You are on page 1of 70

Pendekatan dan

Metodologi

F.1. Alur Kegiatan

D ari hasil pemahaman Konsultan terhadap lingkup pekerjaan yang tertuang di


dalam KAK di dukung oleh pengalaman perusahaan, maka di susun metodologi
menyeluruh dalam menyelesaikan pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan
sampai penyerahan produk akhir berupa gambar desain dan laporan. Untuk
memudahkan dalam memahami metodologi tersebut, maka Konsultan membuat
urutan dan keterkaitan antara masing-masing kegiatan dalam bentuk diagram alir
di bawah ini.

Untuk menjamin dan terarahnya kegiatan perencanaan maka perlu adanya suatu
panduan yang menggambarkan tahapan-tahapan kegiatan untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang diharapkan. Panduan atas tahapan-tahapan kegiatan ini
digambarkan dalam suatu diagram alir yang digambarkan dibawah ini, yang mana
setiap langkah (dalam diagram alir ditunjukan dalam bentuk panah) mempunyai
sasaran berupa produk atau awal dari kegiatan berikutnya.

Tahapan kegiatan disusun sebagai berikut :


a. Tahapan kegiatan pendahuluan dengan sasaran tersusunnya Laporan
Pendahuluan berisi rencana kerja penelitian lapangan dan pemilihan lokasi
yang akan disurvei pendahuluan dan orientasi/tinjauan lapangan serta berisi
rencana kerja, metode dan volume pelaksanaan yang akurat berdasarkan
kondisi lapangan untuk masing-masing kegiatan survei. Untuk menyusun
lokasi pasti dari lokasi survei dan rencana kerja yang lebih akurat, Konsultan
terlebih dahulu akan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yaitu
Dinas Permukiman, Dinas Pariwisata, Dinas Kelautan, serta Bappeda.
b. Tahapan kegiatan survei dan investigasi serta evaluasi dan analisa data
dimana sasarannya adalah tersedianya data lapangan untuk dianalisa dan
dievaluasi.

Usulan Teknis F-1


Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
 Survei topografi.
 Survei hidrografi (bathimetri).
 Survei hidro-oceanografi.
 Survei investigasi geoteknik.
 Analisa topografi dan bathimetri.
 Analisa hidroklimatologi dan oceanografi.
 Analisa mekanika tanah.
 Penyusunan model perubahan pantai.
 Penyusunan alternatif pengamanan pantai.
c. Tahap Penyusunan Detail Desain, meliputi kegiatan-kegiatan :
 Penggambaran detail desain.
 Penyusunan BOQ dan RAB.
 Penyusunan desain note dan Laporan Pendukung.

Disamping kegiatan-kegiatan yang disebutkan diatas pada pekerjaan ini juga akan
dilakukan asistensi dan diskusi sebagai kontrol dan arahan direksi terhadap
pelaksana atas kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilanjutkan yaitu berupa :
 Diskusi konsep laporan pendahuluan dimana akan ditentukan lokasi
yang diprioritaskan untuk ditindaklanjuti dengan survei dan
investigasi baik untuk detail desain maupun studi kelayakan.
 Asistensi konsep alternatif solusi banjir, dalam hal menentukan tipe
dan jenis bangunan pengamanan yang akan direncanakan, serta
pembahasan atas alternatif-alternatif desain.
 Diskusi konsep laporan akhir, yang membahas hasil studi
keseluruhan untuk mendapatkan masukan dari pihak yang terkair
sehingga konsep laporan ini dapat disempurnakan menjadi laporan
akhir.

Hubungan dan urutan kegiatan serta produk yang diharapkan akan dapat
dihasilkan digambarkan pada bagan alir dibawah ini.

Usulan Teknis F-2


Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
MULAI

PENGUMPULAN DATA

ANALISA AWAL ATAS KONDISI TINJAUAN LAPANGAN


KONDISI JARINGAN DRAINASE IDENTIFIKASI AWAL

PENYUSUNAN RENCANA KERJA & KOORDINASI DENGAN


LAPORAN PENDAHULUAN INSTANSI TERKAIT

TIDAK
DISKUSI

SURVEI TOPOGRAFI SURVEY JARINGAN SURVEY GROUND CHECK


KERANGKA HORIZONTAL DRAINASE FOTOGRAMTERI (FOTO UDARA)
KERANGKA VERTIKAL
POT.MELINTANG & SITUASI
PATOK TETAP
ANALISA INTERPRETASI FOTO
SURVEI TOPOGRAFI ANALISA HIDROKLIMATOLOGI UDARA
ELEVASI ANALISA HIDROLIKA
POSITIONING ANALISA SEDIMEN SIG FOTO UDARA

PENGGAMBARAN PETA ANALISA MODEL


SITUASI, POTONGAN & SISTEM JARINGAN DRAINASE
BATHIMETRI
LAPORAN
SURVEY

REKOMENDASI ALTERNATIF SISTEM JARINGAN DRAINASE


ANALISIS TATA
GUNA LAHAN
TIDAK
DISK
YA

PENGGAMBARAN

PENTAHAPAN
REKOMENDASI PROGRAM REVIEW DESIGN
TERPILIH PELAKSANAAN
FISIK NOTE
KONSTRUKSI

KONSEP LAPORAN
AKHIR
TIDAK
DISK FINAL LAP. SELESAI
AKHIR
Gambar F. 1 Bagan Alir Pekerjaan

Usulan Teknis F-3


Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
F.2. Pekerjaan Persiapan

Untuk menunjang kelancaran kegiatan proyek diperlukan administrasi yang baik


antara pemberi kerja dengan konsultan. Pekerjaan persiapan di mulai segera
setelah Konsultan menerima surat perintah mulai kerja (SPMK) dengan beberapa
kegiatan antara lain :

F.2.1 Pekerjaan Pendahuluan

• Pekerjaan Persiapan, meliputi:

1. Administrasi Proyek

Mempersiapkan administrasi proyek meliputi buku kontrak, surat perintah


mulai kerja (SPMK) dan surat penyerahan lapangan (SPL).

2. Persiapan Personil

Dengan dimulainya kegiatan proyek maka konsultan mempersiapkan


personil tenaga ahli yang tercantum di dalam proposal teknis. Setiap tenaga
ahli akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan survey meliputi
form survey maupun daftar (check list) kebutuhan data sekunder yang
diperlukan.

3. Persiapan Peralatan

Pada tahap awal dimulainya pekerjaan akan dipersiapkan peralatan yang


diperlukan untuk mendukung operasional proyek. Khususnya untuk tenaga
ahli yang melakukan survey akan mempersiapkan peralatannya yang sudah
dikalibrasi. Daftar peralatan dan surat uji kalibrasi akan disampaikan kepada
pemberi kerja untuk mendapatkan persetujuan.

4. Penyusunan Rencana Kerja Terinci

Agar tujuan pekerjaan dapat di capai baik mutu maupun waktu sesuai
sasaran yang di harapkan maka perlu di susun rencana kerja yang meliputi
jadwal pelaksanaan pekerjaan, jadwal penugasan personil dan jadwal
pemakaian peralatan. Penyusunan rencana kerja akan dituangkan dalam
Laporan Pendahuluan setelah dapat diketahui baik dari hasil analisa dan
evaluasi hasil studi terdahulu yang di komparasi dengan kondisi existing

Usulan Teknis F-4


Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
hasil tinjauan lapangan, terutama menyangkut kepastian lokasi yang akan
dilakukan survei dan investigasi. Hal ini terutama menyangkut kegiatan
lapangan yang perlu dilakukan sesuai dengan kondisi exsisting.

F.2.2 Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan ada 2 jenis yaitu data sekunder yang
bersifat umum (general) dan khusus. Data tersebut dikumpulkan dari
berbagai instansi terkait baik di pusat maupun daerah.

Data sekunder yang bersifat umum antara lain :

Tabel F. 1 Kebutuhan Data dan Peta

No. Jenis Data Sumber


1. Melakukan koordinasi dengan instansi Instansi Terkait.
terkait dalam hal pengadaan data.
2. Studi Terdahulu : Instansi Terkait.
− Identifikasi dan pengamanan erosi
pantai.
− Identifikasi dan inventarisasi sungai dan
muara.
3. Titik-titik referensi yang digunakan. BAKOSURTANAL
DISHIDROS-AL
4. Peta topografi (rupa bumi) daerah proyek BAKOSURTANAL
skala 1 : 50.000 / 1 : 25.000 atau yang
lebih besar.
5. RUTRW dan RDTR. BAPEDA Kab.
Setempat
6. Data Hidroklimatologi. BMG
7. Data dan peta-peta geologi sungai-sungai Direktorat Geologi
dan pantai skala 1 : 250.000. PPGL
8. Data hidro-oceanografi. Dinas Hidro-
Oceanografi
DISHIDROS – AL
Jakarta
9. Kabupaten Bekasi dalam angka th 2007. BPS.

Data sekunder yang bersifat khusus adalah data yang dibutuhkan oleh
masing-masing tenaga ahli untuk keperluan analisa detail yang biasanya
hanya didapatkan dari daerah meliputi :

Usulan Teknis F-5


Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Tabel F. 2 Kebutuhan Data Sekunder dari Daerah.

No. Jenis Data Sumber


1. Data hidraulic (pasang surut laut) dari Dinas Perhubungan.
pelabuhan terdekat. Terkait.
2. Data hujan beberapa pos hujan yang Dinas Pengairan
berada di DPS proyek. Kabupaten Setempat
dan terdekat.
3. Data AWLR (Automatic Water Level Dinas Pengairan Kab.
Recoreder) dan debit sungai. Setempat.
4. Peta dan rekaman data genangan Dinas Pengairan Kab.
banjir. Setempat.
5. Buku hasil studi dan perencanaan Instansi Terkait.
yang pernah dilakukan yang berkaitan
dengan banjir.
6. Titik Bench Mark (BM) referensi. Instansi Terkait.
7. Data kerugian Banjir serta lokasi dan Instansi Terkait.
infrastruktur yang rusak.
8. Dan lain-lain. -

F.2.3 Studi Pendahuluan

Pada tahap ini merupakan studi awal atas kondisi wilayah kajian pada saat
ini dan penulurusan data serta studi yang telah ada terutama menyangkut
segi hidro-oceanografi, morfologi sungai, morfologi pantai, tata guna
lahan, kondisi bangunan pantai existing serta identifikasi wilayah kritis
abrasi dan sedimentasi di samping usulan-usulan pada studi yang telah
ada. Demikian juga halnya dengan peta-peta yang diperlukan seperti peta
topografi terbesar yang ada dan terbaru (diharapkan peta skala 1 : 25.000
atau lebih besar) serta referensi-referensi sebagai acuan dalam
pengukuran situasi sungai pada ruas-ruas yang telah ditentukan.

Kegiatan studi pendahuluan terdiri dari site visit, survey pemetaan


topografi, geoteknik/mekanika tanah (termasuk geologi), bathimetri serta
hidrologi & hidrometri. Masing-masing kegiatan survai diuraikan sebagai
berikut :

• Site Visit/Orientasi Lapangan

Untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan dan informasi


yang lengkap tentang wilayah proyek, maka Konsultan
menugaskan team leader bersama ahli sungai dan ahli pantai
untuk melakukan peninjauan lapangan dan berkoordinasi dengan
instansi daerah. Peninjauan ini sangat bermanfaat terutama

Usulan Teknis F-6


Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
untuk merencanakan strategi pelaksanaan survey Hidrometri,
Geoteknik, Topografi, Bathimetri dan memperoleh informasi
permasalahan yang ada di daerah proyek khususnya yang
berkaitan dengan banjir serta erosi dan sedimentasi pantai.
Selama kunjungan lapangan akan dilakukan juga pengumpulan
data sekunder antara lain :

 Data kabupaten Nagan Raya dalam angka, sumber BPS.


 Peta daerah genangan akibat banjir maupun genangan
rawa.
 Buku hasil studi maupun perencanaan yang pernah
dilakukan.
 Peta tata guna lahan dan Rencana strategis dan tataruang
Kabupaten Nagan Raya, sumber Pemda.
 Daftar harga satuan bahan dan upah setempat.
 Dan lain-lain.

F.2.4 Analisis Data dan Evaluasi Studi Terdahulu

Kajian terhadap studi-studi terdahulu dimaksudkan untuk didapatkan


kesinambungan program penanganan/pengamanan sungai-sungai yang di
maksud di atas pada level makro sistem dan mikro sistem sehingga
nampak jelas adanya penajaman atau konsep detail dari usaha proteksi
tebing/pengamanan pantai di atas ruas yang telah ditentukan.

Aspek yang dipelajari dari studi terdahulu meliputi :

 Rekomendasi studi terdahulu dan relevansinya terhadap pekerjaan


yang akan dilaksanakan.
 Pendekatan teknis dari permasalahan yang ada, kemudian
diklarifikasi validitasnya di lapangan.
 Rekomendasi pemecahan masalah dan program penangannya baik
aspek teknik maupun skala prioritasnya apakah masih representarif
untuk kondisi saat ini.
 Identifikasi lokasi serta masalah rawan pada tebing pantai/sungai.

Usulan Teknis F-7


Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
 Relevansi rekomendasi studi terdahulu terhadap kondisi existing pada
saat ini dengan melakukan komparasi secara visual di lapangan.
 Ketersediaan data dari studi terdahulu terutama data hydro-
oceanografi, data debit sungai, referensi dan lain-lain.
 Permasalahan aktual pada saat ini baik secara fisik lapangan maupun
terhadap rencana pengembangan dari instansi-instansi terkait dan
kaitannya dengan perubahan tata ruang serta faktual di lapangan.

F.2.5 Penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK)

Dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan pelaksanaan proyek guna


terwujudnya suatu sasaran yang hendak di capai, maka perlu mengacu
pada kebijaksanaan yang tertuang pada keputusan Presiden No. 18 tahun
2000 serta undang-undang No. 19/1999 tentang hasil kegiatan berupa
proses serta persyaratan dalam pengendalian pelaksanaan proyek berupa
Rencana Mutu Kontrak (RMK).

Sebagai tindak lanjut kebijaksanaan tersebut di atas, maka dikeluarkan


suatu pedoman dari Direktorat Jenderal SDA melalui Surat No. PR.01.0.-
DS/342 tanggal 2 Nopember 2001 perihal Pelaksanaan Penerapan Sistim
Jaminan Mutu Bidang Pengairan, pada proyek pengairan Direktorat
Jenderal SDA di mana diwajibkan untuk penerapan sistim jaminan mutu
dengan cara penerapan mutu yang akan digunakan sebagai dokumen
pengendalian proses pelaksanaan proyek.

Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu ditetapkan prosedur yang


tersusun secara sistematis dan mantap. Dengan adanya prosedur tersebut
maka dapat digunakan untuk memulai efektivitas dari kegiatan
pelaksanaan yang terjadi pada suatu proyek.

Sebelum kegiatan lapangan dimulai Konsultan akan membuat RMK sesuai


standar yang berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
dan harus mendapatkan persetujuan dari pemberi kerja. Isi dari RMK
adalah semua kegiatan yang akan dilakukan beserta volume pekerjaannya,
produk yang akan diserahkan konsultan kepada pemberi kerja sesuai KAK
serta jadwal kegiatan proyek. Fungsi dari RMK adalah sebagai kontrol dan
uji petik pemberi kerja terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh
konsultan.

Usulan Teknis F-8


Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
F.3. Menentukan Beberapa Alternatif Pemecahan
Masalah

Menentukan beberapa altematif penanganan banjir secara terpadu berupa konsep-


konsep serta sistem drainase yang akan dipakai disertai keuntungan dan kerugian
berdasarkan data foto udara untuk diupayakan alternatif perencanaan awal
mengenai bangunan-bangunan air.

F.4. Kegiatan Survey dan Investigasi

F.4.1 Pengukuran Topografi

Pelaksanaan pekerjaan pengukuran topografi dalam pelaksanaannya


melalui proses pengambilan data, pengolahan data lapangan, perhitungan,
penggambaran dan penyajian data pada laporan.

Survey topografi yang dilakukan sesuai KAK adalah pengukuran sungai


sepanjang ± 25 km ke arah hilir sungai Seumayam .

Berdasarkan pemahaman dan kajian yang telah diuraikan pada bab


pemahaman umum proyek sebelumnya, Secara garis besar pengambilan
data topografi meliputi :

1. Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal.


2. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal.
3. Pengukuran Detail Situasi.
4. Pengukuran melintang.

Prosedur kerja lapangan dan studio diuraikan di bawah ini.

a) Peralatan yang diperlukan


 Peralatan yang akan di pakai telah memenuhi persyaratan
ketelitian (kalibrasi) dan sudah di periksa dan disetujui
oleh pemberi kerja.
 Theodolite T1/Wild, dipergunakan untuk kegiatan
pembuatan kerangka horizontal utama, baik untuk
pemetaan situasi maupun pengukuran trase.

Usulan Teknis F-9


Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
 Waterpass (WP), dipergunakan untuk kegiatan pembuatan
kerangka vertical dan pengukuran trase.
 Theodolite To/Wild, dipergunakan untuk kegiatan
pemetaan situasi rincikan.
 EDM (Electronic Distance Measure), dipergunakan untuk
pengukuran jarak akurat poligon utama

b) Titik Referensi dan Pemasangan Benchmark (BM), Control Point


(CP) dan patok kayu

Dalam pelaksanaan pengukuran situasi detail dan trase


sungai/pantai, Konsultan akan menggunakan titik tetap yang
sudah ada sebagai titik acuan (referensi) dan harus diketahui dan
disetujui oleh pemberi kerja.

Untuk menunjang hasil kegiatan proyek, dilakukan penambahan


benchmark baik berupa BM maupun CP di beberapa lokasi untuk
menjamin akurasi pengukuran pada saat pelaksanaan konstruksi.

Dimensi patok Benchmark (BM) berukuran 20 cm x 20 cm x 100


cm terbuat dari beton dan Control Point (CP) berukuran 10 cm x
10 cm x 80 cm atau pipa paralon diameter 4“ diisi beton cor.
Keduanya dilengkapi paku/besi beton yang dipasang menonjol
setinggi 1 cm pada bagian atas BM dan CP.

Penempatan CP dan BM pada posisi yang memudahkan kontrol


pengukuran, aman dari gangguan manusia atau hewan, tidak
mengganggu transportasi dan kegiatan rutin penduduk sekitar,
diluar areal kerja/batas pembebasan tanah untuk bangunan air
dan saluran, tetapi cukup mudah dicari dan berada dicakupan
lokasi kerja. Patok CP dan BM dilengkapi dengan kode proyek,
nama, nomor dan huruf yang akan dikonsultasikan dengan
direksi.

Sesuai KAK, spesifikasi rintisan dan pemasangan patok dan patok


permanen (BM dan CP) kerangka dasar pengukuran adalah
sebagai berikut :

Usulan Teknis F - 10
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
 Pemasangan patok, BM dan CP dilaksanakan pada jalur-jalur
pengukuran sehingga memudahkan pelaksanaan pengukuran.
 BM, CP dan patok di pasang sebelum pengukuran situasi
sungai/pantai dilaksanakan.
 BM di pasang pada setiap jarak ± 2.0 km dan CP di pasang
pada setiap jarak 2.0 km (berdampingan dengan BM) atau
pada tempat yang diperkirakan akan di buat bangunan
penanggulangan banjir. Pilar-pilar tersebut di buat dari
konstruksi beton.
 BM dan CP tersebut di pasang pada tempat-tempat yang
aman, stabil serta mudah ditemukan.
 Apabila tidak memungkinkan untuk mendapatkan tempat
yang stabil, misalnya tanah gembur atau rawa-rawa maka
pemasangan BM dan CP tersebut harus di sangga dengan
bamboo/kayu.
 Patok-patok di pasang maksimal setiap jarak 100 m pada
bagian sungai yang lurus dan < 50 m pada bagian sungai
yang berkelok-kelok (disesuaikan dengan keperluan).
 Patok-patok di buat dari kayu (misal kayu gelam/dolken)
dengan diameter 3 – 5 cm. Pada bagian atas patok ditandai
dengan paku payung.
 Jalur rintisan/pengukuran mengikuti alur sungai dan pantai.
 Didalam laporan topografi akan di buat buku Diskripsi BM
yang memuat, posisi BM dan CP dilengkapi dengan foto,
denah lokasi, dan nilai koordinat (x, y, z).
Pen kuningan
Ø6cm
20

Pelatmarmer 12x 12 Pipapralon PVC Ø6cm


25

Nomor titik

TulangantiangØ10
Dicor beton
SengkangØ5-15
10
100

65

Dicor beton
75
20

Beton1:2:3
15

10

20

Pasir dipadatkan
20

40

Benchmark Control Point

Usulan Teknis F - 11
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Gambar F. 2 Bentuk BM dan CP

c) Pengukuran kerangka dasar pemetaan.

Sebelum melakukan pekerjaan pemetaan areal Rencana sungai


dan pantai baik pengukuran kerangka dasar horizontal, kerangka
dasar vertikal maupun pengukuran detail situasi, terlebih dahulu
dilakukan pematokan yang mengcover seluruh areal yang akan
dipetakan.

Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan


dikoreksikan terhadap azimut magnetis.

Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100


meter. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan
menggunakan pita ukur, sangat tergantung kepada cara
pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Khusus
untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan
dengan cara seperti di Gambar F.3.

Jarak AB = d1 + d2 + d3

d1
d2

A 1

d3

2
B

Gambar F. 3 Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring

Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan


juga pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur
sebagai koreksi.

Usulan Teknis F - 12
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi

Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran


horisontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik.
Besarnya sudut jurusan dihitung berdasarkan hasil pengukuran
sudut mendatar di masing-masing titik poligon. Penjelasan
pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat Gambar F.4.

β = sudut mendatar
α AB = bacaan skala horisontal ke target kiri
α AC = bacaan skala horisontal ke target kanan

Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi


teropong biasa (B) dan luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis
sebagai berikut:
Jarak antara titik-titik poligon adalah ≤ 50 m.
Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.
Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
Selisih sudut antara dua pembacaan ≤ 2” (dua detik).
Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut.

(f x
2
= fy
2
)
KI = ≤ 1 : 5.000
∑d
Bentuk geometris poligon adalah loop.

Usulan Teknis F - 13
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi

αAB
β B

αAC

A
C

Gambar F. 4 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.

Pengamatan Azimuth Astronomis

Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth


awal yaitu:
 Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan
kesalahan akumulatif pada sudut-sudut terukur
dalam jaringan poligon.
 Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik
kontrol/poligon yang tidak terlihat satu dengan yang
lainnya.
 Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar
pada pekerjaan pengukuran yang bersifat
lokal/koordinat lokal.

Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:

 Alat ukur yang digunakan Theodolite T1

 Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)


 Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)

Usulan Teknis F - 14
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada
Gambar F.5, Azimuth Target (α T) adalah:

α T =α M +β atau α T =α M +(ι T -ι M )

di mana:
αT = azimuth ke target
αM = azimuth pusat matahari
(ι T) = bacaan jurusan mendatar ke target
(ι M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari
β = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan
jurusan ke target

U (Geografi)
Matahari

αM αT

Target
A

Gambar F. 5 Pengamatan Azimuth Astronomis.

Pengukuran kerangka dasar horizontal dilakukan dengan metoda


poligon dimaksudkan untuk mengetahui posisi horizontal,
koordinat (X,Y ).

Adapun spesifikasi pengukuran kerangka dasar antara lain :

 Pengukuran poligon adalah untuk menentukan koordinat


titik-titik poligon yang digunakan sebagai kerangka
pemetaan.
 Pengukuran polygon sebagai kerangka kontrol horisontal
dan pengukuran waterpass sebagai kerangka vertikal.
Pengukuran kerangka dasar pemetaan ini harus terikat
dengan benchmark referensi dan di bagi dalam beberapa
loop/kring sesuai dengan kebutuhan.

Usulan Teknis F - 15
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
 Pengukuran poligon diikatkan pada titik tetap geodetis
(titik trianggulasi) dan titik tersebut harus masih dalam
keadaan baik serta mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pekerjaan. Pengontrolan sudut hasil pengukuran poligon
dilakukan penelitian azimuth satu sisi dengan pengamatan
matahari pada setiap jarak ± 2.5 km.
 Sudut polygon diusahakan tidak ada sudut lancip, alat
ukur yang di pakai adalah Theodolite T2 atau yang
sederajat dengan ketelitian ± 20” dan Elektronik Distance
Meter (EDM).
 Kerangka cabang dilakukan dengan ketentuan panjang sisi
poligon maksimum 100 m. Jarak kerangka cabang diukur
ketinggiannya dengan waterpass.
 Selisih sudut antara dua pembacaan < 2” (dua detik).
 Persyaratan pengukuran poligon utama mempunyai
kesalahan sudut (toleransi) adalah 10”√n detik pada loop
tertutup dimana n adalah jumlah titik poligon. Pada
poligon cabang toleransi kesalahan sudut adalah 20”√n
detik dengan n adalah jumlah titik poligon.
 Salah penutup utama jarak fd <1:7.500, dimana fd adalah
jumlah penutup jarak.
 Pengukuran waterpass setiap seksi dilakukan pergi-pulang
yang harus dilakukan dalam satu hari.
 Jalur pengukuran waterpass harus merupakan jalur yang
tertutup dengan toleransi kesalahan beda tinggi 10√D
(mm) dimana D = panjang jarak (km).
 Pengukuran sudut dilakukan dua seri (biasa dan luar
biasa) muka belakang.
 Jarak di ukur dengan pita ukur.
 Jalur poligon di buat dalam bentuk geometris poligon kring
tertutup (loop) melalui BM dan patok kayu dan bagian
sungai/pantai berada dalam kring tersebut.

Usulan Teknis F - 16
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi

Gambar F. 6 Contoh Pengukuran Topografi

Pengukuran Waterpass

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi


elevasi (Z), pada masing-masing patok kerangka dasar vertikal.
Metoda pengukuran yang dilakukan ini metoda waterpas, yaitu
dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik
terhadap bidang referensi yang di pilih (LWS), jalannya
pengukuran setiap titik seperti diilustrasikan pada gambar 6.1. di
bawah ini.

rambu

P3
P2 LWS=0,00
P1

Gambar F. 7 Pengukuran waterpass

Usulan Teknis F - 17
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Spesifikasi Teknis Pengukuran Waterpass adalah sebagai berikut :

1) Maksud pengukuran waterpass adalah untuk menentukan


ketinggian titik-titik (BM, CP dan patok-patok) terhadap
bidang referensi tertentu yang akan digunakan sebagai jaring
sipat datar pemetaan.
2) Alat ukur yang dipakai adalah Automatic Level NAK-2 atau
yang sederajat dan rambu ukur alumunium 3 m.
3) Jalur pengukuran di bagi menjadi beberapa seksi.
4) Tiap seksi di bagi menjadi slag yang genap.
5) Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan
rambu belakang menjadi rambu muka.
6) Pengukuran waterpass dilakukan dengan cara double stand,
ring. Panjang seksi-seksi pengukuran waterpass antara 1,00 –
2,20 km.
7) Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2
mm.
8) Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon dan meliwati (BM).
9) Toleransi salah penutup tinggi (Sp) < 10 mm √D, Dimana :

i. n = Salah penutup tinggi.


ii. D = Jarak dalam satuan km.

10)Pengukuran waterpass diikatkan pada titik tetap ketinggian


geodetis yang ada di dekat daerah pengukuran atau titik
referensi lain yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
11)Pembacaan rambu dengan tiga benang (benang atas, tengah
dan bawah).
12)Pengukuran sifat datar ini dilakukan melalui titik-titik poligon
dan patok lainnya yang digunakan untuk pengukuran situasi
dan profil melintang sungai/pantai.

Pengukuran Situasi Detail

Penentuan posisi (x,y,z) titik detail dilakukan pengukuran situasi


dengan metoda pengukuran Tachymetri. Adapun spesifikasi
teknis pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut :
1. Alat yang digunakan theodolite T.2.

Usulan Teknis F - 18
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
2. Titik detail terikat terhadap patok yang sudah punya
nilai koordinat dan elevasi.
3. Pengambilan data menyebar ke seluruh areal yang
dipetakan dengan kerapatan disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan skala peta 1 : 1.000 dan 1 : 2.000.

d) Pengukuran penampang memanjang dan penampang melintang


sungai/pantai.

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi


terukur yang dapat dipergunakan dalam perencanaan bangunan
serta perkiraan volume galian dan timbunan.

Untuk mengetahui bentuk permukaan pantai dan bentuk sungai


maka dilakukan pengukuran profil (cross section).

Spesifikasi pengukuran penampang memanjang dan melintang


sebagai berikut :

 Pengukuran dilakukan di sepanjang pantai dan sungai


pada patok-patok profil yang telah dipasang.
 Interval profil 50 m dan 100 m.
 Pengukuran profil tegak lurus pantai dan sungai.
 Pengukuran terikat terhadap titik poligon.
 Pengukuran situasi dan penampang dilakukan bersama-
sama.
 Alat ukur yang di pakai adalah Thedolite T0 atau yang
sederajat.
 Metode yang dipergunakan adalah metode tachimetri.
 Pengukuran dilaksanakan dengan sitem raai.
 Jalur raai merupakan panjang penampang melintang
sungai.
 Penampang melintang di buat dengan interval jarak ± 100
m pada bagian sungai yang lurus dan < 50 m pada bagian
sungai yang berkelok-kelok atau disesuaikan dengan
keperluan.

Usulan Teknis F - 19
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
 Penampang memanjang diambil pada dasar sungai yang
terdalam termasuk peil-peil muka air tanah terendah,
normal dan tertinggi.
 Detail yang ada di lapangan di ukur, terutama kampung,
lembah, bukit, jembatan dan lain-lain.
 Setiap 50 m atau 25 m titik poligon diukur dengan meter
ukur baja dan harus diikatkan pada patok kerangka
utama.
 Pengamatan matahari harus dilakukan setiap 2,5 km.
 Setiap titik poligon harus diukur ketinggiannya.
 Profil memanjang dan melintang dilakukan dengan interval
jarak 100 m dan pada belokan diukur setiap 50 m dengan
koridor 100 m kekiri dan kekanan dari tepi sungai.
 Jika trase memotong anak sungai, maka alur sungai
tersebut harus di ukur profil melintangnya.
 Titik detail trase di ambil dari data profil melintang,
sedangkan detail lainnya yang ada diantara profil
melintang harus di ukur dengan cara dirincikan sehingga
kerapat titik detail 2 cm pada petanya.
 Pengukuran penampang melintang sungai untuk lebar B ≤
100 m dapat dilakukan dengan menggunakan waterpass
atau To untuk lebar > 100 m akan dilakukan beberapa
titik di tepi sungai berjarak 25 – 50 m dari muka air sungai
sedangkan profil sungai akan diukur dengan sistim colokan
jika kedalaman air h ≤ 3 m, jika h > 3 m dilakukan
dengan echosounder.
 Titik-titik pengukuran penampang melintang direncanakan
seperti gambar berikut :

Bts Koridor Bts Koridor


Tepi
As Tepi kanan
kiri

Usulan Teknis F - 20
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Gambar F. 8 Profil Melintang Sungai

Colok /
Bts Koridor 2,5 2,5 Bts Koridor
Echosounder
m m
Tepi
As Tepi kanan
kiri

Gambar F. 9 Profil Melintang Sungai untuk Lebar Sungai B > 100 m

rambu

P1

Gambar F. 10 Profil Melintang Pantai

Usulan Teknis F - 21
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Volume pekerjaan topografi

Tabel F. 3 Volume pekerjaan pengukuran

Jenis kegiatan Volume

Situasi sungai. Sepanjang ± 30 km koridor 150 m kiri & kanan


dari tepi sungai.

Situasi Pantai. Untuk bathimetri sepanjang ± 4 km dengan


koridor jarak ke arah laut 2,00 km sampai
kedalaman – 8 m atau di luar surf zone.

Patok tetap Bench Mark (BM) = 20 buah.

Control Point (CP) = 20 buah.

Pengukuran waterpass utama. 50 km.

Pengukuran poligon utama. 50 km.

Penampang sungai dan pantai 500 buah.


interval 50 m & belokan.

Perhitungan hasil ukur

 Perhitungan harus dilaksanakan di lapangan, dengan


kontrol perhitungan oleh pengawas lapangan dan tiap
selesai 1 hari pengukuran data diserahkan untuk di cek
dan dibubuhi paraf oleh pengawas lapangan.
 Perhitungan dilakukan 2 (dua) kali, yaitu perhitungan
sementara dan perhitungan definitif. Perhitungan data
lapangan merupakan perhitungan sementara untuk
mengetahui ketelitian ukuran. Perhitungan definitip adalah
perhitungan yang sudah menggunakan hitungan perataan
oleh tenaga ahli geodesi. Hasil perhitungan ini akan
digunakan untuk proses penggambaran.
 Setiap hasil perhitungan harus diasistensikan dan disetujui
supervisor lapangan.
 Semua data azimuth hasil pengamatan matahari harus di
pakai dalam perhitungan, jika ada yang tidak di pakai
harus ada persetujuan dengan direksi.

Usulan Teknis F - 22
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
 Semua titik kerangka utama/cabang harus di hitung
koordinat dan ketinggiannya.
 Semua data ukur asli dan perhitungan perataannya
diserahkan ke direksi pekerjaan.

Penggambaran

 Penggambaran hasil pengukuran mengacu kepada


standard penggambaran yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pengairan.
 Penggambaran draft dapat dilaksanakan dengan
penggambaran secara grafis, dengan menggunakan data
ukur sudut dan jarak.
 Penggambaran peta situasi definitif dilakukan, setelah
hasil perhitungan definitif selesai dilaksanakan sehingga
koordinat sebagai kerangka horizontal dan spot height
sebagai kerangka vertikal telah dilakukan hitungan
perataannya.
 Penggambaran peta situasi sungai skala 1 : 2.000 dengan
interval kontur 0,50 m di buat pada kertas kalkir ukuran
A1.
 Peta ikhtisar skala 1 : 10.000 s/d 1 : 25.000 dengan
interval kontur 1,0 m di buat pada kertas kalkir ukuran
A1.
 Penggambaran profil memanjang sungai skala (H) 1 :
2.000 dan skala (V) 1 : 1 : 200, penggambaran profil
melintang sungai skala (H) 1 : 2.000 dan skala (V) 1 : 1 :
200.
 Semua titik koordinat kerangka utama dan cabang di
gambar dengan sistem koordinat.
 Indek kontur di tulis setiap garis kontur.
 Kontur di kampung di gambar tidak boleh putus.
 Sistem grid yang di pakai adalah sistem proyeksi UTM.

Usulan Teknis F - 23
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
F.4.1 Pengambilan Contoh Sedimen

Kegiatan pekerjaan pengambilan sedimen ini dilakukan terhadap contoh


sedimen layang pantai. Pengambilan contoh sedimen dilakukan di
sepanjang pantai dan juga dilakukan pengambilan contoh sedimen di lokasi
pengukuran arus. Selanjutnya contoh sedimen layang ini di periksa dan di
analisis di laboratorium.

F.4.2 Survey Hidrologi-Hidrometri Sungai

Pekerjaan survai hidrologi & hidrometri dimaksudkan untuk memperoleh


data lapangan (primer dan sekunder) tentang karakteristik sungai,
anak/cabang sungai yang akan mendukung dalam analisis hidrologi
maupun hidrolika.

Kegiatan survai hidrologi meliputi :

a) Pengumpulan data curah hujan terbaru minimum selama 10


tahun dari beberapa stasiun-stasiun terdekat minimum 3
stasiun pos hujan.
b) Pengumpulan data klimatologi lainnya terbaru minimum
selama 5 tahun dari stasiun-stasiun terdekat.
c) Pengumpulan data/informasi banjir (tinggi, lamanya perkiraan
luas genangan dan dampaknya).
d) Pengumpulan data yang berkaitan dengan karakteristik DPS
antara lain : keadaan vegetasi daerah pengaliran, sifat dan
jenis tanah dan debit rata-rata pada waktu keadaan normal,
tahun kering dan tahun basah.

Kegiatan survai hidrometri meliputi :

Pengukuran kecepatan aliran.

Pengukuran kecepatan aliran sungai dilakukan pada bagian


aliran (di sungai) yang tidak terpengaruh pasang surut,
kegiatan pengukuran dilakukan di 3 titik yang ditempatkan di

Usulan Teknis F - 24
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
hulu sungai, hilir sungai dan sungai cabang dengan ketentuan
sebagai berikut :

1. Jika kedalaman air > 0,50 m, di pakai alat


Current Meter.

Untuk kedalaman aliran > 1,50 m, pengukuran


kecepatan dilakukan pada kedalaman 0,20, 0,60 dan
0,80 dari kedalaman aliran untuk masing-masing lokasi
(bagian tengah dan pinggir aliran).

Untuk kedalaman aliran antara 0,50 – 1,50 m,


pengukuran kecepatan dilakukan pada kedalaman 0,50
m dari kedalaman aliran pada bagian tengah aliran.

2. Jika kedalaman aliran < 0,50 m, di pakai alat


metode pengukuran kecepatan aliran dengan
menggunakan pelampung.
3. Interval pias pengukuran terhadap lebar
permukaan sungai adalah :

B < 50 m, jumlah 3 pias.


B = 50-100 m, jumlah 4 pias.
B = 100 – 200 m, jumlah 5 pias.
B = 200 – 400 m, jumlah 6 pias.

4. Kedalaman pengukuran (D) dan perhitungan


kecepatan rata - rata (Vm) :

D < 0.60 m, satu titik pengukuran, Vm = V0.6

D = 0.60 – 1.50 m, dua titik pengukuran, Vm = ½


(V0.2 + V0.8)

D > 1.50 m, tiga titik pengukuran, Vm = ¼ (V 0.2 +2V0.6


+ V0.8)

5. Pengukuran penampang sungai di titik


pengukuran debit.
6. Pengikatan muka air sungai dan bak ukur muka
air (peil schaal) dengan patok topografi untuk

Usulan Teknis F - 25
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
mendapatkan kesatuan sistim elevasi tanah dengan
muka air.
7. Pengamatan muka air sungai khususnya di hilir
sungai (titik pengukuran debit) tiap 1 jam selama 24
jam saat pasang tinggi (spring tide) dan pasang
rendah (neap tide) berdasarkan data HIDRAL (Hidro
Oceanografi AL) di pelabuhan terdekat.

Pengambilan Contoh Sedimen.

Contoh sedimen yang di ambil terdiri dari sedimen layang dan


material dasar, dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jika ketinggian air > 1,00 m maka pengambilan contoh


sedimen dilakukan dengan menggunakan alat Suspended
Sampler (untuk sedimen layang) dan Bed Material
Sampler (untuk material dasar).
2. Jika ketinggian air < 1,00 m maka pengambilan contoh
sedimen dilakukan dengan tabung sample (untuk sedimen
layang) dan Bed Material Sampler (untuk material dasar).
3. Pengambilan contoh sedimen dilakukan pada bagian
pinggir aliran dan tengah aliran.
4. Contoh sedimen dimasukan ke dalam tabung sample.

Pengamatan Pasang Surut Muka Air Sungai/Laut.

Pengamatan pasang surut dilakukan dengan ketentuan


sebagai berikut :

1. Lokasi pengamatan di daerah muara sungai, dimana


muka airnya tidak bergelombang/berombak baik akibat
lalu lintas perahu maupun gelombang air laut.
2. Pengamatan dilakukan selama 15 hari x
24 jam berturut-turut dengan interval pengamatan setiap
1 jam.
3. Pengamatan harus maliputi pasang
purnama.

Usulan Teknis F - 26
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
4. Pada lokasi pengamatan di pasang peil
schaal.

F.4.3 Survey Sosial Ekonomi

Survey ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang kondisi social


ekonomi penduduk setempat, survey ini dilakukan dengan cara :

• Melakukan interview terhadap pihak-pihak maupun instansi terkait


dengan permasalahan banjir yaitu Masyarakat setempat, Pamong Desa,
Kecamatan, Pemda, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas
Perikanan, BPS, Bappeda, Dinas Pertambangan, Dinas Kimpraswil, dan
sebagainya.
• Menyebarkan quesioner.
• Survey langsung ke lokasi di mana banjir sering melanda daerah
tersebut.

F.5. Analisa Data dan Upaya Penanggulangan


Banjir dan Abrasi Pantai

Kegiatan analisis data, meliputi :

1. Analisis Data Topografi.


2. Analisis Bathimetri.
3. Analisis Hidro-Oceanografi.
4. Analisis data hidrologi/hidrometri.
5. Analisis Hidrolika.
6. Analisis data social ekonomi.
7. Analisis data sekunder lainnya.

F.5.1 Analisis Data Topografi

Jenis perhitungan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

1. Hitungan koordinat titik–titik poligon.


2. Hitungan waterpass.
3. Hitungan Situasi dan Cross Section.
4. Hitungan Luas Areal Survey.

Usulan Teknis F - 27
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Tenaga ahli geodesi akan melakukan perhitungan definitif dari hasil
perhitungan sementara di lapangan dengan perataan dan kesalahan
pengukuran kurang dari yang disyaratkan di dalam KAK, hasil perhitungan
ini akan digunakan untuk proses penggambaran dimana produk yang harus
diserahkan antara lain :

Peta situasi skala 1 : 5.000, gambar penampang melintang skala H = 1 :


2.000 dan V = 1 : 200 dan penampang memanjang skala H = 1 : 2.000
dan V = 1 : 200. Peta ikhtisar di gambar dengan skala 1 : 10.000
sampai dengan 1 : 25.000.

Hasil perhitungan dan diskripsi BM akan di buat laporan topografi serta


bersama dengan data ukur asli diserahkan kepada pemberi kerja.

1. Perhitungan Kerangka Horizontal dan Koordinat

Koordinat yang di hitung adalah koordinat kerangka dasar


horisontal/titik-titik poligon dengan menggunakan rumus-rumus
sebagai berikut :

Syarat Geometrik Sudut.

α akhir -α awal = Σβ - (n + 2) . 180 + f β (1)

α akhir -α awal = Σ d sin α + f x (2)

α akhir -α awal = Σ d cos α + f y (3)

d
Koreksi absis .fx (4)
Σd

d
Koreksi ordinat .fy (5)
Σd
Dimana :

α akhir = Azimut akhir.

α awal = Azimut awal.

Σβ = Jumlah sudut ukuran.

n = Jumlah titik poligon.

fβ = Salah penutup sudut.

Usulan Teknis F - 28
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
xakhir = Absis akhir.

xawal = Absis awal.

Yakhir = Ordinat akhir.

Yawal = Ordinat awal.

Σ d = Jumlah jarak poligon.

α = Azimut.

fx = Salah penutup absis.

fy = Salah penutup ordinat.

Koordinat definitif :

Hitungan Absis Definitif (x).

Xi = X(i-1) + ∆ Xi + k Xi

Xi = Absis titik ke i.

X(i-1) = Absis titik ke titik sebelum i.

∆ Xi = Selisih absis.

Hitungan Ordinat Defenitif (y).

Yi = Y(i-1) + ∆ Yi + k YI

k Xi = Koreksi absis.

Yi = Ordinat titik ke i.

Y(i-1) = Ordinat sebelum titik i.

∆ Yi = Selisih ordinat.

KYi = Koreksi ordinat.

Usulan Teknis F - 29
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi

2. Hitungan Ketinggian/Waterpass

Langkah–langkah perhitungan ketinggian/elevasi adalah sebagai


berikut :

a. Menghitung beda tinggi per seksi.


− Beda tinggi stand satu = ∆ h1
− Beda tinggi stand 2 = ∆ h2
− Beda tinggi ukuran pergi =∆ hpr = ½ (D1+D2).
− Salah penutup (SP) ukuran stand satu dan stand dua tidak
boleh melebihi batas toleransi yang diizinkan (10√D) , D =
dalam Km.
b. Jarak tiap slag , didapat dari jumlah jarak ke belakang ditambah
jarak ke muka.
c. Menghitung salah penutup setiap kring sipat datar (H).

H = ∆ h1 + ∆ h2 + …………….+ ∆ hn + SP = 0

 SP 
d. Menghitung tinggi : Hj = hi + ∆ hij +   . Dij
 D 

3. Perhitungan Situasi Detail dan Cross Section

Data situasi dan cross section hasil pengukuran lapangan di hitung


dengan metoda tachymetri. Berdasarkan ilustrasi gambar di bawah,
alat berdiri pada titik A yang telah diketahui (X, Y, Z) maka titik B
dapat di hitung.

Berdasarkan gambar di bawah, titik Tb dapat diketahui tingginya dari


titik TA yang telah diketahui elevasinya sebagai berikut :

Usulan Teknis F - 30
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
U

Dm
Az

Gambar F. 11 Metode tachymetri

TB = TA + ∆ H

1 
∆H =  100 ( Ba − Bb ) sin 2 m  + T A − Bt
2 
Untuk menghitung jarak datar (Dd) menggunakan rumus :

Dd = Dο Cos 2 m

Dd = 100 (Ba - Bb) Cos2 m

Dimana :

TA = Tinggi titik A yang telah diketahui (X,Y,Z).

TB = Tinggi titik B yang akan ditentukan.

∆H = Beda tinggi antara titik A dan titik B.

Ba = Bacaan diaframa benang atas.

Bb = Bacaan diaframa benang bawah.

Bt = Bacaan diafrahma benang tengah.

TA = Tinggi alat.

Dο = Jarak optis [100(Ba-Bb)].

Dd = Jarak datar.

m = Sudut miring.

Az = Azimuth.

4. Penyajian Data

Usulan Teknis F - 31
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Data dari hasil pengukuran yang telah di hitung disajikan dalam bentuk
peta Topografi dan Bathimetri dan gambar potongan melintang laut dan
pantai serta sungai. Gambar-gambar lain yang di anggap perlu dengan
format peta seperti dapat di lihat pada lampiran.

Usulan Teknis F - 32
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi

BAG AN ALIR KEG IAT AN SURVAI PENG UKURAN T O PO G RAFI


P ekerjaan : SID Sungai dan M uara Kr. Seumayam

MU LA I

Survai Pengukuran Topografi

Pemasangan BM

Pengukuran Titik Kontrol Pengukuran Situasi Pengukuran Profil

Analisa Data &


Perhitungan

Revisi

Toleransi
Ketelitian
Tidak

Ya

Penggambaran

Data
Survai Topografi

SELESA I

Gambar F. 12 Bagan Alir Kegiatan Survey Pengukuran Topografi

Usulan Teknis F - 33
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
F.5.2 Analisis Bathimetri Sungai

1. Pengukuran Posisi Fix Point Cara Ikatan Kemuka.

Posisi fix point dengan cara ikatan ke muka dengan maksud agar
koordinat fix point satu sistem dengan koordinat peta topografi seperti
seperti dijelaskan sebagai berikut :

D AS D BS

α β
D AB = jarak basis
A (Xa,Ya) B (Xb,Yb)

Gambar F. 13 Penentuan posisi fix point cara ikatan ke muka

Lihat Segitiga ASB

D AB D D
= AS = BS
sin γ sin β sin α

a. Penentuan Jarak
− Menentukan jarak DAS

DAS . sin γ = DAB . sin β

D AB sin β
DAS = ⇒ (1)
sin γ
− Menentukan jarak DBS

Usulan Teknis F - 34
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
DBS D
= AB
sin α sin γ

DBS . sin γ = DAB . sin α

D AB sin α
DBS = sin γ ⇒ (2)

b. Penentuan Absis dan Ordinat Titik S (XS, YS)


− Dari titik A

XS1 = XA + DAS sin AZAS

YS1 = YA + DAS cos AZAS ⇒ (3)


− Dari titik B

YS2 = XA + DAS sin AZBS

YS2 = YB + DBS cos AZBS

− Koordinat rata-rata (Sr)

XS1 + XS2
XSr =
2

YS1 + ZS2
YSr =
2 ⇒ (4)

Dimana :

DAB = Jarak basis hasil ukuran poligon.

DAS = Jarak titik A-S.

DBS = Jarak titik B-S.

α = Sudut BAS.

β = Sudut ABS.

χ = Sudut ASB : 180 – (α + β ).

Az = Azimuth.

X = Absis.

Y = Ordinat.

Usulan Teknis F - 35
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi

2. Koreksi Bacaan Kedalaman.

Tiap-tiap pengukuran kedalaman dengan Echosounder harus di koreksi


dengan korelasi indeks atau koreksi alat dan koreksi pasang surut.
Koreksi-koreksi yang harus diberikan pada hasil pengukuran kedalaman
dengan Echosounder adalah :

 Koreksi alat.
 Koreksi kedudukan transducer terhadap permukaan air.
 Koreksi kedalaman karena perubahan kecepatan gelombang.
 Koreksi pasang surut.

Yang paling dominan diperhitungkan untuk koreksi kedalaman adalah


koreksi kedudukan transducer yang ditentukan di lapangan dan kondisi
posisi pasang surut selama sounding bathimetri dilakukan.

F.5.3 Analisis Hidro-Oceanografi

1. Analisis Pasang Surut

Pasang surut merupakan peristiwa naik turunnya paras muka air secara
periodik akibat pengaruh gaya tarik (gravitasi) benda luar angkasa
seperti bulan dan matahari. Untuk memperoleh elevasi–elevasi rencana
bangunan perlindungan pantai seperti sea wall, groin dan lain – lain,
maka diperlukan analisis dari tabiat pasang surut yang berbasis pada
data pencatatan elevasi muka air selama 15 hari pengamatan yang
berhasil dikumpulkan.

Tabiat pasang surut itu berupa keteraturan yang dimiliki oleh pasang
surut. Komponen pasang surut adalah gelombang singular yang memiliki
amplitude, kecepatan sudut dan fase tertentu, yang mana jika seluruh
komponen pasang surut ini dijumlahkan (disuperposisikan) maka akan di
peroleh fungsi terhadap waktu dari pasang surut tersebut.

Dalam perhitungan analisis pasang surut ini menggunakan bantuan


program computer ADMIRALTY di mana program ini memakai data hasil
pengukuran tinggi muka air.

Usulan Teknis F - 36
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Perhitungan pasang surut akan mendapatkan 9 (sembilan) komponen
pasang surut yang dominant, yang meliputi :

M2 : Komponen utama bulan (semi diurnal).

S2 : Komponen utama matahari (semi diurnal).

N2 : Komponen eliptis bulan.

K2 : Komponen bulan.

K1 : Komponen bulan.

O1 : Komponen utama bulan (diurnal).

P1 : Komponen utama matahari (diurnal).

M4 : Komponen utama bulan (kuarter diurnal).

MS4 : Komponen matahari–bulan.

Tabel F. 4 Komponen Harmonik Pasang Surut.

Periode
Komponen Simbol Keterangan
(jam)

Utama bulan M2 12.4106


Utama matahari S2 12.0000
Pasang Surut Semi Diurnal
Bulan akibat variasi bulanan jarak bumi-bulan N2 12.6592
Matahari-bulan akibat perubahan sudut deklinasi matahari-bulan K2 11.9673

Matahari-bulan K1 23.9346
Utama bulan O1 25.8194 Pasang Surut Diurnal
Utama matahari P1 24.0658

Utama bulan M4 6.2103


Perairan Dangkal
Matahari-bulan MS4 6.1033

Hasil peramalan data pasang surut untuk selang 10 (sepuluh) tahun


akan menggunakan program RAMPAS.

Analisis data pasang surut muka air yang di laksanakan adalah sebagai
berikut :

 Pertama data yang di dapat di susun dalam bentuk tabel tanggal


dan waktu.
 Dibuat Gambar Grafik pasang surut selama pengukuran.
 Dihitung tinggi muka air rata-rata MSL.
 Menghitung besaran konstanta pasang surut, dalam hal ini
menggunakan metode Least Square.

Usulan Teknis F - 37
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
 Dari konstanta pasang surut selanjutnya menentukan type
pasang surut.
 Dengan menentukan elevasi LLWS hasil perhitungan dan
peramalan di anggap sama dengan + 0.00 yang di pakai untuk
referensi seluruh elevasi pengukuran topografi dan bathimetri.

Penentuan Tipe Pasang Surut

Dengan didapatkannya nilai amplitudo dari komponen pasang surut,


dapat ditentukan tipe pasang surut yang terjadi pada lokasi, yaitu
dengan melakukan perhitungan Formzall (F) dengan persamaan
sebagai berikut:

AO 1 + AK 1
F=
AM 2 + AS 2

di mana:

AO = amplitudo komponen O1

AK1 = amplitudo komponen K1

AM2 = amplitudo komponen M2

AS2 = amplitudo komponen S2

Tipe pasang surut berdasarkan angka formzall dapat dilihat pada tabel
berikut.

Usulan Teknis F - 38
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Tabel F. 5 Tipe Pasang Surut.

Bilangan Formzall
Tipe Pasang Surut Keterangan
(F)

Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
F < 0.25 Pasang harian ganda (semidiurnal) ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan secara teratur.
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
0.25 < F < 1.5 Campuran, condong ke semi diurnal
ketinggian dan periode yang berbeda.

Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut dengan
1.5<F<3.0 Campuran, condong ke diurnal ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang
dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.

Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Periode
F < 3.0 Pasang harian tunggal (diurnal)
pasang surut adalah 24 jam 50 menit

Menghitung Elevasi Muka Air Rencana

Dengan menggunakan komponen pasang surut yang telah dihasilkan dapat


ditentukan beberapa elevasi muka air penting. Dari beberapa elevasi muka
air tersebut, dipilih salah satu muka air yang akan digunakan sebagai acuan
dalam perencanaan yang disebut elevasi muka air rencana.

Tabel F. 6 Elevasi Muka Air Penting.

Elevasi Muka Air Keterangan


HHWL (Highest High Water Level) Air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

MHWS (Mean High Water Spring) Rata-rata muka air tinggi saat purnama.

MHWL (Mean High Water Level) Rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.

MSL (Mean Sea Level) Muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.

MLWL (Mean Low Water Level) Rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun.

MLWS (Mean Low Water Spring) Rata-rata muka air rendah saat purnama.

LLWL (Lowest Low Water Level) Air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

F.5.4 Analisa Hidrologi dan Evaluasi DPS

Secara garis besar analisa hidrologi yang dilakukan antara lain :

1)Konsistensi data curah hujan (membuang data yang tidak sesuai,


pengisian data hilang/kosong, uji konsistensi).
2)Penentuan curah hujan rencana.

Usulan Teknis F - 39
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
3)Perhitungan debit banjir.

1. Konsistensi Data Curah Hujan.

Sebelum data hujan dipergunakan untuk perencanaan harus dilakukan


uji konsistensi data di mana data yang tidak sesuai akibat kesalahan
pencatatan dan gangguan alat pencatat perlu dikoreksi dan data yang
hilang/kosong di isi dengan menggunakan pembanding pos hujan sekitar
yang terdekat. Analisa yang digunakan meliputi metode ratio normal dan
kurva massa ganda.

Metode statistik lain bila tidak tersedia data pembanding maka


digunakan Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). Metode ini
berdasarkan data curah hujan setempat, di mana data curah hujan yang
tersedia di sekitar lokasi proyek sangat terbatas.

Persamaan yang dipergunakan dalam metode ini adalah sebagai


berikut :

S* 0 =

S* k =

**
Sk =

Usulan Teknis F - 40
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Dengan melihat nilai statistik di atas maka dapat di cari nilai Q/√n dan
R/√n. Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/√n syarat dan
R/√n syarat, jika lebih kecil maka data masih dalam batasan konsisten.

1. Curah Hujan Rencana

Analisa hidrologi untuk penentuan curah hujan rencana disesuakan


dengan kebutuhan perencanaan. Analisa hidrologi yang digunakan
untuk perencanaan sungai adalah curah hujan dengan periode ulang
5, 10, 25 dan 50 tahunan.

Data yang diperlukan adalah data curah hujan pos terdekat dan
harus di uji konsistensinya sebelum di analisa. Syarat untuk
pemilihan jenis distribusi yang sesuai untuk metode Gumbel, log
normal, normal atau log Pearson Type III adalah sebagai beriku :

Tabel F. 7 Syarat pemilihan Distribusi

No. Sebaran Syarat

1. Normal Cs = 0

2. Cs = 3 Cv

3. Gumbel
Ck = 5,4002

4. Bila tidak ada yang memenuhi syarat digunakan sebaran


Log Pearson Type III

Apabila dari uji sebaran data masuk di dalam salah satu syarat tersebut di
atas maka metode tersebut yang akan digunakan.

Berikut diterangkan metode distribusi yang dapat di gunakan.

Metode Gumbel :

Persamaan-persamaan dasar :

X Tr = X + K .S x

Dimana :

Usulan Teknis F - 41
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
X Tr = Curah hujan pada periode ulang Tr.

Tr = Periode Ulang (tahun).

X = Hujan maximum rata-rata (mm).

Sx = Standar deviasi.

K = Faktor frekuensi.

Persamaan faktor frekuensi :

(YTr − Y n )
K =
Sn

Sn dan Yn tegantung pada jumlah data (n), yang nilainya seperti tabel
berikut :

Tabel F. 8 Nilai Yn dan Sn

N Yn Sn N Yn Sn

10 0.4952 0.9496 16 0.5157 1.0316

11 0.4996 0.9676 17 0.5181 1.0411

12 0.5035 0.9833 18 0.5202 1.0493

13 0.5070 0.9971 19 0.5220 1.0565

14 0.5100 1.0095 20 0.5225 0.0628

15 0.5128 1.0206 21 0.5252 1.0696

Persamaan Ytr (reduced variate) merupakan fungsi periode ulang (T) :

 T 
YTr = 0,834 + 2,303 log r − 1
 Tr 

Usulan Teknis F - 42
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Tabel F. 9 Nilai Ytr Berbagai Periode Ulang

Periode Ulang (T) Reduce Variate (Ytr)

2 0.3665

5 1.4999

10 2.2502

25 3.1985

50 3.9019

100 4.6001

Metode Log Pearson Type III

Log X = Log X + G.S

Dimana :

Log X = Nilai log dari X yang terjadi dengan kala ulang Tr.

Log X = Nilai log dari X rata-rata seri data X.

S = Standar devisasi/simpangan baku.

G = Faktor penyimpangan untuk kala ulang tertentu.

Hasil analisis distribusi frekuensi kemudian di uji kesesuainya dengan


menggunakan metode Chi Square dan Smirnov Kolmogorov.

2. Debit Banjir Rencana

Debit banjir rencana di hitung dengan metode hidrograf satuan atau


dengan menggunakan metode Metode hidrograf satuan yang umum
digunakan di Indonesia adalah Nakayasu dan Gamma-1.

Metode Nakayasu.

12 * A * Ro

Qp =

3,68 * (0,30 * Tp + T 0,3)

Usulan Teknis F - 43
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Dimana :

Qp = Debit puncak banjir (m3/detik).

Ro = Curah hujan satuan (mm).

Tp = Tg + 0,8 Tr.

Tg = 0,21 x 0,7 L  L < 15 Km.

Tg = 0,40 + 0,058 x L  L > 15 Km.

T0,3 = α x Tg

L = Panjang alur sungai (km).

Tg = Waktu konsentrasi (jam).

Tr = Satuan waktu hujan, diambil 1 jam.

α = Koefisien, untuk daerah pengaliran biasa diambil nilai


2.

Metode Gamma I.

Qt = Qp . e–(t/k)

Tr = 0,43 (l/100SF)3 + 1,0665 SIM + 1,2775

Qp = 0,1836 A0,5886 TR-0,4008 JN0,2381

TB = 27,4132 TR0,1457 S-0,0986 SN0,7344 RUA0,2574

K = 0,5617 A0,7198 S-0,1446 SF-1,0697 D0,0452

Dimana :

Qt = Debit pada jam ke-t (m3/detik).

Qp = Debit puncak banjir (m3/detik).

t = Waktu dari saat terjadinya debit puncak (jam).

TR = Waktu naik (jam).

TB = Waktu dasar (jam).

K = Koefisien tampungan (jam).

L = Panjang sungai utama (km).

D = Kerapatan jaringan lurus (km/km2).

SF = Faktor sumber, perbandingan antara jumlah panjang


sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua
tingkat.

Usulan Teknis F - 44
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
SN = Frekuensi sungai, perbandingan antara jumlah segmen
sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai semua tingkat.

WF = Faktor lebar, perbandingan antara lebar DPS yang di


ukur dari titik di sungai yang berjarak ¼ L dari tempat
pengukuran.

SIM = Faktor simetris, hasil kali antara faktor lebar (WF)


dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA).

JS = Jumlah pertemuan sungai.

S = Kemiringan slope sungai rata-rata.

3. Analisa Hidrolika Sungai

a. Hidrolika Sungai

Analisa hidrolika sungai akan dilakukan dengan simulasi


menggunakan program soft ware Duflow atau HEC-2 water
surface profiles. Input dari software tersebut antara lain adalah
jarak tiap section, profil sungai tiap profil, debit input di hulu
sungai dan di anak sungai serta fluktuasi muka air di hilir sungai.
Outputnya adalah profil muka air sungai tiap section sesuai
berbagai input periode ulang banjir, kecepatan aliran masing-
masing section. Dengan berbagai skenario perencanaan maka
dapat ditetapkan perlakuan yang sesuai untuk daerah proyek dan
dapat dapat diketahui sensitivitasnya.

Persamaan dasar perhitungan hidrolika sungai :

WS2 + (α2V22)/2g = WS1 + (α1V12)/2g + he


he = L.Sf + C (α2V22)/2g - (α1V12)/2g
C = 32,6 log ((12,2R)/k)

Dimana :

WS1, WS2 = Elevasi permukaan air (m).

V1, V2 = Kecepatan rata-rata di hilir section (total debit : total


luas aliran).

α1, α2 = Koefisien kecepatan.

g = Percepatan gravitasi (m/dt2).

he = Kehilangan energi (m).

Usulan Teknis F - 45
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
L = Panjang ruas tiap section.

Sf = Rata-rata kemirngan energi akibat kekasaran.

C = Koefisien kekasaran chezy

R = Jari-jari hidrolis (m).

K = kekasaran ekivalen (m).

α2V22/2g Grs energi he

Muka air
α1V12/2g

WS2

WS111

Dasar sungai

Gambar F. 14 Sketsa Persamaan Energi

b. Tanggul Banjir

b.1. Kegunaan

Tanggul di pakai untuk melindungai daerah irigasi dari banjir


yang disebabkan oleh luapan air sungai, pembuang yang besar
atau laut. Biaya pembuatan tanggul banjir bisa menjadi sangat
besar jika tanggul tersebut panjang dan tinggi. Karena fungsi
lindungnya yang besar terhadap daerah irigasi dan penduduk
yang tinggal di sekitar daerah tersebut, maka kekuatan dan
keamanan tanggul harus benar-benar diselidiki dan
direncanakan sebaik-baiknya.

Usulan Teknis F - 46
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
b.2. Bahan

Biasanya tanggul dibuat dari bahan timbunan yang di gali di


dekat atau sejajar dengan garis tanggul. Apabila galian di buat
sejajar dengan lokasi tanggul, maka penyelidikan untuk pondasi
dan daerah galian dapat dilakukan sekaligus. Untuk tanggul-
tanggul tertentu, mungkin perlu membuka daerah sumber
bahan timbunan khusus di luar lokasi tanggul dan
mengangkutnya ke lokasi. Jika kondisi tanah tidak stabil,
mungkin akan lebih ekonomis untuk memindahkan lokasi
tanggul daripada menerapkan metode pelaksanaan yang mahal.

The United Soil Classification System (lihat KP–06 Parameter


Bangunan) memberikan sistem yang sangat bermanfaat untuk
menentukan klasifikasi tanah yang perlu diketahui dalam
pelaksanaan tanggul dan pondasi.

c. Trase

Tanggul di sepanjang sungai sebaiknya direncanakan pada trase


pada jarak yang tepat dari dasar air rendah. Bila hal ini tidak
mungkin, maka harus di buat lindungan terhadap erosi di sepanjang
tanggul.

Adalah perlu untuk membuat penyelidikan pendahuluan mengenai


lokasi tanggul guna menetukan hal-hal sebagai berikut :

1) Perkiraan muka air banjir (tinggi dan lamanya).


2) Elevasi tanah yang akan dilindungi.
3) Hak milik penduduk sekitar yang akan terkena pembangunan
tanggul.
4) Masalah-masalah fisik yang mungkin akan dijumpai, terutama
kondisi tanah karena hal ini erat hubungannya dengan
kebutuhan pondasi dan galian timbunan.
5) Tata guna tanah dan peningkatan tanah pertanian guna menilai
arti penting daerah yang akan dilindungi dari segi ekonomi.

Usulan Teknis F - 47
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
d. Tinggi Jagaan

Tinggi rencana tanggul (Hd) adalah merupakan jumlah tinggi muka


air rencana (H) di tambah tinggi jagaan (Hf). Ketinggian yang
direncanakan itu termasuk tinggi jagaan untuk kemungkinan
penurunan tanggul (Hs), yang akan bergantung pada pondasi serta
bahan yang di pakai dalam pelaksanaan. Tinggi muka air rencana
yang sebenarnya didasarkan pada profil permukaan air.

Tinggi jagaan (Hf) merupakan longgaran yang ditambahkan untuk


tinggi muka air yang di ambil, termasuk atau tidak termasuk tinggi
gelombang. Tinggi minimum jagaan tanggul sebaiknya diambil 0,60
m.

Gambar F. 15 Tinggi Jagaan

e. Lebar Atas

Bagi tanggul tanah yang direncanakan untuk mengontrol


kedalaman air < 1,50 m, lebar atas minimum tanggul dapat di
ambil 1,50 m. Jika kedalaman air yang akan di kontrol lebih dari
1,50 m, maka lebar atas minimum sebaiknya di ambil 3,00 m.
Lebar atas di ambil sekurang-kurangnya 3,00 m jika tanggul di
pakai untuk jalur pemeliharaan.

f. Kemiringan Talud

Pada tabel di bawah ini diberikan harga-harga kemiringan talud.


Penggunaan harga-harga tersebut dianjurkan untuk tanggul
tanah homogen pada pondasi stabil yang tingginya kurang dari
5,00 m.

Usulan Teknis F - 48
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Jika pondasi tanggul terdiri dari lapisan-lapisan lulus air atau
lapisan yang rawan terhadap bahaya erosi bawah tanah (piping),
maka harus di buat parit halang (cut-off trench) yang dalamnya
sampai 1/3 dari kedalaman air.

Tabel F. 10 Harga-harga kemiringan samping yang dianjurkan untuk


tanggul tanah homogen (USBR, 1978)

Klasifikasi Tanah Kemiringan Sungai Kemiringan Talud Tanah

GW, GP, SW, SP Lulus air, tidak dianjurkan

GC, GM, SC, SM 1 : 2.5 1 : 2.0

CL, ML 1 : 3.0 1 : 2.5

CH, MH 1 : 3.5 1 : 2.5

g. Stabilitas Tanggul

Tanggul yang tingginya lebih dari 5,00 m harus di check


stabilitasnya dengan metode stabilitas tanggul yang di
anggap sesuai. Metode perhitungan stabilitas tanggul yang
disarankan sesuai dengan Parameter Bangunan pada KP–06.

Apabila tanggul melintas saluran lama, maka dasar tanggul


harus diperlebar di bagian samping luar. Lebar tambahan ini
sekurang-kurangnya sama dengan tinggi tanggul (Hd) di
atas elevasi tanah asli. Bagian atas dasar yang diperlebar
sebaiknya tidak kurang dari 0,30 m di atas elevasi tanah asli
serta kemiringannya harus cukup agar air dapat melimpas
dari tanggul. Kemiringan timbunan tambahan tidak boleh
lebih curam dari kemiringan asli tanggul.

Usulan Teknis F - 49
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi

Gambar F. 16 Profil Melitang Tanggul

Untuk tanggul dengan kedalaman air rencana (H) lebih


dari 1,50 m, maka tempat galian bahan harus cukup jauh
dari tanggul agar stabilitasnya dapat di jamin. Garis yang
di tarik dari garis air rencana pada permukaan tanggul
melalui pangkal asli tanggul (kalau diperlebar) sebaiknya
lewat dari bawah potongan melintang galian bahan.

Jika tanggul mempunyai lebar atas yang kecil/sempit,


maka bahu (berm) bagian tambahan harus cukup lebar
guna meng-akomodasi jalur pemeliharaan selama muka
air mencapai ketinggian kritis. Fasilitas ini harus
disediakan di semua potongan jika bagian atas tanggul
tidak di pakai sebagai jalur pemeliharaan.

Galian bahan yang ada di sepanjang tepi air harus di buat


dengan interval tertentu guna memperlambat kecepatan
air yang mengalir di sepanjang pangkal timbunan. Galian
semacam ini juga berfungsi sebagai tempat
penyeberangan alat-alat pemeliharaan selama muka air
rendah. Intervalnya tidak lebih dari 400 m dan lebar
minimum 10 m.

h. Kemiringan Talud

Fasilitas pembuang harus disediakan untuk tanggul yang


harus menahan air untuk jangka waktu yang lama
(tanggul banjir biasanya tidak diberi pembuang).

Usulan Teknis F - 50
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Pembuang terdiri dari :

1. Parit di pangkal tanggul.


2. Saringan pemberat (reverse filter), baik yang
direncanakan sebagai pembuang pangkal tanggul
maupun sebagai selimut.

Gambar F. 17 Kemiringan Talud Tanggul

f. Kemiringan Talud

Lindungan.

Lindungan lereng terhadap erosi oleh aliran air, baik yang


berasal dari air hujan maupun air sungai, bisa berupa tipe-
tipe sebagai berikut :

 Rumput.
 Pasangan batu kosong.
 Pasangan batu (lining).
 Bronjong.
Rumput pelindung yang memadai hendaknya diberikan
pada permukaan-permukaan tanggul untuk melindunginya
dari bahaya erosi akibat limpasan air hujan pada tanggul.

Usulan Teknis F - 51
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Sedangkan jenis-jenis lindungan lainnya di pakai untuk
perlindungan terhadap aliran air di sungai atau saluran.
Karena Ketiga jenis yang lain ini cukup mahal, sehingga
hanya digunakan untuk bentang pendek.

2. Evaluasi DPS

Dari data tataguna lahan, peta rupa bumi serta peta geologi
akan dapat diketahui perubahan DPS sehingga dapat di
analisa pengaruh perubahan tataguna lahan dengan
karakteristik debit sungai. Di DPS akan diidentifikasi daerah
kritis longsoran maupun daerah kritis yang perlu reboisasi.
Analisa DPS dilakukan dengan menggunakan metode analisa
watersheed management di mana ada kesinkronan antara
penggunaan lahan dengan recovery lingkungan alami atau
dalam istilah pembangunan yang berkelanjutan.

F.5.5 Analisa Hidrolika

Analisa hidrolika dilakukan untuk menganalisa type, dimensi dan posisi


saluran sehubungan dengan pengaliran sejumlah volume air tertentu
dalam waktu tertentu.

a. Bentuk penampang

Penampang umumnya digunakan bentuk:

⇒ Trapesium
⇒ Segi empat
Untuk perencanaan saluran dianjurkan perbandingan antara lebar dasar
saluran b dan tinggi air h sebagai berikut.

Tabel E. 1 Pendekatan perbandingan dasar dan tinggi saluran.

Q dalam m3/det b:h


0-0,5 1,0
0,5-1,0 1,5
1,0-1,5 2,0
1,5-3,0 2,5
3,0-4,5 3,0
4,5-6,0 3,5
6,0-7,5 4,0

Usulan Teknis F - 52
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
7,5-9,0 4,5
9,0-11 5,0

b. Radius Hidrolika (R)


F
R= meter Dimana :
O
F = Luas penampang basah dalam m2
O = Keliling panampang basah dalam m

c. Kecepatan air rata-rata (V)

Untuk menentukan kecepatan air mengalir rata-rata biasa digunakan


rumus Manning.

2 1
R 3S 2
m/det
V=
n
Nilai-nilai koefisien kekasaran Manning selain dari tabel E.2 disajikan pula
pada tabel E.3,E.4, dan E.5.

Tabel E. 2 Koefisien kekasaran Manning (n) sesuai bahan saluran.

Dinding saluran Kondisi n


kayu papan-papan rata, dipasang rapi 0,010
papan-papan rata, kurang rapi/tua 0,012
papan-papan kasar, dipasang rapi 0,012
papan-papan kasar, kurang rapi/tua 0,014
Metal Halus 0,010
Dikeling 0,015
Sedikit Kurang rata 0,020
pasangan batu Plesteran semen 0,010
plesteran semen dan pasir 0,012
beton dilapis baja 0,012
beton dilapis kayu 0,013
batu bata kosongan yang baik, kasar 0,015
pasangan batu, keadaan jelek 0,020
batu kosongan halus, dipasang rata 0,013
batu pecah, batu belah, dipasang dalam semen 0,017
kerikil halus, padat 0,020
sumber: Hidrologi, imam Subarkah

Tabel 4. 1 Koefisien kekasaran Manning (n) sesuai kondisi saluran.

Usulan Teknis F - 53
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi

No Type saluran Baik


sekali Baik Sedang Jelek
I SALURAN BUATAN
1 saluran tanah, lurus teratur 0,017 0,020 0,023 0,025
2 saluran tanah, yang dibuat dengan excavator 0,023 0,028 0,030 0,040
3 saluran pada dinding batuan, lurus, teratur 0,023 0,030 0,033 0,035
4 saluran pada dinding batuan, tidak lurus, tidak teratur 0,035 0,040 0,045 0,045
5 saluran batuan yang diledakan, ada tumbuh-tumbuhan 0,025 0,030 0,035 0,040
6 dasar saluran dari tanah, sisi saluran berbatu 0,028 0,030 0,033 0,035
7 saluran lengkung, dengan kecepatan aliran rendah 0,020 0,025 0,028 0,030
II SALURAN ALAM
8 bersih. Lurus, tidak berpasir, tidak berlubang 0,025 0,028 0,030 0,033
9 seperti No 8, tapi ada tumbuhan, atau kerikil 0,030 0,033 0,035 0,040
10 melengkung, bersih, berlubang dan berdinding, pasir 0,033 0,035 0,040 0,045
11 seperti NO 10, dangkal tidak teratur 0,040 0,045 0,050 0,055
12 seperti No 10, berbatu dan ada tumbuh-tumbuhan 0,035 0,040 0,045 0,050
13 seperti no 11, sebagian berbatu 0,045 0,050 0,050 0,060
14 aliran pelan, banyak tumbuh-tumbuhan dan berlubang 0,050 0,060 0,070 0,080
15 banyak tumbuh-tumbuhan 0,075 0,100 0,125 0,150
III SALURAN BUATAN, BETON ATAU BATU KALI
16 saluran pasangan batu, tanpa finishing 0,050 0,030 0,033 0,035
17 seperti no 16 tapi dengan finishing 0,017 0,020 0,025 0,030
18 saluran beton 0,014 0,016 0,019 0,021
19 saluran beton halus rata 0,010 0,011 0,012 0,013
20 saluran beton pracetak dengan acuan baja 0,013 0,014 0,014 0,015
21 saluran beton pracetak dengan acuan kayu 0,015 0,016 0,016 0,018

sumber : Binkot, Bina Marga

Tabel 4. 2 Koefisien kekasaran Manning saluran bertepi kukuh.

No Permukaan Harga n yang disarankan

1 kayu 0,011-0,014
2 plester semen 0,011
3 beton 0,012-0,017
4 batu bata 0,014
5 pasangan batu 0,017-0,025
6 batu pecah 0,035-0,04
Sumber : Aliran Melalui SaluranTerbuka

d. Debit kapasitas saluran (Q)

Q =V .F

Kapasitas saluran ini harus lebih besar daripada debit rencana:

Q = V .F ≥ Q = 0,278 .C S .C F .C.I . A

Usulan Teknis F - 54
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
e. Hukum yang mengatur aliran drainase

1. Hukum Bernoulli
Selama aliran drainase bersifat steady yaitu debit pada suatu kurun
waktu peninjauan tetap tidak berubah, maka aliran drainase akan
mengikuti Persamaan Bernouli yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. 1 Aliran antara dua tampang yang berdekatan.

Besaran yang ada diantara dua tampang aliran tersebut diperbandingkan


dengan cara membuat beberapa garis timbang sebagai berikut:

 Garis referensi, berada paling bawah berupa garis datum horisontal.


Besaran lain diukur dari garis referensi ini.

 Garis dasar saluran, menggambarkan dasar saluran terbuka,


kemiringan dasar saluran ini terhadap garis referensi dinyatakan
dengan S.

 Garis muka air, menggambarkan muka air aliran pada saluran


terubuka, kemiringan garis muka air terhadap garis referensi
dinyatakan dengan Sw.

 Garis tinggi tekan, diperoleh setinggi muka air ditambah dengan


tinggi kecepatan, kemiringan garis tinggi tekan ini terhadap garis
referensi dinyatakan dengan Sf, beda elevasi antara ujung garis hulu-
hilir dinyatakan dengan hf.

Hubungan antara hulu dan hilir aliran menurut rumus berikut:

Usulan Teknis F - 55
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
2 2
v v
z1 + y1 + 1
= z2 + y2 + 2
+ hf
2g 2g

Dimana:

z = ketinggian dasar saluran diukur dari garis referensi

y = kedalaman aliran diukur dari dasar saluran

v2/2g = tinggi kecepatan aliran.

hf = kehilangan tinggi tekan akibat gesekan aliran dengan dinding dan


dasar saluran.

2. Phenomena aliran normal dan kritis


a. Aliran sub critical hnormal >> hkritis

Pada kemiringan dasar yang sangat landai, aliran akan stabil pada
ketinggian normal yang sangat dalam. Pada ambal terjadi kedalaman
kritis, yangdiikuti dengan terjunan bebas. Pada dasar sangat landai ini
terdapat hnormal >> hkritis.

b. Aliran subcritical hnormal > hkritis

Bilamana kemiringan dasar dibuat lebih landai, maka aliran akan stabil
pada ketinggian normal yanglebih dangkal dibanding keadaan a tersebut
diatas. Adapun kedalaman kritis pada ambal terjunan bebas bearnya tetap.

c. Aliran critical hnormal = hkritis

Dengan membuat kemiringan dasar diperbesar, maka pada suatu saat


aliran akan stabil pada ketinggian normal sama dengan kedalaman kritis.
Aliran semacam ini disebut aliran kritis.

d. Aliran supercritical hnormal << hkritis

Usulan Teknis F - 56
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Kemiringan dasar yang sangat curam akan memberikan ketinggian normal
yang sangat rendah (hnormal << hkritis). Aliran semacam ini disebut aliran
supercritical.

3. Hukum enersi spesifik minimum


Gambar dibawah menunjukkan bahwa kurva untuk debit tetap sebesar Q
m3/detik:

 Jika secara berangsur-angsur kemiringan dasar diubah menjadi curam,


maka titik pada curva akan lengser secara berangsur-angsur pula dari
a-b-c-d. perubahan ini diikuti oelh peralihan kondisi aliran dari
subcritical – critical – supercritical.

 Sebaliknya jika secara berangsur-angsur,kemiringan dasar diubah


menjadi lebih landai, maka titik pada curva akan lengser perlahan-
lahan dari d-c-b-a. perubahan ini diikuti oleh peralihan kondisi aliran
dari supercritical-critical-subcritical.

Gambar F. 18 Kurva enersi spesifik.

Syarat tercapainya kondisi aliran critical;

 Enersi spesifik adalah ketinggian garis tinggi tekan diukur dari dasar
saluran, sebagai berikut:

v2 Q2
E = y+ = y+
2g 2 gA 2

Usulan Teknis F - 57
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
 Agar E minimum, maka diferensial terhadap y, dimana Q tetap, harus =
0. jadi syarat terjadinnya kedalaman kritis adalah:

dE Q 2 dA
=1− =0
dy gA 3 dy

gA 3
T = = lebar aliran
Q2

4. Rumus Manning
Rumus Manning yang memberikan besarnya kecepatan aliran
normal,banyak dipakai di Indonesia:

2 1
R 3S 2
V=
n

Di mana:

V = kecepatan aliran normal (m/detik)

R = radius hidrolik (meter)

S = kemiringan dasar saluran.

n = koefisien kekasaran Manning (m-1/3 detik)

5. Koefisien Manning komposit


Besaran koefisien Manning pada tabel F.11 berlaku untuk saluran dengan
dasar dan dinding yang terbuat dari bahan yang berbeda. Oleh karena itu
diperlukan Koefisien Manning Komposit dengan rumus sebagai berikut:

Tabel F. 11 Koefisien kekasaran Manning (n).

Usulan Teknis F - 58
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Dasar dan dinding saluran n
A. Pipa tertutup
1. Berdinding baja 0,013-0,017
2. Berdinding besi tuang 0,011-0,016
3. Berdinding baja galvanis bergelombang 0,021-0,030
4. Beton pracetak 0,011-0,013
5.Berdinding tanah liat masak dibakar 0,011-0,013
B. Saluran terbuka
1. Dasar dan dinding diplester semen 0,011-0,015
2. Dasar dan dinding beton 0,014-0,019
3. Dasar dan dinding pasangan bata 0,012-0,018
4. Dasar dan dinding pasangan batu kali 0,017-0,030
5. Dasar dan dinding tanah asli bersih 0,016-0,020
6. Dasar dan dinding tanah rumput 0,025-0,033
7. Dasar dan dinding batu padas 0,025-0,040
8. Dasar dan dinding tanah tak dirawat 0,050-0,140
9. Saluran alam 0,075-0,150

Sumber : Drainase Perkotaan, Ir. S. Hindarko

2
N 1, 5 
( )
3

∑ PN n N  (P n 1, 5
+ P2 n12,5 + PN n1N,5 ) 2
3
nkomposit =  1 2
 = 1 1
2
P 3 P 3

Di mana:

nkomposit = koefisien kekasaran Manning untuk saluran dengan jenis


bahan dinding dan dasar

yang berbeda.

PN = keliling dinding basah bagian saluran dengan jenis bahan 1


sampai N.

nN = koefisien kekasaran Manning untuk bagian saluran dengan


jenis bahan 1 sampai N

P = Keliling basah total tampang saluran.

6. Phenomena kurva muka air pembendungan (back-water)


Beberapa kondisi sistem drainase, ketinggian muka air normal tidak selalu
dapat dicapai karena adanya pembendungan di bagian hilir aliran. Jenis
hambatan bermacam-macam bentuknya, seperti yang dapat dilihat pada

Usulan Teknis F - 59
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
muara sistem drainase, tetapi banyak pembendungan yang terjadi secara
alamiah.

1. Kurva muka air back-water

Banyak dijumpai di pantai pada sungai besar yang bermuara disebelah


pantai utara Jawa. Pada umumnya aliran di muara pantai ini adalah sub-
critical, karena dataran pantai yang sangat landai. Phenomena adlamiah
ini menyebabkan kedalaman normal dari suatu aliran sub-critical
bertambah ke arah hilir. Kurva muka air yang terjadi biasa disebut kurva
muka air back-water, seperti diperlihatkan pada gambar F.19.a.

2. Kurva muka air draw-town aliran kritis

Pada gambar F.19.b diperlihatkan suatu aliran kritis (hnormal = hkritis) yang
mengalami pembenduingan di bagian muaranya. Kurva muka air yang
terjadi adalah kurva draw down, yang praktis datar.

3. Kurva loncat air

Pada gambar F.19c suatu aliran kritis (hnormal < hkritis ) yang mengalami
pembendungan. Muka air seolah-olah dipaksa naik ke mercu bendung,
sehingga terjadi loncat air.

Beberapa phenomena pokok yang tampak pada gambar tersebut, dapat


disimpulkan sebagai berikut:

 Kurva muka air back water yang merambat naik ke arah hulu
memerlukan tanggul, supaya air tidak tumpah/ meluap di kiri dan
kanan saluran dan menimbulkan banjir. Semakin besar saluran, maka
semakin jauh merambat ke hulu, sehingga backwater ini dapat
dirasakan.

 Loncat air hanya terjadi pda aliran super critical yang mengalami
dorongan untuk menaikkan muka air, sehingga melintasi garis
kedalaman air kritis.

Usulan Teknis F - 60
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi

Gambar F. 19 Kurva muka air pembendungan.

7. Methode Direct Step untuk menghitung kurva muka air


Didalam melakukan deasin sistem drainase perkotaan, besarnya debit dan
kekcepatan saluran bukanlah tujuan utama. Ada hal lain yang lebih
penting, yaitu prakiraan elevasi muka air banjir. Prakiraan ini perlu
untuk melakukanidentifikasi daerah yang kebanjiran.

Methode Direct Step adalah cara untuk memeperkirakan mu4ka air


banjir.

 Cara ini dimulai dengan membagi saluran atas tampang aliran.


Semkain rapat jarak antar tampang, maka semkai akurat prakiraan
muka air yang akan didapat. Biasanya tampang dibagi atas jarak 50
m,s esuai dengan jarak station pengukuran topografi yang dilakukan

Usulan Teknis F - 61
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
 Tetapkan /asumsikan elevasi muka air salah satu tampang.

 Berdasarkan hukum bernoulli, maka elevasi muka air dapat dihitung


secara berurutan, dari tampang satu ke tampang berikutnya. Lihat
gambar F.20.

Penerapan methode Direct Step berdasar suatu asumsi bahwa pengaliran


adalah steady (debit tetap selama waktu peninjauan), dan cara ini
diterapkan pada saluran drainase artifisial (buatan manusia), sehingga
benuk utuh dari saluran adalah prismatik.

Gambar F. 20 Metode Direct Step.

v12 v2 v2
S o ∆x + y1 + = y 2 + 2 + S f ∆x , y1 + = E = Spesifik enersi
2g 2g 2g

E 2 − E1
S o ∆x + E1 = E 2 + S f ∆x , ∆x =
So − S f

Di mana :

x = jarak antara dua penampang yang ditinjau

Ei = enersi spesifik tampang i

So = kemiringan dasar saluran antara tampang 1 dan 2

Sf = kemiringan garis tekan antara tampang 1 dan 2.

Usulan Teknis F - 62
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Besarnya Sf dihitung dengan rumus Manning

n 2v 2
Sf = 4
R 3

Bila besarnya Sf antara tampang 1 dan 2 tidak sama, maka dipakai harga
rata-ratanya.

F.5.6 Analisa Sosial Ekonomi

1. Kependudukan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keadaan penduduk yang


menempati sekitar lokasi pekerjaan. Masalah kependudukan yang
ditelaah adalah jumlah dan perkembangan penduduk, mata pencaharian,
sanitasi, dan lain-lain. Data kependudukan ini berguna dalam
mempertimbangkan desain yang direncanakan.

2. Penggunaan Lahan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keadaan lahan yang telah


digunakan di lokasi pekerjaan. Lahan dalam suatu pemukiman biasanya
terbagi menjadi dalam 3 bagian, yaitu lahan usaha, lahan pekarangan
dan lahan untuk fasilitas sosial. Produksi pertanian di lokasi pekerjaan
pun perlu diketahui.

3. Sarana dan Prasarana Sosial

Prasarana sosial yang paling penting dalam suatu kawasan pemukiman


adalah adanya prasarana jalan untuk menuju ke lokasi. Dengan adanya
jalan tersebut arus komunikasi barang/hasil pertanian dapat berjalan
lancar. Selain itu prasarana sosial lainnya pun perlu diketahui seperti
sarana kesehatan, sarana ibadah, serta sarana umum lainnya.

F.5.7 Penyusunan Upaya Pemanfaatan Air

Usulan Teknis F - 63
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Dari hasil proses analisis yang mencakup beberapa aspek data maka tahap
berikutnya adalah mengkaji penyusunan upaya pemanfaatan air dengan
fasilitas jenis struktur bangunan yang direncanakan. Pemanfaatan air
tersebut dialokasikan untuk berbagai kepentingan masyarakat antara lain
untuk pertanian, air baku, perikanan dan lain sebagainya.

F.5.8 Perencanaan Teknis

Kegiatan perencanaan teknis meliputi :

 Detail desain bangunan pengendali banjir.


 Gambar hasil desain bangunan pengendali banjir.
 Perhitungan volume dan rencana anggaran biaya (RAB).

Proses pelaksanaan perencanaan teknis (rinci) berpedoman pada criteria


pedoman pengendalian banjir yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pengairan.

Perencanaan detail meliputi :

1. Analisis model numeric dari upaya structural yang akan


dilakukan.
2. Perencanaan bangunan pengendali banjir (untuk bangunan
yang memiliki prioritas mendesak dan pendek).
3. Perhitungan volume pekerjaan fisik dan analisa rencana
anggaran biaya.

Perencanaan bangunan pengendali banjir mencakup perencanaan untuk


menentukan :

1. Jenis dan type bangunan.


2. Karakteristik hidrolis.
3. Stabilitas bangunan.

F.5.9 Review Detail Desain Bangunan Pengendalian Banjir

Dari berbagai hasil analisa hidrologi, geoteknik, hidrolika dan topografi,


team leader dengan tenaga ahli persungaian dan ahli hidrolika akan
melakukan perencanaan bangunan yang sesuai dengan hasil perhitungan
tersebut. Hasil perencanaan ini akan ditindaklanjuti dengan penggambaran
detail bangunan. Perencanaan pengendalian banjir menggunakan standar

Usulan Teknis F - 64
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
“Pedoman Pengendalian Banjir” yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pengairan, Departemen PU.

Hasil dari perencanaan menyeluruh pengendalian banjir tersebut untuk


dijadikan sebagai rencana induk pengendalian banjir sungai Randangan.

F.5.10Pelaporan dan Gambar Pra Desain

Pekerjaan Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase di


Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara, melalui beberapa
tahapan kegiatan. Pada masing-masing tahapan ini Konsultan diwajibkan
untuk melaporkan kemajuan pekerjaan yang diserahkan dalam bentuk
laporan tertulis. Adapun produk laporan dari masing-masing tahapan
kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Laporan Rencana Mutu Design
Laporan Rencana Mutu Design akan diserahkan konsultan selambat-
lambatnya 2 (dua) minggu setelah diterbitkannya SPMK dalam
jumlah 3 buku.

2. Laporan Pendahuluan ( Inception Report)


Laporan Pendahuluan pada intinya berisi rencana pelaksanaan
pekerjaan, baik metoda maupun rencana waktu pelaksanaan.
Laporan ini dibuat sebanyak 10 (sepuluh) rangkap dan disampaikan
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.
3. Laporan Bulanan = 3 (tiga) eksemplar
Berisi ringkasan progress/prestasi serta detail kerja harian, komulatif
progress kerja sejak waktu berlakunya kontrak, kemudian identifikasi
penyebab utama apabila terjadi keterlambatan proses, dan usulan
tindakan koreksi yang harus segera ditempuh.
4. Laporan Interim = 10 (sepuluh) eksemplar
Berisi ringkasan progress/prestasi sampai dengan pertengahan
(50%) pekerjaan, komulatif progress kerja sejak waktu berlakunya
kontrak, kemudian identifikasi penyebab utama apabila terjadi
keterlambatan proses, dan usulan tindakan koreksi yang harus
segera ditempuh.
5. Draft Laporan Akhir (Draft Final report)

Usulan Teknis F - 65
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
Draft Laporan Akhir berisi rangkuman laporan keseluruhan pelaksanaan
pekerjaan, beserta hasil-hasil pekerjaannya. Pada intinya Draft Laporan
akhir ini berisi materi awal penyajian bagi Laporan Akhir yang
dilengkapi dengan hasil-hasil pekerjaan. Berdasarkan pengalaman
selama melaksanakan pada bagian ini diharapkan juga dapat disampaikan
rekomendasi kegiatan selanjutnya untuk penyempurnaannya. Laporan ini
dibuat sebanyak 10 (sepuluh) rangkap dan disampaikan pada saat
pekerjaan selesai 95%.
6. Laporan Akhir (Final report)
Laporan Akhir berisi rangkuman laporan keseluruhan pelaksanaan
pekerjaan, beserta hasil-hasil pekerjaannya. Pada intinya Laporan akhir
ini berisi materi penyempurnaan Laporan Draft Akhir yang dilengkapi
dengan resume serta rekomendasi hasil-hasil pekerjaan. Berdasarkan
pengalaman selama melaksanakan pada bagian ini diharapkan juga dapat
disampaikan rekomendasi kegiatan selanjutnya untuk penyempurnaannya.
Laporan ini dibuat sebanyak 10 (sepuluh) rangkap dan disampaikan
pada waktu akhir kontrak pekerjaan.

7. Laporan Pendukung

Laporan-laporan pendukung yang harus disiapkan konsultan adalah:


a. Laporan Ringkas
b. Laporan Hasil Review Perencanaan (Review Nota Desain)
c. Laporan Inventarisasi Kondisi eksisting lapanganlengkap
dengan foto dokumentasi
d. Data Ukur Lapangan dan Hitungan (topografi)
e. Data Ukur Lapangan dan Hitungan (jaringan draianse)
f. Deskripsi BM/CP lengkap dengan gambar situasi dan foto-
foto
g. Album Foto dokumentasi
h. CD-R yang berisi prosesing data berisi laporan-laporan dan
gambar-gambar.

F.5.11Gambar Detail Desain

Produk gambar detail design meliputi :

a. Album gambar yang berisikan :

Usulan Teknis F - 66
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
• Gambar-gambar bangunan pengamanan erosi pantai lengkap
dengan potongan dan detail, gambar tampang memanjang dan
melintang.
• Desain Plan & profil sungai, skala : H = 1 : 2000 dan V = 1 : 100.
• Desain potongan melintang sungai, skala H = V = 1 : 200.
• Tipikal bangunan rencana.
• Peta rencana induk pengendalian banjir sepanjang 10 km.
b. Desain Note yang berisikan perhitungan-perhitungan hidrolis
bangunan dan lain-lain.
• Perhitungan Volume Pekerjaan (BOQ).
• Rencana Anggaran Biaya (RAB).
• Spesifikasi Teknis.
• Operasi dan Pemeliharaan.

F.5.12Diskusi/ Presentasi

Untuk menangani pekerjaan ini wajib mengadakan diskusi dengan tenaga


ahli yang terlibat (intern) maupun kepada Direksi pekerjaan guna
memperoleh masukan. Asistensi kepada pemberi pekerjaan diadakan
minimum 1 (satu) kali setiap bulan, dengan permasalahan yang dibahas
mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan, sekaligus menyampaikan
alternative pilihan, guna memperoleh persetujuan dan mengajukan
program kerja selanjutnya.

Untuk memudahkan monitoring pekerjaan agar pihak Konsultan membuat


buku asistensi.

Buku tersebut berisi catatan, tanggal dan bulan mengenai perintah, hasil
diskusi, persetujuan dan lain-lain dengan Direksi serta sebagai catatan
pihak Konsultan mengenai item/produk pekerjaan yang telah
dilakukan/diselesaikan. Catatan tersebut ditanda tangani oleh pihak Direksi
(Asisten Perencanaan) dan Pihak Konsultan.

Untuk setiap bagian item/bab pekerjaan yang telah diselesaikan oleh


Konsultan agar diasistensikan secara bertahap ke Direksi, sehingga Direksi
bisa mengontrol/ mengoreksi hasil pekerjaan dengan baik.

Diskusi dan expose dilaksanakan dengan tahap sebagai berikut:

Usulan Teknis F - 67
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
a. Diskusi I

Membahas bahan-bahan inception report yang diajukan oleh


Konsultan dengan pihak Direksi.

b. Diskusi II

Dilaksanakan pada saat Konsultan telah selesai menganalisa data


dan menyiapkan draft review perencanaan pra detail design.
Pembahasan dilaksanakan dihadapan Direksi.

Setiap dan selama dilaksanakan diskusi/asistensi Konsultan membuat


catatan hasil-hasildiskusi/asistensi dan daftar hadir untuk diserahkan
kepada Direksi Pekerjaan.

c. Diskusi III.... dan seterusnya

Disamping itu Konsultan wajib mengexpose hasil perencanaan jika


diundang oleh pihak proyek dengan waktu dan tempat akan
itentukan kemudian

Tabel F. 12 Tempat Diskusi/Presentasi

Presentasi ke Jenis laporan Tempat Presentasi


Presentasi 1 Laporan Pendahuluan -

Presentasi 2 Konsep laporan akhir -

Usulan Teknis F - 68
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi
F.1. ALUR KEGIATAN.....................................................................................................................................1
SURVEI TOPOGRAFI.........................................................................................................................3
SURVEY JARINGAN DRAINASE.......................................................................................................3
SURVEI TOPOGRAFI.........................................................................................................................3
F.2. PEKERJAAN PERSIAPAN............................................................................................................................4
F.2.1 Pekerjaan Pendahuluan..............................................................................................................4
F.2.2 Pengumpulan Data Sekunder......................................................................................................5
F.2.3 Studi Pendahuluan......................................................................................................................6
F.2.4 Analisis Data dan Evaluasi Studi Terdahulu..............................................................................7
F.2.5 Penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK)...............................................................................8
F.3. MENENTUKAN BEBERAPA ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH.....................................................................9
F.4. KEGIATAN SURVEY DAN INVESTIGASI.........................................................................................................9
F.4.1 Pengukuran Topografi................................................................................................................9
F.4.1 Pengambilan Contoh Sedimen..................................................................................................24
F.4.2 Survey Hidrologi-Hidrometri Sungai........................................................................................24
F.4.3 Survey Sosial Ekonomi..............................................................................................................27
F.5. ANALISA DATA DAN UPAYA PENANGGULANGAN BANJIR DAN ABRASI PANTAI..............................................27
F.5.1 Analisis Data Topografi............................................................................................................27
F.5.2 Analisis Bathimetri Sungai........................................................................................................34
F.5.3 Analisis Hidro-Oceanografi......................................................................................................36
F.5.4 Analisa Hidrologi dan Evaluasi DPS.......................................................................................39
F.5.5 Analisa Hidrolika......................................................................................................................52
F.5.6 Analisa Sosial Ekonomi.............................................................................................................63
F.5.7 Penyusunan Upaya Pemanfaatan Air.......................................................................................63
F.5.8 Perencanaan Teknis..................................................................................................................64
F.5.9 Review Detail Desain Bangunan Pengendalian Banjir............................................................64
F.5.10 Pelaporan dan Gambar Pra Desain.......................................................................................65
F.5.11 Gambar Detail Desain............................................................................................................66
F.5.12 Diskusi/ Presentasi..................................................................................................................67

Usulan Teknis F - 69
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Pendekatan dan Metodologi

Usulan Teknis F - 70
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara

You might also like