Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Oleh musliady
A. Latar Belakang
2
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penulisan.
3
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Secara arti kata pancasila mengandung arti, panca yang berarti lima “lima” dan
sila yang berarti “dasar”. Dengan demikian pancasila artinya lima dasar.Tetapi di
sini pengertian pancasila berdasarkan sejarah pancasila itu sendiri.
Apabila kita berbicara tentang UUD 1945. maka yang dimaksud ialah Konstitusi
(UUD) yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tersebut
pada tanggal 18 Agustus 1945 yang diumumkan dalam Berita Republik Indonesia
Tahun 1946 No. 7 halaman 45-48, yang terdiri atas :
Adapun Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas emapt bagian itu yang amat
penting ialah bagian/alinea ke 4 yang berbunyi sebagai berikut: “Kemudian dari
pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan social, maka dususunlah Kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dalam penjelasan resmi ari pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam
Pembukaan UUD 1945 terkandung emapt pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
Naskah politik yang bersejarah yang disusun pada tanggal 22 Agustus 1945 itu, di
kemudian hari oleh Mr. Muhamad Yamin dalam pidatonya di depan siding Badan
Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) pada tanggal 11 Juni 1945
dinamakan “Piagam Jakarta” dan baru beberapa tahun kemudian dimuat dalam
bukunya yang berjudul Prokalmasi dan Konstitusi pada tahun 1951.
Dalam naskah politik yang di sebut dengan Piagam Jakarta 22 Juni 1945 inilah
untuk pertama kali dasar falsafah Negara pancasila ini dicantumkan secara
tertulis, setelah diusulkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni
1945. Adapun panitia perumus yang beranggotakan 9 orang yang telah menyusun
Piagam Jakarta itu adalah salah satu panitia kecil dari Badan Penyelidik Persiapan
Kemerdekaan (BPPK) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945.
Kelima dasar ini tercakup dalam satu nama/istilah yang amat penting bagi kita
bangsa Indonesia yaitu pancasila. Istilah atau perkataan pancasila ini memang
tidak tercantum dalam Pembukaan maupun dalam Batang Tubuh UUD 1945. Di
alinea ke 4 dari Pembukaan UUD 1945 hanyalah disebutkan bahwa, Negara
Republik Indonesia berdasarkan kepada lima prinsip atau asas yang tersebut di
atas, tanpa menyebutkan pancasila. Bahwa kelima prinsip atau dasar tersebut
adalah pancasila, kita harus menafsirkan sejarah (maupun penafsiran sistematika)
yakni menghubungkanya dengan sejarah lahirnya pencasila itu sendiri pada
tanggal 1 Juni 1945, seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Kata sila juga hidup dalam kata kesusilaan dan kadang-kadang juga berarti etika.
Dalam bahasa Indonesia kedua pengertian di atas dirasakan sudah menjadi satu
paduan antara sendi yang lima dengan lima tingkah laku yang senonoh.
Dari uraian di atas dapatlah kiranya kita menarik kesimpulan bahwa pancasila
sebagai istilah perkataan Sanskerta yang sudah dikenal di tanah air kita sejak abad
XIV. Sedangkan pancasila dalam bentuk formalnya sebagai dasar Falsafah
Negara Republik Indonesia baru diusulkan pada tanggal 1 Juni 1945.
“ Apa arti pandangan hidup suatu bangsa?”. Pertanyaan ini sukar untuk dijawab
tanpa mengetahui bahwa bangsa itu mengenal berbagai kelompok masyarakat
manusia yang membentuk bangsa. Kita mengenal bangsa Amerika yang terdiri
atas berbagai asal ras dan asal kebudayaan. Ada yang beasal dari Eropa, Inggris,
Jerman, Timur Tebgah, Jepang dan masih banyak lagi. Tetapi mereka menyebut
diri sebagai bangsa Amerika.
Semua mengaku sebagai bangsa Amerika yang siap membela Negara Amerika.
Indonesia pun sama seperti bangsa Amerika yang terdiri atas berbagai
kelompok masyarakat yang masing-masing berbeda latar belakang budayanya,
agama, dan bahkan darahnya. Tetapi sejak tanggal 28 Oktober 1928 kita telah
menjadi satu bangsa Artinya satu kesatuan dari berbagai ragam latar belakang
sosial budaya, agama dan keturunan yang bertekad untuk membangun satu
tatanan hidup berbangsa dan bernegara.
10
Setiap bangsa mempunyasi cita-cita untuk masa depan dan menghadapi masalah
bersama dalam mencapai cita-cita bersama. Cita-cita kita sebagai bangsa
Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yakni mewujudkan suatu
tatanan masyarakat yang adil dan makmur materil dan spirituan berdasarkan
Pancasila. Seperti halnya keluarga, sutau bangsa yang bertekad mencapai cita-
cita bersama memerlukan suatu pandangan hidup. Tanpa pandangn hidup, suatu
bangsa akan terombang ambing. Dengan pandangan hidup suatu bangsa dapat
secara jelas mengetahui arah yang dicapai.
a. Cita-cita bangsa;
b. Pikiran-pikiran yang mendalam;
c. Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik.
Jadi pandangan hidup suatu bangsa adalah inti sari (kristalisasi) dari nilai-nilai
yang dimiliki bangsa itu dan diyakini kebenaranya, yang berdasarkan
pengalaman sejarah dan yang telah menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkanya dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah
mana tujuan yang ingin dicapai sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan
pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan
yang dihadapi dan menetukan arah serta bagaimana cara bangsa itu
memecahkan persoalan-persoalan tadi.
Tanpa memiliki pandangan hidup maka sesuatu bangsa akan merasa terus
terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang timbul,
baik persoalan-persoalan di masyarakat sendiri maupun persoalan-persoalan
besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini.
Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pedoman
dan pegangan bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi,
sosial budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan
berpedoman pada pandangan hidup itu pula sesuatu bangsa akan membangun
dirinya.
12
Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang
merupakan hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan
dan cita-cita hidup di masa yang akan datang, yang secara keseluruhan
membentuk kepribadianya sendiri. Oleh karena itu bangsa Indonesia lahir
dengan kepribadianya sendiri, yang bersamaan dengan lahirnya bangsa dan
Negara itu, kepribadian itu ditekankan sebagai pandangan hidup dan dasar
Negara Pancasila. Bangsa Indonesia lahir dengan kekuatan sendiri, maka
percaya pada diri sendiri juga merupakan salah satu cirri kepribadian bangsa
Indonesia. Karena itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun
1945, melainkan telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah
perjungan bangsa kita sendiri, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa
lain, dengan diilhami oleh bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita
sendiri.
Manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa, dikodratkan hidup
secara berkelompok. Kelompok manusia itu akan selalu mengalami perubahan
dan perkembangan. Perkembangan manusia dari yang mengelompok itu
sampai pada suatu keadaan dimana mereka itu terjalin ikatan hubungan yang
kuat dan serasi. Ini adalah pertanda adanya kelompok manusia itu dengan
cirri-ciri kelompok tertentu, yang membedakan mereka dengan kelompok-
kelompk manusia lainya. Kelopmok ini membesar dan menjadi suku-suku
bangsa. Tiap suku bangsa dibedakan oleh perbedaan nilai-nilai dan moral
yang mereka patuhi bersama. Berdasarkan hal ini kita dapat menyebutkan
adanya kelompok suku bangsa Minangkabau, Batak, Jawa, Flores, Sunda,
Madura, dan lain sebagainya. Semua suku itu adalah modal dasar
terbentuknya kesadaran berbangsa dan adanya bangsa Indonesia yang kita
miliki adalah bagian dari bangsa itu sekarang ini.
Bangsa Indonesia yang terikat oleh keyakinan Kepada Tuhan yang Maha
Kuasa dan kuatnya tradisi sebagai norma dan nilai kehidupan dalam
masyarakat adalah tali persamaan pandangan hidup antara berbagai suku
bangsa di Nusantara ini. Pandangan hidup kita berbangsa dan bernegara
tersimpul dalam falsafah kita Pancasila. Pancasila memeberikan pancaran dan
arah untuk setiap orang Indonesia tentang masa depan yang ditempuhnya.
Inilah pandangan hidup bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam kelima
Sila Pancasila.
Pancasila yang dikemukakan dalan sidang I BPPK pada tanggal 1 Juni 1945
adalah dikandung maksud untuk dijadikan dasar dari Negara Indonesia
Merdeka. Adapun dasar itu haruslah merupakan suatu falsafah yang
menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan Negara Indonesia yang
merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia
sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan
ekonomi, sosial dan kebudayaan.
Landasan atau atau dasar itu haruslah kuat dan kokoh agar gedung yang
berdiri di atasnya akan tetap tegak sentosa untuk selama-lamanya. Landasan
itu harus pula tahan uji terhadap serangan-serangan baik dari dalam maupun
dari luar.
16
Oleh karena pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar Negara
sebagaimana tercantum jelas dalam alinea ke IV pembukaan UUD 1945
tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan di Republik Indonesia
yang dikeluarkan oleh Negara dan pemerintah RI haruslah pula sejiwa denga
pancasila. Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan RI tidak boleh
menyimpang dari jiwa pancasila.
Akibat hukum dari disahkanya pancasila sebagai dasar Negara, maka seluruh
kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila.
Landasan hukum Pancasila sebagai dasar Negara dapat memebri akibat
hukum dan filosofis; yakni kehidupan bernegara bangsa ini haruslah
berpedoman pada pancasila.
1. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea
yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang
berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang
gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm used
for any group of ideas concerning various political and aconomic issues and
social philosophies often applied to a systematic scheme of ideas held by
groups or classes, artinya suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok
cita-cita mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial
yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu
cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat
dapat kita simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia
Indonesia untuk mencari kebenaran, kemudian sampai mendekati atau
menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan
ruang dan waktu.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi
status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi
persyaratan sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu
berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan
didukung oleh seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
19
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan
yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah
fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari
pusat sampai ke daerah-daerah
Artinya pancasila merupakan satu ideologi yang dianut oleh Negara atau
pemerintah dan rakyat Indonesia secara keseluruhan, bukan milik atau
monopoli seseorang ataupun sesuatu golongan tertentu.
1. Moral Negara
1. Pengertian Nilai
a. Nilai meteril yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsure manusia.
b. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan dan aktifitas.
c. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia
Sila pertama pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila ini
mengandung dua pengertian pokok yaitu pengertian tentang Ketuhanan
dan tentang Yang Maha Esa.
Ketuhanan
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yakni Allah, zat Yang Maha Esa,
pencipta segala kejadian termasuk pencipta semua makhluk. Oleh
karena itu Tuhan sering disebut juga “sebab yang pertama” yang tidak
disebabkan lagi. Alam beserta kekayaanya seperti sumber-sumber
minyak bumi, batubara, air dan lain-lainya merupakan ciptaanya.
Demikian dengan makhluk hidup merupakan cipataan Tuhan juga.
Yang maha Esa berarti yang maha satu atau maha tunggal dan tidak ada
yang mempersekutukan-Nya. Dia esa dalam zat-Nya, esa dalam sifat-
Nya, esa dalam perbuatan-Nya. Oleh kaena adanya kekhususanya itu,
maka tidak ada yang menyamainya dan Dia maha sempurna.
Keparcayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu besifat
aktif. Artinya kita harus selalu berusaha menjalankan segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya menurut ajaran agama dan
kepercayaan kita masing-masing.
Berhubung dengan hal itu maka dasar itu tidak membenarkan adanya
penjajahan di atas bumi, karena hal yang demikian bertentangan dengan peri
kemanusiaan serta hak setiap bangsa menentukan nasibnya sendiri.
Kemanusiaan
Adil
Adil mengandung arti obyektif atau sesuai dengan adanya, misalnya kita
memberikan sesuatu kepada orang lain, karena memang sesuatu itu
merupakan haknya. Jadi, kita tidak subyektif, tidak berat sebelah, tidak
pilih kasih.
Beradab
Beradab berasal dari kata adab yang secara bebas berearti budaya. Dengan
demikian beradab berarti berbudaya. Manusia yang beradab berarti
manusia yang tingkah lakunya selalu dijiwai oleh nilai-nilai kebudayaan.
Niali-niali budaya tidak lain ialah hal-hal yang luhur, yang dijunjung
tinggi oleh manusia, yang karena luhurnya itu dijadikan pedoman, ukuran,
atau tuntunan untuk diikuti. Kalau sesuai berarti baik, kalau tidak sesuai
berarti tidak baik.
27
1. Persatuan
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh, tidak pecah belah,
persatuan mengandung pengertian disatukanya berbagai macam corak
yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Dengan perkataan lain, hal-
hal yang beraneka ragam itu setelah disatukan menjadi sesuatu hal yang
serasi, utuh dan tidak saling bertentangan antar yang satu dengan yang
lain.
2. Indonesia
Hakikat dari musyawarah untuk mufakat dalam kemurnianya adalah suatu tata
cara khas yang bersumber pada inti paham kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksaan dalam permusywaratan/ perwakilan untuk merumuskan
dan atau memutuskan sesuatu hal berdasrkan kehendak rakyat, dengan jalan
mengemukakan hikmat kebijaksanaan yang tiada lain dari pada pikiran
(rasio) yang sehat yang mengungkapkan dan mempertimbangkan persatuan
da kesatuan bangsa, kepentingan rakyat sebagaimana yang menjadi tujuan
pemebentukan pemerintah Negara termaksud dalam alinea ke empat
Pembukaan UUD 1945, pengaruh-pengaruh waktu. Oleh semua wakil/utusan
yang mencerminkan penjelmaan seluruh rakyat, untuk mencapai keputusan
berdasarkan kebulatan pendapat yang diitikadkan untuk dilaksanakan secara
jujur dan bertanggung jawab.
1. Kerakyatan
2. Hikmat Kebijaksanaan
3. Permusyawaratan
Hal ini memerlukan pula iktikd yang baik dan ikhlas, dilandasi oleh
pikiran yang sehat serta ditopang oleh kesadaran bahwa kepentingan
bangsa dan Negara mengalahkan kepentingan yang lain.
32
4. Perwakilan
1. Keadilan Sosial
Hal ini berarti keadilan itu tidak hanya berlaku bagi orang yang kaya saja,
tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat,
tetapi untuk rakayta biasa pula.
Seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap orang yang menjadi rakyat
Indonesia baik yang berdiam di wilayah kekuasaan Republik Indonesia
maupun warga Negara Indonesia yang berada di Negara lain.
Dari uraian di atas mangandung amanat agar pendidikan nasioanal harus mampu
meningkatkan, memperluas dan memantapkan penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai pancasila sehingga menjadi budaya perilaku kehidupan sehari-hari di
semua bidang kehidupan.
Pendidikan Pancasila adalah pendidikan nilai. Oleh sebab itu arah pendidikan
Pancasila ditekankan pada pendidkan moral yang diharapkan dapat diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari berupa perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai
Pancasila. Artinya nilai-nila Pancasila dijadikan landasan moral dalam setiap
kegiatan pribadi, kelompok, masyarakat dan juga bangsa bahkan Negara.
Kedua hal tersebut di atas, tidaklah dapat dipisahkan satu sama lain,
melainkan saling mempengaruhi dan saling mendukung.
a. Jalur pendidkan.
Peserta didik di Sekolah Dasar merupakan calon generasi penerus sekaligus alon
pemimpin masa depan bangsa Indonesia. Oleh karena itu materi tentang Pancasila
sudah menjadi sebuah kewajiban untuk diajarkan di Sekolah Dasar sebagai awal
pemebentukna karakter.Selain sebagai pemebntukan karakter manusia juga
merupakan upaya untuk melestarikan nila-nilai Pancasila.
Sudah menjadi kenyataan bahwa ketika anak-anak selesai dari Sekolah Dasar,
tidak semua dari mereka melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi
ada yang di rumah saja, dan secara tidak sengaja langsung bergabung dengan
anggota masyarakat sekitarnya, sehingga konsekunsinya saling berinteraksi antar
sesama.
38
Bagi si Anak tidak akan mengalami kesulitan dalam bergaul dengan anggota
masyarakat lainya, demikina pun masyarakat tidak akan mengalami kesulitan
dalam menerima si Anak, jika di dalam diri si Anak sudah tertanam nilai-nilai
luhur pancasila yang merupakan penjelmaan dari karakter bangsa Indonesia.
Sebaliknya, tidak dapat diperkirakan apa yang akan terjadi ketika si Anak
bergabung dengan masyarakat yang di dalam dirinya tidak dibekali ajaran-ajaran
moral pancasila. Melihat kenyataan ini pelajaran pancasila memilik peranan
penting di dunia pendidikan terutama di Sekolah Dasar karena awal dari proses
pembentukan karakter manusia.
Kadang kala nilai-nilai luhur yang ada dalam Pancasila yang merupakan
penjelmaan dari seluruh bangsa Indonesia tidak dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari, tetaipi diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nila luhur tersebut
dengan sendirinya akan hilang.
Oleh karena itu sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur Pancasila,
perlu ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus bangsa,
salah satunya lewat pendidikan pancasila di sekolah dasar.
39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oleh karena itu sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai luhur pancasila,
perlu ditanamkan dan atau perlu ada pemahaman kepada generasi penerus bangsa,
salah satunya lewat pendidikan pancasila di sekolah dasar.
B. Saran-Saran
2. Bagi para guru di Sekolah Dasar, agar senantiasa pelajaran Pancasila selalu
diajarkan di sekolahnya, demi kebaikan peserta didiknya dan juga demi
kelestarian nilai-nila luhur Pancasila itu.
41
3. Pancasila yang memiliki nilai-nilai luhur, agar diamalkan oleh setiap warga
Negara Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan dan
lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah demi kelestarianya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, karunia terutama
kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan baik. Tanpa adanya kesempatan, mustahil penulis dapat
menyelasaikan penulisan makalah ini secara tuntas, walaupun masih banyak terdapat
kekurangan.
Selama proses penulisan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penulisan
makalah ini. Untuk itu dari hati yang paling dalam penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini,
terutama kepada :
1. Lembaga STKIP Santu Paulus Ruteng yang telah menerima saya
untuk menimba ilmu di lembaga ini
2. Pater Servulus Isaak, Lic, selaku Ketua Santu Paulus Ruteng.
3. Bapak Drs. Yoakim Jekson Kebol, M.Hum selaku ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
4. Bapak Laurentius Ni, S.H,M.H, selaku dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikiranya dalam membimbing penulis dalam penyusunan
makalah ini.
5. Para Dosen STKIP Santu Paulus Ruteng yang dengan rela membagi
ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswa di STKIP Santu Paulus
Ruteng.
6. Orang tua penulis serta semua anggota keluarga, yang telah banyak
mendukung penulis, baik dukungan secara moral maupun materil. Tanpa bantuan
mereka tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
ii
7. Rekan-rekan mahasiswa STKIP Santu Paulus Ruteng yang telah
berjalan bersama suka dan duka mengarungi samudra luas pengetahuan untuk
mencapai ilmu yang diberikan dalam medan pelayanan kelak.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, baik dari segi isi maupun dari
segi penulisanya.
Segala kritikan dan masukan dari semua pihak, akan menjadi pengalaman yang
sangat berharga bagi penulis demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………..…...……………………………………….i
PRAKATA…………..……………………………..………………...……………….ii
DAFTAR ISI………………………..………..…….………………………………...iv
BAB1 PENDAHULUAN………………..………..…………………………………..1
A. Latar Belakang……………………….……………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………3
C. Tujuan Penulisan…………………………………...……………………………..3
D. Manfaat Penulisan……………...………………………...……………………….3
E. Metode Penulisan……………………..…………………………….…………….4
F. Sistematika Penulisan…………………..…………….………………...…………4
BAB II PEMBAHASAN…………..……………………………….…………………5
A. Pengertian Pancasila……………………………………………...……………….5
B. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia………..……………….10
C. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia……….…………………..17
D. Pancasila Sebagai Ideologi Negara …………………………………….………..18
E. Pancasila Sebagai Sumber Moral bangsa………………………………………..21
F. Penjabaran Nilai-Nilai Dari Pancasila……………………………….…………..23
G. Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila……………………………...…………..34
H. Arah Pendidikan Pancasila………………………………………………………35
I. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Masyarakat Berbangsa dan
Bernegara………………………………………………………………………...35
J. Pendidikan Pancasila Di Sekolah Dasar………………..………………………..38
BAB II PENUTUP……………………………………………………………..……40
A. Kesimpulan………………………...…………………………………………….40
B. Saran……………………………………………………………………………
..41
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..…43
iv
PEMBELAJARAN PANCASILA DI SEKOLAH DASAR
DISUSUN OLEH