Professional Documents
Culture Documents
OLEH
ALDILA YUGHA ADRAIK
04110342
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
ALDILA YUGHA ADRAIK
NIM 04110342
PERSETUJUA
oleh
PEGESAHA
Hari :
Tanggal :
Waktu :
oleh
Anggota : ……………………..…
Anggota : ……………….……….
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi,
PERYATAA
Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.
Bismillahirahmanirrohim
atas perkenan dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) dalam
bidang Akuntansi pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi di Asian Banking Finance
and Informatics Institute Perbanas, Jakarta. Adapun judul skripsi ini adalah
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa hormat, sayang dan terima
kasih kepada kedua orang tua dan adik-adikku yang tidak henti-hentinya mencurahkan
doa, kasih sayang, kesabaran dan perhatian kepada penulis, serta selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materil kepada penulis selama ini. Agar nantinya kelak
2. Bapak Niko Silitonga, S.E., M.M, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Perbanas
Jakarta.
3. Bapak Adi Setiadi S.E., MBA, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia
Akuntansi yang telah membekali Penulis dengan ilmu pengetahuan yang tidak
ternilai harganya.
5. Bapak dr. Hernowo Anggoro W,M.Kes, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Jenderal Ahmad Yani Kota Metro Lampung, yang telah memberikan izin kepada
yang telah banyak membantu didalam memberikan data-data yang penulis butuhkan
7. Teman-teman kampus : Arman (Man, thanks yah, kalo gak ada lw, TOEFL gw kaga
bakal lulus-lulus), Maya (May, potong rambut lw..!, pasti skripsi lw kelar dah),
Burik (Rik, lw mah malem Ju’mat ngajaknya Maya aj sih..), Dodi (Dod, ganti isi
dalem otak lw ye…!), Radya (Pras, nonton apan lagi kita..?), Marong (kilab
Rong..?), Mamet, (Met, makin hari makin tomboy lw…), Chris (Chris, ade arrie
makin hari makin sayang ma’ lw gak…?), Vina (Vin, uda tau lift kan..?) Caiz
yah…he.) Muhar, (Har, Doni apa kabar…?), Ndie (masih di parkiran 4die..?),
Affan (Fan, nginep kosan lah…), Arrie, Avans, Maria, Debora, Deby, Nana, Nia,
Mb’Put, Tasya, Fitri , Hendra warung, Sambel Subuh crews, Futsall Friday crews,
Al’Macani crews, Sweet Banana crews, Rocker Irama crews, anak-anak Akuntansi
8. Teman-teman Kosan : Jibril, (Jib, abis ini sapa lagi mangsa lw…?), Opan (Pan,
buruan napa pindah kosan..!) Willy, Dendi, Tapha, Novi, (4opi Muamar, keren
9. Boni, (Bon semangat, masa depan bukan masa bodoh), Rayra (bingung….), Nthie
Penulis menyaadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
banyak keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu dengan lapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya,
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan
pembaca umumnya.
Halaman
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….…. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….. ix
DAFTAR ILUSTRASI………………………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………... 1
3.3 Visi dan Misi Kedudukan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro……………. 36
4.2.1 Pertumbuhan Tingkat Pendapatan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro. 51
4.2.3 Perbandingan Antara Anggaran dan Realisasi RSUD Jenderal Ahmad Yani
Kota Metro………………………………………………………………........... 55
4.2.4 Perbandingan antara Pendapatan dan Belanja (CRR : Cost Recovery Rate)…… 56
4.4.1 Inovasi………………………………………………………………………… 63
5.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………… 83
5.2. Saran………..………………………………………………………………………… 85
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 88
LAMPIRAN
PEDAHULUA
baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Oleh karena itu
dengan tuntutan lingkungan usaha maka perusahaan akan mampu bersaing dan
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi sebuah
Manajer yang berhasil mencapai tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil
Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi keuangan tidak baik,
karena kinerja keuangan yang baik saat ini dapat dicapai dengan mengorbankan
yang kurang baik dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan
maka diciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan dengan
aspek non keuangan yang secara umum dinamakan Balanced Scorecard. Dengan
mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan
secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer
manajemen menyeluruh yang dimulai dari proses perencanaan strategik , baik untuk
jangka panjang maupun jangka pendek. Suatu perencanaan startegik dapat disebut baik
rumah sakit dikelola secara efektif dan efisien, melayani segala lapisan masyarakat dan
berkualitas.
dan pengendalian sehingga siap dengan daya saing di tingkat global. Di dalam era
tersebut, para konsumen bebas memilih rumah sakit mana yang mampu memberikan
pelayanan memuaskan, profesional dengan harga bersaing, sehingga strategi dan kinerja
rumah sakit pun harus berorientasi pada keinginan pelanggan tersebut. Untuk itu
zaman.
Rumah sakit swadana memerlukan pembiayaan yang lebih mandiri untuk menjamin
dana pemerintah. Otorisasi untuk mengelola dana hasil pendapatan fungsional rumah
pemeliharaan sarana dan prasarana serta biaya untuk keperluan pengembangan sumber
daya manusia.
Oleh karena RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro merupakan rumah sakit
swadana , maka pengukuran kinerja pada rumah sakit sangat diperlukan, agar rumah
bergantung dari kegiatan operasional atas pendapatan jasa pelayanan kesehatan yang
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro disorong untuk terus melakukan
pembenahan dan peningkatan kinerja. Saat ini RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
hanya mempunyai neraca laporan tahunan yang memuat gambaran umum tentang
kegiatan penerimaan dan belanja rumah sakit yang telah dicapai dari tahun ke tahun
berdasarkan cash basis, yang digunakan untuk penyusunan rencana kerja tahun
berikutnya. Mengenai laporan kinerja yang komprehensif dari semua aspek disetiap unit
rumah sakit belum adsa yang mengevaluasi secraa lengkap. Oleh sebab itu penulis
tertarik untuk melakukan analisa kinerja tidak hanya dari aspek keuangan saja tetapi
juga dari aspek non keuangan, melalui pendekatan konsep Balance Scorecard.
Rumah Sakit Umum Jenderal Ahmad Yani Kota Metro sebagai rumah sakit rujukan
pelayanan kesehatan di daerah sekitar Kota Metro , disatu pihak diperhadapkan pada
secara, bersamaan juga diperhadapkan pada kondisi lingkungan dengan berbagai faktor
peluang dan tantangan yang senantiasa berkembang dinamis. Oleh karena itu untuk
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi masyarakat perlu disusun Visi
Misi, Tujuan, Sasaran serta Indikator keberhasilan yang dirampungkan dalam bentuk
Rencana Stratejik. Indikator keberhasilan merupakan alat ukur yang harus dievaluasi
secara periodik berkesinambungan. Indikator bukan saja dalam bentuk finansial tapi juga
dengan indikatoryang lain seperti pelangan, bisnis inernal juga pembelajaran dan
pertumbuhan yang selanjutnya dijadikan bahan untuk mengendalikan arah dan mutu
pelayanan kesehatan agar visi yang telah ditetapkan benar-benar dapat diwujudkan.
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro merupakan salah satu Rumah Sakit Umum
dan meningkatkan mutu terus-menerus. Memaksa pihak RSUD Jenderal Ahmad Yani
Kota Metro untuk selalu memperbaiki kinerjanya, agar dapat menambah kepercayaan
masyarakat atas pelayanan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro. Kepercayaan ini
Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit haruslah berada dalam
kondisi yang baik, dimana dapat memuaskan para pengguna jasa pelayanan kesehatan di
rumah sakit tersebut. Oleh karena itu kualitas pelayanan kesehatan semestinya menjadi
fokus utama dari pihak manajemen rumah sakit. Kualitas pelayanan yang baik dapat
dihasilkan melalui perbaikan kinerja yang terus menerus. Untuk memonitor dan
memerlukan alat bantu dalam pengambilan keputusan strategis bagi organisasinya, yang
kinerja RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro dengan menggunakan Balanced
Scorecard yang lebih komprehensif, akurat, terukur karena dalam menilai kinerja suatu
organisasi tidak hanya dinilai dari aspek keuangan saja, tetapi juga dinilai dari aspek
nonkeuangan.
Dari latar belakang dan uraian di atas, maka dalam penelitian ini mengambil judul
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka identifikasi masalah
1. Bagaimana kinerja manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Jenderal Ahmad Yani
2. Bagaimana sistem pengukuran kinerja yang selama ini diterapkan pada Rumah
Scorecard ?
1. Bagi penulis
Penulis dapat memperoleh gambaran untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai
2. Bagi organisasi
organisasi.
3. Bagi pembaca
Manfaat bagi pembaca dapat dijadikan bacaan untuk menambah wawasan ilmu
1. Metode. Deskriptif, yaitu suatu metode yang bertujuan membuat deskripsi atau
gambaran keadaan secara sistematis. Aktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta
2. Studi kasus, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
1. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian langsung pada objek dengan
wawancara.
2. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu untuk memperoleh data yang
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder
(secondary, yaitu data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung (melalui
media perantara) atau merupakan data yang diperoleh dan dicatat oleh pihak lain
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah berupa opini subyek yang
dikumpulkan secara individual dari responden yang terdiri dari pegawai dan masyarakat
pengguna layanan di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro. Sedangkan sumber data
sekunder diperoleh dari perusahaan yang diteliti atau data yang dipublikasikan untuk
umum dalam hal ini terbitan yang dikeluarkan oleh media massa atau perusahaan
penerbit, dalam penelitian ini adalah berupa laporan kinerja finansial dari RSUD
yang dibahas, yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, sumber data serta sistematika penulisan ini
pembahasan. Yaitu akan menguraikan hal-hal apa saja yang digunakan dalam penilaian
kinerja,antara lain sistem penilaian kinerja, penilaian kinerja dengan sistem tradisional,
BAB III Latar Belakang Masalah : Menjelaskan tinjauan atas RSUD Jenderal
Ahmad Yani Kota Metro, yang meliputi sejarah singkat ,visi dan misi , tujuan dan
falsafah rumah sakit, tugas pokok dan fungsi, gambaran umum, sumber pembiayaan dan
pelaksanaan kegiatan.
BAB IV Penyajian Data dan Analisis Hasil Penelitian : Berisi uraian data hasil
penelitian, baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif , yang kemudian digunakan
untuk menganalisis masalah, berkaitan dengan analisis atas misi, visi, dan strategi
BAB V Kesimpulan dan Saran : Berisi mengenai kesimpulan akhir dari keseluruhan
antara teori dan penelitian terhadap RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro, sebagai
objek penelitian, dan memberikan saran-saran untuk membuat suatu penyesuaian dan
LADASA TEORI
Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau
seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring dengan
referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan,
semacamnya (Fauzi, 1995 : 207). Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan
organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh
sumber daya manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas
perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.
organisasi sebagai suatu institusi yang unggul di kelasnya. Jika keberhasilan organisasi
untuk mengadakan institusi yang unggul ditentukan oleh berbagai faktor maka berbagai
organisasi suatu institusi yang unggul tersebut digunakan sebagai pengukur keberhasilan
personal.
ukuran kinerja keuangan. Pengukuran kinerja ini mudah dilakukan sehingga kinerja
personel yang diukur hanyalah yang berkaitan dengan keuangan. Namun ukuran
yang diciptakan oleh organisasi dan lebih memfokuskan pada pengerahan sumber daya
organisasi untuk tujuan-tujuan jangka pendek. Ukuran keuangan yang biasa digunakan
2. Rasio leverage yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh
hutang.
3. Rasio aktivitas yang mengukur seberapa efektif manajemen yang ditujukan oleh
1. Rasio ini disusun berdasarkan data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara
2. Jika perusahaan menggunakan tahun fiskal yang berbeda atau jika factor musiman
merupakan pengaruh yang penting maka akan mempunyai pengaruh pada rasio-
rasio perbandingannya.
3. Analisis harus sangat hati-hati dalam menentukan baik buruknya suatu rasio dalam
rasio keuangan.
4. Rasio yang sesuai dengan rata-rata industri tidak memberikan kepastian bahwa
Menurut Robert & Anthony (2001), tujuan dari sistem pengukuran kinerja
1. Menentukan strategi
Dalam hal ini paling penting adalah tujuan dan target organisasi dinyatakan
secara ekspilit dan jelas. Strategi harus dibuat pertama kali untuk keseluruhan organisasi
anggota organisasi. Organisasi tersebut harus focus pada beberapa pengukuran kritikal
saja. Sehingga manajemen tidak terlalu banyak melakukan pengukuran indikator kinerja
informal, juga merupakan bagian dari budaya perusahaan dan sumber daya manusia
perusahaan.
bisnis dengan cara membandingkan hasil actual dengan sasaran dan tujuan strategis.
Sistem pengukuran kinerja biasanya terdiri atas metode sistematis dalam penempatan
sasaran dan tujuan serta pelaporan periodik yang mengidentifikasikan realisasi atas
Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik
perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam
2. Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan
dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik.
merupakan suatu metode penilaian yang mencakup empat perspektif untuk mengukur
menekankan bahwa pengukuran keuangan dan non keuangan harus merupakan bagian
dari informasi bagi seluruh pegawai dari semua tingkatan bagi organisasi. Tujuan dan
keuangan dan non keuangan yang ada, melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas
bawah (top-down) berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan strategi
tersebut harus diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih nyata (Teuku
Ilustrasi 1
Visi
Sumber :
dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang
saham konsumen karena untuk tujuan tersebut dibutuhkan kinerja karyawan yang baik.
Untuk itu Balance Scorecard menunjukkan strategi yang menyeluruh yang terdiri dari 3
kegiatan :
b. Setting goal
2. Rencana Bisnis
rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi pada saat ini mengimplementasikan
bersaing antara satu dengan yang lain, sehingga akan menyulitkan manajer untuk
dan mengatur mana yang lebih penting untuk diprioritaskan akan menggerakkan mereka
perusahaan tersebut akan dapat melakukan monitor terhadap apa yang dihasilkan
perusahaan dalam jangka pendek dari tiga perspektif yang ada dalam Balanced
Scorecard yaitu konsumen, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan
akan dijadikan sebagai umpan balik dalam mengevaluasi strategi dalam kinerja.
ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dan konsekuensi ekonomi yang terjadi yang
disebabkan oleh keputusan dan ekonomi yang diambil (Teuku Mirza, 1997 : 15). Ukuran
kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, sasaran strategic, inisiatif strategic dan
perusahaan, Kaplan & Norton (1996 : 48) mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus
a. Pertumbuhan (growth)
Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada
tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan
memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau paling tidak memiliki potensi
untuk berkembang biak. Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara actual
beroperasi dalam arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal
investasi yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada tahap ini
seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhan penerimaan atau
Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi
pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang
dilakukan.
c. Menuai (Harvest)
Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana perusahaan
melakukan panen terhadap investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya.
Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk
Tujuan utama dalam tahapan ini adalah memaksimumkan kas yang masuk ke
organisasi menguasai sumber daya yang sangat diperlukan untuk mewujudkan tiga
perspektif strategi lain yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan
Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumennya jika
manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi dari pada pengorbanan yang dikeluarkan
oleh konsumen tersebut untuk mendapat produk dan jasa itu. Produk atau jasa tersebut
akan semakin mempunyai nilai apabila manfaatnya mendekati ataupun melebihi dari apa
yang diharapkan oleh konsumen. Menurut Kaplan dan Norton perusahaan diharapkan
mampu membuat suatu segmentasi pasar dan ditentukan target pasarnya yang paling
mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai dengan kamampuan sumber daya dan rencana
perusahaan yaitu:
pelanggan lama.
dalam pasar.
konsumen, termasuk dimensi respon dan waktu pengirimannya dan bagaimana pula
kesan yang timbul dari konsumen setelah membeli produk atau jasa perusahaan
tersebut.
pada perusahaan seperti hasil promosi baik secara personal (melalui pameran-
pameran, door to door) maupun lewat media masa atau elektronik ataupun
proses internal yang penting dimana perusahaan harus melakukannya dengan sebaik-
baiknya. Karena proses internal tersebut memiliki nilai-nilai yang diinginkan pelanggan
dan akan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham
(Ancella Hermawan, 1996 : 56). Para manager harus memfokuskan perhatiannya pada
proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan kinerja perusahaan dari
perspektif pelanggan. Kinerja dari perspektif tersebut diperoleh dari proses kinerja bisnis
kinerja-kinerja proses dan kompetensi tersebut. Analisis atau proses bisnis internal
perusahaan dilakukan melalui analisis rantai nilai (value chain analysist) yang
Sumber :
Kaplan, Robert S. dan David Norton. (2000) Balance Scorecard : Menerapkan Strategi Menjadi
satu komponen, dan barangkali bukanlah komponen yang paling menentukan, dari
unik bagi pelanggannya. Secara umum Kaplan dan Norton (1996 : 96) membaginya
1. Inovasi
perhatian, dibandingkan pengukuran kinerja yang dilakukan dalam proses operasi. Pada
tersebut.
2. Operasi
Tahap ini merupakan tahap akhir di mana perusahaan secara nyata berupaya
untuk memberikan solusi kepada para pelanggannya dalam memenuhi keinginan dan
penerimaan pesanan dari pelanggan dan berakhir dengan pengiriman produk atau jasa
pada pelanggan. Kegiatan ini lebih mudah diukur kejadiannya yang rutin dan terulang.
para pelanggan yang telah membeli produk-produknya dalam bentuk layanan pasca
transaksi.
evaluasi melalui indikator yang telah ditetapkan, dan digunakan sebagai alat monitor
yang praktis oleh manjemen. Bebrapa gambaran proses pelayanan yang umumnya
digunakan di rumah sakit adalah Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death Rate (GDR),
4et Death Rate (NDR), Bed Occupacion Rate (BOR), Average Length of Stay (AvLOS),
Turn Over Interval (TOI) yang disebut indikator penampilan klinik atau indikator
pelayanan rawat inap rumah sakit. Dalam proses pelayanan kesehatan, jika
dikuantitatifkan dalam angka adalah jumlah yang dilayani yang berhubungan dengan
rumah sakit.
2.2.5 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Kaplan dan Norton membagi tolak ukur perspektif ini dalam tiga prinsip yaitu :
1. People
Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih lanjut dituntut untuk dapat
berpikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan untuk dapat
memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab itu, dalam pengukuran strategi perusahaan,
salah satunya harus berkaitan secara spesifik dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah
dimiliki. Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia ada tiga hal yang perlu ditinjau
telah melakukan investasi dalam sumber daya manusia akan sia-sia apabila tidak
dan semangat inovasi, perbaikan proses internal, dan tingkat kepuasan pelanggan.
Tujuannya adalah menghubungkan output yang dilakukan para pekerja terhadap jumlah
keseluruhan pekerja.
2. Sistem
pencapaian tujuan proses pembelajaran dan pertumbuhan apabila mereka tidak memiliki
memadai. Pegawai di bidang operasional memerlukan informasi yang cepat, tepat waktu
dan akurat sebagai umpan balik, oleh sebab itu karyawan membutuhkan suatu system
informasi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
3. Organizational Procedure
suatu kinerja yang handal. Prosedur dan perbaikan rutinitas harus diteruskan karena
karyawan yang sempurna dengan informasi yang berlimpah tidak akan memberikan
kontribusi pada keberhasilan usaha apabila mereka tidak dimotivasi untuk bertindak
selaras dengan tujuan perusahaan atau apabila mereka tidak diberikan kebebasan untuk
Kerangka Kerja
HASIL
Kepuasan
Pekerja
Kaplan, Robert S. dan David Norton. (2000) Balance Scorecard : Menerapkan Strategi Menjadi
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes
RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam
inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes
RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes, 2005).
Rumus :
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
Rumus :
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup
+mati)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy
rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
Rumus :
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000 ‰
Rumus :
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000
yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang
jenis. Menurut Azrul Anwar, rumah sakit dibedaka menjadi empat macam yaitu :
1. Menurut pemilik
Ditinjau dari pemiliknya, rumah sakit dibagi menjadi dua macam yaitu :
Menurut filosofi yang dianut rumah sakit dibagi menjadi dua macam yaitu :
Salah satu faktor yang membedakan rumah sakit milik pemerintah dengan swasta
adalah terletak orientasinya terhadap laba. Rumah sakit milik pemerintah merupakan
organisasi nirlaba yaitu organisasi yang orientasi utamanya bukan untuk mencari laba
Rumah sakit swasta telah dikelola secara komersial serta berorientasi untuk
mencari keuntungan.
Jika dilihat dari sisi pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit dibedakan
diselenggarakan.
b. Rumah sakit khusus (specialty hospital)
Jika ditinjau dari lokasinya rumah sakit dibedakan menjadi beberapa macam
tergantung dari sistem pemerintah yang dianut. Contohnya rumah sakit pusat, jika
lokasinya di ibu kota negara, rumah sakit propinsi jika lokasinya di ibukota propinsi.
BAB III
Rumah Sakit Umum Daerah Jenderal Ahmad Yani, adalah semula Rumah sakit
milik Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah yang kemudian asset tanah dan
bangunan pada bulan Januari 2002 berdasarkan SK Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Awal berdirinya rumah sakit ini dumulai sejak tahun 1951 dengan nama Pusat
masyarakat di wilayah disekitar Kota Metro, dengan kondisi yang serba terbatas dimasa
itu, tetap dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sebagai satu-satunya pusat pelayanan di
Kota Metro. Pada tahun 1953 fungsi pelayanan kesehatan sudah dapat ditinggalkan
Katolik sebagai rawat inap bagi pasien, dan pada tahun 1970 bertambah lagi saran
Umum Jenderal Ahmad Yani secara sah berdiri sebagi Rumah Sakit Umum Daerah tipe
kurang 15 tahun tepatnya pada tahun 1978 berhasil meningkatkan status menjadi
Rumah Sakit tipe C yang memiliki sarana rawat inap berkapasitas 156 tempat tidur,
sebagai pusat Rujukan Pelaksanaan Teknis (UPT) dari Dinas Kabupaten TK II Lampung
Tengah.
Pada akhir tahun 1995 berdasarkan surat Bupati Kepala Daerah TK.II Lampung
Swadana artinya disuatu sisi bukti kemampuan pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah
Jenderal Ahmad Yani sudah dianggap layak, dan sisi lain tentunya peningkatan
Pada tahun 2003 RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro sebagai salah satu
lembaga organisasi layanan public dibawah kepemerintahan Kota Metro dengan fungsi
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro dalam pelayan kesehatan memberikan
pelayanan antara lain kuratif, rehabilitatif, preventif dan promotif. Kepada pengguna jasa
pelayanan kesehatan serta masyarakat dari wilayah Kota Metro dan sekitarnya. Hal ini
menuntut agar RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro harus memiliki keunggulan
3.2 Status dan Kedudukan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
RSUD Jenderal Ahmad Yani berada di jantung Kota Metro , dengan lokasi yang
sangat strategis dan mudah dijangkau oleh kendaraan umum. Luas tanah RSUD Jenderal
Ahmad Yani adalah 23.748 m2. Dengan luas bangunan sebesar 7,963 m2 . RSUD
Jenderal Ahmad Yani berada di Kota metro dengan luas wilayah Kota Metro melayani
penduduk Kota Metro sebanyak 122.417 jiwa (tahun 2004) dan 152.043 jiwa (tahun
3.3 Visi dan Misi RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
Visi RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro adalah “ Rumah sakit unggulan
Kota Metro dimasa yang akan datang dengan pemahaman sebagi berikut :
- Rumah sakit unggulan bermakna : RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
memiliki pelayanan unggulan baik dalam pelayanan medis, keperawatan dan pelayanan
penunjang lainnya.
- Dengan pelayanan prima : RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro mampu
4. Competence : Cakap
9. Communicative : Komunikatif
yang dimiliki RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro menjadi sesuatu yang
dibanggakan oleh masyarakat kota Metro khusunya dan masyarakat Lampung pada
umumnya, sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki yang tinggi terhadap RSUD
1. Memberikan pelayanan yang efektif, efisien dan professional dan bermoral di segala
bidang. Mengandung arti bahwa RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro merupakan
dorongan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro untuk menciptakan produk
pelayanan yang spesifik, berdaya tarik tinggi dan bermanfaat bagi pelanggan sehingga
Jenderal Ahmad Yani Kota Metro berperan aktif dan menmpatkan diri sebagai bagian
dari sistem pendidikan, kesehatan dan non kesehatan. Sehingga RSUD Jenderal Ahmad
Yani Kota Metro akan menjadi lahan praktek klinik pendidikan kedokteran, praktek
pendidikan keperawatan, pendidikan kesehatan lainnya dan non kesehatan. Selain sebagi
3.4 Tujuan Rumah Sakit RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
Tujuan adalah produk yang ingin dicapai atau dihasilakn dalam suatu kegiatan
Berdasarkan Visi Misi dan memperhatikan analisis SWOT maka ditetapkantujuan yang
harus dicapai RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro adalah sebagai berikut :
2. Mengembangkan Pelayanan
3.5 Falsafah Rumah Sakit RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
Penjabaran falsafah di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro adalah sebagai
berikut :
kesehatan dan pelayanan penunjang kesehatan lainnya bagi masyarakat, dan tempat bagi
paramedis perawatan, paramedic non perawatan dan tenaga non medis, adalah tenaga
sangat potensial dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan merupakan asset
paling utama, oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia , karir dan
3. Penderita yang mendapat pelayanan di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
4. Profesionalitas sumber daya manusia di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
dalam melaksanakan tugas perlu dikembangkan, dan dilandasi dengan etos kerja,
keteladanan, efektifitas dan efisiensi, kebersamaan, budaya disiplin, dan tanggung jawab
5. Pelayanan yang diberikan di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro, harus
orientasisosial dan ekonomi untuk membentuk organisasi yang kuat dan tangguh serta
mampu berkembang sebagai Rumah Sakit unit Swadana Daerah yang mandiri dan
dibanggakan.
Berdasarkan keputusan Walikota Metro tentang tugas pokok, tugas pokok RSUD
Jenderal Ahmad Yani Kota Metro adalah melaksanakan urusan rumah tangga
Pemerintah Kota Metro dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan
Dalam melaksanakan tugas pokok, RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
menyelenggarakan fungsi :
masyarakat.
masyarakat.
Struktur organisasi yang ada pada RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro saat
a. Direktur
c. Bidang Keperawatan
d. Bidang Medis
g. Subag Keuangan
h. Subag Umum
i. Subag Kepegawaian
j. Subid Keperawatan
b. Unit Bedah
h. Unit Anestesi
m. Instalasi Radiologi
o. Instalasi Farmasi
p. Instalasi Gizi
2. Tipe :.C
Kelas II : 52 Unit
Kelas I : 14 Unit
Jenis-jenis pelayanan yang terdapat di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
1. Pelayanan kesehatan
c. Pelayanan Haemodialisa
- Radiologi
- Laboratorium
- Endoscopy
- Haemodialisa
- ICU/HCU
- General Check Up
g. Pelayanan Farmasi
h. Pelayanan Visum Et Repertum
j. Pelayanan Incerator
a. Penyakit Dalam
c. Anak
d. Bedah Umum
e. THT
f. Mata
g. Kulit Kelamin
h. Syaraf
i. Gigi
a. Patologi Klinik
b. Patologi Anatomi
c. Radiologi
d. Anestesi
3.9 Sumber Pembiayaan
penerimaan fungsional rumah sakit ( swadana), Dana Alokasi Umum (DAU) dan APBN
a. Penerimaan Fungsional
a. APBN
b. APBD/DAU
3. Lain-lain : Berupa bantuan, dana dekonsentrasi dan subsidi Pemerintah Kota Metro
BAB IV
digunakan untuk mengukur kinerja rumah sakit melalui 4 perspektif. Analisa terhadap
pengukuran kinerja pada RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro dilakukan dengan
pelanggan, kinerja proses bisnis internal dan kinerja pembelajaran dan pertumbuhan
1. Perspektif Keuangan
a. Pertumbuhan Tingkat Pendapatan
b. Pengeluaran Biaya Belanja
c. Perbandingan Anggaran dan Realisasi
d. Perbandingan Pendapatan dan Belanja
2. Perspektif Konsumen
Kebijakan pelayanan pelanggan
1. Kebijakan Biaya Pengobatan Pasien
2. Kebijakan Poliklinik
3. Kebijakan Rawat Inap
diperoleh dari beberapa sumber. Sumber pembiayaan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota
Metro sebagian besar melalui penerimaan operasional rumah sakit baik melalui pasien
umum , ASKES dan JANKESMAS atau ASKESKIN. Dari penerimaan dana fungsional
tersebut ternyata tidak mencukupi untuk operasional rutin rumah sakit, untuk itu melalui
Dana Alokasi Umum (DAU) Kota Metro dan Dekosentralisasi (APBN) , RSUD Jenderal
Ahmad Yani Kota Metro menerima bantuan/subsidi dana untuk anggaran Rutin dan
c. Dana Dekonsentrasi
kesehatan
Pengukuran kinerja keuangan pada RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
dilakukan dengan membandingkan data keuangan yang ada selama 2 tahun terakhir,
yaitu tahun 2006 dan 2007. Data keuangan yang dibandingkan adalah Laporan Realisasi
anggaran berupa penerimaan dan pembiayaan , serta Neraca di RSUD Jenderal Ahmad
Yani Kota Metro. Untuk keseluruhan atau total pembiayaan dperoleh dari (dua)
2. Belanja Langsung yaitu Belanja Pegawai. Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal
4.2.1 Pertumbuhan Tingkat Pendapatan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
anggaran yang diberikan pemerintah dengan realisasi anggaran pada RSUD Jenderal
Ahmad Yani Kota Metro seperti berikut dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1
Pendapatan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
Tahun 2006-2007
Pertahun
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
Dari tabel terlihat bahwa penerimaan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro pada
tahun 2006 menunjukan rasio diatas 100 %, yaitu sebesar 135 % dan pada tahun 2007
pertumbuhan pendapatan mengalami penurunan , dengan menunjukkan rasio dibawah
Tabel 2
Rincian Penerimaan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro tahun 2006-2007
o Uraian Tahun
2006 2007
15 Kamar Jenazah - -
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
tahun yaitu : tahun 2006 dan 2007 penerimaan dari RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota
Metro terbesar adalah berasal dari Askes / Asuransi Lainnya sebesar Rp 5.516.697.285,-
kecil berasal dari Jasa Konsul Medik , yaitu sebesar Rp 628.000,- di tahun 2006 dan Rp
Tabel 3
Pengeluaran RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
Tahun 2006-2007
Belanja
Pertahun
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
Pada tabel menunjukkan bahwa belanja RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
dari tahun 2006 sampai 2007 mengalami peningkatan, yaitu sebesar sekitar 94 %.
Tabel 4
Rincian Realisasi Anggaran Biaya
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2006 – 2007
2 Belanja Langsung
Pada tabel diatas menunjukan bahwa belanja terbesar adalah belanja pegawai
yaitu berupa gaji dan tunjangan PNS. Dari tiap-tiap bagian pengelola anggaran yang ada
di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro, yang diperlihatkan pada tabel di atas, ada 2
macam belanja yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Umumnya besar belanja pada 2
macam tersebut mempunyai kecerendungan meningkat dari tahun 2006 ke 2007, kecuali
belanja barang dan jasa pada tahun 2007 mengalami penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya.
4.2.3 Perbandingan Antara Anggaran dan Realisasi Penerimaan RSUD Jenderal
Tabel 5
Perbandingan Anggaran dan Realisasi Penerimaan
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2006-2007
Pada tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2006 - 2007 realisasi penerimaan
lebih rendah dari anggaran yang telah ditentukan. Pencapaian penerimaan tahun 2006 –
2007 berturut-turut adalah sebesar 97 % dan 88 %. Selisih antara anggaran dan realisasi
penerimaan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro selama tahun 2006 bisa dikatakan
tidak besar , karena mempunyai selisih dibawah 10 % dari anggaran yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit. Pada tahun 2006 realisasi penerimaan sebesar Rp
sebesar Rp 294.641.365,- atau sebesar 3 % dari anggaran. Sedangkan pada tahun 2007
selisih antara anggaran dan realisasi penerimaan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota
Metro tidak lebih baik dari tahun sebelumnya dimana penambahan jumlah anggaran
penerimaan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro untuk tahun 2006 lebih baik
4.2.4 Perbandingan antara Pendapatan dan Belanja (CRR : Cost Recovery Rate )
Jenderal Ahmad Yani Kota Metro terhadap pengeluaran bahwa total belanja di atau
Tabel 6
Perbandingan Biaya dengan Penerimaan
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2006 – 2007
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa total belanja di RSUD Jenderal Ahmad
Yani Kota Metro selama tahun 2006-2007 jauh diatas dari total pendapatan dikarenakan
sumber dana untuk belanja berasal dari pendapatan daerah yang dianggarkan dalam
APBD Kota Metro yang telah diperkirakan secara rasional yang dapat dicapai untuk
setiap sumber pendapatan. Jika dalam persentase atau Cost Recovery Rate (CRR)
semuanya dibawah 100 % yaitu masing-masing dari tahun 2006 CRR sbesar 45 % dan
tahun 2007 CRR sedikit menurun sebesar 40 % . Kondisi perbandingan antara
pendapatan dan biaya atau Cost Recovery Rate dari tahun 2006 – 2007 di RSUD
Jenderal Ahmad Yani Kota Metro ini terlihat dalam gambar grafik seperti di bawah ini :
Ilustrasi 5
Grafik CRR di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
Dari sisi kinerja pelanggan sasaran stratejik RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota
Metro diantaranya meningkatkan citra RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro menjadi
lebih baik dengan kebijakan- kebijakan yang berhubungan dengan pelayanan di RSUD
2. Kebijakan Poliklinik
Dalam hal ini RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro memberikan kebijakan
pelayanan kesehatan terhadap orang miskin atau orang tidak mampu, yaitu dengan tidak
adanya pungutan biaya atau uang jaminan apapun yang diberikan ke RSUD Jenderal
Ahmad Yani Kota Metro untuk melakukan pengobatan dan rawat inap . Orang miskin
atau orang tidak mampu tersebut dapat berobat secara gratis dan tidak dipungut biaya
miskin tersebut telah dijamin dan pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah yaitu
Dinas Kesehatan Kota Metro / Propinsi. Kartu JAMKESMAS atau kartu ASKESKIN
Pelayanan lain untuk konsumen yang ada di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota
Metro yaitu adanya kebijakan tersendiri untuk PNS ( Pegawai Negeri Sipil) , yaitu
penggunaan kartu Asuransi Kesehatan (ASKES) saat melakukan pengobatan oleh PNS
tersebut , yang juga dalam melakukan pengobatan dan rawat inap di RSUD Jenderal
miskin atau tidak mampu tersebut juga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk melakukan
JAMKESMAS atau kartu ASKESKIN , dan setelah pengobatan selesai, pasien tersebut
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro mempunyai prosedur penyediaan dan
pemberian obat kepada pasien yang berbeda-beda. Untuk pasien yang berasal dari
keluarga miskin atau tidak mampu diberikan obat ASKESKIN yang memang
diperuntukkan bagi mereka. Bagi pengguna ASKES , obat yang diberikan pun
berbeda,rumah sakit memberikan obat ASKES bagi pengguna kartu ASKES. Obat-obat
tersebut diberikan secara gratis, yang juga biaya penggunaan obat tersebut dijamin oleh
pemerintah. Namun, apabila pasien yang bersangkutan ingin menggunakan obat yang
lebih baik secara harga dan kualitas, maka pasien tersebut harus membeli lagi di apotek
Dalam prosedur rawat inap RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro mempunyai
kebijakan-kebijakan tertentu yaitu seperti pemisahan ruang atau kelas bagi pasien yang
melakukan rawat inap. Kategori pasien yang melakukan pengobatan dan rawat inap
tidak dipungut biaya adalah seperti keluarga miskin atau tidak mampu dengan syarat
mempunyai kartu JANKESMAS atau kartu ASKIN. Pihak RSUD Jenderal Ahmad Yani
Kota Metro menempatkan mereka khusus di kelas 3. Apabila pasien ingin berpindah
ruangan kelas yang lebih tinggi, maka pasien tersebut dikenai biaya rawat inap.
Sedangkan untuk PNS yang menggunakan kartu ASKES tidak semuanya di berikan
kelas yang sama , penggunaan fasilitas rawat inap untuk PNS yang menggunakan
1. Golongan 1 Kelas 3
2. Golongan 2 Kelas 3
3. Golongan 3 Kelas 2
4. Golongan 4 Kelas 1
Pasien yang ditempatkan di kelas 1 dan kelas 2 dirasa kurang begitu nyaman
karena di kelas 1 dalam 1 kamar terdapat 1 (satu) s/d 3 (tiga) tempat tidur, sedangkan
pada kelas 3 tidak lebih baik karena dalam 1 kamar terdapat 5 (lima) s/d 6 (enam)
tempat tidur. Hal ini perlu diperhatikan oleh pihak RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota
Metro, karena adanya pembauran beberapa pasien dalam 1 kamar dapt menyebabkan
adanya pertukaran penyakit antara pasien satu terhadap lainnya ataupun dengan
pengguna kartu ASKES yang ingin pindah ke ruangan kelas yang lebih baik, pasien
Bagi pasien umum , mereka bebas memilih kelas sesuai dengan keinginan dan
Ahmad Yani Kota Metro. Biasanya pasien yang tidak menggunakan fasilitas ASKIN,
JANKESMAS atau ASKES memilih ruang rawat inap yang baik dan nyaman , sehingga
1 Ruang Bedah 29 - 6 - 8 15
2 Ruang Syaraf 20 - 3 4 7 6
4 Ruang Anak 25 - - 4 5 16
5 Paviliun Umum 14 2 8 4 - -
6 Ruang kebidanan 19 - 2 3 6 8
7 Neonatus 5 - - - - 5
Total 152 2 24 19 42 65
Tabel 8
Jumlah Tempat Tidur RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2007
o Ruangan Jumlah VIP Paviliun Kelas I Kelas II Kelas III
1 Ruang Bedah 29 - 6 - 8 15
2 Ruang Syaraf 20 - 3 4 7 6
4 Ruang Anak 25 - - 4 5 16
5 Paviliun Umum 19 6 8 4 - -
6 Ruang kebidanan 19 - 2 3 6 8
7 Neonatus 5 - - - - 5
Total 156 6 24 19 42 65
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro tidak ada perubahan dari setiap ruangan.
Ilustrasi 6
Diagram Jumlah Tempat Tidur RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
Tahun 2007
Dalam perspektif pelanggan pada RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro juga
terlihat bahwa kesadaran pengunjung dan keluarga pasien masih rendah terutama dalam
mematuhi tata tertib peraturan rumah sakit seperti jam besuk dll. Disamping itu jumlah
keluarga pasien yang menunggu rata-rata lebih dari 2 (dua) orang mengakibatkan beban
air, listrik, dan biaya kebersihan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro meningkat.
Selain itu kurangnya kepedulian masyarakat yang berkunjung ataupun sebagai pasien
terhadap perilaku serata budaya hidup bersih dan sehat , seperti masih ada yang
membuang sampah tidak pada tempatnya , merokok tidak pada tempat yang telah
disediakan dll.
Pada pengukuran kinerja dari perspektif proses bisnis internal di RSUD Jenderal
Ahmad Yani Kota Metro, ada beberapa indikator yang digunakan, yaitu : kemampuan
rumah sakit untuk melakukan inovasi , pencapaian kinerja yang dapat dilihat dari
4.4.1 Inovasi
Inovasi yang akan dan sedang dilakukan oleh RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota
Metro yaitu dengan upaya-upaya peningkatan jasa pelayanan rawat jalan maupun
pelayanan penunjang. Adapaun rencana yang akan dan sedang dilakukan dalam
pula pengobatan dan tindakan medis, dan peningkatan pelayanan dalam jam visit Dokter
pemeriksaan yang telah tersedia dan ada saat ini akan diupayakan ditambah lagi dengan
memungkinkan.
a. Melakukan penertiban kasir dengan cara mebuat pembukuan pasien pulang pada
setiap ruangan.
b. Melakukan cross check buku catatan pasien pulang dari ruangan-ruangan dengan
c. Melakukan koordinasi dengan pihak ruangan , agar semua pasien pulang yang akan
d. Menghitung dan merinci penerimaan uang dari pemakaian bahan dan alat disetiap
unti pelayanan penunjang medis seperti laboratorium, radiologi, kamar operasi dll.
Untuk mengukur kinerja pelayanan pada RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota
Metro berdasarkan data aktivitas tahunan selama tahun 2006 dan 2007 diukur dengan
Indikator Bed Turnover Ratio (BTO) bertujuan untuk mengukur peningkatan Bed
Turnover Ratio (BTO), yang diukur dengan perbandingan antara jumlah pasien
yang keluar dengan tempat tidur yang siap pakai. Penghitungannya adalah :
Berdasarkan hasil perhitungan di atas , dapat dilihat bahwa nilai Bed Turnover
ratio dari tahun 2006-2007 mengalami peningkatan sebesar 6,73 kali ( 72,21 kali –
65,48 kali = 6,73 kali). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa tingkat
perputaran tempat tidur yang terisi di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro terus
meningkat, yang berarti jumlah pasien yang dapat tertangani oleh rumah RSUD Jenderal
Ahmad Yani Kota Metro semakin banyak, karena pada tahun 2007 terjadi peningkatan
Indikator Gross Death Rate (GDR) bertujuan untuk mengukur penurunan atau
kenaikan jumlah pasien yang meninggal dunia di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota
Metro, Gross Death Rate (GDR) di ukur dengan membandingkan antara pasien
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa nilai Gross Death
Rate (GDR) pada RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro dari tahun 2006-2007
mengalami penurunan sebanyak 5,51 permil ( 52,04 permil – 45,01 permil = 7,03
permil ). Hal ini menunjukan bahwa kinerja pada RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota
terhadap pasien baik dan memuaskan karena jumlah pasien di RSUD Jenderal Ahmad
Indikator 4et Death Rate (NDR) bertujuan untuk mengukur penurunan atau
kenaikan jumlah pasien yang meninggal setelah dirawat di RSUD Jenderal Ahmad
Yani Kota Metro. Indikator 4et Death Rate (NDR) diukur dengan membandingkan
antara jumlah pasien yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit selama lebih 48
jam dengan jumlah untuk tiap pasien keluar dari rumah sakit. Perhitungannya adalah
249 328
NDR = x 1000 permil NDR = x 1000 permil
9953 11265
Death Rate (NDR) dari tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 4,09 permil
(29,11 permil – 25,02 permil = 4,09 permil). Hal ini berarti bahwa kinerja yang
ditunjukkan RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro dalam hal perawatan intensif dan
keamanan terhadap pasien kurang memuaskan karena jumlah pasien yang meninggal
setelah dirawat di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro selama lebih dari 48 jam
tempat tidur yang dipegunakan untuk melihat berapa banyak tempat tidur di RSUD
Jenderal Ahmad Yani Kota Metro yang digunakan pasien. Perhitungannya adalah :
Rata-rata tempat tidur terisi 2006 Rata-rata tempat tidur terisi 2007
100 100
BOR = x 112,99 BOR = x 138,39
152 156
BOR = 74,34 BOR = 88,71
Dari hasil perhitungan yang disajikan di atas, dapat dilihat bahwa nilai Bed
Occupacion Rate (BOR) dari tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 14,37
(88,71 – 74,34 = 14,37). Hal ini berarti menunjukkan bahwa tempat tidur yang
terpakai kinerja di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro lebih baik , karena
lama perawatan seorang pasien di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro .
memberikan gambaran mutu pelayanan di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro.
Perhitungannya adalah :
Rata-rata tempat tidur terisi 2006 Rata-rata tempat tidur terisi 2007
Dari perhitungan diatas, terlihat bahwa nilai Average Length of Stay (AvLOS)
dari tahun 2006 - 2007 mengalami kenaikan sebesar 0,34 ( 4,48 – 4,14 = 0,34 ). Hasil
perhitungan berarti menunjukan bahwa rata-rata lama pasien dirawat pada RSUD
Jenderal Ahmad Yani Kota Metro terus meningkat, yang berarti bahwa lamanya pasien
Indikator Turn Over Interval (TOI) adalah waktu rata-rata suatu tempat tidur
kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai
ditempati lagi oleh pasien lain di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro.
Perhitungannya adalah :
Rata-rata tempat tidur terisi 2006 Rata-rata tempat tidur terisi 2007
365 365
TOI = x (152 - 112,99) TOI = x (156 – 138,39)
9953 11265
2006 – 2007 mengalami penurunan sebesar 0,86 ( 1,43 – 0,57 = 0,86 ) . Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata tempat tidur kosong pada RSUD Jenderal
Ahmad Yani Kota Metro mengalami penurunan , yang berarti bahwa kinerja pada
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro dalam hal perawatan, pencegahan, terhadap
pasien sudah baik dan memuaskan karena jumlah pasien yang melakukan rawat inap
Hasil perhitungan dari indikator-indikator selama tahun 2006 dan 2007 diatas
Tabel 9
Perbandingan Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUD Jenderal Ahmad Yani
Kota Metro Tahun 2006 – 2007
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
Ilustrasi 7
Grafik Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
Tahun 2006 – 2007
Untuk mengetahui ada dan banyaknya komplain yang terjadi di RSUD Jenderal
Ahmad Yani Kota Metro, pihak rumah sakit menyediakan kotak saran untuk
di rumah sakit swasta , dimana ada rumah sakit yang secara aktif kontak ke pasien
pasien yang sudah lama tidak berkunjung. Selain itu, jika ada complain dari pasien
dilayani dulu oleh bagian front office dan biasanya dicatat dalam buku customer service.
Komplain pasien tersebut biasanya dibahas dalam rapat di RSUD Jenderal Ahmad Yani
Kota Metro untuk dialkukan pemecahan masalahnya agar tidak terjadi kembali.
Pelayanan komplain pasien selama iini belum dilakukan secara optimal karena belum
Setiap bisnis mempunyai rangkaian proses tertentu untuk menciptakan nilai bagi
pelanggan dan memberikan hasil finansial yang baik. Dan hasil pengamatan yang
dilakukan menghasilkan gambaran dan penjelasan tentang kinerja bisnis internal pada
Layanan purna jual setelah pasien di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
pelayanan rawat jalan. Pasien yang telah selesai melakukan pengobatan atau rawat inap
sudah dapat dilakukan dengan menggunakan kartu kredit. Untuk pelayanan purna jual
apakah pasien akan kembali lagi ,tidak tergantung terhadap pelayanan di adminstrasi
pembayaran saja tetapi juga terhadap pelayanan dokter maupun perawat didalam
memberikan pelayanannya.
Ahmad Yani Kota Metro digunakan beberapa indikator yaitu kapabilitas pegawai di
terjadi selama dua tahun 2006 – 2007 di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro.
Kemudian dihitung Labour Turn Overnya. Dibawah ini adalah rincian pegawai atau
karyawan yang ada di RSUD Jenderal Ahmad Yani selama tahun 2006-2007 disajikan
Tabel 10
Turn Over Karyawan
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro tahun 2006
O Jenis Ketenagaan Awal Akhir Perubahan LTO ( % )
Tahun Tahun
1 Tenaga Struktural 17 17 0 0
3 Staf Administrasi 49 49 0 0
4 CPNS 17 17 0 0
5 Tenaga Honor 15 15 0 0
6 Tenaga Kontrak 10 10 0 0
7 Tenaga Magang 58 58 0 0
Tabel 11
Turn Over Karyawan
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro tahun 2007
O Jenis Ketenagaan Awal Akhir Perubahan LTO ( % )
Tahun Tahun
1 Tenaga Struktural 21 21 0 0
3 Staf Administrasi 49 49 0 0
4 CPNS 17 17 0 0
5 Tenaga Honor 23 23 0 0
6 Tenaga Kontrak 10 10 0 0
7 Tenaga Magang 58 58 0 0
Dari tabel dan tabel diatas terlihat bahwa tidak terjadi turn over di RSUD
Jenderal Ahmad Yani Kota Metro selama 3 tahun yaitu tahun 2006 dan 2007.
Berikut adalah pernyataan Kepala Urusan Pegawai RSUD Jenderal Ahmad Yani
Kota Metro :
“Absensi di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro menggunakan tanda tangan
langsung dan tidak langsung, teguran tidak langsung berupa pemberian surat teguran
Setiap hari pegawai RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro diwajibkan absen
dengan melakukan tanda tangan atau paraf kehadiran, selain itu para pegawai juga
diwajibkan untuk melakukan apel pagi. Jam kerja pegawai rumah sakit pemerintah
adalah jam 08.00 – 14.00. Untuk membantu memonitor dan kontrol di setiap unit, setiap
bulannya dipantau oleh kepala urusan pegawai melalui lembaran absensi. Absensi akan
diperhitungkan oleh kepegawaian sebagai salah satu dasar perhitungan imbalan jasa
medik yang diterima pegawai di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro setiap
bulannya.
Sumber daya manusia yang ada di RSUD Ahmad Yani Kota Metro harus
berkualitas dan memiliki kemampuan serta integritas yang baik, untuk itu setiap tahun
RSUD Ahmad Yani Kota Metro mengadakan pelatihan atau pendidikan lanjutan bagi
para pegawainya, baik untuk medis maupun paramedis. Pendidikan lanjutan yang ada di
1. Untuk pegawai medis, RSUD Ahmad Yani Kota Metro memberikan kesempatan
untuk bekerja di RSUD Ahmad Yani Kota Metro. Saat ini dokter umum yang sedang
radiologi, dan spesialis anestesi serta pendidikan lanjutan S3 yaitu spesialis bedah
digestipe.
2. Program untuk paramedis , yaitu dalam rangka peningkatan pegawai D3 menjadi S1
RSUD Ahmad Yani Kota Metro memberikan kesempatan para pegawainya untuk
Yani Kota Metro sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah yaitu Pemerintah Daerah Kota
Metro. Pihak RSUD Ahmad Yani Kota Metro mengirimkan para pegawainya untuk
mengikuti pelatihan dan pendidikan lanjutan sesuai dengan kebutuhan. Artinya setiap
tahun jumlah pegawai yang mengikuti pelatihan dan pendidikan lanjutan tidak tentu
Tabel 12
Gambaran Hubungan Antar Indikator
O IDIKATOR ILAI HASIL
1 Kinerja Keuangan
2007)
2 Kinerja Konsumen
Pasien
2. Kebijakan Poliklinik
- Komplain Pelanggan
dan Pertumbuhan
dengan baik
Dari tabel diatas terlihat bahwa hubungan keterkaitan antara variabel dari
keempat kinerja dalam Balance Scorecard. Secara umum pada perspektif keuangan
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan karena dari data keuangan terlihat bahwa
telah terjadi penurunan tingkat pendapatan di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro
pada tahun 2007. Anggaran yang lebih besar dari tahun sebelumnya ternyata tidak dapat
menambah pendapatan rumah sakit. Sedangkan untuk belanja yang dilakukan oleh
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro mengalami kenaikan anggaran dan
realisasinya. Hal ini disebabkan karena kebutuhan belanja rumah sakit pada tahun 2007
bertambah dari tahun 2006, terutama untuk belanja pegawai dan belanja barang dan jasa.
Kinerja pada perspektif konsumen secara umum sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan, Hal ini dapat dilihat dari pemberian kebijakan-kebijakan tertentu pada
pasien miskin atau tidak mampu, dengan penggunan kartu ASKIN untuk melakukan
pengobatan dan penggunaan ASKES untuk PNS. Selain itu pihak rumah sakit
memberlakukan penggunaan kartu yang sama untuk melakukan rawat inap dan
pengobatan di poliklinik.
kunjungan pasien yang cenderung meningkat, selain itu dari pengukuran dengan 6
indikator yaitu Bed Turnover Ratio (BTO), Gross Death Rate (GDR), 4et Death Rate
(NDR), Bed Occupacion Rate (BOR), Average Length of Stay (AvLOS) dan Turn Over
meningkatnya kepercayaan konsumen (pasien) untuk berobat di rumah sakit yang sangat
cepat dan efektif. Hal ini dapat dilihat bahwa dari hasil perhitungan indikator-indikator
tersebut sudah cukup baik dan memuaskan , meskipun nilai GDR pada tahun 2007
mengalami peningkatan.
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro menujukan kapabilitas kerja yang baik ,
diketahui dari angka turn over selama 2 tahun yang rendah, berarti bahwa kemapuan
rumah sakit untuk mempertahankan hubungan baik dengan pegawai bisa dikatakan
berhasil, hal ini akan berdampak pada tingkat loyalitas pegawai. Pada pelatihan dan
pendidikan lanjutan , pihak rumah sakit telah melakukan dengan baik dengan adanya
pengiriman pelatihan pegawai medis dan paramedis , serta pendidikan lanjutan bagi
anggota medis.
BAB V
RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro, maka dalam bab ini penulis akan memberikan
kesimpulan dan saran. Hasil penelitian ini adalah gambaran kinerja rumah sakit dalam
kurun waktu 2 tahun , yaitu tahun 2006 dan 2007. Hal tersebut dimaksudkan agar
menjadi masukan kepada pihak manajemen RSUD Ahmad Yani Kota Metro, agar dapat
strategi yang sedang dan akan dijalankan, sehingga dapat mempertahankan dan
meningkatkan kinerja yang baik dan dapat terus bersaing di bidang jasa pelayanan
kesehatan.
5.1. KESIMPULA
Dari hasil pembahasan dan uraian yang telah disampaikan pada bagian
1. Hasil penelitian kinerja di RSUD Ahmad Yani Kota Metro, menunjukkan bahwa
instrument kinerja yang ada dalam Balanced Scorecard dapat diterapkan di rumah sakit,
khususnya pada rmah sakit pemerintah. Untuk sampai pada proses perencanaan strategi
yang komprehensif diperlukan beberapa tahapan dan proses yang tidak cepat.
2. Hasil analisis kinerja yang dinilai pada keempat perspektif melalui pendekatan
konsep Balanced Scorecard di RSUD Ahmad Yani Kota Metro pada tahun 2006-2007
menunjukkan bahwa beberapa perspektif menunjukkan kinerja yang baik, hal tersebut
3. Penilaian kinerja pada perspektif keuangan , belum dapat diukur dengan baik dan
sehingga peneliti tidak dapat melakukan analisa rasio-rasio keuangan yang dinilai
melalui instrument laporan keuangan dari laporan laba rugi. Adapun data keuangan yang
dapat dinilai adalah hanya tingkat pertumbuhan pendapatan selama 2 tahun dari 2006-
2007 dan Cost Recovery Rate yang menunjukkan nilai yang kurang baik, dikarenakan
Yani Kota Metro yaitu kebijakan biaya pengobatan pasien , kebijakan poliklinik, dan
kebijakan rawat inap. Pada kebijakan biaya pengobatan pasien pihak RSUD Ahmad
Yani Kota Metro memberikan kebijakan terhadap orang miskin dan tidak mampu
dengan penggunaan JAMKESMAS dan ASKESKIN serta penggunaan kartu ASKES
untuk para PNS dalam melakukan pengobatan yang tidak adanya pungutan biaya dari
pihak rumah sakit. Di kebijakan poliklinik, pasien miskin atau tidak mampu tersebut
juga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk melakukan pengobatan dan pelayanan
ASKESKIN. Selain itu pemberian obat kepada para pasien disesuaikan berdasarkan asal
pasien. Pengguna JAMKESMAS dan ASKESKIN untuk orang miskin dan tidak mampu
atau penggunaan kartu ASKES untuk PNS diberikan obat yang khusus diperuntukan
bagi mereka. Yang terakhir , yaitu kebijakan rawat inap . Dalam prosedur rawat inap
untuk orang miskin dan tidak mampu atau penggunaan kartu ASKES untuk PNS dalam
melakukan rawat inap, pihak rumah sakit telah menetapkan ruangan-ruangan rawat inap
bagi mereka sesuai dengan asal pasien. Sedangkan untuk PNS disesuaikan berdasarkan
5. Pada perspektif proses bisnis internal diperoleh gambaran bahwa RSUD Ahmad
Yani Kota Metro selalu berusaha untuk menangkap kemauan pasar melalui inovasi-
inovasi yang akan dan sedang dijalankan oleh pihak rumah sakit. Beberapa indikator
telah menunjukkan kinerja yang baik , untuk kinerja yang belum maksimal pihak rumah
sakit harus lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan pendidikan, agar dalam
menangani pasien dapat lebih efektif dan efisien.Tahun mendatang rumah sakit
atau kesuburan. Penanganan komplain pasien walaupun belum tercatat dengan baik,
namun sebenarnya pihak manajemen rumah sakit telah melalukan kebijakan yang baik,
hanya pelaksanaannya dilapangan yang mungkin belum optimal dan belum ada SDM
dengan baik, terlihat dari retensi karyawan yang tinggi dilihat dari Labour Turn Over
umumnya disiplin pegawai yang sudah cukup tinggi. Sedangkan pelatihan dan
pendidikan lanjutan yang dijalankan oleh pihak RSUD Ahmad Yani Kota Metro telah
dilakukan dengan baik dengan adanay pem,berian pendidikan lanjutan dokter umum
SDM yang ada di RSUD Ahmad Yani Kota Metro menjadi lebih baik dan berkompeten.
5.2. SARA
RSUD Ahmad Yani Kota Metro sebaiknya mulai mempersiapkan suatu analisis
kinerja yang lebih komprehensif mencakup semua aspek, tidak hanya berfokus pada
kinerja keuangan saja , tetapi semua aspek yang ada pada konsep Balanced Scorecard .
Untuk tiap perspektif diperlukan adanya saran dan masukan terhadap kinerja
1. Perspektif Keuangan
rumah sakit dapat melakukan pengelolaan keuangan yang efektif. Walau telah ada
sistem pelaporan pendapatan, namun pencatatan sistem akuntansi masih belum lengkap,
hal ini tentunya akan mempersulit rumah sakit dalam melakukan analisa unit cost dan
akan dating, maka pihak RSUD Ahmad Yani Kota Metro harus melakukan system
pencatatan secara accrual basis yang didukung oleh sistem akuntansi biaya yang
komprehensif. Untuk itu perlu adanya kerjasama dengan bagian Sistem Informasi
Manajemen agar sistem informasi biaya yang dating dari tiap unit bagian yang ada di
rumah sakit dapat tercatat dengan baik. Dengan ini , maka diharapkan RSUD Ahmad
Yani Kota Metro mempunyai tambahan laporan keuangan yaitu laporan rugi laba,
sehingga dapat mengetahui indikator kondisi kesehatan keuangan rumah sakit melalui
2. Perspektif Pelanggan
kebijakan untuk menjaring pelanggan di kelas menengah atas , dimana adanya semacam
poli eksklusif dimana pasien tidak perlu lama menunggu , tentunya dengan tariff yang
pasar untuk tetap melayani seluruh golongan . Ada baiknya pihak RSUD Ahmad Yani
Kota Metro mencari sumber pembiayaan baru dari konsumen perusahaan atau asuransi
swasta untuk kerjasama dibidang kesehatan. Perbaikan lain yang dapat dilakukan juga
yaitu melakukan pelatihan dan pembinaan kepada secara terus menerus, untuk
masalah apa yang banyak dikeluhkan oleh pelanggan. Hal tersebut terjadi dikarenakan
evaluasi mengenai peraturan dan prosedur pelaksanaan yang telah dibuat. Ada baiknya
peraturan baru ke seluruh lapisan pekerja rumah sakit dan perlu adanya pihak yang
bertanggung jawab terhadap komplain. Untuk memotivasi, jika perlu diberikan reward
baik berupa penghargaan atau bonus kepada pegawai yang telah menjalankan tugas dan
Perlu dievaluasi apakah program pelatihan dan pendidikan lanjutan yang selama
ini diberikan oleh pihak rumah sakit telah sesuai dengan kebutuhan yang ada. Perlu
adanya rencana pelatihan rutin dan berkala yang berfokus pada customer satisfaction