You are on page 1of 7

PKM PENGABDIAN MASYARAKAT

A. JUDUL PROGRAM

PENYULUHAN PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH


RUMAH TANGGA DI KAMPUNG 200 BEKASI

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Sampah merupakan konsekuwensi dari adanya aktivitas manusia. Sejalan


dengan peningkatan penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume
sampah. Misalnya saja, kota Jakarta pada tahun 1985 menghasilkan sampah
sejumlah 18.500 m3 per hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3
per hari. Jika dihitung dalam setahun, maka volume sampah tahun 2000 mencapai
170 kali besar Candi Borobudur (Bapedalda, 2000). Selain Jakarta, jumlah
sampah yang cukup besar terjadi di Medan dan Bandung.
Menurut Emha Training Center (2005), jenis dan komposisi sampah
diperkotaan terdiri dari sampah organik sebanyak 65%, sampah kertas dan plastik
masing-masing 10%, kaca dan logam masing-masing 2% dari total sampah yang
diproduksi setiap harinya.
Sampah organik akan terdekomposisi dan dengan adanya limpasan air hujan
terbentuk lindi (air sampah) yang akan mencemari sumber daya air baik air tanah
maupun permukaan sehingga mungkin saja sumur-sumur penduduk di sekitarnya
ikut tercemar. Lindi yang terbentuk dapat mengandung bibit penyakit pathogen
seperti tipus, hepatitis dan lain-lain. Selain itu ada kemungkinan lindi
mengandung logam berat, suatu salah satu bahan beracun. Jika sampah-sampah
tersebut tidak diolah, maka selain menghasilkan tingkat pencemaran yang tinggi.
Apabila sampah tidak dikelola dengan baik selain menyebabkan kota
menjadi kotor dan kumuh juga dapat menyebabkan pendangkalan sungai yang
akan berakibat timbulnya bencana banjir. Selain itu akan muncul lalat, penyakit
dan bau busuk. Sedangkan apabila ditangani dengan baik dan profesional,
disamping membuat kota menjadi bersih dan kondisi lingkungan menjadi lebih
baik, sampah juga mendatangkan lapangan kerja baru yang cukup besar serta
pendapatan. Selain itu sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat
menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir.
Sampah yang turut mengalir di kali belum banyak diperhatikan, namun
Perda mengenai hal ini telah banyak yang membuat. Perlu pembinaan masyarakat
agar mereka tidak membuang lagi kotoran ke kali, sungai ataupun parit kecil.
Kotoran akan menyumbat gorong-gorong, selokan sehingga jika musim
penghujan, airnya akan mengalir ke atas permukaan. Di kali atau sungai demikian
juga, bila sampah di waste net tidak setiap hari dibersihkan akan meningkatkan
permukaan air, sama halnya dengan bendungan.
Selama ini sampah dikelola dengan konsep buang begitu saja (open
dumping), buang bakar (dengan incenerator atau dibakar begitu saja), gali tutup
(sanitary landfill), ternyata tidak memberikan solusi yang baik, apalagi jika
pelaksanaannya tidak disiplin serta dibarengi oleh kebiasaan buruk masyarakat
yang sering membuang sampah sembarangan. Akibatnya timbul penimbunan
sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah). Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan jika pada akhirnya warga menolak kehadiran TPA.
Penumpukkan sampah di TPA adalah akibat hampir semua pemerintah
daerah di Indonesia masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota,
yang menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA
dengan system lahan urug saniter yang ramah lingkungan ternyata tidak ramah
dalam aspek pembiayaan, karena pembutuhkan biaya tinggi untuk investasi,
konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sudah saatnya pemerintah daerah
mengubah pola pikir yang lebih bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan
sampah yang terpadu sudah saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimisasi
sampah serta maksimasi daur ulang dan pengomposan disertai TPA yang ramah
lingkungan. Paradigma baru penanganan sampah lebih merupakan satu siklus
yang sejalan dengan konsep ekologi. Energi baru yang dihasilkan dari hasil
penguraian sampah maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin.
Solusi penanganan sampah kota yang tepat, yang mampu mengeliminir
menumpuknya timbunan sampah, sampai mencapai taraf zero waste. Pemikiran
konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi
pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk
melakukan penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga dapat
mengurangi volume sampah sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil
daur ulang yang dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah setempat.
Konsep zero waste yaitu penerapan prinsip 5R (Reduce, Reuse, recycle,
replace dan replant), serta prinsip pengolahan sedekat mungkin dengan sumber
sampah dengan maksud untuk mengurangi beban pengangkutan (transport cost)
sehingga pengolahan lebih baik dilakukan mulai dari rumah tangga.
Prinsip 5R dapat diterapkan di rumah tangga dengan bebagai cara, prinsip
reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin lakukan minimisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material,
semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barang-barang
yang bisa dipakai kembali serta menghindari pemakaian barang-barang yang
sekali pakai. Hal ini dapat memeperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia
menjadi sampah.
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang
sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur
ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga
yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Prinsip replace dilakukan
dengan cara teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Prinsip replant dapat
dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar rumah.
C. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, secara nyata sampah - sampah tersebut


sangat mengganggu dan merugikan masyarakat. Padahal jika dikelola dengan baik
dapat menjadi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat, yaitu
dengan menerapkan 5R serta sampah organik rumah tangga menjadi pupuk
organik/kompos. Usaha untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya mengelola dan memanfaatkan sampah perlu dilakukan untuk
mendaptkan kualitas lingkungan yang lebih baik.

D. TUJUAN PROGRAM

1. Tujuan Umum
Mewujudkan pengelolaan sampah rumah tangga yang berwawasan lingkungan,
berkelanjutan, dan terpadu

2. Tujuan Khusus
1. Memanfaatkan limbah rumah tangga yang melimpah dengan teknologi
yang sederhana
2. Meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
3. menjadikan sampah sebagai sumber daya yang bernilai ekonomi

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan penyuluhan pengolahan sampah rumah


tangga bagi masyarakat adalah :
1. Masyarakat dapat mengolah sampah organik rumah tangga menjadi pupuk
organik/kompos.
2. Masyarakat dapat menggunakan barang produksi yang menimbulkan
sampah sedikit mungkin, dapat diguna ulang, didaur ulang dan/atau mudah
diurai oleh proses alam
3. Masyarakat dapat mereduksi sampah melalui penggunaan ulang barang
yang dapat diguna ulang dan pengolahan sampah organik dengan
teknologi yang ada mulai tingkat rumah tangga dan kelompok masyarakat.
4. Masyarakat dapat memilah dan memisahmisahkan sampah dengan
kategori dapat didaur ulang untuk bisa di setorkan ke pabrik daur ulang
sampah
5. Masyarakat dapat menerapkan teknologi sederhana dan tepat guna untuk
mengolah sampah.

F. KEGUNAAN PROGRAM

1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk memanfaatkan limbah


rumah tangga yang melimpah dengan teknologi yang sederhana
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
3. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar menjadikan sampah
sebagai sumber daya yang bernilai ekonomi

G. METODE PELAKSANAAN

1. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengabdian masyarakat
ini adalah:
a. Telaah Dokumen
Berupa pencatatan data sekunder dari masyarakat untuk mengetahui
bagaimana sistem pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat
b. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data subjektif dari masyarakat
tentang bagaimana sistem pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat
2. Pelaksanaan Program
Penyuluhan dilakukan dengan cara ceramah dengan maksud memberikan
pengetahuan awal kepada warga masyarakat tentang sistem pengelolaan sampah
yang baik. Setelah itu akan dilakukan pelatihan untuk membuat kompos dari
sampah organik. Semua kegiatan dilakukan di Balai Desa selama satu hari dengan
peserta sebanyak 50-100 orang. Dengan dibatasinya jumlah pesertadiharapkan
dapat berinteraksi langsung dengan para peserta.

H. JADUAL KEGIATAN PROGRAM

Waktu Pelaksanaan : 11 Januari dan 31 Januari 2011


Tempat : - Balai Desa

Minggu Ke-
No Kegiatan
1 2 3
1. Tahap persiapan
a. Survei lapangan X

b.Pengumpulan data X
c. Persiapan peralatan X
d. Persiapan tempat X X
e.Pengecekan ulang persiapan X

2 Tahap Pelaksanaan
a. Pembinaan & pelatihan X
b. Evaluasi hasil X

3. Tahap Akhir
a. Penulisan laporan X
b. Penilaian hasil kegiatan X

I. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK


1. Biodata Ketua Kelompok:
Nama Lengkap : Kiki Tania
NIM : 8155072898
Jurusan : Ekonomi dan Administrasi
Universitas : Universitas Negeri Jakarta

2. Biodata Anggota Kelompok.


Nama Lengkap : Ilda
NIM : 8155072903
Jurusan : Ekonomi dan Administrasi
Universitas : Universitas Negeri Jakarta

K. BIAYA
Pendapatan
Dana Dikti Rp. 5.000.000

Pengeluaran
1.Pembicara 2 orang @ Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000
2. Pembuatan makalah
- Fotocopy makalah Rp. 300.000
3. Peralatan penunjang
- Sewa komputer dan LCD Rp. 900.000
- Pembuatan slide dan spnduk Rp. 1.300.000
4. Biaya akomodasi
- Kegiatan 1 @ Rp. 100.000 x 2 Rp. 200.000
5. Pembuatan laporan Rp. 300.000
Jumlah Rp 5.000.000

You might also like