You are on page 1of 3

Contoh Seni teater Malaysia

Bermula pada 19 haribulan Ogos 2006,Festival Teater Malaysia 2006 telah dilancarkan
dengan meriahnya oleh Datuk Johan Jaafar selaku Pengerusi Majlis Seni Budaya Malaysia
di MTC Jalan Ampang.

Bermacam acara telah diadakan sepanjang festival dwitahunan itu seperti Sidang
Keilmuan, Fragmen Seni, Monolog dan Teater Malaysia. Namun apa yang lebih menarik
ialah kehadiran lima kumpulan teater yang mewakili negeri masing-masing untuk
menyertai pertandingan akhir peringkat kebangsaan ini. Selama lima malam mereka telah
mempertaruhkan nasib melalui persembahan mereka yang masing-masing mempunyai
kreativiti dan idea yang tersendiri.

Akhirnya, pada 26 Ogos berlangsunglah Majlis Penutupan dan Penyampaian Hadiah


sebagai acara terakhir untuk Festival Teater Malaysia 2006. Majlis yang tidak kurang
meriahnya itu telah meninggalkan kenangan manis kepada dunia teater tanah air. Yang
menang telah membawa pulang hadiah masing-masing dan yang kalah juga membawa
kenangan, pengalaman dan ilmu yang diperolehi sepanjang festival itu berlangsung.

KUBAS yang mewakili negeri Kedah ternyata membawa kemenangan yang cemerlang dan
paling banyak menggondol hadiah pada malam itu. Ia patut dibanggakan oleh seluruh
rakyat negeri jelapang padi itu dan menjadi contoh yang baik kepada penggiat teater yang
lain.
Dengan persembahan yang menarik melalui teater Angin Kering karya Datuk Johan Jaaffar
dan diarahkan oleh Aznida Noor Azizan, KUBAS bukan saja berjaya menarik perhatian
perhatian panel juri, malah menerima pujian melambung daripada penonton yang
menyaksikannya. Dengan memilih teknik persembahan Mek Mulong dan ciri-ciri tradisi
yang lain, beserta kesungguhan dan komitmen seluruh produksinya, mereka berjaya
membawa pulang RM15,000 sebagai Johan Kebangsaan untuk tahun 2006.

Begitu juga dengan hadiah-hadiah lain seperti Pengarah Terbaik (RM3,000), Rekabentuk
Produksi Terbaik (RM3,000), Pelakon Wanita Terbaik (RM 3,000), Pelakon Pembantu
Lelaki Terbaik (RM2,000) dan Pelakon Pembantu Wanita Terbaik (RM2,000). Jumlah
keseluruhan yang telah dimenangi ialah RM28,000.
Pulau Pinang yang diwakili oleh Kumpulan Resdong’s pula telah menyandang tempat
kedua dengan Hadiah RM10,000 melalui teater Jebat karya Dr. Hatta Azad Khan dan
diarahkan oleh Azwan Abdul Wahab.

Sementara tempat ketiga (RM8,000) dimenangi oleh Negeri Terengganu melalui Kumpulan
KEULU yang membawa teater Orang Ulu Hatinya Luke Lagih yang ditulis sendiri oleh
pengarahnya, Ibrahim Mohd. Taib. Dengan memaparkan kehidupan tradisi orang-orang di
Ulu Trengganu,KEULU berjaya meraih dua lagi hadiah lain iaitu Hadiah Pelakon Harapan
Wanita Terbaik melalui watak Maria lakonan Norasilla Mohd.Nor dan juga Hadiah
Pelakon Harapan Lelaki Terbaik melalui watak Medam lakonan Mohd Ramadam Hassan.
Sanggar Creative dari Negeri Sarawak yang mementaskan teater Terdampar pula hanya
membawa pulang satu hadiah iaitu Hadiah Pelakon Lelaki Terbaik (RM3,000) melalui
watak Lelaki II oleh Mohd. Zohren Sahari Chee.

Panel juri terdiri daripada mereka yang begitu berpengalaman dalam bidang teater iaitu
Rosminah Tahir selaku Ketua Panel, Ahmad Yatim, Hamzah Tahir, Susana Gomez dan
Anthony Meh Kim Chuan.

Teater Modern Jepang


Kudan Project dan “Bigeikoh”

Bandung - Bigeikoh adalah seorang pembuat film di Jepang. Suatu hari ia mengalami musibah
kecelakaan saat mengambil gambar untuk sebuah film di kota pertambangan batu bara. Akibatnya,
Bigeikoh dan Taro Yajima, seorang penulis skenario yang juga teman kecilnya, diasingkan dari
masyarakat perfilman dan terjun ke dunia teater.

Di dunia teater ini keduanya selalu memikirkan cara kembali ke dunia perfilman. Selama
bertahun-tahun Yajima dan Bigeikoh berada dalam suasana teater yang beragam, tapi mereka tetap
merindukan dunia film yang penuh warna. Akhirnya, mereka pun giat menulis skenario untuk
sebuah produksi teater agar dapat kembali ke dunia perfilman. Ternyata, Bigeikoh dan Yajima
berhasil mengawinkan esensi teater dan film. 
Kisah perjuangan Bigeikoh ini dipentaskan Kudan Project, sebuah kelompok teater asal Jepang, di
Gedung STSI Jl Buah Batu Bandung, selama tiga malam berturut-turut (18-20 November 2008).

Naskah Bigeikoh diambil dari novel karya Yasutaka Tsutsui, penulis ternama dari Jepang.
Bigeikoh merupakan salah satu masterpiece Tsutsui yang sangat populer dan diakui sebagai karya
novel besar yang unik. Novel ini berlatar belakang masyarakat perfilman yang memperlihatkan
momen-momen indah sekaligus mengkritik kemunduran moral melalui penggambaran glamor dari
realitas ketelanjangan para pemeran.

Di Jepang, novel Bigeikoh diterbitkan sebagai buku mewah pada tahun 1981, novel yang laris
manis pada zamannya. Setelah bertahun-tahun lamanya, muncullah ide untuk memproduksi
Bigeikoh versi teater. 
Amano, seorang penulis naskah teater Jepang, kemudian menulis skenario dan sekaligus
menyutradarainya. Produksi ini dipentaskan pertama kali di Jepang tahun 2007 dengan merombak
total seluruh konstruksi elemen-elemen perfilman. Produksi ini meraih sukses besar dan diakui
serta diapresiasi sangat tinggi di wilayah Tokyo dan Nagoya.

Di Indonesia baru dipentaskan di Bandung. Meskipun memakai bahasa Jepang, sesekali muncul
bahasa Indonesia dalam bentuk poster yang dibawa para pemainnya. Teater minim kata ini
menyedot perhatian publik teater di Bandung sehingga tak heran sesekali terdengar gerr tawa
penonton.

Berbagai Genre
Kudan Project berpusat di Nagoya Jepang, didirikan tahun 1998 oleh Tengai Amano—seorang
penulis skenario yang juga seorang sutradara—bersama Hideji Oguma—seorang aktor dan
produser. Kelompok ini beranggotakan para aktor dari berbagai grup ternama dan juga para artis
lepas.

Hal Ini mengingatkan peristiwa yang sama di dunia teater di Bandung. Para aktor kelompok teater
di Bandung biasanya merupakan gabungan alias cabutan dari kelompok teater lainnya sehingga
tak heran jika suatu saat Laskar Panggung mementaskan sebuah naskah, para pemainnya bisa dari
Teater Bel, STB, atau sebaliknya. 

Kudan Project mengombinasikan teknik tinggi dari berbagai grup dan dengan memanfaatkan
genre yang berbeda, proyek ini dapat menyerap berbagai kemungkinan di bidang seni teater
sehingga menjadi teater modern Jepang di tengah tradisi teater konvensional lainnya yang
bertahan di Jepang.

Kudan Project tidak hanya pentas di Jepang, tetapi juga di sembilan negara Asia lainnya, termasuk
Beijing, Hong Kong, Taipei, Pusan, Manila, dan Kuala Lumpur. Kelompok ini memiliki teknik
keselarasan teater dan kaya akan berbagai gaya serta ekspresi, termasuk penggunaan multimedia.
Pementasan mereka mengejutkan banyak orang dan telah mendapatkan pengakuan sebagai sebuah
teater eksperimen baru secara keseluruhan. Kelompok ini dinilai memberikan pengaruh besar di
dunia teater Asia.

Bigeikoh merupakan produksi kesekian Kudan Project yang dipentaskan di Indonesia dan Kuala
Lumpur. Karya ini selalu ditampilkan dalam bahasa Jepang, tetapi sebagai ganti dari penayangan
subtitles, pertunjukan ini menampilkan ratusan panel dengan terjemahannya di panggung yang
mirip balon kata dalam komik. Panel ini juga menempati posisi penting dan berfungsi
menghidupkan panggung.

Pada akhirnya, penonton akan merasakan bahwa mereka tengah menikmati pertunjukan dalam
bahasa mereka. Ini adalah salah satu bentuk teknik unik Amano yang selalu berusaha membiarkan
segalanya hidup di atas pentas. Metode penggunaan panel dalam pertunjukan di luar negeri
mengejutkan, namun mendapat sambutan meriah dari penonton dan komunitas teater.

You might also like