You are on page 1of 48

BAB 1

PENDAHULUAN
Oleh musliady

A. Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan
nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peadaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencersdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap. Kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Rumusan di atas menunjukan bahwa, pendidikan memainkan peranan penting
dalam pengembangan kemampuan dan pembentukan karakter yang menjadi
landasan utama bagi terciptanya manusia Indonesia yang mampu hidup dalam
zaman yang selalu berubah.
Pendidikan pancasila merupakan salah satu pelajaran pendukung
pengembangan karakter bagi manusia. Pembelajaran pancasila di sekolah dasar
sangat penting artinya, karena merupakan proses awal dalam rangka
pengembangan karakter manusia Indonesia selanjutnya.
Pancasila selain sebagai dasar Negara, juga merupakan pandangan hidup
bangsa Indonesia. Sejarah telah mengungkapkan bahwa pancasila adalah jiwa dari
seluruh bangsa Indonesia yang mampu memberi kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang
makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
1
Pancasila yang diterima dan ditetapkan sabagai dasar Negara seperti yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan pandangan
hidup bangsa.
Pembelajaran panasila di sekolah dasar menjadi sangat penting, karena
mengingat pancasila menrupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini
mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur,
nilai-nilai yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas.
Kadang kala nilai-nilai luhur yang ada dalam pancasila yang merupakan
penjelmaan dari seluruh bangsa Indonesia tideak dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari, tetaipi diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nila luhur tersebut
dengan sendirinya akan hilang.
Menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai pancasila itu perlu diusahakan
secara nyata dan terus-menerus pengahayatan dan pengamalan nila-nilai luhur
yang terkandung di dalamnya, oleh sebab itu setiap warga Negara Indonesia,
penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan
baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama mengamalkan nilai-nilai
pancasila demi kelestarianya.
Oleh karena itu sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur
pancasila, perlu ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi
penerus bangsa, salah satunya lewat pendidikan pancasila di sekolah dasar.
Atas dasar realita inilah penyulis merasa tertarik untuk membahasnya dalam
bentuk makalah dengan judul “PEMBELAJARAN PANCASILA DI SEKOLAH
DASAR”

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis merumuskan masalah-


masalah yang akan di bahas diantaranya:

1. Bagaimanakah Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia?


2. Bagaimana penjabaran tiap-tiap sila dari Pancasila?
3. Bagaimnakah Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Masyarakat
Berbangsa dan Bernegara.
C. Tujuan Penulisan

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.


2. Untuk mengetahui penjabaran tiap-tiap sila dari Pancasila?
3. Untuk mengetahui Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam
Masyarakat Berbangsa dan Bernegara.

D. Manfaat Penulisan.

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:

1. Menambah ilmu pengetahuan tentang eksistensi pancasila di Republik ini,


2. Mengertahui peranan pembelajaran Pancasila di Sekolah Dasar.
3. Mengetahui bagaimana cara melestartikan nilai-nilai luhur Pancasila.

3
E. Metode Penulisan

Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan studi


kepustakaan, yaitu penulis mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan
Pancasila dan kewarganegaraan lalu dianalisis untuk dijadikan sebuah karya tulis.

F. Sistematika Penulisan

Di dalam makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu:

1. Bab I berisi Pendahuluan,


2. Bab II berisi Pembahasan,
3. Bab II berisi Penutup.
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila

Secara arti kata pancasila mengandung arti, panca yang berarti lima “lima” dan
sila yang berarti “dasar”. Dengan demikian pancasila artinya lima dasar.Tetapi di
sini pengertian pancasila berdasarkan sejarah pancasila itu sendiri.

Apabila kita ingin benar-benar melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 secara


murni dan konsekuan, maka kita tidak saja harus melaksanakan ketentuan-
ketentuan dalam pasal-pasal dari Batang Tubuh (the body of the konstitutin) atau
lebih dkenal isi dari UUD 1945 itu, tetapti juga ketentuan-ketentuan pokok yang
termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena pembukaan UUD 1945
(walaupun tidak tercantum dalam satu dokumen dengan Batang Tubuh UUD
1945, seperti konstitusi (RIS) atau UUDS 1950 misalnya), adalah bagian mutlak
yang tidak dipisahkan dari Konstitusi Republuk Indonesia Tahun 1945;
pembukaan dan Batang Tubuh kedua-duanya telah ditetapkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustua 1945.

Apabila kita berbicara tentang UUD 1945. maka yang dimaksud ialah Konstitusi
(UUD) yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tersebut
pada tanggal 18 Agustus 1945 yang diumumkan dalam Berita Republik Indonesia
Tahun 1946 No. 7 halaman 45-48, yang terdiri atas :

1. Pembukaan (Preambule) yang meliputi 4 alinea ;


2. Batang Tubuh atau isi UUd 1945, yang meliputi;
3. Penjelasan
5

Adapun Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas emapt bagian itu yang amat
penting ialah bagian/alinea ke 4 yang berbunyi sebagai berikut: “Kemudian dari
pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan social, maka dususunlah Kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Dalam penjelasan resmi ari pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam
Pembukaan UUD 1945 terkandung emapt pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

a. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia berdasar atas Persatuan;
b. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
c. Negara Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat dan berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan;
d. Negara Indonesia berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
6

Khusus bagian/alinea ke -4 dari pembukaan UUD 1945 adalah merupakan asas


pokok Pemebentukan pemerintah Negara Indonesia. Isi bagian ke 4 dari
Pembukaan UUD 1945 itu dibagi ke dalam 4 hal:

1. Tentang hal tujuan Negara iondonesia, tercantum dalam kalimat


“Kemudian daripada itu dan seluruh tumpah darah indinesia, yang;

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia;
b. Memajukan kesejahteraan rakyat;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

2. Tentang hal ketentuan diadakanya Undang-Undang Dasar tarcantum


dalam kalimat yang berbunyi: “maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia”;
3. Tentang hal bentuk Negara dalam kalimat: yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat;
4. Tentang hal Dasar Falsafah Negara Pancasila.

Adapun Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah disahkan oleh


Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945
itu sebagian besar bahan-bahanya berasal dari Naskah Rancangan Pembukaan
UUD yang disusun oleh Panitia Perumus (panitia kecil) yang beranggotakan 9
orang yang diketua oleh Ir. Soekarno pada tanggal 22 Juni 1945 di Jakarta.
7

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, naskah politik yang bersejarah


itu dijadikan Rancangan Pembukaan UUD sebagai bahan pokok dan utama bagi
penyusunan/penetapan Pembukaan (Preambule) UUD yang akan ditetakan itu.

Naskah politik yang bersejarah yang disusun pada tanggal 22 Agustus 1945 itu, di
kemudian hari oleh Mr. Muhamad Yamin dalam pidatonya di depan siding Badan
Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) pada tanggal 11 Juni 1945
dinamakan “Piagam Jakarta” dan baru beberapa tahun kemudian dimuat dalam
bukunya yang berjudul Prokalmasi dan Konstitusi pada tahun 1951.

Dalam naskah politik yang di sebut dengan Piagam Jakarta 22 Juni 1945 inilah
untuk pertama kali dasar falsafah Negara pancasila ini dicantumkan secara
tertulis, setelah diusulkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni
1945. Adapun panitia perumus yang beranggotakan 9 orang yang telah menyusun
Piagam Jakarta itu adalah salah satu panitia kecil dari Badan Penyelidik Persiapan
Kemerdekaan (BPPK) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945.

Di atas telah dijelaskan tentang pentingnya Pembukaan Undang-Undang Dasar


1945. Adapun besar arti pentingnya Pembukaan Undang-Undang Daar itu ialah
karena pada aline ke 4 itu tercantum ketentuan pokok yang bersifat fundamental,
yaitu dasar falsafah Negara Republik Indonesia yang dirumuskan dalam kata-kata
berikut: ….”maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:
8

1. Ketuhanan Mang Maha Esa,


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima dasar ini tercakup dalam satu nama/istilah yang amat penting bagi kita
bangsa Indonesia yaitu pancasila. Istilah atau perkataan pancasila ini memang
tidak tercantum dalam Pembukaan maupun dalam Batang Tubuh UUD 1945. Di
alinea ke 4 dari Pembukaan UUD 1945 hanyalah disebutkan bahwa, Negara
Republik Indonesia berdasarkan kepada lima prinsip atau asas yang tersebut di
atas, tanpa menyebutkan pancasila. Bahwa kelima prinsip atau dasar tersebut
adalah pancasila, kita harus menafsirkan sejarah (maupun penafsiran sistematika)
yakni menghubungkanya dengan sejarah lahirnya pencasila itu sendiri pada
tanggal 1 Juni 1945, seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Berkenaan dengan perkataan pancasila, menurut Prof. Mr. Muhamad Yamin


(Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia) pada halaman 437
antara lain sebagai berikut “perkataan Pancasila” yang kini telah menjadi istilah
hukum, mula-mula ditempa dan dipakai oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada
tanggal 1 Juni 1945 untuk menamai paduan sila yang lima. Perkataan itu diambil
dari peradaban Indonesia lama sebelum abad XIV. Kata kembar itu keduanya
berasal dari bahasa Sanskerta yaitu panca dan sila yang memiliki arti yang
berbeda. Pancasila dengan huruf i biasanya memiliki arti berbatu sendi yang lima
(consisting of 5 rocks; aus fund Felsen bestehend). Pancasila dengan huruf i yang
panjang bermakna “5 peraturan tingkah laku yang penting”.
9

Kata sila juga hidup dalam kata kesusilaan dan kadang-kadang juga berarti etika.
Dalam bahasa Indonesia kedua pengertian di atas dirasakan sudah menjadi satu
paduan antara sendi yang lima dengan lima tingkah laku yang senonoh.

Dari uraian di atas dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan bahwa pancasila
sebagai istilah perkataan Sanskerta yang sudah dikenal di tanah air kita sejak abad
XIV. Sedangkan pancasila dalam bentuk formalnya sebagai dasar Falsafah
Negara Republik Indonesia baru diusulkan pada tanggal 1 Juni 1945.

B. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

1. Arti Pandangan Hidup Suatu Bangsa.

“ Apa arti pandangan hidup suatu bangsa?”. Pertanyaan ini sukar untuk dijawab
tanpa mengetahui bahwa bangsa itu mengenal berbagai kelompok masyarakat
manusia yang membentuk bangsa. Kita mengenal bangsa Amerika yang terdiri
atas berbagai asal ras dan asal kebudayaan. Ada yang beasal dari Eropa, Inggris,
Jerman, Timur Tebgah, Jepang dan masih banyak lagi. Tetapi mereka menyebut
diri sebagai bangsa Amerika.

Semua mengaku sebagai bangsa Amerika yang siap membela Negara Amerika.
Indonesia pun sama seperti bangsa Amerika yang terdiri atas berbagai
kelompok masyarakat yang masing-masing berbeda latar belakang budayanya,
agama, dan bahkan darahnya. Tetapi sejak tanggal 28 Oktober 1928 kita telah
menjadi satu bangsa Artinya satu kesatuan dari berbagai ragam latar belakang
sosial budaya, agama dan keturunan yang bertekad untuk membangun satu
tatanan hidup berbangsa dan bernegara.
10

Setiap bangsa mempunyasi cita-cita untuk masa depan dan menghadapi masalah
bersama dalam mencapai cita-cita bersama. Cita-cita kita sebagai bangsa
Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yakni mewujudkan suatu
tatanan masyarakat yang adil dan makmur materil dan spirituan berdasarkan
Pancasila. Seperti halnya keluarga, sutau bangsa yang bertekad mencapai cita-
cita bersama memerlukan suatu pandangan hidup. Tanpa pandangn hidup, suatu
bangsa akan terombang ambing. Dengan pandangan hidup suatu bangsa dapat
secara jelas mengetahui arah yang dicapai.

Dengan pandangan hidup, suatu bangsa :

a. Akan dengan mudah memandang persoalan-pesoalan yang dihadapi;


b. Akan dengan mudah mencari pemecahan masalah-masalah yang dihadapi;
c. Akan memiliki pedoman dan pegangan;
d. Akan membangun dirinya.

Dengan uraian di atas jelaslah betapa pentingnya pandangan hidup suatu


bangsa. Pertanyaan berikut yang secara wajar muncul pada diri kita sendiri “
apakah pandangan hidup itu sesungguhnya?”.

Seorang dewasa yang memiliki pandangan hidup adalah seseorang yang :

1. Yang secara sadar mengetahui cita-citanya;


2. Yang secara sadar memilih bentuk kehidupan yang ditempuhnya;
3. Yang mengetahui nilai-nilai yang dijunjung tinggi;
4. Yang mengetahui mana yang benar dan mana yang salah serta
melaksanakanya secara jujur.
11

Dengan demikian, pandangan hidup suatu bangsa adalah :

a. Cita-cita bangsa;
b. Pikiran-pikiran yang mendalam;
c. Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik.

Jadi pandangan hidup suatu bangsa adalah inti sari (kristalisasi) dari nilai-nilai
yang dimiliki bangsa itu dan diyakini kebenaranya, yang berdasarkan
pengalaman sejarah dan yang telah menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkanya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah
mana tujuan yang ingin dicapai sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan
pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan
yang dihadapi dan menetukan arah serta bagaimana cara bangsa itu
memecahkan persoalan-persoalan tadi.

Tanpa memiliki pandangan hidup maka sesuatu bangsa akan merasa terus
terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang timbul,
baik persoalan-persoalan di masyarakat sendiri maupun persoalan-persoalan
besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini.
Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pedoman
dan pegangan bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi,
sosial budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan
berpedoman pada pandangan hidup itu pula sesuatu bangsa akan membangun
dirinya.
12

Dalam pandangan hidup ini terkandung konsep dasar mengenai kehidupan


yang dicita-citakan oleh sesuatu bangsa, terkandung pikiran yang dianggap
baik. Pada akhirnya pandangn hidup suatu bangsa adalah suatu kristalisasi
nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenaranya
dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkanya. Karena itulah
dalam melaksanakan pembangunan misalnya, kita tidak dapat begitu saja
mencontoh atau meniru model yang dilakukan oleh bangsa lain tanpa
menyesuaikan dengan pandangn hidup, dan kebutuhan-kebutuhan yang baik
dan memuaskan bagi suatu bangsa, belum tentu baik dan memuaskan bagi
bangsa lain. Oleh karena itu pandangan hidup suatu bangsa merupakan
masalah yang sangat asasi bagi kekohan dan kelestarian suatu bangsa.

Negara Republik Indonesia memang tergolong muda dalam barisan Negara-


negara lain di dunia. Tetapi bangsa Indonesia lahir dari ssejarah dan
kebudayaan yang tua, melalui gemilangnya Kerajaan Sriwijaya, Majapahit
dan Mataram.

Kemudian mengalami penderitaan penjajahan sepanjang tiga setengah abad,


sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya pada
tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut
kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan sejarah penjajahan itu
sendiri. Berbagai babak sejarah telah dilalui dan berbagai jalan ditempuh
dengan cara yang berbeda-beda, mulai dari cara yang lunak sampai dengan
cara yang kasar, mulai dari gerakan kaum cendikiawan yang terbatas smapai
pada gerakan yang menghimpun kekuatan rakyat banyak, mulai dari bidang
pendidkan, kesenian daerah, perdagangan sampai pada gerakan-gerakan
politik.
13

Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang
merupakan hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan
dan cita-cita hidup di masa yang akan datang, yang secara keseluruhan
membentuk kepribadianya sendiri. Oleh karena itu bangsa Indonesia lahir
dengan kepribadianya sendiri, yang bersamaan dengan lahirnya bangsa dan
Negara itu, kepribadian itu ditekankan sebagai pandangan hidup dan dasar
Negara Pancasila. Bangsa Indonesia lahir dengan kekuatan sendiri, maka
percaya pada diri sendiri juga merupakan salah satu cirri kepribadian bangsa
Indonesia. Karena itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun
1945, melainkan telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah
perjungan bangsa kita sendiri, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa
lain, dengan diilhami oleh bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita
sendiri.

Karena pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam


kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai Dasar Negara yang mengatur
hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun
dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam tiga buah UUD
yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, Mukadimah
Konstitusi Republik Indonesia Serikat dan UUD sementara Republik
Indonesia tahun 1950 pancasila itu tetap tercantum di dalamnya.

Pancasila yang selalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional kita,


Pancasila selalu menjadi pegangan bersama pada saat terjadi krisis nasional
dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah bahwa
Pancasila memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia sebagai dasar
kerohanian bangsa, dikehendaki sebagai Dasar Negara.
14

3. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa, dikodratkan hidup
secara berkelompok. Kelompok manusia itu akan selalu mengalami perubahan
dan perkembangan. Perkembangan manusia dari yang mengelompok itu
sampai pada suatu keadaan dimana mereka itu terjalin ikatan hubungan yang
kuat dan serasi. Ini adalah pertanda adanya kelompok manusia itu dengan
cirri-ciri kelompok tertentu, yang membedakan mereka dengan kelompok-
kelompk manusia lainya. Kelopmok ini membesar dan menjadi suku-suku
bangsa. Tiap suku bangsa dibedakan oleh perbedaan nilai-nilai dan moral
yang mereka patuhi bersama. Berdasarkan hal ini kita dapat menyebutkan
adanya kelompok suku bangsa Minangkabau, Batak, Jawa, Flores, Sunda,
Madura, dan lain sebagainya. Semua suku itu adalah modal dasar
terbentuknya kesadaran berbangsa dan adanya bangsa Indonesia yang kita
miliki adalah bagian dari bangsa itu sekarang ini.

Kelompok-kelompok manusia tersebut dikatakan suku bangsa, karena


mempunyai tujuan hidup. Tujuan hidup kelompok ini akan membedakan
mereka dengan kelompok suku bangsa lain di Nusantara ini. Jadi kita kenal
dengan pandangan hidup suku Jawa, Sunda, Batak, Flores, Madura, dan lain-
lain sebagainya.

Pandangan hidup merupakan wawasan atau cara pandang mereka untuk


memenuhi kehidupan di dunia dan bekal di hari akhir. Bangsa Indonesia yang
terdiri dari suku bangsa tersebut, meyakini adanya kehidupan di dunia dan
hari akhir. Berdasarkan hal tersebut kita menemukan persamaan pandangan
hidup di antara suku-suku bangsa di tanah air ini, ialah keyakinan mereka
adanya dua dunia kehidupan.
15

Inilah yang menyatukan pandangan hidup bangsa Indonesia, walaupun


mereka terdiri atas berbagai suku yang berbeda.

Bangsa Indonesia yang terikat oleh keyakinan Kepada Tuhan yang Maha
Kuasa dan kuatnya tradisi sebagai norma dan nilai kehidupan dalam
masyarakat adalah tali persamaan pandangan hidup antara berbagai suku
bangsa di Nusantara ini. Pandangan hidup kita berbangsa dan bernegara
tersimpul dalam falsafah kita Pancasila. Pancasila memeberikan pancaran dan
arah untuk setiap orang Indonesia tentang masa depan yang ditempuhnya.
Inilah pandangan hidup bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam kelima
Sila Pancasila.

C. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

1. Apakah Dasar Negara Republik Indonesia?

Pancasila yang dikemukakan dalan sidang I BPPK pada tanggal 1 Juni 1945
adalah dikandung maksud untuk dijadikan dasar dari Negara Indonesia
Merdeka. Adapun dasar itu haruslah merupakan suatu falsafah yang
menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan Negara Indonesia yang
merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia
sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan
ekonomi, sosial dan kebudayaan.

Landasan atau atau dasar itu haruslah kuat dan kokoh agar gedung yang
berdiri di atasnya akan tetap tegak sentosa untuk selama-lamanya. Landasan
itu harus pula tahan uji terhadap serangan-serangan baik dari dalam maupun
dari luar.
16

Sidang Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) telah menerima


secara bulat pancasila itu sebagai dasar Negara Indonesia merdeka. Dalam
keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus Pancasila
tercantum secara resmi dalam pembukaan UUD RI. UUD yang menjadi
sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang
menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan Negara, agar peraturan dasar
itu tahan uji sepanjang masa.

Peraturan-peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan


menyalurkan persoalan-persoalan yang timbul berhubung dengan
penyelenggaraan dan perkembangan Negara harus didasarkan atas dan
berpedoman pada UUD. Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD itu
disebut peraturan-peraturan organik, yang menjadi pelaksana dari UUD.

Oleh karena pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar Negara
sebagaimana tercantum jelas dalam alinea ke IV pembukaan UUD 1945
tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan di Republik Indonesia
yang dikeluarkan oleh Negara dan pemerintah RI haruslah pula sejiwa denga
pancasila. Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan RI tidak boleh
menyimpang dari jiwa pancasila.

2. Pancasila Sebagai Dasar Negara

Keputusan dalam sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan


Undang-Undang Dasar bagi Negara Republik Indeonesia yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
17

Undang-Undang Dasar tersebut ialah UUD 1945. Dalam pembukaan UDD


tersebut kita temukan dasar Negara “Pancasila”. Oleh karena itu, secara
yuridis pancasila sah menjadi Dasar Negara Republik Indonesia.

Akibat hukum dari disahkanya pancasila sebagai dasar Negara, maka seluruh
kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila.
Landasan hukum Pancasila sebagai dasar Negara dapat memebri akibat
hukum dan filosofis; yakni kehidupan bernegara bangsa ini haruslah
berpedoman pada pancasila.

D. Pancasila Sebagai Ideologi Negara

1. Pengertian Ideologi

Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea
yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang
berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang
gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).

Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai


komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya
serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman
yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak
benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
18

Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm used
for any group of ideas concerning various political and aconomic issues and
social philosophies often applied to a systematic scheme of ideas held by
groups or classes, artinya suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok
cita-cita mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial
yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu
cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.

Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat
dapat kita simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia
Indonesia untuk mencari kebenaran, kemudian sampai mendekati atau
menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan
ruang dan waktu.

Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu


kemuduian dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang
mengandung suatu pemikiran yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan
dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan kehidupan bersama dalam rangka
perumusan satu negara Indonesia merdeka, yang diberi nama Pancasila.

Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi
status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi
persyaratan sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu
berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan
didukung oleh seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
19

Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan
yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah
fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari
pusat sampai ke daerah-daerah

Pancasila sebagai dasar Negara, maka mengamalkan dan mengamankan


Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa,
artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa
saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut
hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain pengamalan
Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan
pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila
dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai
sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang
terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan kehidupanya,
sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang barlaku di
Indonesia.

Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila


sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif
memaksa. Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai
pandangan hidup dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum
tetapi mempunyai sifat mengikat.

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya sebagai


dasar Negara, yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara
Republik Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional atau
ideologi Negara.
20

Artinya pancasila merupakan satu ideologi yang dianut oleh Negara atau
pemerintah dan rakyat Indonesia secara keseluruhan, bukan milik atau
monopoli seseorang ataupun sesuatu golongan tertentu.

Sebagai filsafat atau dasar kerohanian Negara, yang meruapakn cita-cita


bangsa, Pancasila harus dilaksanakan atau diamalkan, yang mewujudkan
kenyataan dalam penyelenggaraan hidup kenegaraan kebangsaan dan
kemasyarakatan kita.

Bila terjadi kesenjangan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan,


kita harus kembali kepada filsafat Negara Republik Indonesia untuk mencari
jalan keluarnya atau untuk meluruskan kembali.

E. Pancasila Sebagai Sumber Moral bangsa

1. Moral Negara

Penetapan Pancasila sebagai dasar Negara mengamanatkan bahwa moral


Pancasila juga sebagai moral Negara, artinya Negara tunduk pada moral,
Negara wajib mengamalkan moral Pancasila.

Seluruh tindakan kebijakan Negara harus sesuai dengan Pancasila. Seluruh


perundang-undangan harus mengacu pada pancasila. Nilai-nilai Pancasila
menjadi pembimbing dalam pembuatan policy. Sebagai moral Negara,
Pancasila mengandung kewajiban-kewajiban moral bagi Negara Indonesia,
yaitu antara lain:
21

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tipa


penduduk untuk memeluk dan beribadat sesuai dengan iman dan agama
masing-masing. Negara harus memberantas praktek-pratek keagamaan yang
tidak baik dan menggangggu kerukunan hidup bermasyrakat. Negara wajib
memberi peluang kepada tiap-tiap agama untuk berdakwah, mendirikan
tempat ibadah, ekonomi dan budaya.

Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Negara memperlakukan setiap


orang sebagai manusia, menjamin dan menegakakan hak-hak dan kewajiban
asasi; Negara menjamin semua warga Negara secara adil dengan membuat
undng-undang dengan tepat dan melaksanakanya dengan baik, Negara harus
ikut bekerja sama dengan bangsa dan Negara lain demi membangun dunia ke
arah yang lebih baik.

Sila Persatuan Indonesia. Negara harus tetap menjunjung tinggi asas


Bhineka Tunggal Ika. Menolak paham primodialisme, memperjuangkan
kepentingan nasional. Bangga sebagai bangsa Indonesia, menentang
chauvinisme, kolonialisme, sebaliknya menjalin hubungan baik antar bangsa.

Sila Kerakyatan Yang Dipimpin OLeh Hikmat Kebijaksanaanm Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan. Mengakui dan menjunjung tinggi kedaulatan
rakyat, meningkatkan partisipasinya dalam proses pembangunan,
mendengarkan dan memeperjuangkan aspirasi rakyat. Menghormati
perbedaan pendapat, menjamin kebebasan berserikat dan berkumpul.
22

F. Penjabaran Nilai-Nilai Dari Pancasila.

1. Pengertian Nilai

Pendidikan Pancasila adalah pendidikan nilai-nilai yang bertujuan membentuk


sikap positif manusia sesuai dengan nilai-nila yang terkandung dalam
Pancasila. Menilai berarti menimbang yaitu kegiatan manusia
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu untuk selanjutnya mengambil
keputusan. Keputusan nilai dapat mengatakan “berguna atau tidak berguna,
benar atau tidak benar, baik ataua tidak baik, religius atau tidak religius dan
lain sebagainya. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu
berguna, berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral dan
etis), religius (nilai agama).

Notonegoro berpendapat membagi nilai menjadi 3 bagian yaitu:

a. Nilai meteril yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsure manusia.
b. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan dan aktifitas.
c. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia

Nilai kerohanian dinagi lagi menjadi 4 macam yaitu:

a. Nilai kebenaran/kenyataan, yang bersumber pada akal manusia,


b. Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia
c. Nilai kebaikan ataua nilai moral, yang berumber pada unsur
kehendak/kemauan manusia,
d. Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian tertinggi
dan mutlak.
23

2. Nilai-Nilai Pada Pancasila

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Dengan adanya dasar Ketuhana maka Indonesia mengakui dan percaya


pada adanya Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa, yang menjadi sebab adanya
manusia dan alam semesta serta segala hidup dan kehidupan di dalamnya.

Dasar ini menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk Indonesia untuk


memeluk agamanya/kepercayaanya, sebagaimana tercantum dalam pasal
29 UUD 1945. Hal ini berarti bahwa, Negara Indonesia yang terdiri atas
beribu-ribu pulau dengan lebih kurang 200 lebih juta penduduk yang
menganut beberapa agama, menghendaki semua itu hidup tentram, rukun
dan saling menghormati.Denga demikian semua agama diakui di Negara
Republik Indinesia, dapat bergerak dan berkembang secara leluasa.

Dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan


kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh
karenanya bangsa Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pancasila dan UUD 1945 menjamin menjamin kemerdekaan tiap-tipa


penduduk untuk memeluk agamanya msing-masing dan beribadat menurut
agama dan kepercayaanya itu. Kebebasan beragama adalah salah satu hak
yang paling asasi di antara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan
beragama itu lansung bersumber pada martabat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan.
24

Hak kebebasan beragama bukan pemberian Negara atau pemberian


sesutau golongan.

Sila pertama pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila ini
mengandung dua pengertian pokok yaitu pengertian tentang Ketuhanan
dan tentang Yang Maha Esa.

 Ketuhanan

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yakni Allah, zat Yang Maha Esa,
pencipta segala kejadian termasuk pencipta semua makhluk. Oleh
karena itu Tuhan sering disebut juga “sebab yang pertama” yang tidak
disebabkan lagi. Alam beserta kekayaanya seperti sumber-sumber
minyak bumi, batubara, air dan lain-lainya merupakan ciptaanya.
Demikian dengan makhluk hidup merupakan cipataan Tuhan juga.

 Yang Maha Esa

Yang maha Esa berarti yang maha satu atau maha tunggal dan tidak ada
yang mempersekutukan-Nya. Dia esa dalam zat-Nya, esa dalam sifat-
Nya, esa dalam perbuatan-Nya. Oleh kaena adanya kekhususanya itu,
maka tidak ada yang menyamainya dan Dia maha sempurna.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa kita


bangsa Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
pencipta alam semesta beserta isinya, baik benda mati maupun makhluk
hidup.
25

Keparcayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu besifat
aktif. Artinya kita harus selalu berusaha menjalankan segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya menurut ajaran agama dan
kepercayaan kita masing-masing.

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Internasionalisme ataupun peri kemanusiaan adalah penting sekali bagi


kehidupan sesuatu bangsa dalam Negara yang merdeka dalam hubunganya
dengan bangsa-bangsa lain.

Manusia adalah makhluk Tuhan, dan Tuhan tidak mengadakan perbedaan


antara sesama manusia. Pandangan demikian menimbulkan pandangan yang
luas, tidak terikat oleh batas-batas Negara atau bangsa sendiri, melainkan
Negara harus selalu membuka pintu bagi persahabatan dunia atas dasar
persamaan derajat. Manusia mempunyai hak-hak yang sama, oleh karena itu
tidaklah dibenarkan manusia yang satu menguasai manusia yang lain, atau
bangsa yang satu menguasai bangsa yang lain.

Berhubung dengan hal itu maka dasar itu tidak membenarkan adanya
penjajahan di atas bumi, karena hal yang demikian bertentangan dengan peri
kemanusiaan serta hak setiap bangsa menentukan nasibnya sendiri.

Sesungguhnhya manusia itu dilahirkan mempunyai hak yang tidak dapat


dirampas dan dihilangkan. Hak-hak itu harus dihormati oleh siapapun.
Golongan manusia yang berkuasa tidaklah diperkenankan memaksakan
kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang.
26

Sial Kemanusiaan Yang Adil Dan beradab mengandung beberapa


pengertian pokok diantarnya:

 Kemanusiaan

Kemanusiaan berasal dari kata amnesia, uang merupakan makhluk ciptaan


tuhan Yang Maha Esa. Oleh Tuhan manusia di karunia jasmani dan
rohani, yang keduanya merupakan satu kesatuan serasi, yang sering
disebut pribadi manusia.

 Adil

Adil mengandung arti obyektif atau sesuai dengan adanya, misalnya kita
memberikan sesuatu kepada orang lain, karena memang sesuatu itu
merupakan haknya. Jadi, kita tidak subyektif, tidak berat sebelah, tidak
pilih kasih.

 Beradab

Beradab berasal dari kata adab yang secara bebas berearti budaya. Dengan
demikian beradab berarti berbudaya. Manusia yang beradab berarti
manusia yang tingkah lakunya selalu dijiwai oleh nilai-nilai kebudayaan.
Niali-niali budaya tidak lain ialah hal-hal yang luhur, yang dijunjung
tinggi oleh manusia, yang karena luhurnya itu dijadikan pedoman, ukuran,
atau tuntunan untuk diikuti. Kalau sesuai berarti baik, kalau tidak sesuai
berarti tidak baik.
27

Kebudayaan meruapakan hasil yang luhur dari manusia selama berabad-


abad. Oleh karena itu wujudnya sering disebut peradaban manusia.
Misalnya kesenian, candi, samapi kebiasaan-kebiasaan hidup merupakan
wujud dari kebudayaan. Demikian pula yang mendasari sikap yang luhur
dan terpuji, seperti sikap berani karena benar, berani berkorban untuk
Negara, itu semua juga wujud dari kebudayaan atau peradaban.

c. Sila Persatuan Indonesia

Dengan dasar kebangsaan (nasionalisme) dimaksudkan bahwa bangsa


Indonesia seluruhnya harus memupuk persatuan yang erat antara sesama
warga, tanpa membeda-bedakan suku atau golongan serta berdasarkan satu
tekad yang bulat dan satu cita-cita bersama. Prinsip kebangsaan itu
merupakan ikatan yang erat antara golongan dan suku bangsa.

Kebangsaan meliputi seluruh golongan dan daerah di Indonesia serta unsur-


unsur kebudayaan dan tata hidupnya.Dasar kebangsaan ini adalah penting
sekali dan harus dibina tanpa melupakan bahwa di dunia ada bangsa lain
yang terdiri atas sesama manusia dan seluruhnya membentuk satu keluarga
umat manusia.

Kebangsaan Indonesia bukanlah kebangsaan yang sempit, yang hanya


mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa lain. Paham
kebangsaan kita adalah satu dasar kebangsaan yang menuju kepada
persaudaraan dunia, yang menghendaki bangsa-bangsa itu saling hormat-
menghormati dan harga-menghargai. Paham kebangsaan yang dianut oleh
bangsa Indonesia adalah:
28

a.Ke dalam, menggalang seluruh kepentingan rakyat dengan tidak


membedakan suku atau golongan.
b. Ke luar; tidak mengagungkan bangsa sendiri, namun dengan
berdiri tegak atas dasar kebangsaan sendiri juga menuju kea rah hidup
berdampingan secara damai, berdasar atas persamaan derajat antar
bangsa serta berdaya upaya untuk melaksanakan terciptanya perdamaian
dunia yang kekal; dan abadi, serta membina kerja sama untuk
kesejahteraan umat manusia.

Sila Persatuan Indonesia mengandung beberapa pengertian di antaranya:

1. Persatuan

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh, tidak pecah belah,
persatuan mengandung pengertian disatukanya berbagai macam corak
yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Dengan perkataan lain, hal-
hal yang beraneka ragam itu setelah disatukan menjadi sesuatu hal yang
serasi, utuh dan tidak saling bertentangan antar yang satu dengan yang
lain.

2. Indonesia

Yang dimaksud dengan Indonesia ialah dalam pengertian geografis dan


bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.
29

d. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

Dasar mufakat, kerakyatan atau demokrasi menunjukan bahwa Negara


Indonesia menganut paham demokrasi. Paham demokrasi berarti bahwa
kekuasaan tertinggi (kedaulatan) untuk mengatur Negara dan rakyat terletak di
tangan seluruh rakyat. Dalam UUD 1945 menyatakan bahwa “kedaulatan
adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Perwakilan”. Kerakyatan yang dirumuskan dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan. Demokrasi Indonesia seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 adlah demokrasi yang tercantum dalam
pancasila sebagai sila ke empat dan dinamakan demokrasi pancasila.

Asas demokrasi di Indonesia ialah demokrasi berdasarkan pancasila yang


meliputi bidang-bidang politik, sosial dan ekonomi, serta yang dalam
penyelesaian masalah-masalah nasional berusaha sejauh mungkin menmpuh
jalan permusyawaratn untuk mencapai mufakat.
30

Hakikat dari musyawarah untuk mufakat dalam kemurnianya adalah suatu tata
cara khas yang bersumber pada inti paham kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksaan dalam permusywaratan/ perwakilan untuk merumuskan
dan atau memutuskan sesuatu hal berdasrkan kehendak rakyat, dengan jalan
mengemukakan hikmat kebijaksanaan yang tiada lain dari pada pikiran
(rasio) yang sehat yang mengungkapkan dan mempertimbangkan persatuan
da kesatuan bangsa, kepentingan rakyat sebagaimana yang menjadi tujuan
pemebentukan pemerintah Negara termaksud dalam alinea ke empat
Pembukaan UUD 1945, pengaruh-pengaruh waktu. Oleh semua wakil/utusan
yang mencerminkan penjelmaan seluruh rakyat, untuk mencapai keputusan
berdasarkan kebulatan pendapat yang diitikadkan untuk dilaksanakan secara
jujur dan bertanggung jawab.

Segala keputusan diusahakan dengan cara musyawarah untuk mufakat di antar


semua pihak. Apabila hal tersebut tidak dpat segera terlaksana, maka
pemimpin rapat dapat mengusahakan/berdaya upaya agar rapat dapat berhasil
mencapai mufakat. Keputusan berdasrakan mufakat adalah sah apabila
diambil dalam rapat yang dihadiri oleh lebih dari separuh anggota yang hadir

Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratn/Perwakilan mengandung beberapa pengertian diantaranya:

1. Kerakyatan

Kerakyatan berasal dari kata rakyat yang berarti sekelompok manusia


yang mendiami suatu wilayah tertentu. Kerakyatan berarti suatu prinsip
yang mengakui bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
31

Kerakyatan disebut juga kedaulatan rakyat, artinya rakyat yang berdaulat,


berkuasa. Hal ini disebut juga demokrasi yang berarti rakyat yang
memerintah.

2. Hikmat Kebijaksanaan

Hikmat Kebijaksanaan berarti suatu sikap yang dilandasi dengan


penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu mempertimbangkan
persatuan dan kesataun bangsa. Kepentingan rakyat akan dijamin dengan
sadar, jujur dan bertanggung jawab serta didorong oleh iktikad baik sesuai
dengan hati nurani yang murni. Dengan demikian hasil perbuatan atau
kebijaksanaan akan baik dan benar karena dihadapi denga
mempergunakan seluruh daya manusia yang tinggi.

3. Permusyawaratan

Permusyawaratan berarti suatu tata cara yang khas Indonesia untuk


merumuskan dan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak
rakyat sehingga tercapai keputusan berdasarkan mufakat. Pelaksanaan dari
kebenaran ini memerlukan semangat mengutamakan kepentingan nasional
ketimbang kepentingan daerah, golongan dan pribadi.

Hal ini memerlukan pula iktikd yang baik dan ikhlas, dilandasi oleh
pikiran yang sehat serta ditopang oleh kesadaran bahwa kepentingan
bangsa dan Negara mengalahkan kepentingan yang lain.
32

4. Perwakilan

Perwakilan berarti suatu tata cara untuk mengusahakan ikut sertanya


rakyat mengambil bagian dalam urusan Negara. Bentuk keikutsertaan itu
ialah badan-badan perwakilan, baik di pusat seperti MPR dan DPR
maupun di daerah yang berwujud DPRD. Keanggotaan badan-badan
perwakilan itu ditentukan melalui suatu pemilihan yang bersifat langsung,
umum, bebas dan rahasia.

e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam pidato 1 Juni 19945 ditegaskan bahwa prinsip kesejahteraan adalah


prinsip tidak adanya kemiskinan di alam Indonesia Merdeka. Keadilan sosial
adalah sifat masyarakat adil dan makmur, kebahagiaan buat semua orang,
tidak ada penghisapan, tidak ada penindasan, dan penghinaan, semuanya
bahagia, cukup sandang dan pangan. Sila ini secara bulat berarti bahwa setiap
rakyat Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidan hukum, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945 pengertian keadilan mencakup pula pengertian adil dan
makmur

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung beberapa


pengertian diantaranya:

1. Keadilan Sosial

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala


bidang kehidupan baik materil maupun spiritual.
33

Hal ini berarti keadilan itu tidak hanya berlaku bagi orang yang kaya saja,
tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat,
tetapi untuk rakayta biasa pula.

2. Seluruh Rakyat Indonesia

Seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap orang yang menjadi rakyat
Indonesia baik yang berdiam di wilayah kekuasaan Republik Indonesia
maupun warga Negara Indonesia yang berada di Negara lain.

G. Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila

Rakyat Indonesia melalui majelis perwakilanya menyatakan bahwa pendidikan


nasional yang beakar pada kebudayaan bangsa Indonesia diarahkn untuk
“meningkatkan kecerdasan bangsa, harkat dan martabat bangsa, mewujudkan
manusia serta masyrakat Indonesia yang beriman serta bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan mandiri,sehingga mampu membangun dirinya dan
masyarakat sekeklilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan
nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.

Selanjutnya dinyatakan bahwa “pendidikan nasional bertujuan untuk


meningkatkan kualitas manusia indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja,
profesioan, bertanggunggung jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani.
34

Pendidikan nasional harus menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta


tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran
pada sejarah bangsa, serta sikap mengahrgai jasa para pahlawan, dan berorientasi
ke masa depan.

Dari uraian di atas mangandung amanat agar pendidikan nasioanal harus mampu
meningkatkan, memperluas dan memantapkan penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai pancasila sehingga menjadi budaya perilaku kehidupan sehari-hari di
semua bidang kehidupan.

H. Arah Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila adalah pendidikan nilai. Oleh sebab itu arah pendidikan
Pancasila ditekankan pada pendidkan moral yang diharapkan dapat diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari berupa perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai
Pancasila. Artinya nilai-nila Pancasila dijadikan landasan moral dalam setiap
kegiatan pribadi, kelompok, masyarakat dan juga bangsa bahkan Negara.

I. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Masyarakat Berbangsa dan


Bernegara.

1. Pola Pelaksanaan Pancasila

Untuk melaksanakan Pancasila perlu usaha yang dilakukan secara berencana


dan terarah berdasarkan suatu pola. Tujuannya adalah agar Pancasila
sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga Negara, baik
dalam kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan kemasyarakatan.
Berdasarkan pola itu diharapkan lebih terarah usaha-usaha:
35

 Pembinaan manusia Indonesia agar menjadi insan pancasila


 Pembangunan bangsa untuk mewujudkan masyarakat pancasila

Kedua hal tersebut di atas, tidaklah dapat dipisahkan satu sama lain,
melainkan saling mempengaruhi dan saling mendukung.

Masalah pembinaan insan Pancasila lebih banyak menyangkut bidang


pendidikan. Lewat kegiatan pendidikan diharapkan peserta didik menyerap
nila-nilai moral Pancasila. Penyerapan nilai-nilai moral Pancasila diarahkan
berjalan secara manusiawi dan alamiah tidak saja lewat pengalaman secara
pribadi. Nilai-nilai moral Pancasila tidak untuk sekadar dipahami melainkan
untuk dihayati, oleh karena itu penyerapan nilai-nilai- moral Pancasila bukan
lewat proses indoktrinasi.

Sasaran pelaksanaan Pancasila adalah perorangan, keluarga dan masyarakat,


baik di lingkunga tempat tinggal masing-masing maupun di lingkungan
tempat kerja.

Langkah pertama adalah dengan perantaraan pegawai Republik Indonesia,


karena mereka adalah abdi Negara dan abdi masyarakat yang pertama-tama
harus menghayati dan mengamalkan Pancasila. Langkah selanjutnya ialah
menyebarluaskanya kepada seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan
berbagai jalur dan penciptaan suasana yang menunjang.
36

Adapun jalur yang digunaka adalah:

a. Jalur pendidkan.

Dalam melaksakan Pancasila, maka peranan pendidikan sangat penting,


baik pendidikan di sekolah (formal) maupun pendidikan di luar sekolah
(non formal) yang terletak did lam keluarga, dan lingkungan masyarakat.

b. Jalur media massa.

Walaupaun pola pelaksanaan Pancasila melalui jalur medua massa dapat


pula digolongkan sebagai salah satu aspek jalur pendidikan dalam arti
luas, namun peranan media massa sedemikian pentingnya sehingga perlu
mendapat penonjolanya sebagai jalur tersendiri. Dalam hubunganya
dengan ini, ditekankan pula pentingnya media tradisional seperti
pewayangan serta bentuk-bnetuk seni rakyat lainya, di samping media
modern seperti pers, radio dan televisi. Dalam menggunakan komunikasi
modern ini perlu dijaga agar terhindar dari siaran yang tidak
menguntungkan bagi pelaksanaan pancasila.

c. Jalur organisai sosial politik, organisasi sosial kemasyarakatan, dan


prangkat sosial.

Sesuai dengan tekad untuk menjunjung tinggi demokrasi dan menegakan


kehidupan konstitusional, maka kiranya semua anggota maupun kader-
kader politik, serta organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga keagamaan, lembaga kebudayaan, dan dunia usaha,
hendaklah berusaha sekuat tenaga ikut serta dalam melaksanakna
Pancasila, sehingga Pancasila itu lestari di Republik indionesia.
37

J. Pendidikan Pancasila Di Sekolah Dasar

Sebagaimana kita mengetahui bahwa Pancasila sebagai dasar Negara, sebagai


ideologi Negara, dan sebagai pandangan hidup bangsa adalah sumber dari pada
ajaran-ajaran moral karena di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur. Oleh karena
Pancasila sarat dengan nilai-nilai luhur dan ajaran-ajaran moral, sudah
sepantasnya pancasila dijadikan mata pelajaran di sekolah-sekolah baik di SD,
SMP, dan SMA dan bahkan sampai Perguruan Tinggi.

Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata pelajaran pendukung


pengembangan karakter manusia. Pendidikan Pancasila di sekolah dasar sangat
penting artinya, karena merupakan proses awal pembentukan karakter bagi
manusia di mana akan berlanjut samapai manusia itu menemui ajalnya. Para
peserta didik di Sekolah Dasar akan memiliki perilaku dan tingkah laku yang
terpuji, jika di dalam dirinya tertanam nilai-nilai luhur dan ajaran-ajaran moral
yang kesemuanya itu ada dalam Pancasila

Peserta didik di Sekolah Dasar merupakan calon generasi penerus sekaligus alon
pemimpin masa depan bangsa Indonesia. Oleh karena itu materi tentang Pancasila
sudah menjadi sebuah kewajiban untuk diajarkan di Sekolah Dasar sebagai awal
pemebentukna karakter.Selain sebagai pemebntukan karakter manusia juga
merupakan upaya untuk melestarikan nila-nilai Pancasila.

Sudah menjadi kenyataan bahwa ketika anak-anak selesai dari Sekolah Dasar,
tidak semua dari mereka melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi
ada yang di rumah saja, dan secara tidak sengaja langsung bergabung dengan
anggota masyarakat sekitarnya, sehingga konsekunsinya saling berinteraksi antar
sesama.
38

Bagi si Anak tidak akan mengalami kesulitan dalam bergaul dengan anggota
masyarakat lainya, demikina pun masyarakat tidak akan mengalami kesulitan
dalam menerima si Anak, jika di dalam diri si Anak sudah tertanam nilai-nilai
luhur pancasila yang merupakan penjelmaan dari karakter bangsa Indonesia.

Sebaliknya, tidak dapat diperkirakan apa yang akan terjadi ketika si Anak
bergabung dengan masyarakat yang di dalam dirinya tidak dibekali ajaran-ajaran
moral pancasila. Melihat kenyataan ini pelajaran pancasila memilik peranan
penting di dunia pendidikan terutama di Sekolah Dasar karena awal dari proses
pembentukan karakter manusia.

Kadang kala nilai-nilai luhur yang ada dalam Pancasila yang merupakan
penjelmaan dari seluruh bangsa Indonesia tidak dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari, tetaipi diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nila luhur tersebut
dengan sendirinya akan hilang.

Menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai Pancasila itu perlu diusahakan


secara nyata dan terus-menerus pengahayatan dan pengamalan nila-nilai luhur
yang terkandung di dalamnya, oleh sebab itu setiap warga Negara Indonesia,
penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan
baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama mengamalkan nilai-nilai
Pancasila demi kelestarianya.

Oleh karena itu sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur Pancasila,
perlu ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus bangsa,
salah satunya lewat pendidikan pancasila di sekolah dasar.
39

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia, ideologi Negara Indonesia,


sekaligus menjadi pandangan hidup bangsa. Pancasila juga merupakan sumber
kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia
menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan
kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus
dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang
secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap
lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di
daerah.

Pendidikan Pancasila di Sekolah Dasar memiliki peranan yang sangat penting,


karena meruapakan proses awal dari pembentukan karakter manusia Indonesia,
dan akan berlanjut sampai manusia itu menemui ajalnya. Sekolah Dasar
merupakan wadah yang pas untuk diajarkan pelajaran Pancasila sebagai langkah
awal dalam rangka pembentukan karakter selanjutnya.
40

Di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai luhur, ajaran-ajaran moral yang


kesemuanya itu meruapakan peljelmaan dari seluruh jiwa manusia Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai pancasila itu perlu diusahakan
secara nyata dan terus-menerus pengahayatan dan pengamalan nila-nilai luhur
yang terkandung di dalamnya, oleh sebab itu setiap warga Negara Indonesia,
penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan
baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama mengamalkan nilai-nilai
Pancasila demi kelestarianya.

Oleh karena itu sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur pancasila,
perlu ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus bangsa,
salah satunya lewat pendidikan pancasila di sekolah dasar.

B. Saran-Saran

Dari uraian-uraian di atas penulis dapat menyarankan:

1. Pancasila sebagai Dasar Negara, sebagai ideologi Negara, serta pandangan


hidup bangsa, memiliki nilai-nilai luhur yang merupakan penjelmaan dari
seluruh jiwa manusia Indonesia. Maka dari itu kita harus menjungjung tinggi
dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan
penuh rasa tanggung jawab.

2. Bagi para guru di Sekolah Dasar, agar senantiasa pelajaran Pancasila selalu
diajarkan di sekolahnya, demi kebaikan peserta didiknya dan juga demi
kelestarian nilai-nila luhur Pancasila itu.
41

3. Pancasila yang memiliki nilai-nilai luhur, agar diamalkan oleh setiap warga
Negara Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan
lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah demi kelestarianya.
42

DAFTAR PUSTAKA

1. Kansil C.S.T, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: PT pradnya


paramita
2. Pangeran Alhaj S.T.S dan Surya Partia Usman, 1995. Materi Pokok
Pendekatan Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.
3. Setiady Elly M, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
4. Srijanto Djarot, Waspodo Eling,dkk. 1994. Tata Negara Sekolah Menengah
Umum. Surakarta: PT. Pabelan.
5. Tanpa Nama.Tanpa Tahun. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Sekretariat Negara Republik Indonesia Tap MPR No. II/MPR/1987.
6. UU Nomor 32 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal
43
PRAKATA

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, karunia terutama
kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan baik. Tanpa adanya kesempatan, mustahil penulis dapat
menyelasaikan penulisan makalah ini secara tuntas, walaupun masih banyak terdapat
kekurangan.

Selama proses penulisan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penulisan
makalah ini. Untuk itu dari hati yang paling dalam penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini,
terutama kepada :
1. Lembaga STKIP Santu Paulus Ruteng yang telah menerima saya
untuk menimba ilmu di lembaga ini
2. Pater Servulus Isaak, Lic, selaku Ketua Santu Paulus Ruteng.
3. Bapak Drs. Yoakim Jekson Kebol, M.Hum selaku ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
4. Bapak Laurentius Ni, S.H,M.H, selaku dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikiranya dalam membimbing penulis dalam penyusunan
makalah ini.
5. Para Dosen STKIP Santu Paulus Ruteng yang dengan rela membagi
ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswa di STKIP Santu Paulus
Ruteng.
6. Orang tua penulis serta semua anggota keluarga, yang telah banyak
mendukung penulis, baik dukungan secara moral maupun materil. Tanpa bantuan
mereka tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
ii
7. Rekan-rekan mahasiswa STKIP Santu Paulus Ruteng yang telah
berjalan bersama suka dan duka mengarungi samudra luas pengetahuan untuk
mencapai ilmu yang diberikan dalam medan pelayanan kelak.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, baik dari segi isi maupun dari
segi penulisanya.

Segala kritikan dan masukan dari semua pihak, akan menjadi pengalaman yang
sangat berharga bagi penulis demi kesempurnaan makalah ini.

Ruteng, 11 Juni 2009

Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………..…...……………………………………….i
PRAKATA…………..……………………………..………………...……………….ii
DAFTAR ISI………………………..………..…….………………………………...iv
BAB1 PENDAHULUAN………………..………..…………………………………..1
A. Latar Belakang……………………….……………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………3
C. Tujuan Penulisan…………………………………...……………………………..3
D. Manfaat Penulisan……………...………………………...……………………….3
E. Metode Penulisan……………………..…………………………….…………….4
F. Sistematika Penulisan…………………..…………….………………...…………4
BAB II PEMBAHASAN…………..……………………………….…………………5
A. Pengertian Pancasila……………………………………………...……………….5
B. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia………..……………….10
C. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia……….…………………..17
D. Pancasila Sebagai Ideologi Negara …………………………………….………..18
E. Pancasila Sebagai Sumber Moral bangsa………………………………………..21
F. Penjabaran Nilai-Nilai Dari Pancasila……………………………….…………..23
G. Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila……………………………...…………..34
H. Arah Pendidikan Pancasila………………………………………………………35
I. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Masyarakat Berbangsa dan
Bernegara………………………………………………………………………...35
J. Pendidikan Pancasila Di Sekolah Dasar………………..………………………..38
BAB II PENUTUP……………………………………………………………..……40
A. Kesimpulan………………………...…………………………………………….40
B. Saran……………………………………………………………………………
..41
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..…43

iv
PEMBELAJARAN PANCASILA DI SEKOLAH DASAR

DISUSUN OLEH

NAMA : SITI HASNI


NIM :…………….
PROGRAM STUDI : PGSD D-II

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN


SANTU PAULUS
RUTENG
2009

You might also like