You are on page 1of 13

Mengenal Obat-Obat Anti Alergi

Ketika kita merasa gatal-gatal di tangan, kaki yang di


ikuti bercak-bercak pada kulit yang menebal setelah
makan udang, telur, kacang, ikan, dll, kemungkinan anda
alergi terhadap makanan tersebut, dan biasanya gejala
tersebut senantiasa berulang setelah makan makanan
yang sama.
Alergi adalah suatu gangguan pada sistem imunitas atau
kekebalan tubuh. pada orang sehat sistem imun berada
dalam keadaan seimbang yang memberikan perlindungan
maksimal terhadap gangguan benda-benda asing dari luar
tubuh dan meminimalkan reaksi yang berbahaya
terhadap adanya gangguan tersebut. Pada orang alergi
terjadi ketidakseimbangan, sehingga reaksi yang
dimunculkan tubuh berlebihan atau dengan kata lain
disebut hipersensitif.

Penyebab alergi disebut alergen, alergen bisa berupa


debu, kutu kucing atau anjing, jamur, dll., makanan yang
mengandung protein tinggi seperti udang, telur, atau
susu, obat atau senyawa asing bagi tubuh. Ketika alergen
pertama kali masuk tubuh, maka tubuh akan membuat
antibodi yang disebut Imunoglobulin E (IgE). IgE akan
terikat pada sel mast. Sel mast adalah salah satu sel tubuh
manusia yang memproduksi dan bisa melepaskan
histamin. Sel mast banyak tersebar dibagian tubuh
terutama pada tempat-tempat yang sering kontak dengan
lingkungan seperti selaput lendir hidung, saluran nafas/
bronkus, kulit, mata, mukosa usus dll. Histamin yang
dilepaskan oleh sel mast ini lah yang kemudian
menyebabkan berbagai reaksi tubuh seperti gatal, bentol,
bengkak, sesak nafas, batuk, dll. Pada paparan alergen
berikutnya, alergen akan mengikat IgE yang sudah
menempal pada sel mast dan akan memicu pelepasan
histamin dan kemudian menyebabkan reaksi alergi.

Obat anti alergi. pada sebagaian orang alergi bisa


sembuh ketika sistem imun bekerja semakin baik,
contohnya pada penyakit asma alergi pada anak-anak
umunya bisa sembuh setelah mereka dewasa. Sebagian
besar alergi sulit disembuhkan. Salah satu cara terapi
untuk alergi adalah terapi desensitasi yaitu terapi yang
membuat tubuh semakin kurang sensitif terhadap alergen
dengan cara mengeksposnya terhadap alergen dengan
dosis yang semakin lama semakin besar sampai penderita
kebal terhadap alergen tersebut, terapi ini butuh waktu
lama dan cukup mahal.
Sebagai tindakan pertama perlu diusahkan identifikasi
dari alergen penyebab alergi dan menyingkirkannya.
Pilihan obat hendaknya secara individual, tergantung
juga pada efek dan kerja sampingnya.

Berikut adalah obat-obat yang kemudian dapat


digunakan untuk menghalau alergi:

-Difenhidramin Rumus Kimia: C23H27N. Disamping


daya antikolinergis dan sedatif yang kuat, juga bersifat
spasmolitis, anti emetis dan antivertigo (pusing).
Digunakan sebagai obat tambahan pada terapi penyakit
Parkinson dan sebagi obat antigatal pada urticaria akibat
alergi. Dosis: oral 4 dd 25-50 mg, i.v 10-50 mg

-Orfenadrin (2-metildifenhidramin) Rumus Kimia:


C23H27N.Memiliki daya antikolinergis dan sedatif yang
ringan, sehingga lebih disukai sebagai obat tambahan
pada pengobatan parkinson dan terhadap gejala
ekstrapiramidal pada terapi dengan neuroleptika. Dosis:
oral 3 dd 50 mg
-Dimenhidrinat adalah senyawa klorteofilinat dari
difenhidramin yang khusus digunakan terhadap mabuk
jalan dan muntah karena kehamilan. Dosis: oral 4 dd 50-
100mg, i.m. 50 mg

-Klorfenoksamin adalah derifat klor dan metil, yang


adakalanya digunakan sebagai obat tambahan pada terapi
penyakit Parkinson. Dosis: oral 2-3 dd 20-40 mg
(klorida); dalam krem 1.5%

-Karbinoksamin adalah derivat piridil dan klor yang


digunakan terhadap "hay fever". Dosis: oral 3-4 dd 4 mg
(maleat dan bentuk -dl)

-Klemastin memiliki struktur yang mirip


klorfenoksamin, tetapi dengan substituen siklik (piridil).
Efek antihistaminiknya amat kuat; mulai bekerjanya
cepat (dalam beberapa menit) dan bertahan lebih dari 10
jam. Mekanisme kerjanya adalah antara lain mengurangi
permeabilitas kapiler dan efektif terhadap pruritis
alergica (gatal-gatal). Dosis: oral 2 dd 1 mg a.c.
(fumarat), i.m. 2 dd 2mg

-Antazolin Efek antihistaminiknya tidak begitu kuat


tetapi tidak merangsang selaput lendir, sehingga cocok
untuk pengobatan gejala-gejala alergis pada mata dan
hidung (salesma)sebagai preparat kombinasi dengan
nafazolin. Dosis: oral 2-4 dd 50-100 mg (sulfat).
-Tripelennamin kini hanya digunakan sebagai krem 2%
pada gatal-gatal akibat alergi terhadap sinar matahari,
sengatan serangga dan lain-lain.

-Mepirin adalah derivat metoksi dari tripelennamin yang


digunakan dalam kombinasi dengan feniramin dan
fenilpropanolamin terhadap "hay fever".

-Klemizol adalah derivat -klor yang kini hanya


digunakan dalam salep/ suppositoria anti wasir.

-Feniramin memiliki daya kerja antihistamin dan efek


meredakan batuk yang cukup baik, maka juga digunakan
dalam ramuan obat batuk. Dosis: oral 3 dd 12.5 - 25 mg
(maleat) atau 1 dd 50 mg tablet retard; i.v 102 dd 50 mg;
krem 1.25%.

-Klorfeniramin (klorfenamin, klorfenon) adalah


derivat klor dengan daya kerja 10 kali lebih kuat dan
dengan derajat toksisitas yang sam. efek sampingnya
sedatif ringan dan sering kali digunakan dalam obat
batuk.

-Deksklorfeniramin adalah bentuk dekstronya yang dua


kali lebih kuat dari pada bentuk -dl (resemis)-nya.

-Tripolidin adalah derivat dengan rantai-sisi pirolidin,


yang daya kerjanya agak kuat. Mulai kerjanya pesat dan
bertahan lama sampai 24 jam (tablet retard). Dosis: oral 1
dd 10 mg (klorida) pada malam hari berhubung efek
sedatifnya.
-Siklizin mulai kerjanya cepat dan bertahan 4-6 jam.
Terutama digunakan sebagai obat anti emetis dan
pencegah mabuk jalan. Pada hewan percobaan siklizin
dan derivatnya meklozin bersifat teratogen. Karena
sifatnya ini peredarannya di Indonesia dilarang sejak
Januari 1963. Tetapi pada manusia efek teratogennya
belum pernh terbukti dan dikebanyakan negara Barat
masih dipasarkan. Meskipun demikian obat-obat ini
jangan diberikan pada wanita hamil, terutama selama
trisemester pertama. Dosis: mabuk jalan 1 jam sebelum
berangkat 50 mg, bila perlu 3 X sehari, pada mul dan
muntah 3-4 dd 50 mg, anak-anak 6-13 tahun 3 dd 25 mg.

-Homoklorsiklizin adalah derivat-klor, yang cincin-


piperazinnya diganti dengan cincin 7-diazepin. Bersifat
anti serotonin dan digunakan pada pruritis alergica
(gatal-gatal). Dosis: oral 1-3 dd 10 mg.

-Sinarizin derivat-cinnamyl dari siklizin ini disamping


sifat anti-histaminnya juga berdaya vasodilatasi perifer.
Sifat ini berkaitan dengan efek relaksasinya terhadap
arteriole perifer (betis, kaki-tangan) dan otak,
berdasarkan penghambatan masuknya ion kalsium ke
dalam sel-sel otot polos. Disamping itu juga berkhasiat
anti pusing dan anti emetis, dan sering dibuat sebagai
obat anti vertigo, telinga berdengung (tinnitus) dan pada
mabuk jalan. Mulai kerjanya agak cepat, bertahan selam
6-8 jam dengan efek sedatif ringan. Dosis: oral 2-3 dd
25-50 mg.

-Flunarizin adalah derivat difluor dengan daya kerja


antihistamin lemah. Namun sebagai antagonis-kalsium,
sifat vasorelaksasinya kuat. Digunkan terhadap vertigo
dan sebagai obat pencegah migrain.

-Oksatomida derivat siklizin ini memiliki daya kerja


antihistamin, antiserotonin, antileukotrien, dan juga efek
menstabilisasi mstcells. Berdasarkan sifat-sifat ini
oksatomida di gunakan sebagai obat pencegah maupun
pengobatan asma dan "hay fever". Juga mempunyai efek
menstimulasi njafsu makan. Dosis: oral 2 dd 30 mg p.c.;
untuk asma 120 mg sehari.

-Hidroksizin derivat-klor ini adalah salh satu


antihistamin pertama (1957) dengan bermacam-macam
khasiat, antara lain sedatif dan anxiolitis, spasmolitis,
anti emetis serta antikolinergis. Sangat efekti pada
urticaria dan gatal-gatal. Dosis: 1-2 50 mg. untuk
anxiolyse: 1-4 dd 50-100 mg.

-Cetirizin adalah metabolit aktif dari hidroksizin dengan


kerja kuat dan panjang (t1/2 8-10 jam). Bersifat hidrofil,
sehingga tidak bersifat sedatif, juga tidak antikolinergis.
Menghambat migrasi dari granulasit eusinofil, yang
berperan pada reaksi alergi lambat. Digunakan pada
urticaria dan rhinitis/ conjunctivitis. Dosis: 1x dd 10 mg
malam hari

-Fenotiazin senyawa trisiklis ini memiliki daya kerja


antihistamin dan antikolinergis yang tidak begitu kuat,
tetapi sering kali efek sentral kuat dengan khasiat
neuroleptis. Berdasarkan sifat ini turunannya banyak
digunakan sebagai neuroleptika pada keadaan psikosis.
Juga seringkali digunakan dalam obat batuk berhubung
denga efek sedatif dan meredakan batuknya.

-Prometazin antihistamin tertua ini (1949) digunakan


pada reaksi alergi terhadap tumbuhan dan akibat gigitan
serangga, juga sebagai anti emetikum untuk mencegah
mual dan mabuk jalan, juga pada vertigo dan sebagai
sedativum pada batuk dan sukar tidur, terutama untuk
anak-anak. Efek sampingnya bersifat umum,tetapi
kadangkala dapat terjadi hipotensi, fotosensibilisasi,
hipothermia (suhu badan rendah) dan efek terhadap darah
(leukopenia, agranulocytosis). Semua senyawa fenotiazin
dapat menimbulkan reaksi ini. Dosis: oral 3 dd 25-50 mg
dan sebaiknya dimulai pada malam hari; i.m. 50 mg.

-Oksomemazin adalah derivat dioksi (pada atom-S)


dengan daya kerja dan penggunaan sama seperti
prometazin, antara lain dalam obat batuk. Dosis: oral 3-4
dd 10 mg.

-Fonazin (dimetiotiazin) adalah derivat sulfonamida


dengan efek anti serotoninkuat dan dianjurkan pada
terapi interval migrain. Dosis: oral 3-4 dd 10 mg.

-Isotifendil derivat-azofenotiazin ini bekerjanya lebih


singkat dari prometazin dengan efek sedatif yang lebih
ringan. Dosis: oral 3-4 dd 4-8 mg; i.m./ i.v. 10 mg.

-Mequitazon adalah derivat-prometazin dengan rantai-


sisi heterosiklis dan daya kerjanya lebih panjang daripada
prometazin. Mulai kerjanya juga cepat dan efek
neurologisnyalebih ringan. Digunakan pada 'hay fever',
urticaria dan reaksi alergi lainnya. Dosis: oral 2 dd 5 mg.

-Siproheptadin berdasarkan efek stimulasinya terhadap


pertumbuhan jaringan normal, dahulu obat ini banyak
digunakan untuk pasien yang kurus dan buruk nafsu
makannya. Lama kerjanya 4-6 jam, daya
antikolinergisnya ringan. Efek sampingnya umum; rasa
kantuk biasanya lewat sesudah seminggu. Namun, obat
ini sekarang hanya dianjurkan hanya untuk digunakan
sebagai antihistaminikum. Dosis: oral 3 dd 4 mg
(klorida).

-Azatadin adalah derivat long-acting dengan efek


antiserotonin kuat. Nafsu makan dapat distimulasi, tetapi
dapat juga ditekan. Obat ini terutama digunakan pada
"hay fever dan pada urticaria. Dosis: oral 2 dd 1 mg
(maleat).

-Pizotifen disamping sebagai stimulator nafsu makan, zat


ini juga digunakan pada terapi interval migrain. Dosis:
oral semula 1 dd 0.5 mg (maleat), berangsur angsur
dinaikkan sampai 3 dd 0.5 mg.

-Ketotifen adalah derivat-keto long-acting tnpa efek anti


serotonin. Berdasarkan sifat menstabilisasinya terhadap
mastcell, obat ini digunakan sebagi obat pencegah asma.
Dosis: oral 2 dd 1-2 mg (fumarat).

-Loratadin adalah derivat-klor dari azatadin tanpa efek


sedatif maupun antikolinergis pada dosis biasa. Plasma
t1/2 nya lebih panjang: 12 jam, sedangkan metabolit
aktifnya 20 jam. Digunakan pada rhinitis dan
conjunctivitis alergis, juga pada urticaria kronis. Dosis:
oral 1 dd 10 mg.

-Azelastin derivat metilazepin ini yang berdaya anti


histamin, antileukotrien, antiserotonin, juga
menstabilisasi mastcell. khususnya digunakan pda
rhinitis alergis. kerjanya minimal 12 jam (t1/2 20 jam,
dari metabolit aktifnya 50 jam). Dosis: oral 1-2 dd 2 mg.

-Terfenadin derivat-butilamin heterosiklis ini adalah


suatu prodrug, dengan khasiat antihistamin (H1) yang
menyerupai klorfeniramin. Tidak dapat melintasi barier
liquor (CCS), maka tidak memiliki daya sentral (sedatif).
Digunakan pada rhinitis allerhica, urticaria dan reaksi
alergi lainnya. resorpsinya dari usus baik, mulai kerjanya
sesudah 1 jam dan bertahan 12 - 24 jam. Dalam hati
dengan pesat dan tuntas dirombak oleh sistem enzym
cythocrom P450 menjadi antara lain metabolit aktifnya
terfenadin-carboxylate dengan plasma t1/2 17 jam.
Ekskresinya berlangsung lewat tinja (60%) dan urin
(40%). Efek sampingnya jarang terjadi dan berupa
gangguan alat cerna, nyeri kepala, dan berkeringat.
Dengan beberpa obat (eritromisin, klaritomisisn,
ketokonazole, itrakonazol) terjadi interaksi berbahaya
dengan efek gangguan ritme dan penghentian jantung,
yang adakalanya fatal. Kelainan ritme ini juga dapat
timbul pada dosis terlampau tinggi dan juga oleh
grapefruit juice, yang bersifat menghambat cythocrom
P450 hingga kadar darahnya meningkat. Oleh karena itu
pad awal tahun 1997, FDA (AS) telah menarik dari
peredaran semua preparat terfenadin. Dosis: oral 2 dd 60
mg; anak-ank 3-6 tahun 2 dd 15 mg, 6-12 tahun 2 dd 30
mg.

-Fexofenadin adalah suatu metabolit aktif dari terfenadin


yang tidak perlu diaktivasi oleh hati. sifat dan
penggunaanya sama dengan terfenadin. Dosis: oral 1 dd
120 mg.

-Astemizol senyawa-flor ini mempunyai daya kerja


antihistami kuat, juga tanpa efek sentral dan
antikolinergis. Penggunaan dan efek sampingnya sama
dengan terfenadin. Begitu pula metabolit aktifnya,
terutama desmetilastemizol, berperan bagi daya kerjanya.
jangka waktu kerjanya panjang sekali dengan plasma t1/2
20 jam sampai 10 hari. Juga digunakan terhadap "hay
fever". Namun, efek optimalnya baru dicapai setelah 2-3
hari, sehingga tidak layak untuk terapi serangan alergis
akut. Efek sampingnya kurang lebih sama dengan
terfenadin. Paruh taun 1999 astemizol ditarik dari
peredaran oleh pabriknya di banyak negara eropa.
Interaksi pada dosis di atas 10 mg sehari dan penggunaan
serentak dengan eritromisin, ketokonazol dan itrakonazol
adakalanya menghambat metabolisme yang
mengakibatkan ritme hebat, bahkan penghentian jantung
(serupa terfenadin). Dosis: 1 dd 10 mg a.c.; anak-anak 6-
12 tahun 1 dd 5 mg, di bawah 6 tahun 1 dd 0.2 mg/kg.

-Levocabastin senyawa-piperidinecarbonic acid ini


berkhasiat antihistamin kuat dan praktis tidak bekerja
sentral. Hanya digunakan topikal sebagai tetes mata dan
spray hidung (0.05%)
-Ebastin adalah derivat baru yang sebagai prodrug dalam
hati di ubah menjadi zat aktif cerebastin. Khususnya
digunakan pada rhinitis alergis kronis dengan efektifitas
sama seperti astemizol 10 mg, cetrizin 10 mg, loratadin
10 mg, dan terfenadin (2 dd 60 mg). Dosis: oral 1 dd 10-
20 mg.

-Mebhidrolin digunakan antara lain pada pruritis dengan


dosis 2-3 dd 50 mg.

-Dimetinden juga digunakan terhadap pruritis dengan


dosis 3 dd 1-2 mg (maleat).

-Golongan kortikosteroid. Glukokortikoida dapat


menekan daya tangkis seluler sehingga mengurangi
reaksi-alergi. Secara lokal terutama digunakan terhadap
asma dan rhinitis alergica (beklometason dipropionat,
budesonida) dalam bentuk obat semprot hidung atau
aerosol. Terhadap radang mata (deksametason,
flourmetolon, hidrokortison, prednisolon) dan terhadap
dermatosis (gangguan kulit). Secara sistemis (bersamaan
dengan adrenalin), kortikosteriod digunakan pada shock
anafilaksis, kejang bronchi karena reaksi alergi dan status
asthmaticus.

-Natrium kromoglikat bukan merupakan suatu


antihistamin, tetapi disinggung disini berkat khasiat
profilaksisnya terhadap hay fever. Mekanisme kerjanya
berdasarkan menstabilisasi membran mastcell, sehingga
menghambat pembebasan histamin dan mediator lain.
Khasiat menstabilisasi ini juga diberikan oleh ketotifen,
suatu obat profilaksis lain terhadap asma yang dapat
diberikan per oral. Kromoglikat bermanfaat bila
diberikan sebelum terjadi granulasi dari mastcell dan
hanya bekerja profilaktis terhadap reaksi alergi. Karena
absorpsinya dari usus buruk, maka digunakan dalam
bentuk aerosol atau inhalasi serbuk halus pada asma.
Juga sebagai tetes hidung pada rhinitis allergica dan
tetes/ salep mata pada radang selaput mata alergis
(conjunctivitas). Efek sampingnya lemah, terutama iritasi
setempat. Dosis: 4 dd 20 mg serbuk halus kering untuk
inhalasi (garam-dinatrium).

-Nedokromil adalah suatu senyawa-chinolin dengan


khasiat sama dengan kromoglikat. Digunakan untuk
prevensi serangan asma, juga yang diprovokasi oleh
pengeluaran tenaga. Dosis: dosis-aerosol 4 dd 4 mg.

You might also like