You are on page 1of 12

2.

SENI TEATER

1. TEATER DAERAH SETEMPAT

2. TEATER NUSANTARA

3. TEATER MANCANEGARA

3. SENI MUSIK

1. MUSIK DAERAH SETEMPAT

2. MUSIK NUSANTARA

3. MUSIK MANCANEGARA

4. SENI RUPA

1. SENI RUPA DAERAH SETEMPAT

2. SENI RUPA NUSANTARA

3. SENI RUPA MANCANEGARA


A. SENI TARI :

1. TARI DAERAH SETEMPAT

TARI GENDINGSRIWIJAYA

Gending Sriwijaya merupakan tari spesifik masyarakat Sumatera Selatan untuk


menyambut tamu istimewa yang bekunjung ke daerah ini, seperti kepala negara, kepala-
kepala pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang setara itu. Tari tradisional
ini berasal dari masa kerajaan Sriwijaya. Tarian yang khas ini mencerminkan sikap tuan
rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa
itu. Tarian digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede,
Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai.

Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan
tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini
peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder.
Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran
pengawal terkadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung
atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk
dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa
pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya dilakukan
oleh putri saja. Sultan atau bangsawan.

Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri.
Demikianlah pula penari-penari lainnya. Tari Gending Sriwijaya, termasuk lagu
pengiringnya, diciptakan tahun 1944 untuk mengingatkan para pemuda bahwa para nenek
moyang adalah bangsa dan besar yang menghormati persaudaraan dan persahabatan antar
manusia dan hubungan antara manusia dengan Sang pencipta.

Masyarakat Palembang memiliki seni tari sendiri, baik bergaya modern hasil kreasi
seniman-seniwatinya, maupun tari-tarian klasik.Diantaranya, tari tepak atau tari tanggai
yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki
persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan
busananya.
Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari, sedang Gending Sriwijaya 9 penari.
Busana penari tepak atau tanggai ini tidak selengkap busana dan asesori penari Gending.
Tari Melati Karangan, merupakan perlambang keagungan kerajaan Sriwijaya
mempersembahkan mealati dalam bentuk emas kepada kaisar Cina di abad ke VII. Tari
Dana merupakan tarian rakyat yang biasa dibawakan para remaja. Tari digelarkan dalam
acara gembira yang dibawakan 4-6orang penari atau secara massal oleh putra-putri. Tari
Dana juga dikenal diseluruh Sumatera Selatan.
(sumber : palembangbari.blogdetik.com/.../sekilas-tari-gending-sriwijaya-tari-tanggai)

2. TARI NUSANTARA

TARI PIRING

Tari piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah
satu jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau
disebut dengan tari piring karena para penari saat menari membawa piring.
Pada awalnya dulu kala tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para
dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau
tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis
keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, tari piring juga dipakai
dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti, tapi
dipercaya bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang
lalu. Tari piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada
zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri
Wijaya, telah mendorong tari piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain
bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.
Urutan Seni Tari Piring
Pada Seni tari piring dapat dilakukan dalam berbagai cara atau versi, hal itu semua
tergantung dimana tempat atau kampung dimana Tarian Piring itu dilakukan. Namun
tidak begitu banyak perbedaan dari Tari Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan
tempat yang lainnya, khususnya mengenai konsep, pendekatan dan gaya persembahan.
Secara keseluruhannya, untuk memahami bagaimana sebuah Tari Piring disajikan, di
bawah ini merupakan urutan atau susunan sebuah persembahannya.
1. Persiapan awal.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan kesenian harus dimulakan dengan
persediaan yang rapi. Sebelum sebuah persembahan diadakan, selain latihan untuk
mewujudkan kecakapan, para penari Tari Piring juga harus mempunyai latihan penafasan
yang baik agar tidak kacau sewaktu membuat persembahan.
Menjelang hari atau masa persembahan, para penari Tari Piring harus memastikan agar
piring-piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang retak
atau sumbing harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri
atau orang ramai yang menonton. Ketika ini juga penari telah memutuskan jumlah piring
yang akan digunakan.

Segera setelah berakhir persembahan Silat Pulut di hadapan pasangan pengantin, piring-
piring akan diatur dalam berbagai bentuk dan susunan di hadapan pasangan pengantin
mengikut jumlah yang diperlukan oleh penari Tari Piring dan kesesuaian kawasan. Dalam
masa yang sama, penari Tari Piring telah bersiap sedia dengan menyarungkan dua bentuk
cincin khas, yaitu satu di jari tangan kanan dan satu di jari tangan kiri. Penari ini
kemudian memegang piring atau ceper yang tidak retak atau sumbing.
2. Mengawali tarian
Tari Piring akan diawali dengan rebana dan gong yang dimainkan oleh para pemusik.
Penari akan memulai Tari Piring dengan ’sembah pengantin’ sebanyak tiga kali sebagai
tanda hormat kepada pengantin tersebut yaitu; sembah pengantin tangan di hadapan
sembah pengantin tangan di sebelah kiri sembah pengantin tangan di sebelah kanan
3. Saat Menari
Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari Tari Piring akan memulakan
tariannya dengan mencapai piring yang di letakkan di hadapannya serta mengayun-
ayunkan tangan ke kanan dan kiri mengikut rentak muzik yang dimainkan. Penari
kemudian akan berdiri dan mula bertapak atau memijak satu persatu piriring-piring yang
telah disusun lebih awal tadi sambil menuju ke arah pasangan pengantin di hadapannya.
Pada umumnya, penari Tari Piring akan memastikan bahwa semua piring yang telah
diatur tersebut dipijak. Setelah semua piring selesai dipijak, penari Tari Piring akan
mengundurkan langkahnya dengan memijak semula piring yang telah disusun tadi. Penari
tidak boleh membelakangkan pengantin.
Dalam masa yang sama kedua tangan akan berterusan dihayun ke kanan dan ke kiri
sambil menghasilkan bunyi ‘ting ting ting ting …….’ hasil ketukan jari-jari penari yang
telah disarung cincin dangan bagian bawah piring. Sesekali, kedua telapan tangan yang
diletakkan piring akan dipusing-pusingkan ke atas dan ke bawah disamping seolah-olah
memusing-musingkannya di atas kepala
4. Mengakhiri Tarian
Sebuah sajian Tari Piring oleh seseorang penari akan dapat berakhir apabila semua piring
telah dipijak dan penari menutup sajiannya dengan melakukan sembah penutup atau
sembah pengantin sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan tiga sembah
pengantin dengan susunan berikut; sembah pengantin tangan sebelah kanan sembah
pengantin tangan sebelah kiri sembah pengantin tangan sebelah hadapan

MAKNA DARI PROSESI TARI PIRING


Tari Piring dikatakan tercipta dari ”wanita-wanita cantik yang berpakaian indah, serta
berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika membawa piring
berisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa sebagai sajian.
Wanita-wanita ini akan menari sambil berjalan, dan dalam masa yang sama menunjukan
kecakapan mereka membawa piring yang berisi makanan tersebut”. Kedatangan Islam
telah membawa perubahan kepada kepercayaan dan konsep tarian ini. Tari Piring tidak
lagi dipersembahkan kepada dewa-dewa, tetapi untuk majlis-majlis keramaian yang
dihadiri bersama oleh raja-raja atau pembesar negeri.
Keindahan dan keunikan Tari Piring telah mendorong kepada perluasan persembahannya
dikalangan rakyat jelata, yaitu dimajlis-majlis perkawinan yang melibatkan persandingan.
Dalam hal ini, persamaan konsep masih wujud, yaitu pasangan pengantin masih dianggap
sebagai raja yaitu ‘Raja Sehari’ dan layak dipersembahkan Tari Piring di hadapannya
ketika bersanding.
Seni Tari Piring mempunyai peranan yang besar di dalam adat istiadat perkawinan
masyarakat Minangkabau. Pada dasarnya, persembahan sesebuah Tari Piring di majlis-
majlis perkawinan adalah untuk tujuan hiburan semata-mata. Namun persembahan
tersebut boleh berperanan lebih dari pada itu. Persembahan Tari Piring di dalam sesebuah
majlis perkawinnan boleh dirasai peranannya oleh empat pihak yaitu; kepada pasangan
pengantin kepada tuan rumah kepada orang ramai kepada penari sendiri.
Pada umumnya, pakaian yang berwarna-warni dan cantik adalah hal wajib bagi sebuah
tarian. Tetapi pada Tari Piring, sudah cukup dengan berbaju Melayu dan bersamping saja.
Warna baju juga adalah terserah kepada penari sendiri untuk menentukannya. Namun,
warna-warna terang seperti merah dan kuning sering menjadi pilihan kepada penari Tari
Piring kerana ia lebih mudah di lihat oleh penonton.

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Piring, cukup dengan pukulan Rebana
dan Gong saja. Pukulan Gong amat penting sekali kerana ia akan menjadi panduan
kepada penari untuk menentukan langkah dan gerak Tari Piringnya. Pada umumnya,
kumpulan Rebana yang mengiringi dan mengarak pasangan pengantin diberi
tanggungjawab untuk mengiringi persembahan Tari Piring. Namun, dalam keadaan
tertentu Tari Piring boleh juga diiringi oleh alat musik lain seperti Talempong dan
Gendang.
Itulah artikel yang membahas mengenai Seni tari piring dari Sumatra barat atau Tanang
minangkabau. Semoga Budaya Seni tari asli dari tanah minangkabau ini bisa dijaga oleh
para generasi muda sehingga bisa tetap lestari dan tidak punah.

wisatamelayu.com/id/object/536/63/tari-piring/&nav=geo -
3. TARI MANCANEGARA
gerakan tango yang rancak selama ini dikenal mampu membangkitkan romantisme dan
kegairahan setiap pasangan yang membawakannya. Bahkan, orang yang melihatnya pun
akan lebih bersemangat karena melihat gerakan-gerakan dinamisnya.

Ternyata, tango tak hanya membuat suasana hati orang yang melakukan dan
menyaksikannya lebih bersemangat. Gerakan-gerakan dalam tarian ini pun mampu
menjaga kesehatan dan meningkatkan keseimbangan tubuh.

Bahkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas


Washington, tango bisa membantu meningkatkan keseimbangan dan aktivitas para
penderita parkinson. Penelitian itu dilaksanakan dengan memberikan latihan tango
kepada sekitar 19 penderita parkinson. Para pasien ini mengikuti latihan di dalam kelas
antara 20 menit hingga satu jam.

Parkinson atau paralysis agitans merupakan penyakit degeneratif syaraf yang ditemukan
pertama kali pada 1817 oleh Dr James Parkinson. Penyebab penyakititukarena ada
kerusakan jaringan otak kecil dan syaraf tulang belakang. Banyak yang menyangka
penyakit ini disebabkan virus, tapi yang benar karena keturunan atau mutasi gen dan
beberapa penyebab lain.

Akibatnya, pergerakan tubuh orang yang terkena parkinson pun terhambat. Kasus tertentu
yang sering ditemukan yakni penderita tiba-tiba jatuh tanpa sebab atau tidak bisa menjaga
keseimbangan. Paling parah, terhentinya pergerakan tubuh secara tiba-tiba dan tidak bisa
mengendalikan syaraf motorik tubuh.

Namun, kini ada sedikit harapan untuk membantu para penderita parkinson yaitu
memberikan kelas khusus tango. Dalam penelitian yang dipimpin Gammon M Earhart,
asisten profesor terapi fisik Universitas Washington, kursus tango yang diberikan kepada
penderita penyakit ini membuat kondisi mereka menjadi lebih baik.

"Awalnya, para penderita parkinson tak percaya dengan terapi ini karena mereka
beralasan sudah tak bisa menari lagi atau sudah sulit bergerak. Namun, setelah dicoba,
secara perlahan-lahan tango bisa meningkatkan kembali kemampuan gerakan tubuh
mereka," jelas Earhart.

Kelas tango bagi para penderita parkinson jelas berbeda dengan porsi yang diberikan
kepada orang normal. Untuk itu Earhart memberikan porsi yang sesuai, misalnya berupa
peregangan, latihan keseimbangan, gaya berjalan tango, pola gerakan kaki, cara
melangkah, dan akhirnya mencoba menari dengan atau tanpa pasangan.
Earhart menambahkan, gerakan-gerakan tango untuk penderita parkinson itu yakni 40
menit latihan duduk diikuti latihan berdiri dengan bantuan kursi untuk menguatkan otot-
otot kaki.

Akhirnya, setelah mengikuti latihan selama beberapa pekan, para penderita penyakit
tersebut menunjukkan kemajuan yang signifikan karena kemampuan menggerakkan
tubuhnya meningkat. Bahkan, para penderita parkinson memperlihatkan kembali
kemampuan keseimbangan tubuhnya.

"Meski baru penelitian awal, hasil yang kami peroleh menunjukkan bahwa tango bisa
diterapkan kepada para penderita parkinson. Tarian ini akan semakin efektif membantu
penderita penyakit itu jika dilakukan bersama-sama dalam sebuah kelas. Namun, itu bisa
saja dilakukan sendiri di rumah," papar Earhart.

Mengapa tango bisa memberikan efek positif pada penderita parkinson? Menurut Earhart,
ada beberapa aspek yang sangat membantu, antara lain gerakannya yang dinamis, ada
perpaduan kecepatan yang berbeda, langkah kaki untuk keseimbangan, dan gerakan ke
belakang yang rapi.

"Gerakan-gerakan yang dinamis dalam tarian ini jelas sangat cocok untuk membantu
memulihkan keseimbangan dan aktivitas tubuh penderita parkinson. Namun, yang tak
kalah penting adalah aspek sosial yang terbentuk saat latihan bersama di dalam kelas. Hal
itu membuat semangat hidup penderita parkinson tetap menyala," pungkasnya.
B.SENI TEATER

1. TEATER DAERAH SETEMPAT

TEATER DUL MULUK

Dari manakah dulmuluk berasal ? Ada beberapa versi tentang sejarah teater tradisional
yang berkembang di Sumatera Selatan itu. Satu versi yang sering disebut- sebut, teater ini
bermula dari syair Raja Ali Haji, sastrawan yang pernah bermukim di Riau.

Penyair dan anggota Asosiasi Tradisi Lisan Sumatera Selatan, Anwar Putra Bayu, di
Palembang, mengungkapkan, salah satu syair Raja Ali Haji diterbitkan dalam buku
Kejayaan Kerajaan Melayu. Karya yang mengisahkan Raja Abdul Muluk itu terkenal dan
menyebar di berbagai daerah Melayu, termasuk Palembang.

Seorang pedagang keturunan Arab, Wan Bakar, membacakan syair tentang Abdul Muluk di
sekitar rumahnya di Tangga Takat, 16 Ulu. Acara itu menarik minat masyarakat sehingga
datang berkerumun. Agar lebih menarik, pembacaan syair kemudian disertai dengan
peragaan oleh beberapa orang, ditambah iringan musik.

Pertunjukan itu mulai dikenal sebagai dulmuluk pada awal abad ke-20. Pada masa
penjajahan Jepang sejak tahun 1942, seni rakyat itu berkembang menjadi teater tradisi yang
dipentaskan dengan panggung. Saat itu dulmuluk

Grup teater kemudian bermunculan dan dulmuluk tumbuh dan digemari masyarakat.
”Dulmuluk menarik karena menampilkan teater yang lengkap. Ada lakon, syair, lagu-lagu
Melayu, dan lawakan. Lawakan, yang biasa disebut khadam, sering mengangkat dan
menertawakan ironi kehidupan sehari- hari masyarakat saat itu,” kata Anwar Putra Bayu.

Ketua Umum Himpunan Teater Tradisional Sumsel Muhsin Fajri menilai, pementasan
dulmuluk selalu ditunggu masyarakat karena akting di panggung dibawakan secara spontan
dan menghibur, bahkan penonton juga bisa merespons percakapan di atas panggung.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu dan bahasa Palembang.

Perjalanan dulmuluk mulai surut sejak tahun 1990-an, ketika alternatif hiburan semakin
banyak, terutama melalui televisi dan film layar lebar. Teater tradisi itu semakin merosot
setelah orang yang menggelar hajatan lebih memilih pertunjukan organ tunggal. Akhirnya,
dulmuluk seperti kehabisan energi, kehilangan pamor, dan tidak mampu bangkit lagi.

Pada masa akhir pemerintahan orde baru di desa baturaja kecamatan rambang dangku
pertunjukan dulmuluk sempat dihidupkan lagi, semua perlengkapan disediakan golkar
sebagai sponsor tunggal, tentu saja pakaiannya ditambah gambar pohon beringin.
Walaupun rata-rata pemainnya adalah orang tua, hampir setiap malam ada latihan
dulmuluk yang memang sudah jarang mereka mainkan, ketika dulmuluk masih berjaya
hampir setiap ada pesta pernikahan di sekitar kecamatan rambang dangku kelompok
dulmuluk desa baturaja selalu di tanggap semalam suntuk, namun sekarang belum ada yang
berusaha menghidupkan kembali seni teater tradisional tersebut sejak tumbangnya
pemerintahan orde baru

infokito.wordpress.com/.../dulmuluk-sebagai-peristiwa-sosial/

2. TEATER NUSANTARA

REOG PONOROGO dan WAROK

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut
dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo
dihiasi oleh sosok Warok dan Gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog
dipertunjukkan. Reog adalah salah satu bukti budaya daerah di Indonesia yang masih
sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Sejarah Reog Ponorogo


Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-
usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang
pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja
Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh
kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia
pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir.

Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak
muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa
anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak.
Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan
politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan
"sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki
Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.

Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal
sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya
ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan
pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya.

Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan
menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan
kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi
simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang
mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya.

Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan


dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan
perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki
Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian
Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi
pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru
dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono
Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang
berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat
oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan
singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom,
dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini
memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara
Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para
penari dalam keadaan 'kerasukan' saat mementaskan tariannya.

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur
mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog
merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada
secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak
mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas.
mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
Sumber : exploremyindonesia.blogspot.com, wisata-kami.blogspot.com

4. TEATER MANCANEGARA

Kabuki muncul pada awal tahun 1600an. Seni teater Kabuki diciptakan oleh seorang
wanita dari kuil bernama Okuni dan dipertunjukkan di atas sungai yang kering di ibukota
Kyoto jaman dahulu. Pada saat itu, Kabuki merupakan terobosan yang menarik minat
masyarakat Kyoto yang akhirnya mengakibatkan timbulnya semakin banyak
perkumpulan Kabuki lain. Kabuki di jaman itu berbeda dengan Kabuki yang dapat kita
lihat masa kini, perbedaannya adalah dulu Kabuki isinya kebanyakan adalah grup penari
perempuan. Para penari perempuan ini kebanyakan bekerja sebagai pelacur di luar
panggung. Melihat kenyataan bahwa pelacuran berakibat buruk kepada nilai moral di
masyarakat waktu itu, akhirnya pemerintahan Kyoto memutuskan untuk melarang wanita
untuk naik ke atas panggung. Namun ternyata pelarangan itu memiliki efek yang positif
bagi perkembangan Kabuki, karena penekanan Kabuki menjadi lebih kepada skill dan
bukan kecantikan fisik belaka dan menampilkan lebih banyak drama daripada tarian. Hal
ini meletakkan Kabuki ke jalur seni drama. Perkembangan selanjutnya adalah munculnya
profesi baru yaitu yang disebut dengan onnagata, atau aktor pria yang memerankan
wanita.

Abad 17 ( periode genroku, Saat memasuki abad ke 17, Kabuki telah menjadi bentuk
baku hiburan teatrikal bagi masyarakat umum dan hal ini memicu perkembangan pesat
Kabuki. Pada masa ini juga hubungan Kabuki dengan pertunjukkan boneka Bunraku
menjadi erat dalam arti saling mempengaruhi perkembangan masing-masing.)

Abad 18 (Pada awal abad 18, penulisan drama bunraku maju secara pesat, membuat
Kabuki seakan tidak lagi aksis pada masa itu. para aktor Kabuki bereaksi dengan
mengadaptasi pertunjukkan bunraku ke dalam pertunjukkan mereka. Pada abad ini pula,
pusat kebudayaan dari Kyoto dan Osaka pindah ke Edo, di mana karakter wanita Edo
lebih kuat dibandingkan dengan Kyoto. Hal ini mengakibatkan peran onnagata yang pada
awalnya adalah peranan yang lemah lembut menjadi kuat dan tegar.)

Pengaruh barat terhadap Kabuki

Pada tahun 1868, Jepang membuka diri terhadap masuknya dunia barat. Hal ini
berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan Kabuki. Salah satunya adalah banyak
peraturan pemerintah yang menekan Kabuki dihapus. Namun selain hal ini, Kabuki juga
harus beradaptasi dengan dunia yang telah berubah. Pada masa itu, simbol kesuksesan
aktor Kabuki adalah untuk dapat melakukan pertunjukkan di depan kaisar Meiji.

Kabuki di dunia modern

Kabuki sulit berkembang pada masa perang dunia II karena harus banyak kehilangan
aktornya dalam perang. Selain itu, seni Kabuki berhadapan dengan rival terbesarnya
dalam dunia hiburan, yaitu film dan televisi. Namun hingga kini, Kabuki tetap menjadi
salah satu bentuk seni teater yang masih dapat kita nikmati hingga saat ini.

C.SENI MUSIK

1. MUSIK DAERAH SETEMPAT

2. MUSIK NUSANTARA

3. MUSIK MANCANEGARA

D.SENI RUPA

1. SENI RUPA DAERAH SETEMPAT

2. SENI RUPA NUSANTARA

3. SENI RUPA MANCANEGARA

You might also like