Professional Documents
Culture Documents
Pendidikan Matematika 3
Disusun Oleh
Kelompok 3A
1. Afdah (A1E307903)
2. Dede Dewantara (A1E307905)
3. Rahmila Sari (A1E307934)
BANJARBARU
2009
1
TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
a. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.
b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental,
yang merupkan gambaran dari objrk-objrk yang dimanipulsinya. Anak tidak
langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap
enaktif.
c. Tahap Simbolik
Dalam tahap ini siswa memanipulasi sombol-simbol atau lambang-lambang
objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap
sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan terhadap objek real.
2
Dari hasil pengamatan Bruner ke sekolah-sekolah diperoleh beberapa
kesimpulan yang melahirkan dalil-dalil. Di antaranya dalil penyusunan
(constructive theorem). Dalil kekontrasan, dalil keanekaragaman (contras and
variation theorem), dan dalil pengaitan (connective theorem).
2) Dalil Notasi
F(x) = 3x – 2
0 = (3x x ∆) – 2
Bagi siswa yang mempelajari konsep fungsi lebih lanjut diberikan notasi
fungsi.
3
{(x,y) |y = 3x – 2, x y € R)
Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang
paling sederhana sampai yang paling sulit. Penyajian seperi ini dalam
matematika merupakan pendekatan spiral.
Dalam dalil ini dinyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep
dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan dari segi isi saja,
namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Misalnya konsep
dalilPhytaghoras diperlukan untuk menentukan tripel Phytagoras atau
pembuktian rumus kuadratis dalam trigonometri.
4
2. Teori Belajar Menurut Dienes
Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola
dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin
terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya.
Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi. Jelaslah dengan melalui
permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana
struktur matematika itu.
5
Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan
menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk
melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka
dengan memstrantlasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain.
Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat bstrak yang ada dalam
permainan semula.
6
Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar siswa dalam belajar
geometri yaitu :
1. Tahap Pengenalan
Dalam tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bentuk geometri scara
keseuruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk
geometri yang dilihatnya itu.
2. Tahap Analisis
Pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda
geometri yang diamati. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang
terdapat pada benda geometri itu.
3. Tahp Pengurutan
Pada tahap ini siswa sudah mulai mampu melakukan penarikan kesimpulan
yang kita kenla dengan sebutan berfikir deduktif. Namun kemampuan ini
belum berkembang secara penuh.
4. Tahap Deduksi
Dalam tahap ini siswa sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif,
yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal
yang bersifat khusus.
5. Tahap Akurasi
Dalam tahap ini siswa sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan
dari prinsip-prinsip dasar melandasi suatu pembuktian.
7
1) Belajar Isyarat ( Signal Learning)
Belajar isyarat merupakan proses belajar melalui pengalaman-pengalaman
menerima suatu isyarat tertentu untuk melakukan tindakan tertentu. Misalnya
ada “Aba-aba siap” merupakan isyarat untuk mengambil sikap tertentu,
tersenyum merupakan isyarat perasaan senang.
2) Belajar melalui stimulus-respon ( Stimulus-response learning)
Belajar stimulus-respon (S-R), merupakan belajar atau respon tertentu yang
diakibatkan oleh suatu stimulus tertentu. Melalui pengalaman yang berulang-
ulang dengan stimulus tertentu sesorang akan memberikan respon yang cepat
sebagai akibat stimulus tersebut.
3) Rantai atau rangkaian (Chaining)
Chaining atau rangkaian, terbentuk dari hubungan beberapa S-R, oleh sebab
yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Misalnya : Pulang kantor,
ganti baju, makan, istirahat.
4) Asosiasi verbal (Verbal association)
Mengenal suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan bentuk-bentuk
rangkaian verbal tertentu. Misalnya : seseorang mengenal bentuk geometris,
bujur sangkar, jajaran genjang, bola dlsbnya. Lalu merangkai itu menajdi
suatu pengetahuan geometris, sehingga seseorang dapat mengenal bola yang
bulat, kotak yang bujur sangkar.
5) Belajar diskriminasi ( Discrimination learning)
Belajar diskriminasi adalah dapat membedakan sesuatu dengan sesuatu yang
lainnya, dapat membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya
walaupun bentuk manusia hampir sama, dapat membedakan merk
sepedamotor satu dengan yang lainnya walaupun bentuknya sama.
Kemampuan diskriminasi ini tidak terlepas dari jaringan, kadang-kadang jika
jaringan yang terlalu besar dapat mengakibatkan interferensi atau tidak
mampu membedakan.
6) Belajar konsep (Concept learning)
Belajar konsep mungkin karena kesanggupan manusia untuk mengadakan
representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa.
Mungkin juga binatang bisa melakukan tetapi sangat terbatas, manusia dapat
8
melakukan tanpa terbatas berkat bahasa dan kemampuan mengabstraksi.
Dengan menguasai konsep ia dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut
konsep itu misalnya : warna, bentuk, jumlah dllnya
7) Belajar aturan (Rule learning)
Belajar model ini banyak diterapkan di sekolah, banyak aturan yang perlu
diketahui oleh setiap orang yang telah mengenyam pendidikan. Misalnya :
angin berembus dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, 1 + 1 = 2 dan lainnya.
Suatu aturan dapat diberikan contoh-contoh yang konkrit.
8) memecahkan masalah (Problem solving)
Memecahkan masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa yang dilakukan
manusia. Setiap hari dia melakukan problem solving bayak sekali. Untuk
memecahkan masalah dia harus memiliki aturan-aturan atau pengetahuan dan
pengalaman, melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat melakukan
keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Seseorang harus memiliki
konsep-konsep, aturan-aturan dan memiliki “sets” untuk memecahkannya dan
suatu strategi untuk memberikan arah kepada pemikirannya agar ia produktif.
9
10