You are on page 1of 10

TUGAS KELOMPOK

TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Pendidikan Matematika 3

Dosen Pengampu : Drs. H. Fansuri ,M.Pd

Disusun Oleh

Kelompok 3A

1. Afdah (A1E307903)
2. Dede Dewantara (A1E307905)
3. Rahmila Sari (A1E307934)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PGSD TERINTEGRASI

BANJARBARU

2009

1
TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

1. Teori Belajar Menurut Bruner

Jarome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan


lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan
struktural-struktural yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan di
samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur.

Bruner, dalam teorinya, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar siswa


sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga).
Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana
keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya.
Keteraturan tersebut kemudian oleh siswa dihubungkan dengan keteraturan
intuitif yang telah melekat pada dirinya.

Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa melewati 3 tahap,


yaitu :

a. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.
b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental,
yang merupkan gambaran dari objrk-objrk yang dimanipulsinya. Anak tidak
langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap
enaktif.
c. Tahap Simbolik
Dalam tahap ini siswa memanipulasi sombol-simbol atau lambang-lambang
objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap
sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan terhadap objek real.

2
Dari hasil pengamatan Bruner ke sekolah-sekolah diperoleh beberapa
kesimpulan yang melahirkan dalil-dalil. Di antaranya dalil penyusunan
(constructive theorem). Dalil kekontrasan, dalil keanekaragaman (contras and
variation theorem), dan dalil pengaitan (connective theorem).

1) Dalil Penyusunan (konstruksi)

Dalil ini menyatakan bahwa siswa, selalu ingin mempunyai kemampuan


dalam hal menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, untuk itu siswa
harus dialtih melakukan penyusunan representasinya. Untuk melekatkan ide atau
definisi tertentu dalam pikiran siswa, harus menguasai konsep dengan
mencobanya dan melakukan sendiri. Dengan demikian, konsep yag dilakuakn
dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut, maka siswa akan
lebih memahaminya.

Apabila dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide tersebut disertai


bantuan benda-benda konkret, maka siswa akan lebih mudah mengingat ide-ide
yang dipelajarinya itu. Dalam tahap ini siswa akan memperoleh penguatan yang
diakibatkan interaksinya dengan benda-benda konkret yang dimanipulasinya.
Memori seperti ini bukan sebagai akibat penguatan. Dapat disimpulkan bahwa
pada hakikatnya dalam tahap awal pemahaman konsep diperlukan aktiivitas-
aktivitas konkret yang mengantar siswa kepada pengertian konsep.

2) Dalil Notasi

Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep, notasi


memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah
konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mentala siswa.
Sebagai contoh notasi untuk menyatakan fungsi :

F(x) = 3x – 2

Kita menggunakan notasi

0 = (3x x ∆) – 2

Bagi siswa yang mempelajari konsep fungsi lebih lanjut diberikan notasi
fungsi.

3
{(x,y) |y = 3x – 2, x y € R)

Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang
paling sederhana sampai yang paling sulit. Penyajian seperi ini dalam
matematika merupakan pendekatan spiral.

3) Dalil Pengkontrasan dan Keanekaragaman

Dalam dalil ini dinyatakan bahwa pengontasan dan keanekaragaman sangat


penting dalam melakuakan pengubahan konsep matematika dari konsep konkret
ke konsep yang lebih abstrak diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga
siswa mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut. Konsep yang
diterangkan dengan contoh dan bukan contoh adalah salah satu cara
pengkontrasan. Melalui cara ini siswaakan memahami arti dan karakteristik
konsep yang diberikan tersebut. Sebagai contoh, untuk menjelaskan pengertian
persegi panjang, disertai juga kemungkinan jajaran genjang dan segi empat
lainnya selain persegi panjang.

Keanekaragaman juga membantu siswa dalam memahami konsep yang


disajikan, dan hal ini dapat memberikan belajar bermakna bagi siswa. Misalnya,
untuk memperjelas pengertian bilangan prima siswa perlu diberi sontoh yang
sifatnya keanekaragaman. Selain itu perlu juga diberikan contoh-contoh bilangan
ganjil tyang termasuk bilangan prima dan yang tidak.

4) Teori Pengaitan (konektivitas)

Dalam dalil ini dinyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep
dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan dari segi isi saja,
namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Misalnya konsep
dalilPhytaghoras diperlukan untuk menentukan tripel Phytagoras atau
pembuktian rumus kuadratis dalam trigonometri.

4
2. Teori Belajar Menurut Dienes

Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai


studi tentang struktur memisahkan hubungan-hubungan di antara studi tentang
struktur –struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-
struktur. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam
matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat difahami
dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-benda tau objek-objek
dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik
dalam pengajaran matematika.

Dalam teori yang dikemukakannya, Dienes menyatakan bahwa konsep-


konsep matematika dakan berhasil bila dipelajari dalam tahp-tahp tertentu.
Dalam konsepnya itu Dienes membagi tahp-tahap belajar dalam 6 tahap, yaitu

1. Permainan bebas (free play)


2. Permainan yang disertai aturan (games)
3. Permainan kesamaan sifat (searching for comunities)
4. Representasi (representation)
5. Simbolisasi (simbolitation)
6. Formalisasi (formalitation)

Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktivitasnya tidak


berstruktur dan tidak diarahkan. Aktivitas ini memungkinkan siswa mengadakan
percobaan dan mengutak atik (memanipulasi) benda-benda konkret dan abstrak
dari unsur-unsur yang sedang dipelajarinya itu.

Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola
dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin
terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya.
Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi. Jelaslah dengan melalui
permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana
struktur matematika itu.

5
Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan
menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk
melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka
dengan memstrantlasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain.
Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat bstrak yang ada dalam
permainan semula.

Representasi adalah tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi


yang sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu.
Setelah mereka berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam
situasi yang dihadapinya itu. Representasi yang diperboleh ini bersifat abstrak.
Dengan demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang
sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari.

Simbolasi temasuk tahap belajar yang membutuhkan kemampuan


merumuskan representasi dari setiap konsep dengan menggunakan symbol
matematika atau melalui perumusan verbal.

Formalisasi merupakan tahap ini siswa-siswa dituntut untuk menurutkan


sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut,
sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar dalam struktur
matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema dalam arti
membuktikan teorema tersebut.

3. Teori Belajar Menurut Van Hiele

Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh


Van Hiele (1964), yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental siswa
dalam geometri. Menurut van Hiele, tiga unsure utama dalam pengajaran
geometri yaitu waktu, amteri pengajaran dan metode pengajaran yang
diterapkan, jika ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa kepada tingkatan berpikir yang lebih tinggi.

6
Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar siswa dalam belajar
geometri yaitu :

1. Tahap Pengenalan
Dalam tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bentuk geometri scara
keseuruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk
geometri yang dilihatnya itu.
2. Tahap Analisis
Pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda
geometri yang diamati. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang
terdapat pada benda geometri itu.
3. Tahp Pengurutan
Pada tahap ini siswa sudah mulai mampu melakukan penarikan kesimpulan
yang kita kenla dengan sebutan berfikir deduktif. Namun kemampuan ini
belum berkembang secara penuh.
4. Tahap Deduksi
Dalam tahap ini siswa sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif,
yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal
yang bersifat khusus.
5. Tahap Akurasi
Dalam tahap ini siswa sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan
dari prinsip-prinsip dasar melandasi suatu pembuktian.

4. Teori Belajar Menurut Gagne

Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang menggunakan


matematika sebagai medium untuk implementasi dan menguji teori
belajarnya. Menurut gagne objek matematika terdiri dari dua, yaitu ;

- Objek langsung yang meliputi fakta, operasi , konsep dan prinsif


- Objek tak langsung yang meliputi kemampuan menyelidiki, memecahkan
masalah, disiplin diri, bersikap positif dan tahu bagaimana semestinya
belajar.

7
1) Belajar Isyarat ( Signal Learning)
Belajar isyarat merupakan proses belajar melalui pengalaman-pengalaman
menerima suatu isyarat tertentu untuk melakukan tindakan tertentu. Misalnya
ada “Aba-aba siap” merupakan isyarat untuk mengambil sikap tertentu,
tersenyum merupakan isyarat perasaan senang.
2) Belajar melalui stimulus-respon ( Stimulus-response learning)
Belajar stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau respon tertentu yang
diakibatkan oleh suatu stimulus tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-
ulang dengan stimulus tertentu sesorang akan memberikan respon yang cepat
sebagai akibat stimulus tersebut.
3) Rantai atau rangkaian (Chaining)
Chaining atau rangkaian, terbentuk dari hubungan beberapa S-R, oleh sebab
yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Misalnya : Pulang kantor,
ganti baju, makan, istirahat.
4) Asosiasi verbal (Verbal association)
Mengenal suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan bentuk-bentuk
rangkaian verbal tertentu. Misalnya : seseorang mengenal bentuk geometris,
bujur sangkar, jajaran genjang, bola dlsbnya. Lalu merangkai itu menajdi
suatu pengetahuan geometris, sehingga seseorang dapat mengenal bola yang
bulat, kotak yang bujur sangkar.
5) Belajar diskriminasi ( Discrimination learning)
Belajar diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu dengan sesuatu yang
lainnya, dapat membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya
walaupun bentuk manusia hampir sama, dapat membedakan merk
sepedamotor satu dengan yang lainnya walaupun bentuknya sama.
Kemampuan diskriminasi ini tidak terlepas dari jaringan, kadang-kadang jika
jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan interferensi atau tidak
mampu membedakan.
6) Belajar konsep (Concept learning)
Belajar konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan
representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa.
Mungkin juga binatang bisa melakukan tetapi sangat terbatas, manusia dapat

8
melakukan tanpa terbatas berkat bahasa dan kemampuan mengabstraksi.
Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut
konsep itu misalnya : warna, bentuk, jumlah dllnya
7) Belajar aturan (Rule learning)
Belajar model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak aturan yang perlu
diketahui oleh setiap orang yang telah mengenyam pendidikan. Misalnya :
angin berembus dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, 1 + 1 = 2 dan lainnya.
Suatu aturan dapat diberikan contoh-contoh yang konkrit.
8) memecahkan masalah (Problem solving)
Memecahkan masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa yang dilakukan
manusia. Setiap hari dia melakukan problem solving bayak sekali. Untuk
memecahkan masalah dia harus memiliki aturan-aturan atau pengetahuan dan
pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat melakukan
keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Seseorang harus memiliki
konsep-konsep, aturan-aturan dan memiliki “sets” untuk memecahkannya dan
suatu strategi untuk memberikan arah kepada pemikirannya agar ia produktif.

9
10

You might also like