You are on page 1of 9

c 


 
 c
 c 


Kebebasan bermedia melahirkan format baru dalam dunia pertelevisian sehingga acara-acara
yang disuguhkan pun semakin beragam. Keragaman tersebut dapat dilihat mulai dari program
berita hingga sinetron-sinetron remaja. Hampir keseluruhan acara tersebut ditujukan untuk
menghibur pemirsa, bahkan untuk suguhan berita sekalipun. Positifnya, pemirsa televisi (dalam
bahasan ini adalah siswi SMA) pun mendapatkan banyak pilihan acara.

Sayangnya, kebebasan bermedia pada akhirnya berdampak pada kurang terkontrolnya acara-
acara yang ditayangkan. Mulai dari kurang kontrol dalam jam penayangan hingga kontrol mutu
acara tersebut. Salah satu sisi yang kurang terkontrol adalah penayangan sinetron remaja yang
makin marak. Bahkan, dalam setiap harinya setiap stasiun televisi Indonesia dapat menayangkan
minimal tiga hingga empat judul sinetron. Hingga akhirnya produk dengan durasi rata-rata 30
hingga 60 menit per episode tersebut menjadi tontonan ¡°wajib¡± bagi para siswi SMA. Terlebih,
banyak siswi SMA yang memposisikan sinetron sebagai sarana hiburan yang menyenangkan.
Tanpa harus kemana-mana mereka telah mendapatkan hiburan untuk melepaskan kejenuhan
yang ada.

Global TV adalah salah satu stasiun televisi swasta yang membidik remaja sebagai
konsumennya. Sinetron-sinetron yang ditayangkan di Global TV kebanyakan bercerita mengenai
kehidupan siswi SMA dengan rok pendek serta anting-anting besarnya, gaya standar dalam
setiap sinetron remaja Indonesia. Namun sesungguhnya, seragam bermodel rok pendek bukanlah
mode yang diperkenalkan oleh sinetron. Sebelum sinetron-sinetron remaja merebak, sebuah film
yang bertajuk Ada Apa Dengan Cinta (AADC) telah membawa mode tersebut ke dalam dunia
remaja. Baru setelah itu muncullah sinetron-sinetron dengan berbagai macam mode pakaian.

Mode-mode pakaian inilah yang kemudian dibawa ke kehidupan sehari-hari oleh para siswi
SMA. Kondisi psikologis siswi SMA yang belum matang membuat sebagian besar dari mereka
mengopi gaya dalam sinetron mentah-mentah. Sifat sebagian besar remaja yang copy cat telah
membuat mode-mode pakaian tersebut masuk ke dalam kehidupan mereka. Kemudian mode
pakaian kalangan siswi SMA pun berkembang menjadi baju model sinetron A atau anting dalam
sinetron B.

Sesungguhnya, hal tersebut sangat wajar terjadi mengingat kondisi psikologis remaja yang masih
terus mencari gaya apa yang cocok dengan karakter mereka. Hingga kemudian sinetron pun
seperti beralih fungsi dari tayangan hiburan menjadi ¡°majalah mode¡± untuk referensi gaya.
Sayangnya, terkadang dalam mengikuti ¡°mode pakaian sinetron¡±, siswi SMA sering
menggunakan penggeneralisasian yang salah. Hingga kemudian, muncul semacam culture lag
dalam gaya berpakaian mereka.
udul penelitian ini diambil berdasar fakta bahwa siswi SMA kota Yogyakarta juga ikut terkena
imbas gaya berpakaian yang ditampilkan sinetron remaja di Global TV sehingga diharapkan dari
penelitian ini dapat dibuktikan bahwa sinetron remaja di Global TV memberi pengaruh terhadap
gaya berpakaian siswi SMA di Kotamadya Yogyakarta.



Berdasar latar belakang yang diuraikan di atas, rumusan masalah yang akan dikaji adalah:

( pakah sinetron remaja di Global TV mempengaruhi gaya berpakaian siswi SM di


Kotamadya Yogyakarta?(


c  

!
c 

Penelitian dilakukan untuk membuktikan bahwa sinetron remaja di Global TV mempengaruhi


gaya berpakaian siswi SMA di Kotamadya Yogyakarta.

"
# 

Proposal penelitian diajukan guna memenuhi syarat tugas akhir semester dalam mata kuliah
Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif.

$ 
%

!c &' # %# %(


$

Gaya berpakaian merupakan bagian dari mode. Mode adalah ragam (cara, bentuk) yang terbaru
pada suatu waktu tertentu, misalnya, potongan rambut, pakaian, corak hiasan, dan sebagainya
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 751). Sementara, mode merupakan suatu hal yang sering
dikaitkan dengan remaja, khususnya remaja putri. Mereka cenderung bersaing untuk
menampilkan mode terbaru dalam gaya berpakaian. Oleh karena itu, mereka berusaha mencari
referensi sebanyak-banyaknya dalam gaya berpakaian. Salah satu referensi yang banyak
berpengaruh berasal dari media televisi. Media televisi menyajikan berbagai program acara yang
menawarkan banyak pilihan mode. Segmen mode yang ditampilkan dapat disaksikan melalui
sinetron remaja, reality show, dan program fashion.

Dari berbagai segmen mode yang ditampilkan, remaja putri lebih memilih sinetron remaja
sebagai acuan dalam gaya berpakaian. Sinetron remaja mendapat perhatian khusus karena tokoh
yang ditampilkan dalam sinetron remaja kebanyakan seusia dengan mereka. Faktor usia yang
sama menyebabkan mereka lebih mudah dan nyaman dalam menerapkan gaya berpakaian.

" c %# %(


$#'&'  ) 
#  %#&*%&

Pengamatan terhadap pengaruh sinetron remaja di Global TV terhadap gaya berpakaian siswi
SMA di Kotamadya Yogyakarta dapat dilihat dari sudut pandang:

  % 

Dalam bidang ilmu komunikasi, terdapat kajian komunikasi massa yang membahas hubungan
antara media dan masyarakat. Komunikasi massa merupakan suatu kekuatan sosial yang dapat
menggerakkan proses sosial ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Tolok
ukur kekuatan sosial adalah efek yang muncul akibat pengaruh media terhadap masyarakat. Efek
tersebut meliputi efek kehadiran media massa dan efek pesan. Penelitian ini lebih menekankan
pada efek pesan yang meliputi:

! + %  +

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan (yang menerima pesan) yang
sifatnya informatif bagi dirinya. Efek ini membahas bagaimana media massa dapat membantu
khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan ketrampilan
kognitifnya.

" ++ +

Efek afektif adalah efek yang bertujuan mempengaruhi khalayak untuk turut merasakan
iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. Faktor yang mendukung efek ini antara lain
suasana emosional, skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual, serta faktor
identifikasi.

, +- %

Efek behavioral adalah akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau kegiatan. Efek ini mencoba mengungkapkan tentang efek komunikasi massa pada
perilaku, tindakan, dan gerakan khalayak yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar dari media massa tidak bergantung hanya pada unsur stimulus yang ada pada media
massa saja. Kita memerlukan teori untuk menjelaskan peristiwa yang terdapat dalam media
massa. Banyak teori untuk mempelajari hal tersebut, namun, teori yang sesuai untuk penelitian
ini adalah teori pembelajaran sosial dan teori kultivasi.

!
% c(% 
Teori pembelajaran sosial adalah teori yang mengaplikasikan perilaku konsumen yang meniru
apa yang mereka lihat di televisi melalui proses observasional learning (pembelajaran hasil
pengamatan).

"
%   -

Teori kultivasi menganggap media khususnya televisi merupakan


sarana utama untuk belajar tentang masyarakat dan kultur. Teori ini berpendapat bahwa pecandu
berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan.

(c %%

Dikaitkan dengan penelitian ini, faktor psikologi juga ikut berperan dalam mempengaruhi
perilaku remaja. Faktor psikologi yang mempengaruhi antara lain:

! '  .interestK

Faktor ini akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan.
Biasanya, seseorang akan memperhatikan perangsang atau stimulus yang ada hubungannya
dengan kepentingan.

"% - .˜ tivati nK

Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia itu berbuat sesuatu. Motif
manusia sangat disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing individu yang
berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Motif seseorang bisa bersifat tunggal,
bisa juga bergabung.

% %%

Sosiologi yang umumnya mempelajari ilmu kemasyarakatan ikut memberikan andil dalam
penelitian ini, khususnya, melihat remaja sebagai bagian dari masyarakat. Salah satu subbagian
sosiologi adalah kajian terhadap interaksi soaial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok
masyarakat. Faktor-faktor yang mendasari terbentuknya interaksi sosial antara lain, imitasi,
identifikasi, sugesti, motivasi, simpati, empati. Namun, dari keenam faktor tersebut, yang
berkaitan langsung dengan penelitian ini adalah imitasi dan identifikasi.
!  

Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap,
penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimilki orang lain. Contoh, gaya dan mode
berpakaian di kalangan remaja di kota-kota besar.

" # + 

Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seorang individu untuk menjadi sama atau identik
dengan individu lain yang ditirunya. Contoh: seorang pengagum berat yang begitu mengagumi
artis pujaannya sering mengidentifikasikan dirinya menjadi bintang idolanya dengan meniru
model rambut, atau gaya perilakunya, serta menganggap dirinya sama dengan bintang pujaannya.

$ +    ' %

! $ ( #'#

Variabel Independen sering disebut variabel bebas. Posisi variabel ini adalah sebagai variabel
yang mempengaruhi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

1. Tingkat Intensitas Mengakses Media

Intensitas adalah sesuatu yang dapat diukur berdasarkan sejauh mana kedalaman suatu informasi
dapat dipahami oleh responden. Operasionalisasi variabel ini dapat dilihat dari:

a. Penggunaan Media

Media yang dimaksud adalah sinetron remaja yang ditayangkan di Global TV pada hari Senin
sampai hari umat pada pukul 18.00 WIB. Indikatornya meliputi: keberadaan sinetron remaja
yang ditayangkan di Global TV pada hari Senin sampai hari umat pada pukul 18.00 WIB
terhaap remaja dan mode pakaian yang digunakan dalam sinetron-sinetron tersebut.

b. Frekuensi

Diukur berdasarkan sering-tidaknya remaja itu mengakses sinetron remaja yang ditayangkan di
Global TV pada hari Senin sampai hari umat pada pukul 18.00 WIB, antara lain:

- dalam hal ini, karena sinetron-sinetron remaja di Global TV itu ada setiap hari maka
frekuensinya dihitung berepa kali menonton dalam seminggu.

- apakah setiap kali menonton televisi pada pukul 18.00 WIB mereka selalu menonton acara
tersebut.

c. Longitivity (durasi)
diukur berdasar lama waktu mereka mengikuti acara tersebut. Apakah hanya satu judul sinetron,
ataukah semua sinetron remaja di Global TV yang ditayangkan pada pukul 18.00 WIB.

"$ ( '#

Disebut juga variabel terikat. Posisi variabel ini sebagai variabel yang dipengaruhi. Variabel
dependent dalam penelitian ini adalah sikap remaja SMA dalam menghadapi mode dalam
sinetron tersebut. Operasionalisasi dari variabel ini dapat dikategorikan ke dalam tiga aspek:

1. Aspek Afektif, yitu perilaku senang-tidak senang dari remaja terhadap berbagai gaya
berpakaian dalam sinetron remaja yang ditayangkan di Global TV pada hari Senin sampai hari
umat pada pukul 18.00 WIB. Indikatornya adalah:

- perasaan senang atau tidak senang dari remaja mengenai gaya berpakaian yang digunakan
dalam sinetron remaja yang ditayangkan di Global TV pada hari Senin sampai hari umat pada
pukul 18.00 WIB.

2. Aspek Konatif; kecenderungan remaja terhadap perilaku meniru gaya berpakaian dalam
sinetron remaja yang ditayangkan di Global TV pada hari Senin sampai hari umat pada pukul
18.00 WIB. Indikatornya adalah:

- kecenderungan remaja untuk meniru gaya berpakaian tersebut.

- Kecenderungan remaja untuk menghindari meniru gaya berpakaian tersebut.

$  '% 

 '%   ./K0

Tidak ada pengaruh intensitas menonton sinetron remaja yang ditayangkan di Global TV pada
hari Senin sampai hari umat pada pukul 18.00 WIB (X) terhadap gaya berpakaian Siswi SMA di
Kotamadya Yogyakarta (Y).

1*

( '% .!K

Terdapat pengaruh intensitas menonton sinetron remaja yang ditayangkan di Global TV pada
hari Senin sampai hari umat pada pukul 18.00 WIB (X) terhadap gaya berpakaian Siswi SMA di
Kotamadya Yogyakarta (Y).
1*

$ %#%%

!%#c  

Metode penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode penelitian
survey, yaitu dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpul data pokok. Pada umumnya unit analisa dalam penelitian survey ini
bertujuan mencari hubungan antar variabel penelitian (Singarimbun, 1989).

"%#c' 

1. Kuosioner (angket)

Merupakan usaha mengumpulkan data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis
kapada responden untuk memperoleh informasi dari responden tentang dirinya.

Metode penelitian survey merupakan penelitian yang menitikberatkan atau bertujuan untuk
menemukan pendapat atau opini atau sikap atau orientasi yang terdapat di dalam masyarakat
dengan cara meminta informasi dari individu. Metode survey yang kami gunakan adalah teknik
kuesioner, yaitu dengan cara menyebar angket berisi pertanyaan kepada responden yang
responden yang representatif.

2. Studi Pustaka

Pemakaian pustaka-pustaka acuan dan penunjang guna melengkapi data yang berhubungan
dengan penelitian.

,%#c( '

1. Unit sampling (populasi): siswi SMA di Kotamadya Yogyakarta.

2. Unit analisis (sampel): sisiwi di beberapa SMA di Kotamadya Yogyakarta.

 c'

Cluster Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan gugus (Rahayu, 2004).
Teknik ini digunakan karena sampel yang diambil jumlahnya besar dan tidak dimungkinkan
mencari data semua pelajar SMA di Kotamadya Yogyakarta. Unit sampling (populasi) akan
dibagi berdasarkan gugus, yaitu negeri dan swasta. Sample diambil secara acak dari masing-
masing gugus dan sampel yang diambil adalah SMA Negeri 8 Yogyakarta dan SMA Stella Duce.

 c

Teknik pengukuran merupakan jenis ukuran yang dipakai untuk menentukan nilai tinggi-
rendanya variabel-variabel yang tercakup dalam penelitian ini. Lebih lanjut akan digunakan skala
likert. Dari teknik ini akan dibuat serangkaian pertnyataan yang akan memberi lima alternatif
jawaban untuk dipilih oleh responden sebagai tanggapan atas pernyataan tersebut. Masing-
masing pernyataan mengandung nilai yang bergerak dari 1-5. untuk pernyataan bersifat positif
(favourable) akan mendapat skor 5 bagi jawaban ¡°sangat setuju¡±. Dan sebaliknya, pada
pernyataan bersifat negatif (unfavourable) akan mendapatkan skor 1 bagi jawaban ¡°sangat
setuju¡±.

   

Hubungan yang terjadi antara variabel-variabel dinyatakan dalam angka yang disebut sebagai
koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini selalu bergerak antara angka 0,00 sampai +1,00 yaitu
korelasi positif. Sdangkan 0,00 sampai -1,00 menunjukan korelasi negatif. Untuk menentukan
tinggi-rendahnya korelasi digunakan pedoman sebagai berikut:

< 0,20 hubungan rendah/ lemah sekali

0,20 - 0,40 hubungan rendah tapi pasti

0,40 ¨C 0,70 hubungan yang cukup berarti

0,70 ¨C 0,90 hubungan yang tinggi/ kuat

> 0,90 hubungan sangat tinggi/ kuat sekali dapat diandalkan

Sedangkan tingkat signifikansi ditentukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05.


Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ianalisa dengan menggunakan metode
analisa Korelasi Product Momment, rumusnya:

Keterangan:
X : simbol untuk variabel bebas

Y : simbol untuk variabel terikat

r : koefisien korelasi antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y)

¡Æ xy : jumlah produk dari variabel X

N : jumlah responden

+c

Ardianto, Elvinaro & Erdinaya, Lukiati Komala. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.
Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi (edt.). 1989. Metode Penelitian Survai. akarta : P.T.
Pustaka LP3ES Indonesia.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. akarta: CV. Raj

SOSIAL | anuary 29th, 2009by errel Tagged PENGARUH SINETRON TERHADAP


KEHIDUPAN REMAA
You can leave a response, or trackback from your own site.

You might also like