Professional Documents
Culture Documents
1. Senyawa Hidrokarbon
Komponen utama minyak bumi dan gas alam, yaitu sumber daya yang
sekarang memasok sebagian besar sumber energi kita, ialah hidrokarbon, yakni
senyawa yang hanya mengandung karbon dan hidrogen. Ada tiga golongan
hidrokarbon berdasarkan jenis ikatan karbon-karbonnya, yaitu hidrokarbon jenuh
(saturated hydrocarbon), hidrokarbon tak jenuh (unsaturated hydrocarbon), dan
aromatik. Hidrokarbon jenuh hanya mengandung ikatan tunggal karbon-karbon,
hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan majemuk karbon-karbon, baik ikatan
rangkap, ikatan rangkap tiga, atau keduanya, sedangkan hidrokarbon aromatik
ialah golongan senyawa siklik tak jenuh namun sifatnya berbeda dengan alkena.
Sifat dari kelompok senyawa ini secara umum dicirikan oleh benzena.
1.1 Hidrokarbon Jenuh
Hidrokarbon jenuh terdiri dari dua kelompok utama, yakni alkana dan
sikloalkana. Pada bagian ini pembahasan khusus tentang senyawa alkana (alkana
rantai lurus). Senyawa alkana juga dikenal sebagai paraffin, yang berasal dari
bahasa latin “parum afinis” yang berarti afinitasnya kecil. Jadi paraffin berarti
suatu senyawa yang afinitasnya kecil. Jadi paraffin merupakan senyawa yang
sukar bereaksi, atau suatu senyawa yang stabil.
Hidrokarbon, selain terdapat di alam dapat juga disintesis dilaboratorium.
Berikut kita lihat struktur dan sifat dari hidrokarbon jenuh.
1.1.2 Sifat dan Struktur Turunan Alkana
Rumus umum dari homolog alkana adalah CnH2n+2 dimana n menyatakan
jumlah atom karbon. Alkana yang paling sederhana adalah metana dengan
formula CH4, sedangkan struktur tiga dimensi dari metana akan dibahas
kemudian. Metana dapat dihasilkan dan ditemukan pada berbagai tempat seperti:
1. Sebagai hasil dekomposisi (perubahan struktur)dari bahan organic seperti
daun-daun busuk didasar rawa, sehingga gas metana dikenal pula sebagai
gas rawa.
2. Di dalam arang batu bara, gas metana ini sering menimbulkan ledakan-
ledakan pada daerah tambang, oleh karena itu gas metana juga dikenal
sebagai gas tambang.
3. Sebagai hasil tambang, yang bercampur dengan sedikit etana, propana dan
butana juga termasuk sebagai gas alam. Atau bercampur dengan minyak
bumi pada pertambangan minyak bumi.
4. Pada proses pencernaan dalam tubuh manusia juga memungkinkan
terbentuk gas metana.
5. Pada atmosfer yupiter juga mengandung banyak metana.
1.1.3 Sifat Fisika Metana
Metana merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sangat sukar
larut dalam air, mudah larut dalam alcohol. Titik didih dan titik leburnya rendah,
dibawah 0oC.
1.1.4 Sifat Kimia dan Struktur Molekul Metana
Metana berupa senyawa yang amat stabil tidak dapat bereaksi dengan
asam, basa dan pereaksi-pereaksi yang umum terdapat dilaboratorium, pereaksi
mana dengan mudah dapat bereaksi dengan senyawa hidrokarbon tak jenuh.
Reaksi oksidasi terhadap metana dapat berlangsung dengan jalan pembakaran
yang akan menampakkan nyala warna kuning. Bila dicampur dengan udara pada
konsentrasi tertentu (5,3-13,9%) dapat menimbulkan ledakan. Ledakan dapat juga
terjadi jika gas metana dicampur dengan gas klorida dalam perbandingan 1:2 dan
diberi sinar matahari, akan tetapi jika penambahan klorida sedikit demi sedikit
akan terjadi reaksi klorinasi berantai. Apabila dipanaskan pada uap temperature
1000oC dengan katalisator Nitrogen, akan membentuk karbon monoksida
hydrogen.
Reaksi antara gas metana dengan klor cukup menarik untuk dikaji lebih
lanjut, karena reaksi tersebut merupakan metode kimiawi yang cukup akurat untuk
menjelaskan mengapa struktur metana adalah tetrahedron bukan struktur planar
atau datar, dan dapat pula menggambarkan kesetaraan derajat dari tiap-tiap atom
hidrogen dalam metana.
CH4 HCl
CH3Cl CHCl2 CHCl3 CCl4 HCl
Sinar matahari Metil metilen kloroform karbon
klorida klorida tetra klorida
Gambar 1.1 Reaksi metana dengan klor menggunakan katalis sinar matahari
membentuk campuran senyawa monokloro, dikloro, trikloro dan
tetraklorometana.
Campuran hasil reaksi yang diperoleh dari klorinasi metana diatas dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dan dapat diidentifikasi, karena
kesemuanya mempunyai titik didih yang berbeda. Sebagaimana yang terlihat pada
metana yang telah mengalami klorinasi, menunjukkan bahwa 1,2,3 dan 4 atom
hidrogen dari metana diganti oleh ato klor secara beruntun dan menghasilkan
senyawa klorometana (metilklorida), diklorometana (metilen klorida),
triklorometana (kloroform) dan tetraklorometan (karbon tetra klorida). Masing-
masing senyawa dapat dibuat dari berbagai cara dengan menggunakan beberapa
reaksi yang lain. Kenyataan menarik adalah bahwa bagaimanapun cara yang
dipakai dalam pembentukannya, ternyata hanya ada satu jenis senyawa yang
sesuai bagi masing-masing rumus.
Mari kita tinjau CH3Cl, molekul ini diperoleh dari hasil pertukaran salah
satu dari keempat atom hydrogen metana dengan satu atom klor akan
menghasilkan hanya satu macam klorometana, dengan kata lain atom hidrogen
manapun yang diganti oleh klor tetap akan menghasilkan klorometana yang sama.
Dari kenyataan tersebut maka disampaikan bahwa : keempat atom hidrogen dalam
metana mempunyai derajat yang sama (ekuivalen). Walaupun kesamaan derajat
dari keempat atom hidrogen dalam metana dapat diungkapkan lewat pengamatan
molekul klorometana, namun tidak dapat digunakan untuk melacak keadaan
struktur stereokimia metana. Hal ini dapat ditunjukkan pada (Gambar 1.2) kedua
struktur tersebut baik bujursangkar maupun tetrahedron masing-masing
menunjukkan bahwa keempat atom hidrogen ekivalen. Keadaan tersebut tidak
menunjukkan kepastian tentang struktur metana yang lebih tepat.
H H
H H
C C
Bujur sangkar H Cl
H H
metana klorometana
H
H
C
Tetrahedron H C
H Cl
H H
H
metana klorometana
Gambar 1.2 Dua kemungkinan struktur metana dapat menggambarkan kesaaan
derajat dari atom-atom hydrogen dalam metana.
metana klorometana
Cl Cl Cl
C C C
Tetrahedron H H Cl
Cl H H
(B)
H Cl H
C 4H+ H C H
atom atom H
karbon hidrogen
molekul
metana
Karena atom karbon mempunyai empat electron valensi, maka dalam
pembentukan senyawa selalu ada empat ikatan kovalen. Prinsip ini memudahkan
anda menulis struktur molekul organic dengan lengkap dan benar, bagaimanapun
rumitnya molekul tersebut.
Teori tolakan pasangan electron meramalkan bentuk tetrahedron untuk
molekul metana. Keadaan ini sesuai dengan pengamatan terhadap hasil klorinasi
metana sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Sesungguhnya mengandalkan
asumsi tatanan electron atom karbon dalam keadaan dasar (ground state), karena
atom karbon hanya mempunyai dua elektron tak berpasangan, pada orbital 2p,
sebagaimana dapat dituliskan C:1s2 2s2 2px1 2py1 2pz1. Sehingga setiap usaha untuk
membuat pertumpangtindihan orbital p dari karbon dengan orbital s1 dari
hidrogen, akan menghasilkan molekul dengan rumus CH2. Berkat perkembangan
mekanika kuantum maka kesulitan ini kemudian dapat diatasi. Melalui dua tahap
hipotesis dapat dijelaskan mekanisme pembentukan metana, sebagai berikut:
tahap pertama, adalah penghibridian yang lebih dikenal dengan istilah hibridisasi
yaitu pencampuran dua atau lebih orbital yang berbeda. Terhadap struktur metana,
orbital 2s dan 3 orbital 2p dari atom karbon berhibrida membentuk empat orbital
atom hibrida sp3 yang berbentuk balon mengarah ke sudut-sudut tetrahedron.
Sudut tetrahedron diantara dua orbital hibrida meminimumkan interaksi yang
tidak diinginkan diantara sesama orbital. Tahap kedua, adalah pembentukan empat
buah orbital molekul ikatan σ (sigma) melalui tumpang tindih empat buah orbital
sp3 dari karbon dengan empat orbital 1s dari empat atom hydrogen.
Dengan selesainya kerangka orbital molekul metana, maka delapan
electron valensi diperlukan untuk mengisi orbital molekul ikatan agar terbentuk
empat ikatan sigma C-H yang setara, jumlah ini bertepatan dengan electron yang
tersedia, yakni empat dari karbon masing-masing satu dari empat hidrogen.
Struktur molekul metana yang dihasilkan seuai dengan hasil penelitian empat
ikatan C-H yang setara, dan tetrahedron.
Karena orbital sp3 lebih menjorok keluar jika dibandingkan dengan orbital
p dari karbon dan orbital 1s dari hydrogen lebih dimungkinkan dan lebih besar,
ini mengakibatkan ikatan kovalen yang amat kuat.
1.2.1 Ikatan karbon-Karbon
Kemampuan karbon yang unik dalam membentuk ikatan kerbon-karbon
yang mantap serta membentuk rantai adalah alasan utama melimpahnya senyawa
organik. Etana adalah alkana yang paling sederhana setelah metana, juga berupa
gas dalam suhu dan tekanan baku.
2 C C C
C C 6H H C H
H H
etana
1.2.2 Homolog –homolog Alkana
Penambahan satu unit CH3 terhadap senyawa hidrokarbon semula
mengakibatkan terjadinya perpanjangan rantai karbon. Hal ini dapat terjadi secara
tak terhingga menghasilkan suatu makromolekul. Setiap perpanjangan atom
karbon selalu berakibat pada kecenderungan perubahan, sifat-sifat terutama sifat
fisika dari senyawa karbon tersebut.
Etana adalah homolog berikut setelah metana, terbentuk dengan jalan
penggantian salah satu atom hidrogen dari metana dengan gugus metil. Tiap-tiap
atom karbon dalam molekul etana memiliki tiga ikatan sigma (σ) antara atom
karbon dengan atom karbon tetangganya. Homolog berikutnya setelah etana
adalah propane, berbeda satu unit metilen dan berat molekulnya lebih besar
daripada metana. Demikian seterusnya anggota-anggota berikutnya selalu
bertambah dengan unit -CH2- .
Jika senyawa alkana kehilangan suatu atom hydrogen maka akan terbentuk
suatau radikal yang dikenal sebagai gugus alkil. Penamaan dari gugus alkil
tersebut disesuaikan dengan nama alkana asalnya, dimana akhiran ana dari alkana
bersangkutan diganti il. –CH3- dinamakan sebagai gugus metil karena merupakan
turunan dari metana oleh pelepasan satu atom hydrogen, propane dapat diperoleh
dari dua gugus alkil yang berbeda sesuai dengan posisi atom hidrogen yang
dilepaskan, yakni pada atom pertama atau pada atom kedua yang akan
menghasilkan gugus alkil berturut-turut disebut n-butil dan isobutyl.
Penggantian satu atau lebih atom hydrogen alkana dengan halogen akan
menghasilkan senyawa organohalida, salah satu senyawa organic yang cukup
fungsional dan banyak ditemukan dalam senyawa anorganik alam.
1.2.3 Tata Nama Senyawa Alkana
Dengan semakin banyaknya senyawa alkana yang ditemukan maka sangat
diperlukan cara-cara penamaan yang sistematik dan mudah dipahami system
penamaan yang demikian itu kemudian dirintis oleh International Union of
Chemistry di Geneva 1982, yang kemudian dikembangkan oleh International
Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC).
Aturan IUPAC untuk penamaan senyawa alkana meliputi tahap-tahap
berikut ini:
tentukan rantai yang paling panjang sebagai rantai pokok
alkana tanpa cabang diberi nama berdasarkan jumlah atom karbonnya
dengan akar kata met-, prop-, pent dst. Menunjukkan panjang rantai
berikan angka pada rantai pokok, dimulai dari ujung yang dekat dengan
rantai cabang
gugus yang menempel pada rantai utama disebut subtituen. Setiap
subtituen harus diberi nama dan nomor sekalipun dua subtituen yang
identik menempel pada atom karbon yang sama.
Nama ditulis dalam satu baris, nomor-nomor dipisahkan satu sama lain
dengan tanda baca koma.
CH3
H2C C CH3
H
H2 HCl H2
H3 C C C C C CH3
CH3
4-etil-5-kloro-2,4-dimetil heptana
Penggantian atom-atom hydrogen suatu senyawa alkana dengan gugus
alkil akan menyebabkan terbentuknya kedudukan baru (tipe-tipe) atom karbon
sesuai dengan jumlah atom karbon lain yang terikat padanya. Berdasarkan hal
diatas maka kedudukan atom karbon dapat dibedakan sebagai berikut:
atom C primer yaitu atom karbon yang mengikat satu atom karbon lain
atom C sekunder yaitu atom karbon yang mengikat dua atom karbon lain
atom C tersier yaitu atom karbon yang mengikat tiga atom karbon lain
atom C kuartener yaitu atom karbon yang mengikat empat atom karbon
lainnya.
1.2.4 Konformasi Alkana
c. pirolisis
Proses pirolisis atau cracking adalah proses pemecahan alkana dengan
jalan pemanasan pada temperature tinggi, sekitar 1000oC tanpa oksigen, akan
dihasilkan alkana dengan rantai karbon lebih pendek.
Proses pirolisis dari metana secara industry dipergunakan dalam pembuatan
karbon-black. Proses pirolisasi juga digunakan untuk memperbaiki struktur bahan
bakar minyak, yaitu berfungsi untuk menaikkan bilangan oktannya dan
mendapatkan senyawa alkena yang dipergunakan sebagai bahan pembuatan
plastik.
ISOMER ALKUNA
Etuna (C2H2), propena (C3H4) tidak mempunyai isomeri katena hanya ada
satu struktur.
Reaksi di atas mengikuti aturan markonikov, tetapi jika pada reaksi alkena dan
alkuna ditambahkan peroksida maka akan berlaku aturan antimarkonikov.
Perhatikan reaksi berikut:
siklopentana
H2
C katalis
+ H2 CH3-CH2-CH3
H2C CH 2 propana
siklopropana
Reaksi tersebut menunjukkan betapa siklopropana tidak stabil sehingga
mudah putus (mengalami pembukaan cincin) membentuk rantai terbuka yang
lebih stabil. Siklopropana juga lebih reaktif pada n-propan.Jika siklopropana
diolah dengan hidrogenbromida akan menghasilkan bromopropana, tipe reaksi ini
tidak terjadi pada propana
H2
C katalis
+ HBr CH3-CH2-CH2Br
H2C CH 2 bromopropana
siklopropana
b. Siklobutana
Siklobutana dengan sudut 90o, juga mengalami ketegangan akibat
deviasinya dari sudut tetrahedron. Siklobutana tidaklah datar, sedikit mengalami
tekukan, akibatnya sudut C-C-C lebih kecil jika dibandingkan dengan apabila
molekulnya dalam keadaan datar.
c. Siklopentana
Siklopentana merupakan senyawa alisiklik yang paling kecil tegangannya
jika atom-atom karbon dari molekul ini ditempatkan pada bidang datar, maka
akan membentuk suatu segi lima yang beraturan secara sempurna dengan sudut C-
C-C sebesar 108o. Sebagaimana halnya siklobutana maka siklopentanapun
mengalami sedikit tekukan mengikuti kecendrungan atom-atom hidrongennya
untuk mencapai kedudukan staggered antara satu dengan yang lainnya. Akibat
dari tekukan cincin tersebut sehingga sudut molekulnya mengecil, menjadi 105o.
CH3-CH2-CHCl-CH2-CH3
3-kloropentana
H2
C H2
C
H2C CH 2 Cl2
H2C CHCl
H2C CH 2 hv
H2C CH 2
siklopentana klorosiklopentana
Karena struktur siklik memiliki derajat kesimetrisan yang tinggi terhadap
molekul, maka hanya ada satu jenis monoklorosiklopentana yang diperoleh dari
reaksi tersebut di atas. Disinilah perbedaan yang menjolok antara siklopentana
dengan n-pentana, dimana pada klorinasi n-pentana dapat menghasilkan tiga
macam kloropentana.
d. Sikloheksana
Seandainya cincin sikloheksana datar, maka sudut dalam C-C-C adalah
120o dan semua atom hidrongen pada karbon-karbon cincin akan tereklipskan.
Tapi pada kenyataannya bahwa adanya tarikan cincin yang mengakibatkan adanya
tekukan cincin membentukl konformer, sehingga hidrongen pada sikloheksana
dalam posisi stagger. Energi konfermer hasil tekukan dari sikloheksana lebih
rendah daripada energi sikloheksana datar, karena sudut-sudut sp3 pada
konfermer lebih pantas (ditinjau dari sudut 109o,28). Apalagi tolak-menolak antar
hydrogen lebih kecil dalm konformer, sebab setiap hidrogen berkedudukan
stagger (goyang)
Konformasi kursi dapat berubah menjadi konformasi kursi yang lain, jika
ini terjadi maka atom-atom hidrogennya juga mengalami perubahan (pertukaran)
derajat. Semua hidrogen aksial pada satu konformasi berobah menjadi hidrogen
ekuatorial pada konformasi yang lain. Begitupun sebaliknya hydrogen ekuatorial
pada konformasi kursi yang baru. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa: keenam
atom hydrogen pada sikloheksana mengalami keadaan aksial pada separuh
waktu dan mengalami keadaan ekuatoril pada seperuh waktu yang lain, dengan
kata lain masing-masing atom hidrongen dalam sikloheksana separuh waktu
aksial dan separuh waktu ekuatorial
Perubahan konformasi kursi menuju konformsi kursi yang lain melalui
konformasi perahu sebagai intermediate. Tentu saja intermediate itu tidak stabil,
ini dikarenakan adanya sterik efek yang besar terutama karena gugus-gugus –CH2-
terletak dalam posisi cis (sebidang), akibatnya konformasi perahu ini tidak
disukai.
aksial H ekuatorial
H
ujung ini
bergerak ke atas
ujung ini
bergerak ke bawah
Gambar 2.10. Peralihan antara dua konformasi kursi yang stabil
dari sikloheksana disertai oleh perubahan atom-atom
hydrogen aksial ke ekuatorial, begitupun sebaliknya
ekuatorial ke aksial, peralihan tersebut melalui
konformasi perahu yang tidak stabil sebagai bentuk
antara.
Sebuah gugus metil jauh lebih meruah daripada hidrogen. Bila gugus metil
dalam metil sikloheksana berada dalam posisi aksial, maka gugus metil tersebut
akan saling berinteraksi atau tolak-menolak dengan dua atom hidrogen yang
berkedudukan aksial, yang terikat pada atom-atom karbon ketiga terhadap posisi
gugus metil tersebut. Interaksi antara gugus-gugus yang berkedudukan aksial,
disebut antaraksi aksial-aksial atau dikenal juga sebagai antaraksi 1,3, interaksi
tersebut akan menaikkan energi, dan mengurangi kemantapan molekul. Tolak
menolak ini akan hilang atau menjadi minimal jika gugus metil tersebut terhindar
dari antaraksi 1,3. jadi konformer dengan gugus metil pada posisi ekuatorial
memiliki energi lebih rendah, lebih stabil.
Pada suhu kamar, 95% molekul metilsikloheksana berada dalam
konformsi dimana gugus metil berkedudukan ekuatorial.
Gambar 2.11. Gugus metil dalam derajat ekuatorial dan aksial yang
menunjukkan adanya antaraksi 1,3 diaksial pada molekul
metilsikloheksana
Makin meruah gugus yang terikat makin besar selisih energi antara
konformasi aksial dengan ekuatorial. Posisi ekuatorial lebih stabil dan lebih
disukai, sehingga setiap substituen besar pada cincin sikloheksana selalu
mengambil posisi ekuatorial.
1. Sikloheksana tersubtitusi
Jika dua gugus metil terikat pada satu cincin sikloheksana dapat
berkedudukan cis ataupun Trans. Cincin-cincin disubtituen cis dan trans
adalah isomer-isomer geometric yang tak dapat dirubah dari salah satu
menjadi yang lain pada temperatur kamar. Akan tetapi masing-masing isomer
dapat memiliki beberapa konformasi. Sebagai contoh adalah dua bentuk
konformasi kursi dari cis-1,2- dimetilsiklokheksana. Dalam setiap konformasi
kursi yang dapat digambarkan, selalu terdapat satu metil berkedudukan aksial
dan metil berkedudukan ekuatorial.
Dalam trans 1.2-dimetilsikloheksana kedua gugus metil berada pada sisi yang
berlawanan satu dengan yang lain terhadap bidang cincin. Dalam bentuk kursi
dari trans isomer, satu gugus terikat dengan arah ke atas dan gugus yang lain
terikat dengan arah ke bawah bidang cincin.
Cincin dengan enam atom karbon dengan konformasi kursi dapat terpadu
secara sempurna dan terjalin tanpa tegangan. Senyawa congressane yang
berbentuk sangkar telah disintesis oleh seorang kimiawan yang kemudian
mendapat penghargaan dari IUPAC pada tahun 1963. Kalau senyawa tersebut
dimodifikasi lebih lanjut dengan memadukan cincin dengan enam atom ke segala
arah sehingga semua atom hidrogennya terganti oleh karbon dari cincin tersebut
sehingga diperoleh karbon murni, intan. Kekerasan yang tinggi dan kestabilan
intan disebabkan oleh peleburan atom –atom ke dalam cincin sikloheksana dalam
jumlah tak terhingga dan semuanya dalam bentuk kursi yang stabil.
1.5 Hidrokarbon Aromatik
Terdapat satu kelas senyawa hidrokarbon yang unik jika dibandingkan
dengan dua kelas senyawa hidrokarbon yang disebutkan diatas. Yaitu hidrokarbon
aromatic. Umumnya senyawa ini mempunyai bau yang harum namun demikian
tidak berarti bahwa nama aromatic ini semata-mata didasarkan pada baunya yang
harum. Pengelompokan senyawa ini berdasarkan pada sifat-sifat kimia maupun
fisiknya akan tetapi dari :
- Ikatan rangkap (electron π) terkonyugasi secara sempurna dalam cincin
- Memenuhi hokum Huckle, bahwa electron π = 4n + 2 dimana n=1,2,3
(bilangan bulat).
Senyawa aromatic adalah senyawa yang menyerupai senyawa benzene yang
merupakan hidrokarbon induk dari kelompok senyawa aromatik. Benzene berupa
cairan dalam suhu normal, banyak digunakan sebagai pelarut organic. Sifatnya
non-polar, tidak bercampur dengan air namun dapat bercampur dengan pelarut
organic lainnya seperti dietil eter, karbon tetraklorida atau heksan. Benzene dan
turunannya banyak diperoleh dari batu bara dan minyak bumi. Molekul benzene
banyak mempunyai cincin karbon beranggotakan enam dimana tiap-tiap karbon
mengikat satu hydrogen. Dengan rumus empiris C6H6, sikloheksana C6H12,
walaupun benzene memiliki ketidakjenuhan, namun sifat benzene lebih mendekati
hidrokarbon jenuh dibandingkan dengan alkena dan alkuna.
Sejarah Benzena
Nama “benzena” memiliki perjalanan sejarah yang panjang yang dimulai
dari tanah air kita. Saat zaman Sriwijaya para pedagang Arab mendatangi
Kepulauan Nusantara untuk mencari bahan-bahan alami. Salah satunya adalah
kemenyan Sumatera (Styrax sumatrana L) yang harganya tinggi di kalangan
masyarakat sekitar Laut Tengah. Orang Arab menyebutnya luban jawi
(“kemenyan nusantara”), dan lidah Eropa menjadi benjui atau benjoin, sampai
akhirnya menjadi benzoe atau benzoin dalam bahasa Latin.
Pada abad ke-17 para ilmuan berhasil mengisolasi suatu asam dari
kemenyan tersebut, yang diberi nama acidium benzoicum (asam benzoat).
Kemudian pada tahun 1834 Eilhart Mitscherlich dari Jerman mengeluarkan
atom-atom oksigen dari molekul asam benzoat sehingga ia memperoleh senyawa
baru berwujud cair yang hanya mengandung atom-atom C dan H. Mitscherlich
menamai senyawa itu benzol.
Ternyata senyawa “benzol” itu sama dengan senyawa yang disintesis oleh
Michael Faraday dari Inggris pada tahun 1825. Faraday membuat senyawa
tersebut dari gas asetilena yang saat itu dipakai untuk lampu penerangan. Setelah
diketahui bahwa senyawa ini memiliki rumus molekul C6H6 dan mengandung
ikatan tak jenuh, maka sejak tahun 1845 nama benzol diubah menjadi benzena,
sebab akhiran –ena lebih tepat untuk senyawa-senyawa tak jenuh, sedangkan
akhiran –ol hanya lazim untuk alkohol-alkohol.
Berdasarkan rumus molekulnya, C6H6, para pakar kimia saat itu
berpendapat bahwa senyawa ini memiliki ikatan tak jenuh yang lebih banyak dari
alkena atau alkuna. Oleh karena itu, diusulkanlah beberapa rumus struktur
benzena seperti:
Akan tetapi alangkah kagetnya para ilmuan saat itu ketika mengamati bahwa
benzena tidak dapat mengalami adisi dan justru reaksi-reaksi benzena umumnya
reaksi substitusi.
Akhirnya pada tahun 1865, Friedich August Kekule dari Jerman berhasil
menerangkan struktur benzena. Keenam atom karbon pada benzena tersebut
melingkar berupa segi enam beraturan dengan sudut ikatan 120 derajat.
Kekule adalah orang pertama yang mengemukakan struktur benzene yang dapat
diterima. Karbon tersusun dalam bentuk hexagon (segienam) dan ia
mengemukakan ikatan tunggal dan rangkap yang bergantian diantara karbon
karbon tersebut. Setiap karbon terikat pada sebuah hydrogen. Diagram berikut ini
merupakan penyederhanaan dengan menghilangkan karbon dan hydrogen.
Meskipun Struktur Kekule merupakan struktur benzena yang dapat diterima,
namun ternyata terdapat beberapa kelemahan dalam struktur tersebut. Kelemahan
itu diantaranya:
1. Pada struktur Kekule, benzena digambarkan memiliki 3 ikatan
rangkap yang seharusnya mudah mengalami adisi seperti etena,
hekesena dan senyawa dengan ikatan karbonrangkap dua lainnya. Tetapi
pada kenyataanya Benzena sukar diadisi dan lebih mudah disubstitusi.
2. Bentuk benzene adalah molekul planar (semua atom berada pada satu
bidang datar), dan hal itu sesuai dengan struktur Kekule. Yang menjadi
masalah adalah ikatan tunggal dan rangkap dari karbon memiliki panjang
yang berbeda.
C-C 0.154 nm
C=C 0.134 nm
3. Artinya bentuk heksagon akan menjadi tidak beraturan jika
menggunakan struktur Kekule, dengan sisi yang panjang dan pendek
secara bergantian. Pada benzene yang sebenarnya semua ikatan memiliki
panjang yang sama yaitu diantara panjang C-C and C=C disekitar 0.139
nm. Benzen yang sebenarnya berbentuk segienam sama sisi.
4. Benzena yang sebenarnya lebih stabil dari benzena dengan struktur
yang diperkirakan Kekule. Kestabilan ini dapat dijelaskan berdasarkan
perubahan entalpi pada hidrogenasi.
Hidrogenasi adalah penambahan hidrogen pada sesuatu. Untuk
mendapatkan perbandingan yang baik dengan benzene, maka benzena
akan dibandingkan dengan sikloheksen C6H10. Sikloheksen adalah
senyawa siklik heksena yang mengadung satu ikatan rangkap 2.
Perubahan entalpi pada reaksi ini -120 kJ/mol. Dengan kata lain setiap 1
mol sikloheksen bereaksi, energi sebesar 120 kJ dilepaskan.
Jika cincin memiliki dua ikatan rangkap (Cyclohexa-1,3-diene), dua kali
lipat ikatan yang harus diputuskan dan dibentuk. Dengan kata lain
Perubahan entalpi pada hidrogenasi cyclohexa-1,3-diene akan menjadi 2
kali lipat dari perubahan entalpi pada sikloheksen yaitu, -240 kJ/mol.
Namun perubahan entalpi ternyata sebesar -232 kJ/mol yang jauh berbeda
dari yang diprediksikan.
Bila hal yang sama diterapkan pada struktur Kekule dari benzen (yang
juga disebut Cyclohexa-1,3,5-triene), perubahan entalpi dapat diprediksi
sebesar -360 kJ/mol, karena 3 kali lipat ikatan pada kasus sikloheksen
yang diputuskan dan dibentuk.
Namun ternyata hasil yang benar adalah sekitar -208 kJ/mol, sangat jauh
dari prediksi.
Hal ini akan lebih mudah untuk dimengerti dengan membaca diagram
enthalpi di bawah ini:
Cincin Benzene
Semua senyawa aromatis berdasarkan benzen, C 6H6, yang memiliki enam karbon
dan simbol sebagai berikut:
Setiap sudut dari segienam memiliki atom karbon yang terikat dengan hidrogen.
Fenil
Ingat bahwa anda mendapatkan metil , CH3, dengan mengingkkirkan sebuah
hidrogen pada metan, CH4.
Dan anda mendapatkan Fenil , C6H5, dengan menghilangkan sebuah hidrogen dari
benzen, C6H6. Seperti metil atau etil , Fenil selalu terikat pada yang lain.
Golongan aromatik dengan suatu golongan terikat pada cincin benzen.
Kasus dimana penamaan didasarkan pada benzen
Klorobenzen
Ini merupakan contoh sederhana dimana sebuah halogen terikat pada cincin
benzen. Penamaan sudah sangat jelas.
Ingat bahwa golongan fenil adalah cincin benzen yang kehilangan satu atom
karbon – C6H5.
fenilamine
Fenilamin adalah amin primer yang mengandung -NH2 terikat pada benzen.
Nama lama dari fenilamin adalah anilin, dan anda juga dapat menamakanya
aminobenzene.
fenileten
Molekul eten dengan fenil berikatan padanya. Eten adalah rantai dengan dua
karbon dengan ikatan rangap. Karena itu fenileten berupa:
feniletanoat
Ester dengan dasar asam etanoik. Atom hidrogen pada -COOH digantikan dengan
golongan fenil.
fenol
Fenol memiliki -OH terikat pada benzen sehingga formulanya menjadi C6H5OH.
Senyawa Aromatik dengan lebih dari suatu golongan terikat pada cincin
benzen.
Menomori cincin
Salah satu golongan yang terikat pada cincin diberi nomor satu.
Posisi yang lain diberi nomor 2 sampai 6. Anda dapat menomorinya searah atau
berlawanan arah dengan jarum jam. Sehingga menghasilkan nomor yang terkecil.
Lihat contoh untuk lebih jelas
Contoh:
Menambah atom klorin pada cincin
Lihat pada senyawa berikut:
Semuanya berdasar pada metilbenzen dan dengan itu metil menjadi nomor 1 pada
cincin.
Mengapa 2-Klorometilbenzen dan bukan 6-klorometil benzen? Cincin dinamai
searah jarum jamdalam kasus ini karena angka 2 lebih kcil dari angka 6.
asam 2-hidrobenzoik
Juga disebut sebagai asam 2-hidroksibenzenkarbolik. Ada -COOH terikat pada
cincin dan karena penamaan berdasarkan benzoik maka golongan benzoik
menjadi nomor satu. Pada posisi disampingnya terdapat hidroksi -OH dengan
nomor 2.
asam benzene-1,4-dikarboksilik
“di” menunjukkan adanya dua asam karboksilik dan salah satunya berada
diposidi 1 sedangkan yang lainnya berada pada posisi nomor 4.
2,4,6-trikloofenol
Berdasarkan dengan fenol dengan -OH terikat pada nomor 1 dari rantai karbon
dan klorin pada posisi nomor 2,4 dan 6 dari cincin karbon.
FeBr3
Br2 HBr
Bromobenzena
Sulfonasi
SO3H
SO3 H2O
H2SO4
Benzelsulfonat
Nitrasi
NO2
Nitrobenzena
Alkilasi
CH3
AlCl3 HCl
CHCl3
Toluena
C C C
O O NH NH O
R
R CH C C CC C
O R
OO O O O
O O
anhidrida asam suksinat phtal-imida suksin-imida dioxan
gamma-lakton asetal lingkar turunan epoksida
B. Senyawa heterosiklis aromatik
Senyawa-senyawa yang dalam lingkar heterosiklisnya mengandung atom selain
karbon, namun sifat-sifatnya sama dengan senyawa-senyawa aromatik lainnya.
Agar suatu sistem cincin bersifat aromatik, terdapat tiga kriteria yang harus
dipenuhi :
1. Sistem cincin mengandung elektron p (pi) yang terdelokalisasi
(terkonyugasi).
2. Sistem cincin harus datar (planar), berhibridisasi sp2.
3. Harus terdapat (4n + 2) elektron p dalam sistem cincin (aturan Huckel).
Contohnya :
N O S
H Furan Tiofen
Pirol
5 4 5 4
N 3
6 6 3
7
N
2 7 N2
8 1 8 1
N N
piridine pirazine Kuinolin Isokuinolin
4 N3
4 5 4 5 4
4 N3 3
5 3 5 2 6 6 3
6 5 2 N1 2 N2
2 7 7
N S N
1 1
H 8 1 8 1
Bila suatu senyawa heterosiklik, hanya mengandung satu heteroatom, maka huruf
Yunani dapat juga digunakan untuk menandai posisi cincin
N
N H
Piridin Pirol
N O S
H Furan Tiofen
Pirol
sp 2
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari nitrogen
+
_ _ +
H
+ N H
_
_
H
_
B. Senyawa Furan
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 3 1s2 2s1 2p 4
7 N : 1s
11 11 1 1 1 111
1 111 1 11 11
sp 3
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari oksigen
+
_ _ +
dua elektron mandiri
H
+ O dari oksigen
_
_
H
_
C. Senyawa Tiofen
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 4 1s2 2s1 2p 5
8 O : 1s
11 11 11 1 1 111
1 11 1 1 1 11
sp 3
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari sulfur
+
_ _ +
dua elektron mandiri
H
+ S dari sulfur
_
_
H
_
Pirol Furan
_ _ _ _
+ + + +
N N N O O O
H H H
_ _
_ _
+ + +
+
N N O O
H H
Tiofen
_ _
+ +
S S S
_
_
+ +
S S
Makin besar jarak pemisahan muatan positif dengan negatif pada struktur hibrid
menyebabkan keadaan semakin kurang stabil. Kerapatan elektron pada atom C
nomor 2 dan nomor 5 lebih besar dari kerapatan elektron pada atom C nomor 3
dan 4. Kemungkinan terjadinya substitusi elektrofilik yang paling besar berada
pada atom C nomor 2 dan 5.
A. Senyawa Pirol
Karena atom nitrogen dalam pirol menyumbangkan dua elektron ke awan pi
aromatik, maka atom nitrogen bersifat tuna elektron.
N
H
Pirol
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
N +
H
Tidak seperti piridin dan amina, pirol (pKb = ~14) tidak bersifat basa.
B. Senyawa Furan
Karena atom oksigen dalam furan menyumbangkan dua elektron (sepasang
elektron) ke awan pi aromatik, maka atom oksigen bersifat tuna elektron.
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
O+
Berbeda dengan pirol, puran menunjukkan sifat basa yang amat lemah.
C. Senyawa Tiofen
Karena atom sulfur dalam tiofen menyumbangkan dua elektron (sepasang
elektron) ke awan pi aromatik, maka atom sulfur bersifat tuna elektron.
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
S +
Berbeda dengan pirol, tiofen juga menunjukkan sifat basa yang amat lemah.
KOH
+ H2 O
_
N N
+
H K
+
CH3 I N
CH3
1. Nitrasi
O
CH3 C
ONO2 O
2. Sulfonasi + CH3 C
O
CH3 C NO2 OH
N N
O 5oC
H H
CH3 C
O
N SO3
sulfopiridin
SO3
N 90 o N
H H
asam-2-pirolsulfonat
_ +
+ Cl N N NO2
N N N N NO2 + HCl
H H
2-piroldiazonium klorida
1. HCN, HCl
2. H2 O O
N N CH NH N C
H
H H H
2-pirol karbokaldehida
5. Asilasi Friedel-Craft
O
CH3 C
O
CH3 C
O O
O + CH3 C
N AlCl 3 , 250 o C N C OH
CH3
H H
Br Br
Br2
C2 H5 OH
N Br Br
N
H H
2,3,4,5-tetrabromopirol
• Mengalami reaksi reduksi
• Sifat kearomatikan dari pada pirol dapat dihilangkan dengan mereduksinya
dengan hidrogen, pada temperatur tinggi.
H2 , Ni / Pt
200 - 250 o
N N
H H
pirol pirolidin
Kb = 2,5 x 10 -14 Kb = 10 -3
Zn , HCl
N
H
3-pirolin
Reaksi-reaksi Furan
1. Reaksi reduksi
Sifat aromatis furan dapat dihilangkan dengan mereduksi furan menjadi tetra
hidro furan
H2 , Ni / Pd
50 o C 90 -93 %
O O
furan tetra hidro furan
td 31 o td 65 o
Makin berkurang sifat aromatisnya makin tinggi titik didihnya, karena makin
banyak dapat membentuk ikatan hidrogen.
_H O
2
CH2 CH CH CH2
O 1,3-butadiena
+ NH3
O N
tetra hidro furan H
pirolidin
+ HCl Cl CH2 CH2 CH2 CH2 OH
O
tetra metilen klorohidrin
tetra hidro furan
2. Reaksi halogenasi
Senyawa turunan furan (asam furoat) dapat bereaksi dengan halogen, dan setelah
dipanaskan terbentuklah 2-bromo furan.
O Br2 O
+ CO2
O C Br O C Br O
OH OH
asam furoat bromo furan
HgCl 2 X2
O
O CH3 C O HgCl O X
ONa
furan halo-furan
Dari reaksi ini, juga dapat diturunkan senyawa furan yang tersubstitusi dengan
gugus asetil.
O O
O HgCl R C O C
Cl R
2-asetil furan
Tetapi umumnya, 2-asetil furan dibuat dengan larutan asam asetat anhidrid yang
diri garam boron triflourida eterat.
O BF3
CH3 C C2 H5 O C2 H5
+ O
O
O HgCl CH3 C O C
O CH3
2-asetil furan
Reaksi substitusi elektrofilik
1. Reaksi Nitrasi
O
O + CH3 C
O CH3 C O NO2 OH
ONO2
furan 2-nitro furan
2. Reaksi Sulfonasi
+ NSO3
O O SO3 H
furan
2-furan sulfonat
Kesimpulan
• Substitusi elektrofilik berlangsung terutama pada posisi 2.
• Posisi 2 (disukai).
+ +
NO
2 +
H H H -H
NO + +
N N 2 N NO2 NO NO2
N 2 N
H H H H H
atau
N N
Piridin Piridin
+ +
_ _ +
+
_ N
+ + _
_ _
Perhatikan perbedaan antara benzena dan piridin
Benzena bersifat simetris dan nonpolar, tetapi piridin mengandung satu nitrogen
yang bersifat elektronegatif, sehingga bersifat polar.
+
N
-
+
N+
_
FeBr3
Cincin piridin mempunyai kereaktivan rendah terhadap substitusi elektrofilik
dibandingkan dengan benzena. Piridin tidak mengalami alkilasi atau asilasi
Friedel-Crafts maupun kopling garam diazonium. Brominasi berlangsung hanya
pada temperatur tinggi dalam fase uap dan agaknya berlangsung dengan jalan
radikal bebas. Bila terjadi substitusi, akan berlangsung pada posisi 3.
Br Br Br
Br2
300o +
N N N
3-bromopiridin 3,5-dibromopiridin
+
HC l
N H Cl-
piridinium klorida
N
CH 3 I
+
piridin NCH3 I-
N-metilpiridinium iodida
Seperti benzena, cincin aromatik piridin bertahan terhadap oksidasi, tetapi rantai
samping dapat dioksidasi menjadi gugus karboksil.
KMnO4, H2O, H+
CH3 COOH
CH3 COOH
KMnO4, H2O, H+
N N
3-metilpiridin asam 3-piridinakarboksilat
(asam nikotinat)
Substitusi Nukleofilik pada Cincin Piridin
Bila suatu cincin benzena disubstitusi dengan gugus penarik elektron, seperti –
NO2 maka substitusi nukleofilik aromatik sangat dimungkinkan.
NO2 NO2
NH3
O2N Cl O2N NH2
Nitrogen dalam piridin menarik rapatan elektron dari bagian lain cincin itu,
sehingga piridin juga mengalami substitusi nukleofilik. Substitusi berlangsung
paling mudah pada posisi 2, diikuti oleh posisi 4, tetapi tidak pada posisi 3.
NH3
N Br kalor
N NH 2
2-bromopiridin 2-aminopiridin
Cl NH2
NH3
N kalor
N
4-kloropiridin 4-aminopiridin
Posisi 2 (disukai)
NH3
N Br penyumbang utama
N NH2
_ _
-H+ - Br-
NH2 NH2 NH2
N Br N Br N Br
_
struktur-struktur resonansi untuk zat antara
Zat antara pada substitusi C-2, terstabilkan oleh sumbangan struktur resonansi
dalam mana nitrogen mengemban muatan negatif.
Posisi 3 (tidak disukai)
NH2
Br
NH2
N
N
NH2 NH 2 _ NH2
-H + Br -
_ _
Br Br - Br
N N N
struktur-struktur resonansi untuk zat antara
Substitusi pada posisi C-3 berlangsung lewat zat antara dalam mana nitrogen tak
dapat membantu menstabilkan muatan negatif, sehingga memiliki energi yang
lebih tinggi yang menyebabkan laju reaksi lebih lambat.
Benzena tanpa subtituen, tidak mengalami substitusi nukleofilik.
_
100o
+ NH2 tidak ada reaksi
_
100o
+ NH2 - H2 _ H2O + OH-
N N NH N NH2
o 2-aminopiridin
+ Li 100 + LiH
N N
2-fenilpiridin
Dalam reaksi antara piridin dengan ion amida (NH2-), produk awal terbentuk
adalah anion dari 2-aminopiridin, yang kemudian diolah dengan air, sehingga
menghasilkan amina bebas.
Tahap 1 (serangan NH2-)
N _
NH2
_ _
H H - H-
H
N
_ N N
NH2 NH2 NH2
struktur-struktur resonansi untuk zat antara
_
+ H
_ + H2
N N H N NH
H anion dari 2-aminopiridin
_
_ + H 2O + OH
N NH N NH2
2-aminopiridin
Kuinolin dan Isokuinolin
Kuinolin dan isokuinolin, keduanya merupakan basa lemah (pKb masing-masing
9,1 dan 8,6). Kuinolin dan isokuinolin, keduanya menjalani substitusi elektrofilik
dengan lebih mudah dari piridin, tetapi dalam posisi 5 dan 8 (pada cincin
benzenoid, bukan pada cincin ntrogen)
NO2
]
HNO3
H2SO4 +
N N N
0o
Isokuinolin 5-nitroisokuinolin
NO2
(90% )
8-nitroisokuinolin
(10% )
NO2
HNO3
H2 SO4 +
N 0o N N
Kuinolin 5-nitrokuinolin NO2
(52% )
8-nitrokuinolin
(48% )
Seperti piridin, cincin kuinolin dan isokuinolin yang mengandung nitrogen dapat
menjalani substitusi nukleofilik.
(1) NH2 -
(2) H2 O
N N NH2
Kuinolin 2-aminokuinolin
(1) CH3 Li
N (2) H2 O N
Isokuinolin
CH3
1-metilisokuinolin
Posisi serangan adalah a terhadap nitrogen dalam kedua sistem cincin itu, tepat
sama seperti di dalam piridin.
Porfirin
Sistem cincin porfirin terdiri dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh gugus
=C-.
Sistem cincin keseluruhan bersifat aromatik.
N
H
N N
H
N
Porfirin
Sistem cincin porfirin merupakan satuan yang secara biologis sangat penting
khususnya dalam : heme, komponen hemoglobin yang mengangkut oksigen.
HO2CCH2CH2 CH3
HO2CCH2CH2 N CH
3
N Fe N
CH3 N CH=CH2
CH2=CH CH
3
Heme
Klorofil, suatu pigmen tumbuhan.
CH 3 CH=CH2
CH3 N CH3
N Mg N
CH 3O2C
CH 3
O
Klorofil-a
Sitokrom, senyawa yang terlibat dalam pemanfaatan O2 oleh hewan.
CH
3
HO CCH CH
2 2 2
HO2CCH2CH2 N CH
3
N Fe N
CO
CH3 N CHSCH2CH
CO CH NH
3
CHCH S CH
2 3
NH
Sitokrom c
Hidrogen-hidrogen pirol dalam cincin porfirin dapat digantikan oleh aneka ragam
ion logam (kelat)
- Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat
dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu
bara.
Pembuatan fenol
1. Pertama tama benzene diubah menjadi asam benzene sulfonat, kemudian
direaksikan dengan NaOH pada temperature tinggi.
SO3H
HOSO2OH
H2O
ONa H OH Na
Keasaman Fenol
Keasaman dari fenol dapat dilihat dari resonansi molekul fenol. Electron bebas
dari atom oksigen tertarik ke dalam inti benzene dan terdistribusi merata ke
seluruh molekul akibatnya atom oksigen bermuatan positif dan melepaskan
proton.
Fenol memiliki -OH terikat pada rantai benzennya.
Overlap ini mengakibatkan dislokalisasi. Dan sebagai hasil muatan negatif tidak
hanya berada pada oksigen tetapi tersebar ke seluruh molekul.
Lalu mengapa fenol lebih lemah daripada asam etanoik? Pada ion etanoat,
delokalisasi terpusat pada daerah antara 2 atom oksigen.Sistem yang
terdelokalisasi membagi muatan negatif diantara kedua atom oksigen. Tidak ada
oksigen yang lebih kuat menarik hidrogen ion.
Pada ion fenoksida, atom oksigen tunggal masih merupakan yang paling
elektronegatif dan sistem yang terdelokalisasi terpusat pada daerah oksigen
tersebut. Sehingga atom oksigen memiliki muatan yang paling negatif, walaupun
sebenarnya tidak memiliki muatan sebanyak itu apabila delokalisasi tidak terjadi.
Delokalisasi membuat ion fenoksida lebih stabil dari seharusnya sehingga fenol
menjadi asam. Namun delokalisasi belum membagi muatan dengan efektif.
Muatan negatif disekitar oksigen akan tertarik pada ion hidrogen dam membuat
lebih mudah terbentuknya fenol kembali. Sehingga itu fenol merupakan asam
yang sangat lemah.
Aldehid dan Keton
Aldehida dan keton adalah senyawa-senyawa yang mengandung salah satu
dari gugus-gugus penting dalam kimia organic, yaitu gugus karbonil C=O. Semua
senyawa yang mengandung gugus ini disebut senyawa karbonil.
Gugus karbonil adalah gugus yang paling menentukan sifat kimia aldehida
dan keton. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika kebanyakan sifat-sifat dari
senyawa-senyawaini adalah mirip satu sama lain.
Contoh-contoh aldehid
Pada aldehid, gugus karbonil memiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya
bersama dengan salah satu dari gugus berikut:
atom hidrogen lain
atau, yang lebih umum, sebuah gugus hidrokarbon yang bisa berupa gugus
alkil atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen.
Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan menyinggung tentang aldehid yang
mengandung cincin benzen.
Pada gambar di atas kita bisa melihat bahwa keduanya memiliki ujung molekul
yang sama persis. Yang membedakan hanya kompleksitas gugus lain yang terikat.
Jika kita menuliskan rumus molekul untuk molekul-molekul di atas, maka gugus
aldehid (gugus karbonil yang mengikat atom hidrogen) selalunya dituliskan
sebagai -CHO – dan tidak pernah dituliskan sebagai COH. Oleh karena itu,
penulisan rumus molekul aldehid terkadang sulit dibedakan dengan alkohol.
Misalnya etanal dituliskan sebagai CH3CHO dan metanal sebagai HCHO.
Penamaan aldehid didasarkan pada jumlah total atom karbon yang terdapat dalam
rantai terpanjang – termasuk atom karbon yang terdapat pada gugus karbonil. Jika
ada gugus samping yang terikat pada rantai terpanjang tersebut, maka atom
karbon pada gugus karbonil harus selalu dianggap sebagai atom karbon nomor 1.
Contoh-contoh keton
Pada keton, gugus karbonil memiliki dua gugus hidrokarbon yang terikat
padanya. Sekali lagi, gugus tersebut bisa berupa gugus alkil atau gugus yang
mengandung cincin benzen. Disini kita hanya akan berfokus pada keton yang
mengandung gugus alkil untuk menyederhanakan pembahasan.
Perlu diperhatikan bahwa pada keton tidak pernah ada atom hidrogen yang terikat
pada gugus karbonil.
Tentunya juga terdapat gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol antara aldehid
atau keton dengan molekul air.
Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan energi yang membantu menyuplai
energi yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dan aldehid atau keton satu
sama lain sebelum bisa bercampur.
Apabila panjang rantai meningkat, maka "ekor-ekor" hidrokarbon dari molekul-
molekul (semua hidrokarbon sedikit menjauh dari gugus karbonil) mulai
mengalami proses di atas.
Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, ekor-ekor hidrokarbon
tersebut memutus ikatan hidrogen yang relatif kuat antara molekul-molekul air
tanpa menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini menjadi proses yang tidak
bermanfaat dari segi energi, sehingga kelarutan berkurang.
Mengapa aldehid dan keton memiliki sifat yang berbeda?
Anda akan mengingat dari pembahasan lain di topik aldehid keton bahwa
perbedaan antara aldehid dan keton adalah keberadaan sebuah atom hidrogen
yang terikat pada ikatan rangkap C=O dalam aldehid, sedangkan pada keton tidak
ditemukan hidrogen seperti ini.
Pengertian 2,4-dinitrofenilhidrazin
Pada fenilhidrazin, salah satu atom hidrogen dalam hidrazin digantikan oleh
sebuah gugus fenil, C6H5. Ini didasarkan pada sebuah cincin benzen.
Pada 2,4-dinitrofenilhidrazin, ada dua gugus nitro, NO2, yang terikat pada gugus
fenil di posisi karbon 2 dan 4. Sudut yang padanya terikat nitrogen dianggap
sebagai atom karbon nomor 1, dan perhitungan dilakukan searah arah jarum jam.
Melangsugkan reaksi
Masukkan beberapa tetes aldehid atau keton, atau bisa juga larutan aldehid atau
keton dalam metanol, ke dalam pereaksi Brady. Terbentuknya endapan kuning
atau oranye terang mengindikasikan adanya ikatan rangkap C=O dalam sebuah
aldehid atau keton.
Reaksi uji ini adalah yang paling sederhana untuk sebuah aldehid atau keton.
Jika kedua molekul pereaksi digambarkan berderet, maka struktur produk reaksi
dapat ditentukan dengan mudah.
Dari segi mekanisme, reaksi ini adalah reaksi adisi-eliminasi nukleofilik. 2,4-
dinitrofenilhidrazin pertama-pertama memasuki ikatan rangkap C=O (tahap adisi)
menghasilkan sebuah senyawa intermediet yang selanjutnya kehilangan sebuah
molekul air (tahap eliminasi).
Kegunaan reaksi
Reaksi adisi-eliminasi aldehid dan keton memiliki dua kegunaan dalam pengujian
aldehid dan keton.
dengan hidrazin
Produk di atas adalah "hidrazon". Jika anda menggunakan propanon, maka produk
itu adalah propanon hidrazon.
dengan fenilhidrazin
dengan hidroksilamin