2 × 2 × 3 × 3 ditulis
54 = 2 × 3 × 3 × 3 ditulis

18
Marilah kita pelajari bagaimana kita dapat menyusun suatu kegiatan belajar
eksplorasi bebas bagi anak dalam mempelajari konsep faktorisasi bilangan prima
suatu bilangan. Untuk kegiatan ini anak diberikan satu tumpukan kartu yang
bertuliskan bilangan prima. Ada beberapa kartu “2”, kartu “3”, kartu “5”, dan
seterusnya di dalam tumpukan kartu tersebut. Anak diberikan kertas lembaran
tugas sebagai berikut.
Bilangan Nama faktorisasi prima
2 ...×...×...×...×...
3 ...×...×...×...×...
4 ...×...×...×...×...
5 ...×...×...×...×...
6 ...×...×...×...×...
7 ...×...×...×...×...
8 ...×...×...×...×...
9 ...×...×...×...×...
10 ...×...×...×...×...
11 ...×...×...×...×...
12 ...×...×...×...×...

Anak mengerjakan tugas tersebut dengan hanya menggunakan kartu-kartu


tersebut dan melakukan operasi perkalian untuk bilangan-bilangan yang diberikan,
sehingga lembaran tugas di atas akan sebagai berikut.

Bilangan Nama faktorisasi prima


2 2 ×...×...×...×...
3 3 ×...×...×...×...
4 2 × 2 ×...×...×...
5 5 ×...×...×...×...
6 2 × 3 ×...×...×...
7 7 ×...×...×...×...
8 2 × 2 × 2 ×...×...

19
9 3 × 3 ×...×...×...
10 ...×...×...×...×...
11 ...×...×...×...×...
12 ...×...×...×...×...

Tugas tersebut bertujuan agar:


(1) Anak diharapkan menemukan dua nama faktor untuk bilangan
prima
(2) Jika nama faktorisasi prima atau bilangan dituliskan dengan
bilangan prima dari bilangan terkecil ke terbesar, maka anak akan
memperoleh faktorisasi prima yang tunggal.

2 Menggunakan Tabel
a. 24
2 12
2 6
2 3
3 1

Faktorisasi Prima dari 24 = 2 2 2 3


= 23 3

b. 40
2 20
2 10
2 5
5 1

Faktorisasi Prima dari 40 = 2 2 2 5


= 23 5

20
J. FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB)
FPB merupakan hasilkali faktor yang sama dengan pangkat terkecil.
Cara mencari FPB
1) Menggunakan Himpunan Faktor Persekutuan
Contoh :
a. Tentukan FPB dari bilangan 18 dan 24
Faktor 24 = {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24}
Faktor 60 = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 15, 20, 30, 60}
Mempunyai faktor persekutuan dari 24 dan 60 = {1, 2, 3, 4, 6, 12}
Jadi, FPB dari 24 dan 60 = 12

b. Tentukan FPB dari bilangan 36, 48 dan 72


Faktor 18 = {1, 2, 3, 6, 9,18}
Faktor 24 = {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24}
Faktor 56 = {1, 2, 4, 7, 8, 14, 28, 56}
Mempunyai faktor persekutuan dari 18, 24 dan 56 = {1, 2}
Jadi, FPB dari 18, 24, dan 56 = 2
2) Menggunakan Pohon Faktor
Buatlah pohon faktor dari kedua bilangan yang dicari FPB-nya.
Tulis faktorisasi primanya.
Pilihlah bilangan pokok yang sama pada kedua faktorisasi prima.
Jika bilangan tersebut memiliki pangkat yang berbeda, ambillah
bilangan prima dengan pangkat yang terendah.
Contoh :
a. Tentukan FPB dari bilangan 36 dan 50
36 50

2 18 2 25

2 9 5 5
3 3

21
22 32 = 36 2 52
Jadi, FPB dari 36 dan 50 adalah 2
2 adalah bilangan prima yang sama-sama terdapat faktorisasi prima
kedua pohon faktor.
Pangkat terendah dari 2 adalah 1.
Maka FPB nya adalah 2

b. Tentukan FPB dari bilangan 18, 30, dan 36


18 30 36

2 9 2 15 2 18

3 3 3 5 2 9

2 32 = 18 2 3 5 = 30 3 3

22 32 = 36

Jadi, FPB dari 18,30, dan 36 adalah = 2 3=6

2 dan 3 adalah bilangan prima yang sama-sama terdapat faktorisasi


prima ketiga pohon faktor.
Pangkat terendah dari 2 adalah 1.
Pangkat terendah dari 3 adalah 1.
Maka FPB = 2 3= 6

3) Menggunakan Tabel
Buatlah cara tabel untuk mencari faktorisasi prima dari bilangan yang
dicari FPB-nya.
Beri tanda faktor prima yang sama..
Contoh
a. Tentukan FPB dari bilangan 36 dan 90

22
36 90
2 18 45
3 6 15
3 2 5
2 1 5
5 1 1

Jadi, FPB dari 36 dan 90 adalah 2 3 3


= 2 32 = 18

b. Tentukan FPB dari bilangan 75, 105 dan 120


75 105 120
2 75 105 60
2 75 105 30
2 75 105 15
3 25 35 5
5 5 7 1
5 1 7 1
7 1 1 1

Jadi, FPB dari 75, 105, dan 120 adalah 3 5 = 15.


4) Menggunakan Pembagian Euclides
Contoh tentukan FPB dari 30 dan 42
1
30 42
30 2
12 30
24 2
6 12
12
0
Jadi, FPB dari 30 dan 42 adalah 6

23
Jika 12 mempunyai nama faktor 3 , maka sebaliknya 2, 3,
4, 6, adalah faktor dari 12.
Himpunan semua faktor 12 adalah {1, 2, 3, 4, 6, 12}
Himpunan semua faktor 8 adalah {1, 2, 4, 8}
Maka himpunan faktor persekutuan 12 da 8 ialah {1, 2, 4} dan faktor
persekutuan terbesar (FPB) 12 dan 8 adalah 4
Dengan menggunakan irisan 2 himpunan faktor-faktor prima dari 2
bilangan, dapat diperoleh dari 2 bilangan tersebut. Gambar 7.20 menunjukan
beberapa cara memperoleh beberapa FPB dengan irisan himpuanan faktor-
faktor prima dari dua bilangan yang diketahui.

Bilangan Gabungan himpunan factor prima KPK


35 dan 25 { } { }={ } 5

12 dan 8 { } { }={ } 2
3 dan 10 { } { }={ }
4 dan 8 { } { }= { } 2
*karena tidak mempunyai faktor persekutuan prima sedangkan 1 adalah
faktor setiap bilangan maka FPB dari 3 dan 10 adalah 1
Kita dapat menggunakan FPB untuk menemukan bentuk paling
sederhana dari himpunan pecahan yang ekuivalen; misalnya diketahui
bilangan pecahan . Irisan himpunan faktor-faktor prima dari 12 dan 28

adalah{ } { }={ }

Maka 6 adalah FPB bilangan 18 dan 24. Sehingga ,

merupakan bentuk sederhana dari pecahan tersebut.


Materi dan tugas yang sama digunakan anak untuk menemukan KPK
dapat digunakan menemukan FPB. Dalam hal ini pemindahan kartu yang
dilakukan anak haruslah kartu-kartu yang sesuai yang ada pada kedua
bilangan yang diketahui . misalnya akan dicari faktor persekutuan terbesar
dari A = 8 dan B = 12:
A=2

24
B=2
Maka FPB 2
Dengan demikian 4 merupakan FPB bilangan 8 dan 12.

K. KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK)


Kelipatan suatu bilangan adalah hasil kali bilangan tersebut dengan
bilangan asli, misalnya:
Kelipatan 2 ialah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, . . .
Kelipatan 3 ialah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, . . .
Himpunan kelipatan 2 ialah {2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 . . .}
Himpunan kelipatan 3 ialah {3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, . . .}
Maka himpunan kelipatan persekutuan 2 dan 3 ialah {6, 12, 18, . . .} dan
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 2 dan 3 ialah 6.
Salah satu kegunaan mencari KPK dari 2 bilangan adalah untuk
menjumlahkan bilangan pecahan yang penyebutnya tidak sama,
misalnya:

KPK dari dua bilangan dapat diperoleh dengan menggunakan


gabungan himpunan faktor-faktor prima dari bilangan-bilangan tersebut.
Tabel dibawah ini menunjukan perolehan beberapa kelipatan
persekutuan terkecil oleh gabungan himpunan faktor-faktor prima.
Bilangan Gabungan himpunan faktor prima KPK
35 dan 25 { } { }={ } 5 5
6 dan 8 { } 2
{ }= }
3 dan 10 { } { }={ } 2
4 dan 8 { } { }={ } 2

25
Dengan memodifikasi lembaran tugas seperti dalam pasal sebelumnya
dapat disusun kegiatan belajar eksplorasi bebas untuk menemukan dari
sepasang bilangan.
Sekarang anak diberi satu tumpukan kartu bilangan prima yang terdiri
dari bermacam-macam kartu bilangan prima yang diberi warna tertentu.
Misalnya semua kartu biru menunjukan bilangan 3 dan sebagainya.
Pertama, anak diminta untuk menunjukan faktorisasi prima dan
sepasang bilangan, misalnya bilangan A = 35 dan B = 25 yang diharapkan
akan ditunjukkan sebagai berikut,
A=5
B=5
Selanjutnya, anak diminta memindahkan kartu bilangan prima faktor dari
bilangan A ke tempat bilangan B maska kartu di tumpukkan di atas bilangan
yang sama tersebut. Setelah tugas itu dilaksanakan akan diperoleh
5
Selanjutnya anak akan menemukan bahwa KPK 35 dan 25 adalah 5

KPK merupakan kelipatan paling kecil dari gabungan beberapa


bilangan atau hasil kali semua faktor dengan pangkat tertinggi.
Cara mencari KPK
1) Menggunakan Himpunan Kelipatan Persekutuan
Contoh :
b. Tentukan KPK dari bilangan 15 dan 20
Kelipatan 15 = {15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, …}
Kelipatan 20 = {20, 40, 60, 80, 100,120, …}
Kelipatan persekutuan dari 15 dan 20 = {60, 120, ….}
Jadi, KPK dari 15 dan 20 adalah 60
c. Tentukan KPK dari bilangan 6, 8 dan 10
Kelipatan 6 = {6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, …}
Kelipatan 8 = {8, 16, 24, 32, 40, 48, …}
Kelipatan 12 = {12, 24, 36, 48, 60, …}
Kelipatan persekutuan dari 6, 8 dan 12 = {24, 48, …}

26
Jadi, KPK dari 6, 8, dan 12 = 24

2) Menggunakan Pohon Faktor


Buatlah pohon faktor dari kedua bilangan yang dicari KPK-nya.
Tulis faktorisasi primanya.
Kalikan semua faktorisasi prima
Jika satu bilangan terdapat di lebih dari satu pohon, ambillah bilangan
dengan pangkat yang tertinggi.

Contoh :
a. Tentukan KPK dari bilangan 12 dan 30
12 30

2 6 2 15

2 3 3 5

22 3 2 3 5
Jadi, KPK dari 12 dan 30 adalah 22 3 5 = 60

2, 3, dan 5 adalah faktor prima yang terdapat pada faktorisasi


prima.
Pangkat tertinggi 2 adalah 2.
Pangkat tertinggi 3 adalah 1.
Maka KPK = 22 X 3 X 5 = 60
b. Tentukan FPB dari bilangan 42, 48, dan 40
42 48 40
2 21 2 24 2 20

3 7 2 12 2 10
2 6

27
2 5
2 3
2 x 3 x 7 = 21 24 3 = 48 23 5 = 40

Jadi, KPK dari 40, 42, dan 48 adalah 24 3 x 5 x 7 = 1680

2, 3, 5, dan 7 adalah faktor prima yang terdapat pada faktorisasi


prima.
Pangkat tertinggi 2 adalah 4.
Pangkat tertinggi 3, 5, dan 7 adalah 1.
Jadi, KPK nya adalah 24 3 x 5 x 7 = 1680

3) Menggunakan Tabel
Buatlah cara tabel untuk mencari faktorisasi prima dari bilangan yang
dicari KPK-nya.
Kalikan semua faktor prima.
Contoh

a. Tentukan KPK dari bilangan 36 dan 64


36 54
2 18 27
2 9 27
3 3 9
3 1 3
3 1 1

KPK = 2 X 2 X 3 X 3 X 3
= 22 X 33 = 108

b. Tentukan KPK dari bilangan 10, 15 dan 25


10 15 25
2 5 15 25

28
3 5 5 25
5 1 1 5
5 1 1 1

KPK = 2 X 3 X 5 X 5
= 2 X 3 X 52 = 150
L. Hubungan KPK dan FPB
Untuk mencari KPK atau FPB dari dua bilangan dapat dilakukan dengan
cara lain, yaitu jika salah satu dari KPK atau FPB sudah diketahui. Cara yang
digunakan adalah dengan menerapkan rumus :

KPK ( a , b ) = atau FPB ( a , b ) =

Contoh :
Tentukan KPK atau FPB dari 16 dan 24 !
Penyelesaian :
16 = 24
24 = 23 x 3
FPB ( 16 , 24 ) = 23 = 8
KPK ( 16 , 24 ) = = 1.008

M. Menyelesaikan Soal Cerita yang Berhubungan Dengan FPB dan KPK dalam
Kehidupan Sehari – hari
a.

Dari gambar diatas terdapat dua lampu, dimana lampu A menyala setiap
8 detik dan lampu B menyala setiap 12 detik. Pada detik ke berapa
pertama kali kedua lampu akan menyala bersama ?

29
Jawab :
8 12
2 4 6
2 2 3
2 1 3
3 1 1

Jadi, KPK dari 8 dan 12 adalah 2 x 2 x 2 x 3 = 24


Jadi, kedua lampu pertama kali menyala bersama pada detik ke – 24.
b. Pak Andi mendapat giliran ronda setiap 4 hari. Pak Karim mendapat
giliran ronda setiap 6 hari. Pak Tedi mendapat giliran ronda setiap 8 hari.
Setiap berapa hari mereka ronda bersama-sama ? Jika mereka ronda
bersama-sama tanggal 4 Maret 2009, tanggal berapakah mereka ronda
bersama-sama lagi ?
Jawab :
KPK dari 4, 6 dan 8
4 6 8
2 2 3 4
2 1 3 2
2 1 3 1
3 1 1 1
KPK dari 4, 6, dan 8 = 2 2 2 3
= 23 3
= 8 3
= 24
Jadi mereka ronda bersama-sama setiap 24 hari.
Jika tanggal 4 Maret 2009 mereka ronda bersama-sama, maka tanggal 28
maret 2009 mereka ronda bersama-sama lagi.
c. Seorang pedagang memiliki 75 permen rasa cokelat, 105 permen rasa
jeruk dan 120 permen rasa mangga. Ia menginginkan setiap stoples
memuat ketigajenis permen tersebut dalam jumlah yang sama untuk
dibagikan kepada anak - anak.

30
a.Berapa banyak stoples yang harus disediakan?
b. Berapa banyak permen rasa cokelat, rasa jeruk, dan rasa mangga dalam
setiap stoplesnya yang diterima anak - anak?
FPB dari 75, 105, dan 120
75 105 120
2 75 105 60
2 75 105 30
2 75 105 15
3 25 35 5
5 5 7 1
5 1 7 1
7 1 1 1

Jadi, FPB dari 75, 105, dan 120 adalah 3 5 = 15.


Jadi jumlah stoples yang diperlukan = 15 stoples
Isi tiap kantong :
Permen rasa cokelat = 75 : 15 = 5 butir
Permen rasa jeruk = 105 : 15 = 7 butir
permen rasa mangga = 120 : 15 = 8 butir
d.

Pak Teguh mendapat tugas piket di sekolah setiap 12 hari sekali. Pak Didi
mendapat tugas piket setiap 18 hari sekali. Tanggal 1 April 2008 mereka
mendapat tugas piket secara bersamaan. Kapan mereka akan mendapat
tugas piket secara bersamaan untuk yang kedua?
Jawab :

31
KPK dari 12 dan 18
12 18
2 6 9
3 2 3
2 1 3
3 1 1
KPK dari 12 dan 18 adalah 2 x 2 x 3 x 3 = 36.
Jadi mereka mendapat tugas piket di sekolah bersama-sama setiap 36 hari.
Jika tanggal 1 April 2008 mendapat tugas piket di sekolah bersama-sama
mereka ronda bersama-sama, maka tanggal 7 Mei 2008 mereka ronda
bersama-sama lagi.

N. Permasalahan Tentang FPB dan KPK di SD


Tentang FPB dan KPK merupakan konsep yang juga penting dikuasai oleh
anak SD. Namun dalam kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa banyak
siswa SD yang mengalami kesulitan untuk memahami FPB dan KPK, hal ini di
sebabkan banyak anak SD yang belum bisa tentang perkalian dan pembagian di
mana dasar untuk mencari kelipatan adalah seseorang siswa tersebut harus
memahami tentang perkalian. Untuk bisa atau mengerti tentang faktorisasi prima
dari sebuah bilangan, siswa tersebut harus mengerti tentang pembagian.
O. BILANGAN ROMAWI
1) Lambang Bilangan Romawi
Dalam Proses Pembelajaran sistem lambang bilangan Romawi dapat kita
lakukan secara diskusi atau tanya jawab, atau ekspositori dengan lebih banyak
informasinya. Dalam sistem lambang bilangan Romawi atau angka Romawi
digunakan lambang – lambang atau simbul – simbul pokok seperti berikut ini.
Lambang – lambang Pokok ( symbol – symbol dasar ) Angka Romawi
I=1 V=5
X = 10 L = 50
C = 100 D = 500
M = 1000 - = kalikan 1000

32
Hal – hal berikut perlu disampaikan kepada para siswa,mengingat mereka
untuk pertama kalinya mengetahui berdasarkan informasi dari kita. Namun
demikian bisa saja hal – hal berikut di sampaikan secara tanya jawab.
1. Sistem Romawa ini merupakan system penjumlahan dan system
perkalian. Contoh :
XVII

10 + 5 + 1 + 1 = 17
2. Bilangan angka terdiri dari 2 lambang pokok, maka nilai angka
tersebut
a. Sama dengan jumlah nilai kedua lambang bilangan itu, jika
lambang – lambangnya mempunyai nilai yang menurun dari kiri ke
kanan ( nilai yang paling tinggi terletak di sebelah kiri )
b. Sama dengan selisih nilai kedua lambang bilangan itu, bila
lambang – lambangnya mempunyai nilai yang menarik ( nilai yang
paling tinggi terletak di sebelah kanan )
Contoh :
IX = 10 – 1 = 9 ( dari kiri kekanan nilainya naik atau nilai
paling tinggi di sebelah kanan jadi
dikurangkan )
MC = 1000 + 100 = 1100 ( dari kiri kekanan nilainya turun atau
nilai yang paling tinggi di sebelah kiri,
jadi di jumlahkan )
3. Banyaknya lambang yang diletakkan di sebelah kiri lambang yang
dikurangi hanya satu lambang, sedangkan sebelah kanan bertambah
boleh lebih dari satu lambang.
Contoh :
XIII = 10 + 3 = 13
XXL ≠ 30 ( XXL tidak punya arti )

33
4. Lambang bilangan yang sama bila ditulisnya berurutan tidak boleh
lebih dari 3 angka ( lambang bilangan )
Contoh :
40 ditulis XL dan bukan XXXX
5. Pengurangan mempunyai aturan sebagai berikut, I hanya dapat
dikurangkan dari V dan X, X hanya dapat di kurangkan dari L dan C,
dan C hanya dapat dikurangkan dari D dan M ( Hanya ada 6 kasus )
1. IV = 5 – 1 = 4
2. IX = 10 – 1 = 9
3. XL = 50 – 10 = 40
4. XC = 100 – 10 = 90
5. CD = 500 – 100 = 400
6. CM = 1000 – 100 = 900
6. Karena sistem angka Romawi ini mempunyai dasar (basis )10, maka
dalam penulisannya kita tidak pernah melihat lambang – lambang
besar yang bukan perpangkatan dari 10 diajarkan.
Contoh :

a. 10 ≠ V V
b. 100 ≠ L L L
c. 1000 ≠ D D
7. untuk menuliskan sebuah bilangan yang besar digunakan simbol garis
(“_”) di atas simbol yang bersangkutan.
Contoh :

a. V = 5 x 1000 x 1000 = 5.000.000


b. M = 1000 x 1000 x 1000 = 1.000.000.000

Setelah kita sebagai gurunya memahami dsan mengerti kesemua catatan


pentig di atas, barulah kita melaksanakan pembelajarannya melalui diskusi
atau tanya jawab dalam hal mengubah bilangan desimal menjadi bilangan
Romawi dan sebaliknya disertai soal-soal yang cukup. Sedangkan khusus
untuk pembelajaran yang bersifat pemahaman konsep tentunya akan lebiah
banyak bersifat informasi dengan sekali-sekali diajukan beberapa

34
pertanyaan, mengingat adanya beberapa ketentuan yang berlaku dalam
sistem Romawi.

2) Mengubah Bilangan Desimal Menjadi Bilangan Romawi


Guru menulis di papan tulis beberapa bilangan dalam sistem
lambang bilangan desimal. Kemudian meminta salah seorang siswa
menuliskannya secara bergiliran dalam sistem lambang Bilangan Romawi
dengan bimbingan dan arahan dari guru semua siswa dalam kelas
memperhatikan dan menjawabnya dengan benar, misalnya variasi soalnya
dibuat sedemikian rupa mulai dari yang sederhana seperti berikut.
a) 6 = ...
Apakah 6 = 111111 ?
Apakah dalam sistem Romawi dibolehkan menulis lebih
dari 3 lambang bilangan secara berurutan ?
6 = 5 + 1 = V I, sebab dari kiri ke kanan nilainya turun
berarti harus dijumlahkan
b) 323 = ...
323 = 300 + 20 + 3

=(3 x 100) + (2 x 10) + (3 x 1)

Apakah dalam sistem Romawi dibolehkan menuliskan tiga


lambang atau kurang secara berurutan ?
323 = C D X C I X

Setelah guru memberikan beberapa contoh seperti di atas, kemudian


memberikan beberapa variasi soal seperti berikut untuk didiskusikan.

Tuliskan lambang – lamnag bilangan Romawi dari bilangan – bilangan


berikut.

1. 1983 = ...
= 1000 + 900 + 80 + 3
=1000 + ( 1000 - 100) + ( 50 + 30 ) + 3
=MCMLXXXIII

35
2. 94.000.000 = ...
= 94 x 1.000.000
= (90 + 4) x 1.000.000
= ((100 – 10) + (5-1)) x 1000 x 1000
=XCIV
3) Mengubah Bilangan Romawi Menjadi Bilangan Desimal
Langkah – langkah pembelajaran untuk mengubah dari sistem
Romawi menjadi sistem Desimal dapat dilakukan seperti alternatif
pembelajaran di atas.
Tulislah bilangn Desimal dari bilangan-bilangn Romawi berikut.
a) C D X C I = ...
= (500 - 100) + (100 - 10) + 1
= 400 + 90 + 1
= 491
b) I X D C X L I V = (10 - 1) x 1000 + (500 + 100) + (50 – 10 ) + (5-1)
= 9.000 + 600 + 40 + 4
= 9.644

36

You might also like