Professional Documents
Culture Documents
BAB 8
PERIODONTITIS MARGINALIS
SAKU PERIODONTAL
Secara umum dengan istilah saku (pocket) diartikan sebagai
sulkus gingival yang bertambah dalam secara patologis. Bertambahnya
kedalaman sulkus gingival yang normal bisa disebabkan oleh: (1)
bergeraknya tepi gingival kea rah koronal akibat adanya pertambahan
besar gingival; (2) bergeraknya perletakan epitel penyatu ke arah
apical; atau (3) kombinasi antara keduanya. Saku yang terbentuk
semata-mata karena bergeraknya tepi gingival ke arah koronal tanpa
disertai perubahan perletakan epitel penyatu dinamakan sebagai saku
gusi atau saku relative atau saku semu (gingival pocket/relative
pocket/false pocket). Sebaliknya saku yang terbentuk karena telah
bergeraknya perlekatan epitel penyatu ke apital, dengan atau tanpa
bergeraknya tepi gingival ke koronal, dinamakan sebagai saku
periodontal atau saku absolute atau saku sebenarnya (periodontal
pocket/absolute pocket/true pocket).
1
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
Klasifikasi saku
Klasifikasi berdasarkan lokasi dasar saku.- Saku
periodontal dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dasar sakunya
atas: (1) saku supraboni atau saku suprakrestal atau saku supra-
alveolar (suprabony pocket/supracrestal pocket/supra-alveolar pocket),
yaitu tipe saku periodontal dimana dasar sakunya berada koronal dari
tulang alveolar; dan (2) saku infaboni atau saku intrabony
pocket/subcrestal pocket/intra-alveolar pocket), yaitu tipe saku dimana
dasar sakunya berada apikal dari level tulang alveolar yang
berbatasan; dengan kata lain dinding lateral saku berada antara
permukaan gigi dengan tulang alveolar.
2
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
Gambar 2. Tipe-tipe saku. (A), Saku gusi; belum ada kerusakan pada
jaringan periodontal pendukung. (B) Saku supraboni; dasar saku
berada koronal dari level tulang alveolar; kehilangan tulang horizontal.
(C) Saku infraboni; dasar saku berada apikal dari level tulang alveolar;
kehilangan tulang vertical/angular.
Gambaran klinis
Satu-satunya cara yang paling akurat untuk menetapkan lokasi
saku periodontal dan menentukan perluasannya adalah dengan jalan
probing (pemeriksaan dengan menggunakan alat prob periodontal)
secara hati-hati pada setiap permukaan gigi dimulai dari tipe gingival
ke arah apikal. Mengenai tehnik probing ini akan dikemukakan secara
lebih rinci pada waktu membahas pemeriksaan periodontal.
Meskipun demikian ada beberapa ciri-ciri klinis maupun simtom
yang dapat dijadikan pedoman guna mencurigai keberadaan saku
periodontal.
3
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
Patogenesis
Saku periodontal adalah disebabkan oleh mikroorganisme dan
produknya, yang menimbulkan perubahan patologis pada jaringan
yang menjurus ke pendalaman sulkus gingival. Bila hanya didasarkan
pada kedalamannya saja, kadang-kadang sukar untuk membedakan
antara sulkus gingival normal yang dalam dengan saku periodontal
yang dangkal. Pada keadaan yang demikian, perubahan patologis pada
gingivalah yang dijadikan pedoman untuk membedakan antara
keduanya.
Pembentukan saku diawali oleh perubahan inflamatori yang
diakibatkan oleh plak bakteri pada dinding jaringan ikat sulkus
gingival. Cairan dan sel-sel eksudat inflamasi menyebabkan
degenerasinya jaringan ikat disekitarnya, termasuk serabut gingival.
Tepat dibawah epitel penyatu terjadi perusakan terhadap
serabut kolagen, dan daerah tersebut akan diinfiltrasi oleh sel-sel dan
eksudat inflamasi. Di bawah daerah tersebut dijumpai daerah dengan
perusakan sebagian dan lebih ke bawah lagi daerah dengan perlekatan
jaringan ikat yang normal.
Ada dua hipotesa yang dikemukakan berkaitan dengan
mekanisme penghancuran kolagen tersebut: 1) kolagenase dan ensim
lisosomal lainnya yang diproduksi lekosit polimorfonukleus dan
makrofag menghancurkan kolagen; dan 2) fibroblast memfagositosa
serabut kolagen dengan jalan menjulurkan processus sitoplasmiknya
ke pertemuan ligament periodontal-sementum, dan dengan jalan
meresorbsi fibril kolagen yang melekat serta fibril yang berada pada
matriks sementum.
Sebagai akibat dari penghancuran dan hilangnya kolagen,
bagian apical dari epitel penyatu berproliferasi sepanjang permukaan
akar gigi, dengan menjulurkan penonjolan-penonjolan yang mirip jari-
jari (finger-like projections) dengan ketebalam dua atau tiga sel.
Bagian koronal dari epitel penyatu lepas dari permukaan akar
begitu bagian apikalnya migrasi atau berproliferasi. Sebagai akibat
inflamasi, lekosit polimorfonukleus (LPN) yang menginvasi tepi koronal
dari epitel penyatu bertambah jumlahnya. LPN tersebut tidak berikatan
satu sama lainnya maupun ke sel-sel epitel yang tersisa. Apabila
jumlah relatif LPN telah mencapai 60% atau lebih volume epitel
penyatu, epitel penyatu akan kehilangan daya ikatnya dan terlepas
dari permukaan gigi. Dengan demikian, dasar sulkus bergerak ke
apical, dan epitel sulkular akan menempati bagian dinding sulkus (atau
saku) yang bertambah dalam secara perlahan-lahan.
Dengan berlanjutnya inflamasi, besar gingival bertambah
sehingga Krista tepi gingival bergerak kearah koronal. Migrasi epitel
4
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
Histopatologi
Sebagai kelanjutan perubahan histopatologis berkaitan dengan
ketiga tahapan gingivitis yang telah dikemukakan pada pembahasan
mengenai pathogenesis gingivitis, pada waktu pembentukan saku
terjadi pula perubahan histopatologis lainnya.
Dinding jaringan lunak saku periodontal.- Jaringan ikat
dinding jaringan lunak saku adalah oedematous dan diinfiltrasi oleh
sel-sel plasma (sekitar 80%) dan limfosit, serta sejumlah kecil lekosit
polimorfonukleus. Pembuluh darah bertambah jumlahnya, mengalami
dilatasi dan penuh berisi darah. Jaringan ikatnya mengalami
degenerasi dengan derajat yang bervariasi. Sering dijumpai satu atau
beberapa focus nekrosis. Selain perubahan eksudatif dan
degenerative, pada jaringan ikat terjadi poliferasi sel endotel dengan
pembentukan kapiler baru, fibroblast dan serabut kolagen.
Epitel penyatu pada dasar saku biasanya lebih pendek
dibandingkan dengan epitel penyatu pada dasar sulkus. Meskipun ada
variasi dalam hal panjang, lebar, dan kondisi sel-sel epitel, biasanya
panjang epitel penyatu dalam arah koronal-apikal berkurang sampai
hanya sepanjang 50-100 μm. Sel-sel tersebut bisa dalam kondisi
normal tetapi bisa juga mengalami degenerasi dari yang ringan sampai
parah.
Perubahan degeneratif paling parah pada saku periodontal
terjadi sepanjang dinding lateral. Epitel dinding lateral saku mengalami
perubahan proliferatif dan degeneratif yang menyolok. Dari dinding
lateral saku akan menjulur sel-sel epitel sampai ke jaringan ikat yang
berdekatan yang terinflamasi, bahkan sering sampai apikal dari epitel
penyatu. Sel-sel epitel yang menjulur tersebut, demikian juga epitel
lateral lainnya, diinfiltrasi oleh lekosit dan eksudat yang berasal dari
jaringan ikat yang terinflamasi. Sel-sel tersebut akan mengalami
degenerasi vakuolar dan pecah sehingga terbentuk vesikel. Apabila
degenerasi dan nekrosis epitel bertambah hebat maka dinding lateral
saku akan mengalami ulserasi, dengan akibat tersingkapnya jaringan
5
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
6
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
7
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
8
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
9
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
ABSES PERIODONTAL
Abses periodontal adalah inflamasi dengan purulen yang
terlokaliser pada jaringan periodontal. Abses ini dinamakan juga
sebagai abses lateral atau abses parietal.
10
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
11
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
12
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
13
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
14
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
15
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
16
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
17
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
18
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
khas. Pada kasus yang ekstrim akibat tidak diganti gigi molar
pertama mandibula yang dicabut bisa terjadinya.
1. Molar kedua dan ketiga miring (tilting), dengan akibat
berkurangnya dimensi vertikal.
2. Premolar bergerak ke distal, dan insisivus mandibula miring
dan ekstrusi ke lingkual. Premolar mandibula karena drifting
ke mesial kehilangan ke tinggi. Premoolar mandibula karena
drifting ke mesial kehilangan hubungan interkuspalnya
dengan gigi maksila sehingga miring ke distal.
3. Bertambah besarnya overbite anterior. Insisivus mandibula
berkontak dengan insisivus maksila dekat ke gingiva atau
mencederai giginya.
4. Insisivus maksila terdorong ke labial dan lateral.
5. Gigi anterior ekstrusi karena kontak insisal telah hilang.
6. Terbentuknya diastema pada daerah anterior.
Penyebab lain.- Penyebab lain dari berubahnya tekanan
yang mengenai gigi adala: 1) Trauma karena oklusi, baik secara
sendirian maupun kombinasi dengan inflamasi, bisa menyebabkan
perubahan posisi gigi. Arah pergeseran gigi tergantung pada
tekanan oklusalnya. 2) Tekanan dari lidah bisa menyebabkan
drifting pada keadaan tidak adanya penaykit periodontal, atau turut
berperan dalam menyebabkan migrasi patologis pada gigi yang
melemah dukungan periodontalnya. 3) Tekanan dari jaringan
granulasi pada saku periodontal.
MOBILITI GIGI
Yang dimaksud dengan mobiliti gigi adalah goyangnya gigi.
Karena gigi yang tertanam didalam soket gigi bukanlah tertanam kaku
sebagaimana layaknya tiang yang disemenkan, maka harus dibedakan
dua jenis mobiliti: mobiliti fisiologis dan mobiliti patologis.
Mobiliti fisiologis
Mobiliti gigi bukanlah semata-mata pertanda penyakit
periodontal. Pada gigi yang normal pun dijumpai mobiliti yang
fisiologis, yang bervariasi berdasarkan tipe gigi dan paruh waktu hari.
Mobiliti fisiologis lebih besar pada waktu bangun tidur di pagi hari,
untuk selanjutnya akan berkurang. Meningkatnya mobiliti di pagi hari
adalah karena gigi sedikit ekstrusi karena di waktu tidur tidak
berkontak dengan angagonisnya.
Mobiliti gigi terjadi dalam dua tahap: 1) Tahap inisial atau
intrasoket, pada tahap mana gigi bergerak sebatas ligamen
periodontal. Hal ini berkaitan dengan distorsi viskoelastik ligamen
periodontal dan redistribusi cairan, kandungan interbundel, dan
serabut ligamen periodontal. Pergerakan inisial ini terjadi dengan
tekanan sekitar 100 lb dan pergerakannya sejauh 0,05-0.10 mm (50-
100 μm). 2) Tahap sekunder, yang terjadi secara bertahap.
Mobiliti patologis
Mobiliti yang melebihi rentangan mobiliti yang normal
dinamakan mobiliti abnormal atau mobiliti patologis. Kategori patologis
disini adalah karena mobilitinya melampaui mobilit yang normal;
periodonsiumnya sendiri pada saat pemeriksaan tidak harus
menunjukkan tanda-tanda berpenyakit.
19
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
20
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
Gambaran klinis
Karakteristik umum.- 1) adanya penmpukan plak supra dan
sibgingiva, yang biasanya disertai dengan pembentukan kalkulus, 2)
21
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
PERIODONTITIS AGRESIF
Periodontitis agresif (aggressive periodontitis) mencakup tiga
penyakit yang dulu dikategorikan sebagai “periodontitis bermula dini”
(early-onset periodontitis/EOP), yaitu: 1) periodontitis agresif lokalisata
(localized aggressive periodontitis) yang dulu dinamakan “periodontitis
juvenil lokalisata” (localized juvenile periodontitis/LJP), 2) periodontitis
agresif generalisata yang mencakup penyakit yang dulu dinamakan (1)
“periodontitis juvenil generalisata” (generalized juvenile
periodontitis/GJP), dan (b) “periodontitis berkembang cepat” (rapidly
progressive periodontitis/RPP).
22
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
Temuan radiografis
Gambaran radiografis pada kasus PAG bervariasi dari kehilangan
tulang yang parah pada beberapa gigi sampai kehilangan tulang yang
melibatkan sebagian besar gigi geligi.
23
Periodonsia
Univ. Sam Ratulangi
24