You are on page 1of 32

RESUME PERAN PARADIGMA DALAM REVOLUSI SAIN

“THE STUCTURE OF SCIENTIFIC REVOLUTIONS”

Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu


Program Studi Pascasarjana (S2)
STHB

Oleh : Ranto Sitanggang, SH.

I. Pengantar : Sebuah Peran Bagi Sejarah

Para Ilmuwan berusaha untuk menyumbangkan suatu

unsur ke dalam konstelasi tertentu, perkembangan sains menjadi

proses sedikit demi sedikit yang menambahkan item-item ini,

satu persatu atau dalam bentuk gabungan yang semakin

membesar yang membentuk teknik dan pengetahuan sains.

Karenanya sejarah mempunyai dua tugas utama, di satu pihak

ia harus menetapkan oleh orang apa dan pada saat mana fakta,

dalil dan teori sains kontemporer itu ditemukan atau diciptakan.

Di pihak lain ia harus menguraikan dan menerangkan penumpukan

kekeliruan, mitos dan takhyul yang telah mengisi akumulasi yang

lebih cepat dari unsure-unsur pokok buku teks sains modern.

Sains telah mencakup kumpulan kepercayaan yang sangat

bertentangan dengan apa yang kita akui hari ini, jika


alternative-alternatif diberikan maka sejarahwan harus

memilih yang terakhir. Namun pilihan itu menyebabkan

sulitnya melihat perkembangan sains sebagai proses

pertambahan.

Semua keraguan dan kesulitan ini mengakibatkan revolusi

historiografis dalam studi sains meskipun masih dalam tahap

awal. Para sejarahwan sains telah memulai mengajukan jenis-

jenis pertanyaan y ang baru dan menelusuri garis-garis

perkembangan yang berbeda dan sering lebih sedikit dari yang

kumulatif bagi berbagai sains. Diantara kemungkinan yang

masuk akal itu, kesimpulan tertent u yang dicapainya bisa jadi

ditentukan oleh pengalamannya yang lalu dalam bidang-bidang

lain atau oleh peristiwa kebetulan dalam penyelidikan atau

oleh keadaan individualnya. Pengamatan dan pengalaman

dapat dan harus membatasi keanekaragaman kepercayaan

ilmiah yang diperbolehkan, kalau tidak maka tidak akan ada sains.

Sains yang normal kegiatan yang tak dapat dihindari menyerap

hampir seluruh waktu kebanyakan ilmuwan didasarkan atas asumsi

bahwa masyarakat ilmiah itu tahu seperti apa dunia ini dan sering

menekan hal-hal baru yang fundamental karena hal-hal baru itu

memerlukan diruntuhkannya komitmen-komitmen mendasar.

Revolusi sains adalah episode-episode yang termahsyur


dalam perkembangan sains yang sebelumnya dinamakan revolusi

yang terkait dengan nama-nama Copernicus, Newton, Lavoisier dan

Einstein. Masing-masi ng : memerlukan penolakan masyarakat

ilmiah terhadap teori sains yang pada suatu ketika mendapat

kehormatan demi teori yang bertentangan dengannya ; menghas

ilkan perubahan sebag ai akibatnya dalam masalah yang

tersedia bagi penelitian ilmiah; mentransformasikan

imajinasi ilmiah dengan cara-cara yang pada akhirnya dilukiskan

sebagai transformasi dunia yang didalamnya dilakukan karya

ilmah. Penemuan baru dalam teori juga bukan satu-satunya

peristiwa ilmiah yang mempunyai dampak revolusioner terhadap

para spesialisasi yang wilayahnya menjadi tempat terjadinya

peristiwa itu.

II. Jalan Menuju Sains Yang Normal

Sains yang normal berarti riset berdasar atas satu atau

lebih pencapaian ilmiah yang lalu, pencapaian yang oleh

masyarakat ilmiah tertentu pada suatu ketika dinyatakan sebagai

pemberi fundasi bagi praktek selanjutnya. Physica karya

Aristoteles, Almagest karya Ptolemaeus, Principia dan Opticks

karya Newton, Electricity karya Franklin, Chemistry karya

Lavoisier dan Geology karya Lyell, pencapaian mereka cukup baru

belum pernah ada sebelumnya sehingga dapat menghindarkan


kelompok penganut yang kekal dari mempersaingkan cara

melakukan kegiatan ilmiah. Orang-orang yang risetnya didasarkan

atas paradigma bersama terikat pada kaidah-kaidah dan standar-

standar praktek ilmiah yang sama. Konsep paradigma akan

sering menggantikan berbagai gagasan yang dikenal, maka lebih

banyak yang perlu dikatakan tentang alasan penggunaannya. Pada

abad ke-18 paradigma disajikan oleh Opticks karya Newton yang

mengajarkan bahwa cahaya adalah partikel yang sangat halus.Di

antara zaman kuno yang jauh dan akhir abad ke-17 tidak ada

periode yang memperlihatkan suatu pandangan tersendiri yang

diterima secara umum tentang sifat cahaya sebaliknya ada yang

mendukung teori Epicurus, teori Aristoteles, atau teori Plato.

Pada masa itu banyak pandangan tentang sifat listrik

dengan pengeksperimen seperti Hauksbee, Gray, Desaguliers,

Du Fay, Nollett, Watson, Franklin dan lain-lain. Semua konsep

kelistrikan mempunyai sesuatu yang sama yang menjadi pedoman

seluruh riset ilmiah pada zaman itu. Suatu kelompok teori dini

setelah praktek abad ke-17 menganggap pembangkitan tarikan

dan gesekan sebagai gejala kelistrikan yang fundamental.

Kelompok ini cenderung untuk memperlakukan tolakan sebagai

efek sekunder yang diakibatkan oleh suatu jenis pantulan mekanis

dan juga untuk menangguhkan selama mungkin diskusi maupun


riset yang sistematis tentang efek yang baru ditemukan oleh

Gray yaitu kondisi listrik.

Kumpulan fakta yang dihas ilkan berisi fakta-fakta yang

yang dapat dijangkau oleh eksperimen dan pengamatan dari

beberapa data yang dapat ditelusuri dari keterampilan yang

mapan seperti obat-obatan, pembuatan kalender dan metalurgi.

Hanya dalam hal statistika, dinamika dan optika geometris kuno,

fakta-fakta yang dikumpulkan dengan begitu sedikit bimbingan dari

teori yang telah dikukuhkan sebelumnya, berbicara dengan

kejelasan yang cukup untuk memungkinkan munculnya paradigma

yang pertama. Supaya diterima sebagai paradigma, sebuah teori

harus tampak lebih baik daripada saingannya. Jika dalam

perkembangan sains seseorang atau suatu kelompok mampu

menarik kebanyakan dari pemraktek generasi berikutnya, maka

secara berangsur-angsur aliran aliran lama hilang. Hilangnya

aliran-aliran itu sebagian disebabkan oleh pembelotan anggota -

anggotanya kepada paradigm yang baru, paradigma yang baru itu

menyiratkan suatu definisi baru yang lebih kaku tentang

bidangnya. Definisi yang kaku dari kelompok sains mempunyai

konsekuensi -konsekuensi lain, ketika ilmuwan mempercayai

paradigma dalam karya utamanya tidak perlu lagi membangun

kembali bidangnya, memulai dari prinsip- prinsip pertama dan


membenarkan penggunaan setiap konsep yang diperkenalkan.

Sebaliknya mereka biasanya akan tampil sebagai artikel-artikel

singkat yang ditujukan hanya kepada rekan-rekan professional,

orang-orang yang pengetahuannya tentang paradigma bersama

dapat diakui dan yang terbukti bahwa hanya mereka yang mampu

membaca makalah-makalah yang ditujukan kepada mereka.

Sejak zaman prasejarah bidang-bidang studi bergiliran

menyeberangi pembagi diantara apa yang sejarahwan bisa

menyebutnya prasejarahnya sebagai suatu sains dan sejarahnya

yang khas.Transisi kepada kematangan ini jarang begitu

mendadak atau begitu tegas seperti yang mungkin telah

disiratkan oleh pembahasan yang skematis. Akan tetapi transisi ini

juga tidak pernah secara historis bertahap, menyebabkan

perluasan yaitu dengan keseluruhan perkembangan bidang-bidang

tempat terjadinya transis Itu. Meskipun demikian dalam hal yang

penting tulisan mengenai listrik dari Cavendish, Coulomb dan

Volta dari abad ke-18 tampak lebih jauh dari tulisan-tulisan

Gray, Du Fay dan bahkan Franklin dibandingkan dengan tulisan

para penemu kelistrikan dari awal abad ke-18 dari tulisan-tulisan

abad ke-16. Sebagai kelompok mereka telah mencapai apa yang

didapat oleh para astronom zaman kuno oleh para peneliti gerak

abad pertengahan artinya mereka telah memperoleh paradigma


yang terbukti mampu menjadi pedoman bagi seluruh riset

kelompok itu.

III. Sifat Sains Yang Normal

Paradigma memperoleh statusnya karena lebih berhasil

daripada singannya dalam memecahkan beberapa masalah yang

mulai diakui oleh kelompok pemraktek bahwa masalah-masalah itu

rawan. Keberhasilan sebuiah paradigma pada mulanya sebagian

besar adalah janji akan keberhasilan yang dapat ditemukan

dalam contoh-contoh pilihan adan yang belum lengkap.

Sains yang normal memiliki mekanisme yang melekat

yang memastikan pelonggaran pembatasan yang mengikat riset

manakala paradigma yang menurunkannya itu tidak lagi berfungsi

secara efektif. Pada saat itu para ilmuwan berprilaku lain dan

sifat masalah-masalah riset mereka berubah, namun dalam

periode ketika paradigma itu berhasil, profesi telah berhasil

memecahkan masalah-masalah yang hampir tidak dapat

dibayangkan oleh para anggotanya dan tidak akan pernah dilakukan

tanpa komitmen dengan paradigma itu sekurang-kurangnya

bagian dari pencapaian itu selalu ternyata permanen.

Untuk mengetahui apa yang dimaksud riset normal atau

riset berdasarkan paradigma, bisa dilakukan melalui


pengumpulan fakta yakni dengan melakukan eksperimen-

eksperimen dan pengamatan-pengamatan yang diuraikan

dalam berkala-kala teknis yang digunakan oleh para ilmuwan

untuk memberikan informasi tentang hasil-hasil riset mereka

yang berkesinambungan kepada rekan-rekan professional

mereka.

Adanya paradigma itu menetapkan masalah yang harus

dipecahkan, seringkali teori paradigma itu terlibat langsung di

dalam desain peralatan yang mampu memecahkan masalah

tersebut. Tanpa principia misalnya, pengukuran dengan mesin

Atwood akan tidak berarti sama sekali. kelas yang ketiga

menyerap seluruh kegiatan pengumpulan fakta sains yang normal.

Kelas ini terdiri atas karya empiris yang dilaksanakan untuk

mengartikulasikan teori paradigm, memecahkan beberapa

ambiguitasnya yang masih tersisa dan memungkinkan pemecahan

masalah yang sebelumnya hanya menarik perhatiannya. Sebagian

dari karya teoritis yang normal meskipun hanya sebagian kecil

hanya tercapai karena menggunakan teori yang ada untuk

memprakirakan informasi faktual dengan nilai yang sebenarnya,

bukan karena prakiraan-prakiraan yang dihasilkan di dalamnya

memiliki nilai yang nyata melainkan karena prakiraan-

prakiraan itu dapat langsung dihadapkan dengan eksperimen.


IV. Sains Normal Sebagai Pemecah Teka-teki

Ciri yang menonjol dari masalah riset yang normal ialah

betapa sedikitnya masalah-masalah itu ditujukan untuk

menghasilkan penemuan-penemuan baru yang besar, konseptual

atau hebat. Pada abad ke-18 misalnyahanya sedikit perhatian

yang diberikan kepada eksperimen-eksperimen yang mengukur

tarikan listrik dengan peranti seperti neraca, karena tidak

memberikan hasil yang konsisten maupun yang sederhana,

eksperimen itu tidak dapat digunakan untuk mengartikulasikan

paradigm yang menurunkannya .Hasil-hasil yang diperoleh dalam

riset yang normal itu signifikan karena merupakan tambahan

bagi ruang lingkup dan presisi yang dapat diterapkan oleh

paradigma itu, namun hal tersebut tidak dapat menyebabkan

kegairahan dan ketekunan yang diperlihatkan oleh para ilmuwan

terhadap masalah-masalah riset yang normal. Mengantarkan

masalah riset yang normal kepada kesimpulan adalah mencapai apa

yang diantisipasi dengan suatu cara baru dan hal ini memerlukan

pemecahan segala jenis teka-teki instrumental, konseptual dan

matematis yang rumit.

Jika kita dapat menerima penggunaan istilah “kaidah”

yang sangat diperluas maka masalah masalah yang dapat

dijangkau di dalam tradisi riset tertentu memperlihatkan sesuatu


yang sangat mirip dengan perangkat karakteristik teka-teki ini.

Selama abad ke-18 para ilmuwan mencoba menurunkan gerakan-

gerakan bulan yang diamati dari hukum-hukum Newton tentang

gerak dan gravitasi tetapi tidak selalu berhasil . Akibatnya

beberapa orang menganjurkan untuk menggantikan hukum

berbanding terbalik dengan kuadratnya dengan hokum yang

menyimpang daripadanya pada jarak yang dekat. Studi tentang

tradisi-tradisi sains yang normal menyingkapkan banyak kaidah

tambahan, dan tradisi ini memberikan banyak informasi

tentang komitmen-komitmen yang diturunkan dari paradigma-

paradigma mereka. Pada suatu tingkat yang lebih rendah atau

lebih konkret daripada tingkat hukum dan teori misalnya terdapat

banyak komitmen kepada tipe-tipe instrumentasi yang dipilih dan

kepada instrument yang diterima boleh digunakan secara sah.

Kumpulan komitmen itu ternyata metafisis maupun

metodologis : Sebagai metafisis ia mengatakan kepada para

ilmuwan jenis-jenis maujud (entity) apa yang terkandung dan yang

tidak terkandung didalam alam semesta. Sebagai metodologis ia

mengatakan harus seperti apa hokum hukum tertinggidan

keterangan-keterangan fundamental itu, hukum harus merinci

gerakan dan interaksi korpuskel dan keterangan harus mengubah

setiap gejala alam menjadi tindakan korpuskel menurut hokum-


hukum ini. Pada tingkat yang lebih tinggi lagi terdapat

perangkat komitmen yang lain, yang tanpa itu siapapun tidak

bias disebut sebagai ilmuwan. Ilmuwan harus bisa memahami

dunia serta menambah ketepatan dan ruang lingkup yang

menatanya.

Pada gilirannya komitmen harus menyebabkan meneliti

dengan cermat, baik bagi dirinya sendiri maupun melalui rekan-

rekannya suatu segi dari alam dengan rincian empiris yang

teliti.Adanya jaringan komitmen yang kuat merupakan sumber

utama metafora yang menghubungkan sains yang normal kepada

pemecahan teka-teki karena menyajikan kaidah-kaidah yang

mengatakan kepada pemraktek spesialisasi yang telah matang

seperti apa dunia dan sainsnya itu. Sains yang normal adalah

kegiatan yang sangat ditentukan tetapi tidak perlu seluruhn ya

ditentukan oleh kaidah kaidah. Kaidah diturunkan dari

paradigma tetapi paradigma dapat menjadi pedoman bagi riset

bahkan tanpa adanya kaidah.

V. Keunggulan Paradigma

Sejarahwan harus membandingkan paradigma-paradigma

masyarakat itu satu sama lain dengan laporan riset pada masa itu,

tujuannya adalah menemukan unsure-unsur yang dapat diisolasi


secara gambling atau tersirat yang oleh para anggota

masyarakat bisa jadi telah diringkaskan dari paradigma-

paradigma yang lebih global dan digunakan sebagai kaidah-kaidah

dalam riset mereka. Meskipun demikian jika kepaduan tradisi

riset akan dipahami dari segi kaidah-kaidah, diperkukan beberapa

rincian tentang dasar bersama dalam bidang yang sesuai

akibatnya, pencarian kumpulan kaidah yang berwenang

membentuk tradisi riset normal tertentu menjadi sumber

frustasi yang dalam dan berkesinambungan.

Para ilmjuwan bisa sepakat bahwa Newton, Lavoisier,

Maxwell atau Einstein telah menghasilkan pemecahan yang

tampaknya permanen bagi sekelompok masalah penting namun

tidak sepakat tentang karakteristik-karakteristik abstrak tertentu

yang menjadikan pemecahan-pemecahan itu permanen. Artinya

mereka bisa sepakat dalam identifikasi tentang suatu paradigma

tanpa sepakat dalam atau bahkan berupaya untuk menghasilkan

interpretasi atau rasionalisasi yang bulat tentang paradigm itu.

Sesuatu yang jenisnya sama bisa saja berlaku bagi berbagai

teknik dan masalah riset yang timbul dalam suatu tradisi sains

yang normal.

Para ilmuwan bekerja berdasarkan model-model yang

diperoleh melalui pendidikan dan selanjutnya melalui terpaan


kepustakaan sering tanpa mengetahui atau merasa perlu

mengetahui karakteristik-karakteristik apa yang telah diberikan

oleh model-model ini bagi status paradigma paradigma

masyarakat.Para ilmuwan tidak biasa menanyakan atau

memperdebatkan apa yang membuat suatu masalah atau

pemecahan tertentu itu sah mendorong kita untuk menduga

bahwa sekurang-kurangnya secara naluriah mereka mengetahui

jawabannya. Paradigm-paradigma bisa lebih unggul, lebih

mengikat dan lebih lengkap daripada perangkat manapun dari

kaidah-kaidah untuk riset yang tidak diragukan pasti disarikan

dari paradigma-paradigma itu.

Proses belajarteori bergantung pada studi penerapannya

termasuk praktek pemecahan masalah baik dengan potlot dan

kertas maupun dengan instrument di laboratorium. Sains yang

normal hanya bisa berjalan tanpa kaidah-kaidah selama

masyarakat ilmiah yang relevan menerimanya tanpa

mempertanyakan pemecahan masalah tertentu yang telah

dicapainya. Oleh sebab itu kaidah-kaidah harus menjadi penting

dan ketakpedulian yang khas terhadapnya akanlenyap bilamana

paradigma paradigma tau model-model dibiarkan tidak kukuh.

VI. Anomali Dan munculnya penemuan sains


Sains yang normal , yakni kegiatan pemecahan masalah

yang baru saja kita teliti, adalah kegiatan yang sangat kumulatif,

benar-benar berhasil dalam tujuannya, perluasan secara tetap

ruang lingkup dan persisi pengetahuan sains. Sains yang normal

tidak ditujukan kepada kebaruan-kebaruan fakta atau teori dan,

jika berhasil tidak menemukan hal2 tersebut. Jika karakteristik

sains ini akan diselaraskan dengan apa yang telah dikatakan,

maka riset yang mengikuti suatu paradigma harus merupakan cara

yang sangat efektif untuk mendorong perubahan paradigma.

Untuk mengetahui betapa eratnya kebaruan factual dan

teoritis itu saling terjalin dalam penemuan ilmiah, perhatikan

contoh yang sangat terkenal yaitu penemuan oksigen, sinar X,

ahli fisika Roentgen penemuan bejana Leyden. Disadari atau tidak

putusan untuk mengunakan peralatan tertentu dan dengan cara

tertentu membawa asumsi bahwa hanya jenis keadaan

tertentu yang akan timbul. Ada harapan instrumental dan

pengharapan teoritis dan kedua-duanya sering memainkan peran

yang menentukan dalam perkembangan sains. Anomaly hanya

muncul dengan latar belakang yang disajikan oleh paradigma.

Semakin tepat paradigma yang dijangkaunya jauh itu, semakin

peka indicator yang disediakannya terhadap anomali, dan karena

itu terhadap peristiwa perubahan paradigma. Kenyataan bahwa


suatu kebaruan ilmiah yang signifikan begitu sering muncul

serempak dari berbagai labolatorium merupakan penunjuk, baik

kepada sifat sains normal yang sangat tradisional maupun kepada

ketuntasannya yang digunakan oleh pencarian tradisional untuk

merintisjalan bagi perubahannya sendiri.

VII. Krisis dan Munculnya teori Sains

Para filosof sains telah berulang-ulang mendemonstrasikan

bahwa terhadap sekelompok data tertentu selalu dapat diberikan

lebih dari satu kontruksi teoritis . Sejarah sains menunjukan

bahwa, terutama pada tahap-tahap awal perkembangan suatu

paradigma baru, bahkan tidak begitu sulit untuk menciptakan

alternative seperti itu. Akan tetapi penciptaan alternative itu

justru yang jarang dilakukan oleh para ilmuwan kecuali pada

tahap paradigma dari perkembangan sains dan pada peristiwa-

peristiwa yang sangat khusus selama evolusi selanjutnya. Selama

alat-alat yang disediakan oleh paradigma itu masih tetap mampu

memecahkan masalah-masalah yang ditetapkannya, sains maju

paling cepat dan menembus paling dalam melalui penggunaan

alat-alat itu yang disertai keyakinan. Alasannya jelas. Pada sains

tidak berbeda dengan di dalam pabrik pembaruan alat

merupakan pemborosan yang harus dicadangkan bagi saat-saat

yang benar-benar memerlukannya. Pentingnya kritik ialah karena


petunjuk yang diberikannya bahwa saat untuk pembaruan alat

sudah tiba.

VIII. Tanggapan Terhadap Kritis

Krisis itu merupakan prakondisi yang diperlukan dan

penting bagi munculnya teori-teori baru, tindakan

mempertimbangkan yang mengakibatkan para ilmuwan menolak

teori yang semula diterima itu selalu didasarkan atas lebih

daripada perbandingan teori itu dengan dunia. Putusan untuk

menolak sebuah paradigma selalu sekaligus merupakan putusan

untuk menerima yang lain, dan pertimbangan yang

mengakibatkan putusan itu melibatkan perbandingan paradigma-

paradigma dengan alam maupun satu sama lain. Disamping itu ada

alas an kedua untuk meragukan bahwa para ilmuwan menolak

paradigma karena dihadapkan kepada anomial-anomial atau

penggantinya. Bagaimana ilmuwan menanggapi kesadaran akan

anomial dalam kecocokan antara teori dan alam. Ketaksesuaian

yang jauh lebih besar pun daripada yang dialami dalam

penerapan lain dari teori itu sama sekali tidak perlu menarik

tanggapan yang sangat besar. Ketaksesuaian itu selalu ada.

Bahkan yang paling bandel pun biasanya pada akhirnya

menanggapi praktek yang normal.


Jika suatu anomali akan menimbulkan krisis, biasanya

harus lebih dari pada sekadar sebuah anomial. Selalu ada

kesulitan dalam kecocokan paradigma alam kebanyakan

diantaranya cepat atau lambat diluruskan, sering kali dengan

proses-proses yang tidak mungkin telah diramalkan. Transisi

kepada paradigma baru yang dihasilkannya adalah revolusi sains,

subjek yang pada akhirnya kita siap mendekatinya secara

langsung. Banyak criteria kemacetan dalam kegiatan sains

normal, criteria yang sama sekali tidak bergantung pada apakah

kemacetan itu diikuti oleh revolusi.

IX. Sifat dan Perlunya Revolusi Sains

Revolusi sains dianggap sebagai episode perkembangan

nonkumulatif yang didalamnya paradigma yang lama diganti

seluruhnya atau sebagaian oleh paradigma baru bertentangan.

Revolusi politik, revolusi sains. Marilah kita percayai saja bahwa

perbedaan-perbedaan di antara paradigma-paradigma yang

bertautan itu diperlukan serta tidak dapat diselaraskan.

Paradigma paradigma yang berurutan mengatakan kepada kita

hal-hal yang berbeda tentang populasi alam semesta dan tentang

perilaku populasi itu. Artinya mereka berbeda disekitar

pertanyaan-pertanyaan seperti adanya pertikel-pertikel

subatomic bahwa cahaya itu materi dan penghematan panas atau


energi. Inilah perbedaan-perbedaan yang sesungguhnya

diantara paradigma-paradigma yang berurutan, dan mereka

tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut. Paradigma-paradigma

adalah esensial bagi sains. Paradigma-paradigma itu juga esensial

bagi alam.

X. Sifat dan Perlunya Revolusi Sains

Perubahan-perubahan paradigma menyebabkan para

ilmuwan berbeda memandang dunia kegiatan risetnya .

Sepanjang satu-satunya jalan lain mereka ke dunia itu hanya

melalui apa yang mereka lihat dan lakukan, kita bisa jadi ingin

mengatakan bahwa setelah revolusi, para ilmuwan menanggapi

dunia yang berbeda. Apa yang dilihat orang bergantung pada apa

yang dipandangnya dan juga pada apa yang diajakannya

kepadanya untuk terlihat oleh pengalaman konsep visual

terdahulu. Bila latihan seperti itu tidak ada, maka hanya ada

“kekacauan sialan yang bersimpang siur” seperti yang

diungkapkan oleh William James.

Namun kendati eksperimen-eksperimen psikologis itu

sugestif, menurut sifatnya tidak bisa lebih dari itu. Eksperimen-

eksperimen itu juga memperagakan karakteristik-karakteristik

persepsi yang bisa merupakan sentral bagi perkembangan


sains, tetapi tidak mendemonstrasikan bahwa pengamatan

yang cermat dan terkontrol yang dilakukan oleh ilmuwan riset

benar-benar turut menjadi karakteristik itu. Namun, dengan

pengamatan ilmiah situasi itu tepat sebaliknya. Ilmuwan tidak

dapat mencari bantuan di atas atau yang melebihi apa yang

dilihatnya dengan mata dan instrumennya. Jika dapat dicari

bantuan autoritas yang lebih tinggi sehingga dapat diperlihatkan

bahwa penglihatannya telah berubah, maka autoritas itu sendiri

akan menjadi sumber datanya, dan perilaku penglihatannya akan

menjadi sumber masalah (seperti subjek eksperimen bagi

psikolog). Dan paradigma para ilmuwan mengenai sain

berubah dan tidak mengkotakkan lagi ilmu pengetahuan

tersebut setelah terjadi revolusi sain.

Paradigma itu telah sangat berguna, baik bagi sains

maupun bagi filsafat. Pemanfaatannya, seperti pemanfaatan

dinamika sendiri, telah berguna bagi pemahaman fundamental

yang mungkin tidak akan dapat dicapai dengan cara lain. Apa

yang terjadi selama revolusi sains tidak dapat sepenuhnya

direduksi menjadi reinterpretasi data-data individual yang

stabil. Ilmuwan yang menganut paradigma yang baru itu

bukannya menjadi penafsir, melainkan menjadi seperti orang

yang mengenakan kaca mata dengan lensa pembalik. Ketika


menghadapi konstelasi objek yang sama dengan sebelumnya, dan

tahu bahwa ia berbuat demikian, bagaimana pun ia menemukan

mereka dalam banyak rinciannya bertransformasi secara

menyeluruh.

Setiap interpretasi ini mensyaratkan suatu paradigma,

semuanya adalah bagian-bagian dari sains yang normal, kegiatan

yang seperti itu bertujuan memperbaiki, memperluas , dan

mengartikan paradigma yang sudah ada. Berkat paradigma yang

kita terima, kita dapat mengetahui apa itu data, instrumen apa

yang bisa digunakan untuk menelusurinya, dan konsep mana yang

relevan dengan interpretasinya. Jika paradigma ditentukan, maka

interpretasi data merupakan pokok kegiatan yang

mengeksplorasinya, akan tetapi kegiatan menginterpretasikan itu

hanya bisa mengartikulasikan paradigma, bukan mengoreksinya.

Paradigma sama sekali tidak dapat dikoreksi oleh sains yang

normal. Dengan adanya revolusi sains, para ilmuwan bekerja

dalam dunia yang berbeda sehingga tidak hanya mengkhususkan

pada bidang keilmuannya belaka.

XI. Tak Tampaknya Revolusi

Kita masih harus bertanya, bagaimana berakhirnya revolusi

sains. Namun, sebelum mengajukan pertanyaan itu, tampaknya


perlu melakukan upaya terakhir untuk memperkuat keyakinan

tentang kehadiran dan sifatnya. Baik ilmuwan maupun orang

awam mengambil banyak dari citra para ilmuwan terdahulu

tentang kegiatan sains yang kreatif dari sumber yang berwenang

yang secara sistematis menyamarkan (sebagian karena alasan-

alasan fungsional yang penting) adanya dan pentingnya revolusi

sains. Kita hanya berharap untuk membuat contoh historis yang

benar-benar efektifjika kewenangan itu diakui dan

dianalisis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua argumen

yang paling signifikan dan persuasif bagi paradigma yang

menghasilkan paradigma baru didasarkan atas kemampuan

komparatif para

Sebagai sumber autoritas, buku teks tentang sains

bersama-sama dengan popularisasinya maupun karya filosofis

yang sudah akan tentu mencontoh para ilmuwan terdahulu.

Namun hingga saat ini tidak ada sumber informasi lain yang

penting tentang sains yang tersedia kecuali melalui praktek

riset. Melalui praktek riset, menunjukkan kepada kumpulan

masalah, data, dan teori yang sudah diartikulasikan, paling sering

kepada perangkat paradigma tertentu tempat berkomitmennya

masyarakat sains pada saat mereka ditulis. Buku-buku teks

sendiri bertujuan mengkomunikasikan kosakata dan sintaksis


bahasa sains yang kontemporer. Namun apabila terdapat

penyimpangan terhadap suatu konstruksi pemikiran tentang

sains oleh para ilmuwan 9dalam buku-bukunya) menyebabkan

revolusi sain tidak tampak; penyusunan bahan yang masih tampak

menyiratkan suatu proses yang, bila ada, tidak akan memberi

fungsi kepada revolusi.

XII. Pemecahan Revolusi

Buku-buku teks mengenai sains dihasilkan sebagai akibat

dari revolusi sains yang merupakan dasar bagi tradisi baru sains

yang normal. Hal ini diakibatkan perkembangan zaman yang

diikuti dengan perubahan paradigma para ilmuwan terhadap

teori-teori maupun sains secara keseluruhan yang telah

diungkapkan para ilmuwan pendahulunya.

Perubahan paradigma tersebut diperoleh melalui praketk

riset, baik itu melalui pengujian, verifikasi, atau falsifikasi

teori-teori sains yang mapan. Pekerja riset adalah pemecah

teka-teki dan bukan sebagai penguji paradigma, meskipun

selama mencari pemecahan teka-teki tersebut, bisa menguji

coba sejumlah pendekatan alternatif, menolak yang gagal,

memberikan hasil yang diharapkan, ketika melakukan hal itu ia

bukan menguji paradigma. Upaya dalam melakukan percobaan


pemecahan teka-teki hanyalah untuk menguji diri sendiri, dan

bukan mencoba untuk menguji paradigma yang berlaku. Hal ini

hanya mungkin dilakukan selama paradigma itu sendiri dianggap

semestinya benar. Oleh karena itu, pengujian paradigma hanya

terjadi setelah kegagalan yang berlarut-larut dalam memecahkan

teka-teki yang penting menimbulkan krisis. Dan kendatipun

demikian, ia hanya terjadi setelah kesadaran akan krisis

memunculkan calon pengganti paradigma. Dalam sains, berbeda

dengan dalam pemecahan teka-teki, situasi pengujian tidak

pernah terjadi semata-mata karena perbandingan suatu

paradigma dengan alam. Akan tetapi, pengujian terjadi sebagai

bagian dari kompetisi di antara dua paradigma yang bersaingan

dalam memperebutkan kesetiaan masyarakat sains.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua argumen yang

paling signifikan dan persuasif bagi paradigma yang

menghasilkan paradigma baru didasarkan atas kemampuan

komparatif para ilmuwan dalam memecahkan suatu

permasalahan melalui proses pengujian, verifikasi, dan

falsifikasi.

XIII. Kemajuan Melalui Revolusi

Melalui revolusi, dapat membantu kita dalam


memperlihatkan hubungan yang tak bisa dilepaskan di antara

gagasan tentang sains dan kemajuan. Kita cenderung selalu

melihat setiap bidang itu ditandai dengan kemajuan sains,

padahal disana masih terdapat masalah pemahaman mengapa

kemajuan merupakan karakteristik yang pantas begitu

diperhatikan dari kegiatan yang dilakukan dengan teknik-teknik

dan tujuan-tujuan tertentu. Dalam semua kasu bidang keilmuan,

pemecahannya sebagian akan bergantung pada pembalikan

penglihatan kita yang normal terhadap hubungan antara kegiatan

sains dan masyarakat yang mempraktekkannya. Kita harus

belajar menyadari apa yang biasanya kita anggap efek itu

sebagai penyebab, yang berimplikasi kepada pengagungan

“kemajuan sains” dan “objektifitas sains”.

Masyarakat sains yang mapan memulai pekerjaan dari

satu paradigma tunggal atau dari perangkat yang hubungannya

erat. Jarang sekali masyarakat sains yang berbeda menyelidiki

masalah-masalah yang sama. Dalam kasus-kasus istimewa itu

kelompok-kelompok menganut beberapa paradigma utama

bersama-sama untuk menghasilkan karya kreatif yang berhasil,

dan karya kreatif tersebut adalah kemajuan.

XIV. Pascawacana -1969


Apabila paradigma-paradigma dicari dengan meneliti

perilaku anggota-anggota masyarakat sains yang ditetapkan

sebelumnya dapat dengan cepat menyingkapkan bahwa

sebagian besar buku, istilah “paradigma” digunakan dalam

dua arti yang berbeda. Di satu pihak, ia berarti keseluruhan

konstelasi kepercayaan, nilai, teknik, dan sebagainya yang

dimiliki bersama oleh anggota-anggota masyarakat tertentu.

Di pihak lain, ia menunjukkan sejenis unsur dalam konstelasi

itu, pemecahan teka-teki yang kongkret, yang jika

digunakansebagai model atau contoh, dapat menggantikan

kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan

teka-teki sains yang normal yang masih tertinggal.

Setidak-tidaknya secara filosofis, arti kedua dari

“paradigma” ini adalah yang lebih dalam dari yang dua, dan

klaim yang dibuat atas namanya merupakan sumber utama

berbagai kontroversi dan kesalahpahaman, terutama untuk

pernyataan mengenai sains menjadi kegiatan yang subjektif

dan irasional.

1. Pascawacana -1969

Istilah “paradigma” ialah apa yang dimiliki

bersama oleh anggota-anggota suatu masyarakat sains,


dan sebaliknya, masyarakat sains terdiri atas orang-

orang yang memiliki suatu paradigma bersama.

Masyarakat sains dapat dan seharusnya diisolasi tanpa

terlebih dulu meminta bantuan kepada paradigma; yang

belakangan ini kemudian dapat ditemukan dengan

meneliti perilaku anggota-anggota masyarakat yang

bersangkutan.

Dalam pandangan ini, masyarakat sain terdiri atas

pemraktek sosialisasi sains. Sampai tingkat yang tak ada

bandingannya dalam kebanyakan bidang lain, mereka

telah mengalami pendidikan dan memulai profesi yang

serupa; dalam proses ini mereka telah menyerap

kepustakaan teknik yang sama dan mengambil banyak

pelajaran yang sama daripadanya. Biasanya batas-batas

kepustakaan standar itu menandai batas materi subjek

sains, dan setiap masyarakat biasanya memiliki materi

subjek sendiri.

Revolusi adalah jenis khusus perubahan yang

melibatkan jenis tertentu rekonstruksi komitmen-

komitmen kelompok tertentu. Akan tetap, ia tidak perlu

merupakan perubahan besar, juga tidak perlu tampak

revolusioner bagi mereka yang berada di luar


masyarakat. Justru karena tipe perubahan ini, yang

tidak banyak dikenal atau dibahas dalam kepustakaan

filsafat sains, terjadi begitu teratur dalam skala yang

lebih kecil, maka perubahan revolusioner, sebagai

lawan kumulatif, begitu perlu dipahami.

2. Paradigma sebagai konstelasi komitmen

kelompok

Paradigma menyebutkan unsur-unsur filosofis

yang menjadi pokok bahasan literatur ini, menyiapkan

indeks analitik parsial dan menyimpulkan bahwa istilah

itu digunakan dengan cara-cara yang berbeda yang

disebabkan oleh inkonsistensi gaya penulisan.

Untuk maksu-maksud tersebut dikemukakan

“matriks disipliner” : “disipliner” karena ia mengacu

kepada dimilikinya disiplin tertentu oleh para

pemraktek bersama-sama; “matriks” karena ia terdiri

atas berbagai jenis unsur yang tertata yang masing-

masing memerlukan spesifikasi lebih lanjut. Semua atau

kebanyakan objek kelompok yang oleh teks asli saya

dijadikan paradigma, bagian-bagian paradigma, atau

paradigmatik adalah unsur-unsur yang membentuk


matriks disipliner, dan dalam keadaan demikian mereka

membentuk keseluruhan dan berfungsi bersama-sama.

3. Paradigma dan Contoh Bersama

Para filosof sains tidak biasa mendiskusikan

masalah-masalah yang ditemukan oleh mahasiswa di

laboratorium atau dalam teks sains karena dianggap

hanya memasok praktek dalam penerapan apa yang

telah diketahui oleh mahasiswa itu. Dikatakan bahwa ia

sama sekali tidak dapat memecahkan masalah-masalah

kecuali jika ia belajar dulu teori dan beberapa kaidah

untuk menerapkannya. Pengetahuan sains tertanam

dalam teori dan kaidah; masalah-masalah diberikan

untuk memperoleh kemudahan dalam penerapannya.

4. Pengetahuan diam-diam dan naluri

Acuan kepada pengetahuan diam-diam dan

kepada penolakan kaidah-kaidah yang terjadi

bersamaan mengisolasi masalah lain yang telah

menyusahkan banyak kritikus dan tampaknya

menyajikan dasar bagi tuduhan subjektivitas dan

irasionalitas dan pada prinsipnya naluri itu sesuatu yang

bukannya tidak dapat dianalisis. Pengetahuan diam-


diam didapat dari kejadian-kejadian di luar kekuasaan

kita, hal tersebut terjadi begitu saja, yang tanpa kita

sadari menyebabkan bertambahnya pengetahuan kita.

Sedangkan Pengetahuan naluri didapat karena adanya

hasrat manusia yang selalu ingin tahu dan mencoba

menganalisi suatu peristiwa yang dirasakan janggal dan

aneh yang memerlukan riset untuk memperolehnya.

5. Eksemplar, kemustahilan dibandingkan, dan

revolusi

Para pendukung teori yang tak mungk in

dibandingkan, sama sekali tak dapat berkomunikasi satu

sama lain; akibatnya, dalam perdebatan tentang pilihan

teori tidak dapat menggunakan bantuan alasan yang baik;

alih-alih, teori harus dipilih karena alasan yang akhirna

personal dan subjektif; sejenis appersepsi mistis menjadi

penyebab dicapainya keputusan yang sebenar-benarnya.

Jika ada ketidaksepakatan tentang kesimpulan,

pihak-pihak dalm debat tersebutdapat menelusuri kembali

langkah-langkah mereka satu per satu, membandingkan

masing-masing dengan ketetapan semula. Pada akhir

proses itu salah satu pihak harus mengakui bahwa ia telah


melakukan kekeliruan, melanggar kaidah yang telah

diterima sebelumnya. Setelah pengakuan itu ia tidak bisa

berpaling kepada bantuan lain, dan kemudian bukti

lawannya itu mempunyai kekuatan memaksa. Hanya jika

kedua pihak alih-alih menemukan, bahwa mereka berbeda

tentang makna atau penerapan kaidah yang ditetapkan,

bahwa kesepakatan sebelumnya tidak menyajikan dasar

yang cukup untuk bukti, maka perdebatan diteruskan

dalam bentuk yang tak dapat dihindari diambilnya selama

revolusi sains. Debat tersebut tentang premis, dan

bantuan yang bisa dimintanya adalah persuasi sebagai

pendahuluan bagi kemungkinan bukti.

Praktek sains yang normal bergantung pada

kemampuan, diperoleh adri eksemplar-eksemplar, kepada

objek-objek dan situasi kelompok ke dalam perangkat-

perangkat kemiripan yang primitif dalam arti bahwa

pengelompokan itu dilakukan tanpa jawaban atas

pertanyaan, maka satu aspek sentral dari setiap revolusi

adalah bahwa beberapa hubungan kemiripan itu

mengalami perubahan.

6. Revolusi dan Relativisme


Para pendukung teori-teori yang berbeda adalah

seperti anggota-anggota masyarakat budaya bahasa

yang berbeda. Mengenal paralelisme menunjukkan

bahwa dalam arti tertentu kedua kelompok itu bisa jadi

benar. Bila diterapkan pada budaya dan

perkembangannya, posisi itu relativistik.

Akan tetapi jika diterapkan pada sains, bisa jadi

tidak demikian, dan bagaimanapun ia jauh dari sekadar

relativisme dalam hal bahwa kritikusnya tidak bisa

melihat. Bila dianggap sebagai kelompok atau kelompok

dalam, para pemraktek sain yang berkembang yang

pada dasarnya adalah pemecah teka-teki.

Teori sains biasanya dirasakan lebih baik daripada

pendahulunya tidak hanya dalam arti bahwa ia adalah

instrumen yang lebih baik untuk menemukan dan

memecahkan teka-teki, tetapi juga karena ia,

bagaimana pun, merupakan penggambaran yang lebih

baik tentang seperti apa alam itu sebenarnya.

7. Sifat Sains

Bahwasannya sifat sains yang pertama adalah

kritis, dan yang kedua menguntungkan, dan diantara


kedua-duanya tidak berhubungan satu sama lain, kedua-

duanya cukup umum untuk menuntut sekurang-

kurangnya suatu tanggapan.

Meskipun perkembangan sains bisa lebih mirip

dengan perkembangan bidang lain daripada yang sering

diduga, ia juga berbeda secara menyolok. Untuk

mengatakan, misalnya, bahwa sains, setidak-tidaknya

setelah tahap tertentu dalam perkembangannya, maju

dengan cara yang tidak terdapat dalam bidang lain,

tidak dapat sama sekali salah, berupa apa pun

kemajuan itu.

You might also like