You are on page 1of 15

PEMBERDAYAAN EKONOMI RAKYAT: MENCARI FORMAT KEBIJAKAN OPTIMAL 

1.       Walaupun telah melewati ratusan seminar dan diskusi, hingga saat ini selisih pendapat
mengenai definisi “ekonomi rakyat” masih terus berlangsung. Kondisi tersebut dapat
mengisyaratkan bahwa perdebatan mengenai definisi tampaknya tidak akan terlalu
produktif lagi untuk dilanjutkan, karena pada dasarnya hampir semua pihak telah sepaham
mengenai pengertian apa yang dimaksud dengan “ekonomi rakyat” tanpa harus
mendefinisikan. Hal tersebut menyangkut pemahaman bahwa yang dimaksud dengan
“ekonomi rakyat” adalah “kegiatan ekonomi rakyat banyak”.  Jika dikaitkan dengan
kegiatan pertanian, maka yang dimaksud dengan kegiatan ekonomi rakyat adalah kegiatan
ekonomi petani atau peternak atau nelayan kecil, petani gurem, petani tanpa tanah,
nelayan tanpa perahu, dan sejenisnya; dan bukan perkebunan atau peternak besar, MNC
pertanian, dan sejenisnya.  Jika dikaitkan dengan kegiatan perdagangan, industri, dan jasa
maka yang dimaksud adalah industri kecil, industri rumah tangga, pedagang kecil, eceran
kecil,  sektor informal kota, lembaga keuangan mikro, dan sejenisnya; dan bukan industri
besar, perbankan formal, konglomerat, dan sebagainya.  Pendeknya, dipahami bahwa yang
dimaksud dengan “ekonomi rakyat (banyak)” adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
orang banyak dengan skala kecil-kecil, dan bukan kegiatan ekonomi yang dikuasasi oleh
beberapa orang dengan perusahaan dan skala besar, walaupun yang disebut terakhir pada
hakekatnya adalah juga ‘rakyat’ Indonesia.

2.       Dengan pemahaman diatas, dapat dinyatakan bahwa ekonomi Indonesia sebenarnya


adalah berbasis ekonomi rakyat.  Ekonomi rakyat (banyak) mencakup 99 % dari total jumlah
unit usaha (business entity), menyediakan sekitar 80 % kesempatan kerja, melakukan lebih
dari 65 % kegiatan distribusi, dan melakukan kegiatan produksi bagi sekitar 55 % produk
dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, serta tersebar merata diseluruh wilayah
Indonesia. Hanya saja, ketimpangan distribusi aset produktif (formal) – yang sekitar 65 %-
nya dikuasai oleh 1 % pelaku usaha terbesar – menyebabkan kontribusi nilai produksi (GDP)
dan ekspor kegiatan ekonomi raktyat relatif lebih kecil. 

3.       Peran ekonomi rakyat juga teraktualisasi pada masa krisis multidimensi saat ini.  Jika
memang disepakati bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2000 sebesar 4,5 % terutama
disebabkan oleh tarikan konsumsi, baik konsumsi domestik maupun konsumsi asing
(ekspor) – terutama karena kegiatan investasi dan pengeluaran pemerintah yang sangat
terbatas – maka dapat diduga bahwa peran ekonomi rakyat sangat signifikan.  Hal ini
tersebut didasari oleh argumentasi bahwa rumah tangga yang menggantungkan
kehidupannya dari kegiatan ekonomi rakyat adalah konsumen terbesar, bahkan bagi produk
yang dihasilkan kegiatan ekonomi besar.  Daya produktif kegiatan ekonomi rakyatlah yang
mampu mendorong peningkatan konsumsi, termasuk terjaga maraknya berbagai kegiatan
‘masal’ dari ekonomi riil – seperti mudik Lebaran dan naik haji, selama tahun 2000 dan
2001. Indikasi lain dapat pula ditunjukkan oleh peningkatan kegiatan (tabungan dan
penyaluran kredit) hampir diseluruh lembaga keuangan mikro, peningkatan penjualan
kendaraan bermotor roda dua, peningkatan jumlah berbagai produk pertanian, dan
sebagainya.

4.       Sama sulitnya dengan mendefinisikannya, evaluasi terhadap kebijakan pembangunan


yang diarahkan untuk memberdayakan ekonomi rakyat sering sampai pada kondisi tanpa
kesimpulan.  Hal ini disebabkan karena kebijakan yang dimaksud cenderung untuk dibatasi
pada program yang dilakukan ‘khusus’ (bagi usaha kecil), seperti program kemitraan,
Keppres 16/1996 (?) tentang pengadaan barang pemerintah yang dapat dipenuhi oleh
usaha kecil, kredit program bersubsidi, berbagai subsidi input, dan sebagainya.  Padahal
dengan fakta pangsa ekonomi rakyat dalam ekonomi nasional, seharusnya seluruh
kebijakan ekonomi – terutama kebijakan ekonomi makro – adalah bagian dari kebijakan
pembangunan ekonomi rakyat.  Hal lain adalah karena kebijakan yang dimaksud hampir
selalu berarti program yang dilakukan oleh pemerintah saja.  Padahal aspek-aspek legislasi
(perundang-undangan dan peraturan), kebijakan umum, serta implementasinya sering kali
jauh lebih menentukan.  Hal ini ditunjukkan, misalnya, oleh UU Perbankan, yang membatasi
kemampuan bank umum melayani ekonomi rakyat yang kondisi objektifnya memang tidak
memungkinkan membangun akses pada pelayanan bank; atau UU Bank Indonesia yang
membatasi bank sentral itu mengembangkan kegiatan-kegiatan yang memiliki misi
pembangunan; atau mandat yang diterima BPPN yang hanya menekankan pada perolehan
target penjualan aset dan sangat kurang mempertimbangkan kepentingan kemanfaatan
aset tersebut bagi kegiatan ekonomi masyarakat.  Demikian pula dengan berbagai
peraturan dan kebijakan ‘mikro’ tingkat lokal, seperti ijin usaha, ijin lokasi, pengaturan
distribusi barang, ketentuan dan ijin mengenai mutu produk, dan sebagainya.

5.       Memperhatikan berbagai kebijakan yang dapat mempengaruhi perkembangan kegiatan


ekonomi rakyat, dan bercermin pada praktek kebijakan tersebut hingga saat ini, dapat
dikemukakan berbagai permasalahan yang masih dihadapi dalam pengembangan kebijakan
bagi ekonomi rakyat, antara lain:

a.       Pertimbangan dalam penetapan kebijakan tersebut seringkali memang tidak atas


dasar kepentingan kegiatan ekonomi rakyat.  Misalnya, pembentukan tingkat bunga
melalui berbagai instrumen moneter lebih didasarkan pada kepentingan ‘balance of
payment’ dan penyehatan perbankan; atau dilihat dari pemanfaatan cadangan
pemerintah yang sangat besar bagi rekapitalisasi bank, padahal bank tidak (dapat)
melayani kegiatan ekonomi rakyat; atau penetapan kebijakan perbankan sendiri yang
penuh persyarakatan yang tidak sesuai dengan kondisi objektif ekonomi rakyat, padahal
mereka adalah pemilik-suara (voter) terbanyak yang memilih pada pembuat
keputusan.  Dalam hal ini, mengingat lamanya pengaruh lembaga internasional (WB,
IMF, dll) patut pula diduga bahwa perancangan pola kebijakan tersebut juga membawa
kepentingan internasional tersebut.  Demikian juga, berbagai kebijakan yang dilakukan
pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah juga telah mengindikasikan
pertimbangan yang tidak berorientasi ekonomi rakyat.  Otonomi seharusnya juga berarti
perubahan
b.       Kebijakan pengembangan yang dilakukan lebih banyak bersifat regulatif dan
merupakan bentuk intervensi terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh ekonomi
rakyat.  Inovasi dan kreativitas ekonomi rakyat, terutama dalam mengatasi berbagai
kelemahan dan keterbatasan yang dihadapi, sangat tinggi.  Namun banyak kasus yang
menunjukkan bahwa kebijakan yang dikembangkan lebih banyak membawa norma dan
pemahaman dari “luar” dari pada mengakomodasi apa yang sudah teruji berkembang
dalam masyarakat.  Posisi lembaga keuangan mikro dalam sistem keuangan nasional
merupakan salah satu contoh terdepan dalam permasalahan ini.

c.       Kebijakan pengembangan yang dilakukan cenderung bersifat ‘ad-hoc’ dan parsial.


Banyaknya kebijakan yang dilakukan oleh banyak pihak sering kali bersifat kontra
produktif.  Seorang Camat atau kepala desa atau kelompok masyarakat misalnya, sering
kali harus menerima limpahan pelaksanaan ‘tugas’ hingga 10 atau 15 program dalam
waktu yang bersamaan, dari berbagai instansi yang berbeda dan dengan metode dan
ketentuan yang berbeda.  Tumpang tindih tidak dapat dihindari, pengulangan sering
terjadi tetapi pada saat yang bersamaan banyak aspek yang dibutuhkan justru tidak
dilayani.

d.       Mekanisme penghantaran kebijakan (delevery mechanism) yang tidak apresiatif juga


merupakan faktor penentu keberhasilan kebijakan.  Kemelut Kredit Usaha Tani (KUT)
merupakan contoh kongkrit dari masalah mekanisme penghantaran tersebut.  Demikian
pula sikap birokrasi yang ‘memerintah’, merasa lebih tahu, dan ‘minta dilayani’
merupakan permasalahan lain dalam implementasi kebijakan. Sikap tersebut sering kali
jauh lebih menentukan efektivitas kebijakan.

e.       Seperti yang telah dikemukakan diatas, banyak kebijakan yang bersifat ‘mikro’,
padahal yang lebih dibutuhkan oleh ekonomi rakyat adalah kebijakan makro yang
kondusif.  Dalam hal ini, tingkat bunga yang kompetitif, alokasi kebijakan fiskal yang
lebih seimbang sesuai dengan porsi pelaku ekonomi, dan kebijakan nilai tukar, disertai
berbagai kebijakan pengaturan (regulative policy) tampaknya masih jauh dari harapan
pemberdayaan ekonomi rakyat.

6.       Menyusun kebijakan yang optimal dalam pemberdayaan ekonomi rakyat memang bukan
merupakan pekerjaan mudah.  Permasalahan seperti mencari keseimbangan antara
intervensi dan partisipasi, mengatasi konflik kepentingan, mencari instrumen kebijakan
yang paling efektif, membenahi mekanisme penghantaran merupakan tantangan yang tidak
kecil.  Yang dapat dilakukan adalah mengusahakan mencoba mengusahakan agar kebijakan
pemberdayaan ekonomi rakyat tersebut dapat mewujudkan suatu ekonomi rakyat yang
berkembang – meminjam jargon yang sangat terkenal – dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.  Dalam semangat demokratisasi yang berkedaulatan rakyat, hal tersebut berarti
kebijakan yang dilakukan perlu dapat menjamin agar kegiatan ekonomi mencerminkan
prinsip-prinsip :
§         Dari rakyat; rakyat banyak memiliki kepastian penguasaan dan aksesibilitas terhadap
berbagai sumberdaya produktif, dan rakyat banyak menguasai dan memiliki hak atas
pengambilan keputusan produktif serta konsumtif yang menyangkut sumberdaya
tersebut.  Pemerintah berperan untuk memastikan kedaulatan tersebut dilindungi dan
dihormati sekaligus mengembangkan pengetahuan dan kearifan rakyat dalam
pengambilan keputusan.

§         Oleh rakyat; proses produksi, distribusi dan konsumsi diputuskan dan dilakukan oleh
rakyat.  Dalam hal ini sistem produksi, pemanfaatan teknologi, penerapan azas
konservasi, dan sebagainya perlu dapat melibatkan sebagian besar rakyat.  Pemberian
‘hak khusus’ kepada segelintir orang untuk mengembangkan ‘kue ekonomi’ dan
kemudian baru ‘dibagi-bagi’ kepada yang banyak tidak sesuai dengan prinsip
ini.  Kreativitas dan inovasi yang dilakukan rakyat harus mendapat apresiasi sepenuhnya.

§         Untuk rakyat; rakyat merupakan ‘beneficiaries’ utama dalam setiap kegiatan ekonomi
sekaligus setiap kebijakan yang ditetapkan.  Jelas bahwa korupsi, dominasi, dan
eksploitasi ekonomi tidak dapat diterima. 

7.       Implementasi prinsip diatas membutuhkan pemerintah yang memiliki visi dan strategi
pembangunan yang jelas. Memang sistem ekonomi yang demokratis, yang menjadi
prasyarat bagi perkembangan ekonomi rakyat, sangat membutuhkan peran pemerintah
yang lahir dari sistem politik yang demokratis atas dasar kedaulatan rakyat yang
kuat.  Mudah-mudahan hal ini tidak menyebabkan kita terjebak dalam ‘debat-kusir’: mana
yang lebih dahulu (harus) ada, ‘ayam atau telur’.  Atau mungkin justru ketidak-jelasan masa
depan percaturan elit saat ini – yang kemudian sering diinterpretasikan sebagai kurang
jelasnya arah dan strategi pembangunan – justru  dapat menjadi lahan yang subur bagi
berkembang ekonomi rakyat.-
Program Raskin Dorong Terciptanya Kegiatan Ekonomi

Program pengadaan beras bagi rumah tangga sasaran/miskin yakni Raskin terbukti mendorong
terciptanya banyak kegiatan ekonomi.
"Banyak kegiatan ekonomi yang berkembang dengan adanya program Raskin," kata Direktur
Utama Perum BULOG, Mustafa Abubakar, di Jakarta, Rabu.
Ia mencontohkan program tersebut memungkinkan rantai ekonomi berjalan sebagai "multiplier
effect" (dampak rentetan) program Raskin di antaranya berlangsungnya kegiatan pengangkutan
untuk penyebaran stok.
Selain itu terjadi pula kegiatan angkutan dalam upaya untuk membawa beras Raskin sampai di
titik distribusi dan kegiatan bongkar muat.
"Semua kegiatan itu tentu melibatkan banyak tenaga kerja," katanya.
Menurut dia, data rumah tangga sasaran/miskin selama ini tidak dapat dipungkiri sebagian
besar berada di wilayah pedesaan.
Dengan demikian kegiatan penunjang distribusi Raskin otomatis juga banyak berada di wilayah
pedesaan.
"Dampak Raskin ini juga mendorong perekonomian kegiatan penunjang penyaluran Raskin,"
katanya.
Mustafa mengatakan, Raskin sesuai dengan tujuannya adalah untuk mengurangi beban
pengeluaran rumah tangga yang sasarannya melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan
pokok dalam bentuk beras.
Di samping itu Raskin juga berdampak pada terciptanya sejumlah keuntungan secara tidak
langsung di antaranya stimulasi terhadap peningkatan permintaan agregat yang terjadi karena
peningkatan daya beli rumah tangga sasaran (RTS).
Raskin dialokasikan bagi setiap RTS sebanyak 15 kg/bulan selama 12 bulan. Harga tebus Raskin
di titik distribusi sebesar Rp1.600/kg dengan jumlah RTS 18.497.302 pada 2009. Pada tahun
yang sama itu pula jumlah beras yang akan disalurkan sebesar 3,3 juta ton.(eB)
“KEGIATAN KONOMI ARUS MENGARAH PADA USAHA MEMANUSIAWIKAN MANUSIA”

Mestinya, kegiatan ekonomi adalah proses realisasi manusia untuk memanusiawikan dirinya
dan sesamanya. Jadi, kegiatan ekonomi bukan sekedar untuk mendesain manusia menjadi
homo oeconomicus (manusia ekonomi) melainkan juga homo socius (makhluk sosial). Oleh
karena itu, kegiatan ekonomi seharusnya di arahkan untuk menjawab kebutuhan individual
sekaligus kebutuhan rakyat secara keseluruhan. Jika arah kegiatan ekonomi dijalankan seperti
ini maka, visi-misi kegiatan ekonomi berada pada jalur memanusiawikan manusia.

Saya sangat terinspirasi dengan tulisan tokoh ekonomi kondang: Michael Novak menyangkut
gagasannya dalam aktivitas ekonomi. Tokoh ini mengidealkan manusia sebagai makhluk yang
harus menghasilkan sesuatu (homo faber), harus mampu mendesain dan merekayasa hidupnya.
Dalam dunia dewasa ini, agaknya benar arah pemikiran Novak bahwa manusia dewasa ini
dilihat oleh pelaku ekonomi sebagai modal (capital), investasi, dan komoditi.

Memang saya tidak begitu setuju dengan pendapat ini. Sebab, jika demikian, kegiatan ekonomi
justru menjadikan manusia bukan manusia lagi. Manusia menjadi sama seperti barang yang
layak diperdagangkan dan dipertukarkan dengan barang.

Novak mengatakan bahwa manusia dewasa ini mestinya memiliki daya efisiensi dan keberanian
berusaha. Manusia harus selalu kreatif dan produktif (harus menghasilkan sesuatu). Semua
idealisme ini terealisasi jika manusia memiliki “human capital”. Lantas, apa saja human capital
itu? Novak menjawab: human capital itu adalah keterampilan, intellectual skills dan bukan
sekedar physical capital. Saya melihat bahwa ada human capital yang dilupakan oleh Novak,
yakni: kesempatan (chance) dan popularitas (popularity). Orang kaya yang memiliki relasi bisnis
yang baik (networking) akan mudah mendapat pekerjaan. Anak pejabat tentu lebih banyak
kesempatan mereka, terutama jika mereka memanfaatkan popularitas orangtua mereka.
Sedangkan orang miskin tidak demikian.

Bagi Novak, manusia adalah makhluk produktif. Dengan kata lain, yang dianggap oleh Novak
sebagai manusia adalah hanya orang yang produktif. Manusia adalah subjek yang terpilih dan
memiliki pikiran dan daya untuk mencipta. Novak, dalam tulisannya: “Economics as
Humanism”(lihat www.leaderu.com/ftissues/ft9710/opinion/novak.html) mengidealkan
seorang individu harus mampu mengeluarkan dirinya dari jurang kemiskinan, sebab ia memiliki
kebebasan untuk memilih. Sangat disayangkan, memang, sebab dalam artikel tersebut, Novak
tidak menawarkan solusi bagaimana agar kegiatan ekonomi mampu memanusiawikan rakyat
miskin. Seperti kita ketahui, warga miskin tidak mampu memilih, tidak bebas dan tidak memiliki
keahlian. Orang miskin, tidak mampu memilih mau kerja di mana dan kapan karena mereka
tidak memiliki skill yang sesuai kebutuhan kegiatan ekonomi. Warga miskin tidak bebas memilih
kebutuhan apa yang ia perlukan karena mereka tidak memiliki modal yang cukup. Warga miskin
hidup dengan paksaan keadaan sosial. Warga miskin tidak mampu menguasai keadaan sosial-
ekonomi!

Pada era globalisasi ini, warga miskin selalu berada di bawah tekanan kaum “kuat” yang
mengeksploitasi mereka. Ada alasan yang sangat pelik mengapa warga miskin gampang
dieksploitasi: warga miskin tidak memiliki human capital, yang mereka miliki hanyalah physical
capital (kekuatan fisikal). Inilah yang dilupakan oleh Novak. Novak memukul rata bahwa
manusia memiliki human capital padahal realitanya, tidak. Nah, seharusnya pelaku ekonomi
harus mampu memikirkan bagaimana agar warga miskin ini mengalami dirinya sebagai manusia
yang manusiawi. Pelaku ekonomi seharusnya memikirkan bagaimana agar warga miskin ini
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, mampu menikmati sekolah yang layak,
hidup layak dan pekerjaan yang layak.

Mari kita kembali pada gagasan Novak. Judul artikelnya menarik: “Economics as Humanism”.
Sejauh yang saya tangkap, humanisme yang dimaksud oleh Novak di bidang ekonomi bukan
humanisme yang diarahkan ke luar (bukan untuk menyejahterakan orang lain) melainkan
bagaimana setiap individu memajukan kesejahteraan hidupnya. Nampaknya, Novak mengkritik
efek ambivalensi dari aliran sosialisme dan juga kapitalisme. Ketika sosialisme bangkit, dan
menekankan tanggung jawab serta milik umum, justru individu tak punya greget untuk
berdikari dan mandiri. Novak ingin mematahkan (meng-counter) ide sosialisme.

Dari artikel ini, sepertinya Novak adalah pengagum kapialisme. Kaum kapitalisme melihat
segalanya sebagai “commodity and capital” dan mengizinkan setiap individu menumpuk
kekayaan. Artinya, individu berhak menikmati kekayaan di antara kaum miskin yang mati
kelaparan. Visi-misi kapitalisme semakin parah sebab tanggung jawab diserahkan dalam
wilayah privat dan segalanya harus diswastanisasikan. Peran pemerintah untuk menentukan
arah kebijakan ekonomi tidak berlaku lagi.

 
Menurut saya, kegiatan ekonomi mampu berperan sebagai gerakan humanisme jika aktivitas
ekonomi dijadikan salah satu cara untuk melihat kenyataan dan juga untuk memikirkan
generasi berikutnya. Aktivitas ekonomi layak sebagai gerakan humanisme jika para pelaku
ekonomi tidak hanya memikirkan kesejahteraan dirinya tetapi juga mau mengangkat kehidupan
masyarakat miskin yang memang lemah dari segi “human capital”. Sekurang-kurangnya,
masyarakat miskin ini dilatih, diberi penyuluhan serta diberi kesempatan untuk sekolah,
menikmati pendidikan yang layak
JENIS JENIS KEGIATAN EKONOMI

1. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang menghasilkan produk barang atau
jasa. Contoh kegiatan produksi adalah seperti membuat tas, pempek palembang, untuk dijual
atau menawarkan jasa tukang cukur rambut di bawah pohon jamblang.

2. Kegiatan Distribusi
Kegiatan distribusi adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang menyalurkan produk barang
ataupun jasa dari produsen ke konsumen dengan berbagai teknik dan cara. Pihak yang
melakukan distribusi adalah distributor atau dalam bahasa indonesianya adalah penyalur.
Contoh kegiatan distribusi adalah agen koran, agen tenaga kerja, agen makanan ringan atau
snack cemilan, dan masih banyak lagi contoh lain.

3. Kegiatan Konsumsi
Kegiatan konsumsi adalah pekerjaan atau kegiatan yang memakai atau menggunakan suatu
produk barang atau jasa yang diprosuksi atau dibuat oleh produsen. Contoh kegiatan konsumsi
adalah seperti makan di warteg, nyukur jenggot di tukang pangkas rambut, berobat ke dokter
kandungan, beli combro dan misro untuk dimakan sendiri atau berame-rame, dsb.
PASAR DALAM KEGIATAN EKONOMI

A. Konsep Pasar
Pasar memang sering dikaitkan dengan tempat, yaitu tempat bertemunya pihak pembeli
dan penjual untuk melakukan transaksi sehingga terjadi proses jual beli.
Ada 2 sifat pasar :
1. Konkret (nyata), yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan
transaksi jual beli
2. Abstrak (tidak nyata) yaitu terjadinya transaksi jual beli tanpa penjual dan pembeli
bertemu secara langsung.

Secara garis besar, ada tiga pasar utama (three basic market) yaitu
a. Pasar barang dan jasa
Dalam pasar barang dan jasa, yang diperjualbelikan ialah barang maupun jasa dan
pembeli juga akan berusaha mendapatkan barang yang dibutuhkannya dengan harga
sesuai kemampuannya.
Contoh : Pak Ucok menawarkan kemeja dengan harga Rp. 25.000,00 per potong. Bu
Cicih yang akan membeli kemeja dari Pak Ucok berusaha mendapatkan kemeja tersebut
dengan harga Rp. 20.000 per potong. Setelah terjadi tawar menawar dalam transaksi
jual beli tersebut, dicapai kesepakatan harga kemeja tersebut Rp. 22.000,00 per potong.
b. Pasar Tenaga Kerja
Pasar yang terdapat permintaan dan penawaran tenaga kerja
Contoh : Dalam surat kabar ada beberapa bagian / kolom mengenai lowongan pekerjaan
merupakan salah satu contoh permintaan tenaga kerja yang berasal dari orang-orang
yang mencari / membutuhkan pekerjaan

c. Pasar Keuangan
Di dalam pasar keuangan yang diperjualbelikan bukan uang (secara fisik) melainkan hak
penggunaan uang.
Contoh : Kamu mempunyai sejumlah uang yang seharusnya dapat kamu belanjakan.
Akan tetapi kamu lebih memilih untuk membeli surat berharga, misalnya saham /
perusahaan. Sebagai imbalan karena kamu bersedua menunda penggunaan uang
tersebut, maka kamu memperoleh pendapatan dari saham yang disebut dividen.
Pasar keuangan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pasar Modal
Yang diperjualbelikan dalam pasar ini ialah surat berharga dalam jangka panjang / lebih
dari satu tahun
Contoh : Serifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU)
2. Pasar Uang
Yang diperjualbelikan dalam pasar ini ialah surat berharga jangka pendek
Contoh: Saham dan obligasi
B. BENTUK-BENTUK PASAR
Pasar barang dan jasa dapat dikelompokkan berdasarkan :
1.Mutu pelayanannya
2. Sifat pendistribusinya
3. Luas jaringan distribusinya
4. Waktu
5. Berdasarkan posisi perusahaan di dalam pasar

1. Berdasarkan mutu pelayanannya pasar dapat dibagi sebagai berikut


a. Pasar tradisional, merupakan pasar yang dibangun pemerintah, swasta, komperasi,
swadaya masyarakat. Usaha perdagangan pada pasar tradisional biasanya berskala kecil
karena modalnya juga kecil. Di pasar tradisional, proses jual beli dilakukan melalui tawar
menawar.
b. Pasar Modern, adalah pasar yang dibangun pemerintah swasta, atau koperasi yang
berbentuk mall, supermarket, department store, dan shopping center. Pengelolaan
pasar modern dilakukan secara modern, bermodal relatif kuat, dan dikelola oleh
seorang pengusaha besar. Proses tawar menawar tidak dapat dilakukan seperti di pasar
tradisional.

2. Berdasarkan luas jaringan distribusi, pasar dapat dibagi menjadi berikut ini:
a. Pasar grosir / perkukalan adalah pasar tempat dilakukannya usaha perdagangan
partai besar. Harga barang di pasar grosir lebih murah karena pembeli harus membeli
dengan jumlah besar.
b. Pasar eceran adalah pasar tempat dilakukannya perdagangan dalam Partai kecil.

3. Berdasarkan luas jaringan distribusi, pasar dapat dibagi menjadi berikut ini
a. Pasar lokal / setempat adalah pasar yang meliputi satu daerah tertentu dan barang
yang dijualbeikan ialah barang kebutuhan sehari-hari.
b. Pasar Daerah, adalah pasar yang lebih besar dari pasar lokal dan biasanya meliputi
satu daerah tertentu seperti pasar kecamatan / pasar kabupaten
c. Pasar Nasional adalah pasar yang meliputi satu wilayah negara
d. Pasar Internasional adalah pasar yang memperjualbelikan suatu barang di beberapa
negara

4. Berdasarkan waktu, pasar dapat dibagi menjadi berikut ini:


a. Pasar Harian, yaitu pasar yang berlangsung setiap hari
b. Pasar Mingguan, yaitu pasar yang berlangsung hanya satu hari dalam seminggu
c. Pasar Bulanan, yaitu pasar yang berlangsung hanya satu bulan sekali
d. Pasar Tahunan, yaitu pasar yang berlangsung sekali dalam satu tahun

5. Berdasarkan posisi perusahaan dalam pasar (Struktur Pasar)


a. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar yang benar-benar merupakan pasar persaingan sempurna.
Pasar persaingan sempurna mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Banyak penjual dan pembeli
2) Barang yang diperjualbelikan ialah barang homogen
3) Produsen tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga
4) Sangar mudah untuk keluar / masuk pasar
Barang Homogen adalah barang-barang yang dapat memberikan kepuasan / kegunaan
sama bagi konsumen tanpa perlu mengetahui siapa produsennya.
b. Pasar Monopoli (Monopoly)
Ada beberapa ciri dari perusahaan Monopoli yaitu:
1) Hanya ada satu penjual
2) Tidak mempunyai barang pengganti yang mitip
3) Produsen dapat menentukan harga serta jumlah barang yang akan dijual
4) Sulit untuk memasuki pasar monopoli karena ada hambatan bagi perusahaan lain
yang ingin memasuki pasar monopoly berupa hambatan teknis dan hambatan illegal,
Hambatan teknis adalah kemampuan perusahaan yang sangat efisien dalam berproduksi
sehingga sulit untuk disaingi.
Hambatan ilegal adalah hambatan untuk masuk ke pasar karena dibatasi oleh Undang-
Undang / Peraturan Pemerintah yang memberikan hak khusus kepadasatu perusahaan.
c. Pasar Persaingan Monopolitis (Monopolitik Cpmpetition)
Contoh pasar Persaingan Monopolistis adalah Pasar produk pakaian jadi tersebut dapat
dikelompokkan sebagai barang diferensiasi.
Pasar untuk produk pakaian jadi termasuk dalam Pasar yang berstruktur persaingan
monopolitis karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Banyak penjual
2) Barang diferensiasi
3) Ada produsen yang dapat mempengaruhi harga
4) Relatif mudah untuk masuk / keluar pasar

d. Pasar Oligopoli (Oligopoly)


Pasar oligopoli mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Terdapat beberapa produsen
2) Barang yang ada di pasar bersifat homogen
3) Jika beberapa produsen tersebut bekerjasama maka akan bisa mempengaruhi harga,
tetapi jika tidak bekerjasama maka hanya sedikit mempunyai kemampuan menentukan
harga
4) Cukup sulit untuk memasuki pasar oligopoli
Oligopoli dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1) Oligopoli barang homogen
Penjual hanya bisa menjual barang-barang yang sama
2) Oligopoli barang diferensial
Penjual sebenarnya menjual barang yang sama tetapi dengan merek / kwalitas yang
berbeda

C. Kedudukan Pasar dalam Kegiatan Ekonomi


Secara rinci peranan pasar bagi konsumen, produsen dan pemerintah adalah sebagai
berikut:
1) Bagi Konsumen, pasar memberikan kemudian untuk memperoleh kebutuhan barang
maupun jasa
2) Bagi Produsen, pasar merupakan tempat untuk memperoleh bahan baku dan menjual
hasil produksi
3) Barang pemerintah, pemerintah juga melakukan kegiatan konsumsi barang dan jasa
Fungsi pasar adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan ekonomo yang penting karena memperlancar hubungan
antara produsen dengan konsumen. Pasar merupakan tempat distribusi karena
produsen dapat menjual hasil produksinya di pasar melalui perantara atau pedagang
sehingga konsumen dapat memperoleh kebutuhannya dengan mudah di pasar
b. Fungsi Pembentukan Harga
Melakukan tawar menawar antara pembeli dan penjual
c. Fungsi Promosi
Apa dampak globalisasi dalam kegiatan ekonomi di Indonesia?

Globalisasi adalah sebuah proses yang alamiah yang netral. Globalisasi ekonomi membawa
dampak positif maupun negatif.
Dampak positif globalisasi antara lain:
1. Semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor, dengan catatan produk ekspor
Indonesia mampu bersaing di pasar internasional. Hal ini membuka kesempatan bagi
pengusaha di Indonesia untuk melahirkan produk-produk berkualitas, kreatif, dan dibutuhkan
oleh pasar dunia.
2. Semakin mudah mengakses modal investasi dari luar negeri. Apabila investasinya bersifat
langsung, misalnya dengan pendirian pabrik di Indonesia maka akan membuka lapangan kerja.
Hal ini bisa mengatasi kelangkaan modal di Indonesia.
3. Semakin mudah memperoleh barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan belum bisa
diproduksi di Indonesia.
4. Semakin meningkatnya kegiatan pariwisata, sehingga membuka lapangan kerja di bidang
pariwisata sekaligus menjadi ajang promosi produk Indonesia.
Dampak negatif globalisasi bagi kegiatan ekonomi di Indonesia terutama bersumber dari
ketidaksiapan ekonomi Indonesia dalam persaingan yang semakin bebas. Dampak negatifnya
sebagai berikut.
1. Kemungkinan hilangnya pasar produk ekspor Indonesia karena kalah bersaing dengan
produksi negara lain yang lebih murah dan berkualitas. Misalnya produk pertanian kita kalah
jauh dari Thailand.
2. Membanjirnya produk impor di pasaran Indonesia sehingga mematikan usaha-usaha di
Indonesia. Misalnya, ancaman produk batik Cina yang lebih murah bagi industri batik di tanah
air.
3. Ancaman dari sektor keuangan dunia yang semakin bebas dan menjadi ajang spekulasi.
Investasi yang sudah ditanam di Indonesia bisa dengan mudah ditarik atau dicabut jika dirasa
tidak lagi menguntungkan. Hal ini bisa memengaruhi kestabilan ekonomi.
4. Ancaman masuknya tenaga kerja asing (ekspatriat) di Indonesia yang lebih profesional
SDMnya. Lapangan kerja di Indonesia yang sudah sempit jadi semakin sempit.
Kesimpulannya, globalisasi bisa berdampak positif atau negatif tergantung kesiapan kita
mengadapinya

You might also like