You are on page 1of 36

PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN GURU

DALAM PELAKSNAANNYA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


PROFESI KEPENDIDIKAN

Dosen pembimbing:
Novitawati S.Psi

Disusun oleh kelompok 7


Arif Rahman Prasetyo A1E307909
Dede Dewantara A1E307905
Ita A1E307926
Maida Mustika A1E307907
Marietna T.M A1E307961
M.Hidayatullah A1E307942
Nurliani A1E307930

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
S1 PGSD TERINTEGRASI
BANJARBARU
2009

1
KATA PENGANTAR
Assalamualikum. Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat,
taufik, dan hidayahNya jualah, makalah yang berjudul “Sistem pemberian Layanan
Pendidikan” dapat diselesaikan. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Profesi
Kependidikan.

Terimakasih kepada Novitawati S.Psi selaku dosen mata kuliah Profesi


Kependidikan atas bimbingan dan arahannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dimana masih
banyak kekurangan baik dari segi materi pelajaran maupun cara pengungkapannya.
Semua ini tidak terlepas dari keterbatasan baik dari segi pengetahuan, keterampilan,
kemampuan dan pengalaman. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya pendapat,
kritik dan saran yan membangun dari semua pihak demi perbaikan laporan ini agar
dapat dijadikan pedoman demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terutama bagi saya sebagai penulis maupun pembaca. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Banjarbaru, Oktober 2009

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Metode Penulisan ................................................................................. 2
BAB II ISI ................................................................................................................. 3

A. Program bimbingan di sekolah ............................................................ 3


Peran Guru Khusus Untuk Anak Berkebutuhan Khusus ...................... 7

Hubungan Orang Tua dan Guru ........................................................... 13

Program Bimbingan dan Pelatihan Orang Tua .................................... 17

Program Bimbingan Bagi Orang Tua .................................................... 17

A. Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah .................... 18

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 20

A. Kesimpulan .......................................................................................... 20
B. Saran-saran .......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan


sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat
menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa
mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang
justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar
siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun
fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar
yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Aktivitas belajar bagi setiap anak, tidak selamanya dapat berlangsung


secara wajar, kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang
dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat
sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang
juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.

Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik
dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitanya dengan aktivitas belajar,

Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini
pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan
anak didik. “Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya, untuk itu di perlukan program bimbingan yang
dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dialami
siswa ketika belajar.

Dalam pelakasanaan bimbingan ini bukan hanya dilakukan oleh guru


kelas saja namun juga harus dilakukan oleh semua tenaga pendidik yang
ada di sekolah terutama dalam pembentukan sikap.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengetian program bimbingan belajar?
2. Bagaimana langkah-langkah penyusunan program bimbingan ?
3. Bagaimana program bimbingan menurut jenjang pendidikan ?
4. Siapa saja tenaga bimbingan di sekolah beserta fungsi dan peranannya?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan yang akan dicapai dalam pembahasan ini, yaitu :
1. Mampu memahami pengertian, langkah, variasi, ketenagaan, struktur
organisasi serta implementasi program bimbingan di sekolah.
2. Mampu memahami peranan guru dalam pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah.

D. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
metode ke perpustkaan dan literature dari internet.

5
BAB III
ISI

PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN


GURU DALAM PELAKSANAANNYA

A. Program Bimbingan di Sekolah


1. Pengertian Program Bimbingan
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan
Mitchell (1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program
yang memberikan layanan khusus yang dimaksudka untuk membantu
individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan itu
menyangkut dua factor, yaitu : (1) faktor pelaksana atau orang yang akan
memberikan bimbingan dan (2) factor-faktor yang berkaitan dengan
perlengkapan, metode, bentuk layanan siswa-siswa, dan sebagainya, yang
mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi, 1977).
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa
program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan
memberikan banyak keuntungan, seperti:
a) Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya
dengan menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang
tidak menguntungkan;
b) Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara
seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun
dalam jenis layanan bimbingan yang diperlukan;
c) Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami
peranannya msaing-masing dan mengetahui bagaimana dan di mana
mereka harus melakukan upaya secara tetap; dan
d) Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang
sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan
siswa yang dibimbingnya.

6
2. Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan
Dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan
Moh. Surya (1985) seperti berikut:
a) Tahap persiapan. Langkah ini dilakukan melalui survei untuk
menginventarisasi tujuan, kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta
kesiapan sekolah yang bersangkutan untuk melaksanakan program
bimbingan.
b) Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah
ditunjuk oleh pemimpin sekolah. Tujuannya unutk menyamakan
pemikiran tentang perlunya program bimbinga, serta merumuskan
arah program yang akan disusun.
c) Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program
bimbingan.
d) Pembentukan panitia penyelenggara program.

Langkah-langkah penyusunan program program bimbingan


urutannya cukup sederhana yaitu:

a) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang ada


kaitannya dengan kegiatan bimbingan.
b) Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas
kegiatan yang akan dilakukan, dan sekaligus menyusun konsep
program bimbingan yang akan dilakukan dalam kurun waktu
tertentu.
c) Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila
perlu dengan mengundang personel sekolah untuk memperoleh
balikan guna penyempurnaan program tersebut.
d) Pelaksanaan program yang telah direncanakan.
e) Dari hasil evaluasi program tersebut kemudian dilakukan
penyempurnaan (revisi) untuk program berikutnya.

3. Variasi Program Bimbingan Menurut Jenjang Pendidikan

7
Winkel (1991)memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam
menyusun program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, yaitu:
a) Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu, seperti yang telah
dirumuskan.
b) Menyusuntugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan
peserta didik pada tahap perkembangn tertentu.
c) Menyusun pola dasar yang dipedomani dalam memberikan layanan.
d) Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan.
e) Menentukan bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan, seperti
bimbingan kelompok atau bimbingan individual, bimbingan pribadi,
bimbingan akademik atau bimbingan karir, dan sebagainya.
f) Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan.
g) Berdasarkan rambu-rambu tersebut, program bimbingan untuk
masing-masing jenjang pendidikan dapat dirumuskan dengan tepat
sesuai dengan karakteristiknya. Selain itu, program bimbingan
hendaknya disesuaikan dengan keadaan individu yang akan dilayani.

a. Pendidikan Taman Kanak-Kanak


Pendidikan formal terendah adalah sekolah dasar (SD).
Meskipun demikian menurut Winkel (1991) tenaga-tenaga
pendidik di taman kanak-kanak juga dituntut untuk memberikan
layanan bimbingan. Hal ini, dikuatkan dalam Pedoman dan
Penyuluhan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
tahun 1980 Buku III C, dalam rangka pelaksanaan kurikulum
taman kanak-kanak 1976.
Layanan bimbingan dan konseling di taman kanak-kanak,
hendaknya ditekankan pada:
a) Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian da
keharmonisan dalam menjalin hubungan social dengan
teman-teman sebayanya.
b) Bimbingan pribadi, seperti pemupukan disiplin diri dan
memahami perintah.

8
b. Program Bimbingan di Sekolah Dasar
Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa
sekolah dasar lebih menekankan pada usaha pencapaian tugas-
tugas perkembangan mereka antara lain mengatur kegiatan-
kegiatan belajarnya dengan bertanggung jawab; dapat berbuat
dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang dewasa serta
teman-teman sebayanya, mengembangkan kesadaran moral
berdasarkan nilai-nilai kehidupan dengan membentuk kata hati
(Winkel, 1991). Program bimbingan hendaknya mengacu
kepada tujuan umum di SD yaitu memiliki sifat-sifat dasar
sebagai warga negara yang baik, menikmati kesehatan jasmani
dan rohani, memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar
yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, bekerja di
masyarakat, dan mengembangkan diri sesuai dengan asas
pendidikan seumur hidup.
Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan di sekolah
dasar, Gibson dan Mitchell (1981) mengemukakan beberapa
factor yang harus dipertimbangkan, seperti:
a) Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan
pada aktivitas-aktivitas belajar.
b) Di SD masih menggunakan sistem guru kelas sehingga
seandainya ada anak yang tidak disenangi oleh guru, maka
akan lebih fatal akibatnya.
c) Adanya kecenderungan seorang anak bergantung kepada
teman sebayanya.
d) Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan
anak.
e) Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, tidak terlalu
kompleks.
c. Program Bimbingan di Sekolah Lnjutan Tingkat Pertama

9
Program bimbingan dan konseling untuk siswa SLTP
hendaknya berorientasi kepada pencapaian tugas-tugas
perkembangannya. Winkel (1992) mengemukakan tugas-tugas
perkembangan untuk siswa/anak pada tingkat SLTP antara lain:
menerima peranannya sebagi pria atau wanita, memperjuangkan
taraf kebebasan yang wajar dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya, menambah bekal pengetahuan dan pemahaman
untuk pendidikan lanjutan, serta mengembangkan kata hati
sesuai dengan nilai-nilai kehidupan.
Hambatan dari pencapaian tugs-tugas perkembangan tersebut
antara lain: kurang kepercayaan diri, kurangnya kepekaan
perasaan, sering timbulnya kegelisahan, dan kurangnya
semangat kerja keras.
Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP
hendaknya berorientasi kepada:

a) Bimbingan belajar, karena cara belajar din SLTP berbeda


dengan di SD.
b) Bimbingan tentang muda-mudi, karena pada usia ini mereka
mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan
Mitchell).
c) Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok
sebaya(peer group), maka program bimbingan belajar
hendaknya juga menangani masalah-masalah yang
berkaitan dengan hubungan social.
d) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas
perkembangan anak usia 12-15 tahun.
e) Bimbingan karir baik yang menyangkut pemahaman
tentang dunia pendidikan ataupun pekerjaan.

d. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

10
Cole (1959) mengemukakan beberapa tugas perkembangan
pada usia remaja (usia SLTA) yaitu bertujuan untuk mencapai:
(1) kematangan emosional, (2) kemantapan minat terhadap
lawan jenis, (3) kematangan sosial, (4) kebebasan diri dari
kontrol orang tua, (5) kematangan intelektual, (6) kematangan
dalam pemilihan pekerjaan, (7) efisiensi pemanfaatan waktu
luang, (8) kematangan dalam memahami falsafah hidup, dan (9)
kematangan dalam kemamp[uan mengidentifikasi diri.
Pogram bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada:
a) Hubungan muda-mudi/hubungan social.
b) Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.
c) Bimbingan cara belajar.

e. Program Bimbingan di Perguruan Tinggi


Program bimbingan di perguruan tinggi hendaknya
berorientasi kepada:
1) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang
bersifat akademik.
2) Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.

4. Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya


Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung
jawab bersama antar personel sekolah, guru-guru, wali kelas, dan petugas
lainnya (Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya,1985). Pekerjaan
konselor merupakan salah satu dari pekerjaan professional di sekolah
(Gibson dan Mitchell, 1981). Semua personel sekolah terkait dalam
pelaksanaan program bimbingan, karena bimbingan merupakan salah
satu unsure dari system pendidikan. Kegiatan bimbingan mencakup
banyak aspek dan saling kait-mengait, sehingga tidak memungkinkan
jika layanan bimbingan dan konseling hanya menjadi tanggung jawab
konselor saja.

11
Koestoer, P. (1982) mengemukakan sejumlah personalia/konselor di
sekolah terdiri dari :
a) Konselor sekolah.
b) Guru konselor/guru pembimbing.
c) Tenaga khusus/psikolog sekolah, pekerja sosial sekolah, dokter dan
juru rawat.
Dalam kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman
Bimbingan dan Penyuluhan dikemukakan bahwa konselor di sekolah
terdiri dari: (a) kepala sekolah, (b) penyuluh pendidikan (konselor
sekolah), (c) guru penyuluh atau wali kelas, (d) guru, dan (e) petugas
administrasi.

a. Kepala Sekolah
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala
sekolah mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Membuat rencana/program sekolah secara menyeluruh.
2) Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan
bimbingan dan penyuluhan.
3) Mengawasi pelaksanaan program.
4) Melengkapi dan meyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan
penyuluhan.
5) Mempertanggungjwabkan program tersebut baik ke dalam
(sekolah) maupun ke luar (masyarakat).
6) Mengadaka hubungan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah
dalam rangka kerja sama pelaksanaan bimbingan.
7) Mengkoordinasi kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan
lainnya.
b. Penyuluh Pendidikan (Konselor Sekolah)
Peranan dan tugas konselor sekolah dalam kegiatan bimbingan dan
konseling adalah:
1) Menyusun program bimbingan dan konseling bersama kepala
sekolah.

12
2) Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum mengenai
kegiatan bimbingan dan konseling.
3) Bertanggung jawab terhadap jalannya program.
4) Mengkoordinasikan laporankegiatan pelaksanaan program
sehari-hari.
5) Memberikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah.
6) Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian
kepada diri sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan social
yang makin lama makin berkembang.
7) Menerima dan mengklarifikasikan informasi pendidikann dan
informasi lainnya yang diperoleh dan meyimpannya sehingga
menjadi catatan komulatif siswa.
8) Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan
suatu rencana tindakan positif terhadap siswa.
9) Menyelenggarakan pertemuan staf.
10) Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual.
11) Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-
siswa dan menafsirkannya untuk keperluan pendidikan dan
jabatan.
12) Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang
berhubungan dengan program bimbingan dan konseling dan
memimpin usaha survey dalam masyarakat sekitar sekolah
untuk mengetahui lapangan-lapangan kerja yang terbuka.
13) Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau
kegiatan-kegiatan ko-kurikuler yang sesuai dengan minat, staf,
bakat, dan kebutuhannya.
14) Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat
penyesuaian metode mengajar yang sesuai dengan dan dapat
memenuhi sifat masalah masing-masing siswa.
15) Mengadakan penelaahan lanjutan terhadap siswa-siswa tamatan
sekolahnya dan terhadap siswa putus sekolah serta melakukan

13
usaha penilaian lain yang berhubungan dengan program
bimbingan secara tetap.
16) Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa dan
mengadakan kunuungan rumah (home visit).
17) Menyelenggarakan pembicaraan kasus (case conference).
18) Mangadakan wawancara latihan bagi para petugas bimbingan.
19) Menyelenggarakan program latihan bagi para petugas
bimbingan.
20) Melakukan alih tangan (referal) masalah siswa kepada lembaga
atau ahli lain yang berwenang.
c. Guru Pembimbing/Wali Kelas
Berkenaan dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
peran dan tanggung jawab wali kelas adalah:
1) Mengumpulkan data tentang siswa.
2) Menyelenggarakan bimbingan kelompok.
3) Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa (akademik, sosial,
fisik, pribadi).
4) Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari.
5) Mengobservasi kegiatan siswa di rumah.
6) Mengadakan kegiatan orientasi.
7) Memberikan penerangan.
8) Mengatur dan menempatkan siswa.
9) Memantau hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dari
berbagai segi.
10) Bekerja sama dengan konselor dalam membuat sosiometri dan
sosioprogram.
11) Bekerja sama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan
kesehatan psikologis oleh tim ahli.
12) Mengidentifikasikan siswa yang memerlukan bantuan.
13) Ikut serta atau menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus (case
conference).
d. Guru/Pengajar

14
Adapun tugas dan tanggung jawab guru dalam bimbingan dan
konseling adalah:
1) Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan
program bimbingan dan konseling.
2) Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan
konseling.
3) Memberikan layanan instruksional (pengajaran).
4) Berpartisipasi dalam pertemuan kasus.
5) Memberikan informasi kepada siswa.
6) Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa.
7) Menilai hasil kemajuan belajar siswa.
8) Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.
9) Bekerja sama dengan konselor mengumpulkan data siswa dalam
usaha untuk mengidentifikasikan masalah yang dihadapi siswa.
10) Membantu memecahkan masalah siswa.
11) Mengirimkan (referral) masalah siswa yang tidak dapat
diselesaikan kepada konselor.
12) Mengidentifikasikan, menyalurkan, dan membina bakat
e. Petugas Administrasi
Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dalam kegiatan
konseling adalah:
1) Mengisi kartu pribadi siswa.
2) Menyimpan catatan-catatan dan data lainnya.
3) Menyelesaikan laporan dan pengumpulan data tentang siswa.
4) Mengirim dan menerima surat panggilan dan surat
pemberitahuan.
5) Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data
siswa, seperti angket, observasi wawancara, riwayat hidup,
sosiometri dan sosiogram, kunjungan rumah, panggilan orang
tua, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan psikologis.

5. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah

15
Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku IIIC dinyatakan bahwa
kepala sekolah berperan langsung sebagai coordinator bimbingan dan
berwenang untuk menentukan garis kebijakasanaan bimbingan,
sedangkan konselor merupakan pembantu kepala sekolah yang
bertanggung jawab kepada kepala sekolah.

6. Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah


a. Komponen Pemrosesan Data
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi beberapa
aspek, yaitu: (1) pengumpulan data, (2) pengklasifikasian, (3)
pendokumentasian, (4) penyimpanan, (5) penyediaan dat, dan (6)
penafsiran. Data yang perlu diproses adalah data tentang keadaan
siswa di sekolah yang meliputi: (a) kemampuan skolastik (bakat
khusus, hasil belajar, kepribadian, intelegensi, riwayat pendidikan),
(b) cita-cita, (c) hubungan social, (d) minat terhadap mata pelajaran,
(e) kebiasaan belajar, (f) kesehatan fisik, (g) pekerjaan orang tua, dan
(h) keadaan keluarga.
b. Komponen Kegiatan Pemberian Informasi
Komponen ini terdiri dari: (1) pemberian orientasi kehidupan
sekolah kapada siswa baru. (2) pemberian informasi tentang program
studi kepada siswa yang dipandang memerlukannya. (3) pemberian
informasi jabatan kepada siswa yang diperkirakan tidak dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan (4)
pemberian informasi pendidikan lanjutan.
c. Komponen Kegiatan Konseling
Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah
yang sifatnya pribadi. Jika ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh
petugas yang bersangkutan, perlu dialihtangankan kepada pihak lain
yang lebih ahli.
d. Komponen Pelaksana

16
Pelaksana jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor
bersama guru bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan
fungsi dan peranannya masing-masing.
e. Komponen Metode/Alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan itu dapat berupa: tes psikologis, tes hasil belajar,
dokumen, angket, kartu pribadi, brosur/poster, konseling, dan
sebagainya.
f. Komponen Waktu Kegiatan
Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun ajaran,
secara periodic, bilamana perlu (insidental), akhir masa sekolah,
awal semester atau waktu lain tergantung dari jenis/macam kegiatan
yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan .
g. Komponen Sumber Data
Data yang diperlukan dapat diperoleh dari siswa bersangkutan;
guru, orang tua, teman-teman siswa, sekolah, masyarakat ataupun
instansi.

7. Penyusunan Program Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah

Kegiatan penyusunan program bimbingan dan penyuluhan di


sekolah, perlu dipersiapkan dengan baik. Persiapan penyusunan program
bimbingan dan penyuluhan di sekolah merupakan seperangkat kegiatan
yang dilakukan melalui berbagai bentuk survey, untuk menginventarisasi
tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah, serta persiapan sekolah untuk
melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan. Tahap persiapan
penyusunan program ini mempunyai arti yang penting untuk menarik
perhatian dan minat dalam kegiatan bimbinagn dan penyuluhan di
sekolah, serta menentukan tolak ukur program bimbingan dan
penyuluhan. Tahap persiapan adalah seperangkat kegiatan
mengumpulkan berbagi hal yang dibutuhkan untuk penyusunan program
dan pengadaan kelengkapannya. Dalam tahap persiapan penyusunan

17
program bimbingan dan penyuluhan ini, butir-butir kegiatan yang
dilakukan dapat dirinci sebagai berikut:

1. Studi Kelayakan
Studi kelayakan adalah seperangkat kegiatan dalam
mengumpulkan berbagai informasi tentang hal-hal yang dibutuhkan
untuk penyusunan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
Dalam studi kelayakan ada beberapa aspek yang dapat
dipertimbangkan, antara lain: sarana dan prasarana yang kemungkinan
bisa untuk digali, pengendalian pelaksanaan program, pembiayaan
kegiatan secara keseluruhan yang menunjang pelaksanaan program, dan
berbagai aspek lainnya yang bias digali.
Pengkajian aspek-aspek tersebut akan menghasilkan beberapa
kesimpulan yaitu:
a. Suatu kegiatan sangat layak untuk dilaksanakan
b. Suatu kegiatan layak untuk dilaksanakan
c. Kegiatan kurang layak untuk dilaksanakan.
d. Kegiatan tidak layak untuk dilaksanakan.
2. Penyusunan Program Bimbingan dan Penyuluhan
Tahap penyusunan program hendaknya perlu memperhatikan
beberapa pertimbangan, diantaranya:
a. Masalah yang dihadapi oleh siswa
b. Masalah yang dihadapi oleh guru pembimbing
c. Masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah.

Penyusunan program bimbingan dan penyuluhan hendaknya


dirimiskan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai, bentuk-bentuk
kegiatan, waktu pelaksanaannya, sasarannya, serta anggaran biaya
yang diperlukan.

3. Konsultasi Usulan Program Bimbingan dan Penyuluhan


Beberapa kegiatan yang bias dilakukan dalam kosultasi ini antara
lain:
a. Pertemuan-pertemuan permulaan

18
Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk menanamkan
pengertian bagi para peserta pertemuan, staf administrasi
bimbingan, dan personel lainnya.
b. Pembentukan Panitia Sementara
Kegiatan ini bertujuan untuk merumuskan program bimbingan.
c. Pembentukan Panitia Penyelenggara Program
Terbentuknya panitia penyelenggara bimbingan dan penyuluhan
ini, mempunyai tugas-tugas diantaranya: mempersiapkan
pelaksanaan program layanan bimbingan dan penyuluhan,
mempersiapkan pelaksanaan system pencacatan, dan
mempersiapkan pelaksanaan pelatihan bagi para pelaksana
program bimbingan.
4. Penyediaan Fasilitas
a. Fasilitas fisik
1) Ruang bimbingan dan penyuluhan
Ruang kerja penyuluh
Ruang pertemuan
Ruang administrasi/ tata usaha bimbingan
Ruang penyimpanan data
Ruang tunggu
2) Ruangan alat-alat perlengkapan
Meja dan kursi-kursi
Tempat penyimpana catatan
Papan tulis dan papan pengumuman

b. Fasilitas teknis
Fasilitas teknis yang dimaksud adalah alat-alat pengumpul
data seperti: angket, tes dan inventori.
5. Pengadaan Anggaran Biaya
Kelancaran program bumbingan memerlukan anggaran biaya
yang memadai untuk biaya-biaya dalam pos sebagai berikut:
a. Bembiayaan personel

19
b. Pengadaan dan pengembangan alat-alat teknis
c. Biaya operasional
d. Biaya penelitian atau riset
6. Pengorganisasian
Bimbingan dan penyuluhan tidak dapat dilaksanakan secara
berdaya guna dan berhasil kalau tidak diimbangi dengan organisasi
yang baik. Tanpa organisasi itu, berarti tidak adanya suatu
koordinasi, perencanaan, sasaran yang cukup jelas, control, serta
kepemimpinan ynag berwibawa, tegas, dan bijkasana. Agar
pengorganisasian kegiatan bimbingan dan penyuluhan dapat
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan bimbingan dan penyuluhan di
sekolah, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
a. Semua personel sekolah
b. Mekanisme kerja, pola kerja, atau prosedur kerja bimbingan
c. Tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari masing-
masing petugas yang terlibat.
7. Kriteria Penilaian Keberhasilan Program Bimbingan dan Penyuluhan
Criteria penilaian keberhasilan program bimbingan dan
penyuluhan di sekolah didasarkan atas:
a. Ada tidaknya jenis program:
Bimbingan pribadi
Bimbinagn emosional
Bimbingan social
Bimbingan belajar
Bimbingan jabatan atau karier
b. Ketepatan program yang memang dibutuhkan oleh siswa dalam
sekolah pada semester yang bersangkutan atau ketepatan prioritas
program yang dipilih.
c. Kelengkapan isi tiap jenis program yaitu:
Materi yang terici
Pendekatan atau metode
Waktu

20
Audience
8. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah

1) Layanan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam rangka pelaksanaan program


bimbingan di sekolah ialah merupakan suatu usaha untuk
memperoleh keterangan sebanyak mungkin dan selengkap mungkin
tentang diri individu siswa beserta lingkungannya.
a. Jenis-jenis data yang dikumpulkan tentang individu siswa dan
lingkungannya
Jenis-jenis data yang dikumpulkan tentang individu siswa
antara lain:
Kemampua dan bakat
Aspek-aspek keprbadian
Minat
Prestasi belajar
Sejarah persekolahan siswa
Keadaan kesehatan
Penggunaan waktu senggang
Penyesuaian social dan emosional
Cita-cita atau kegemaran
Jenis-jenis data yang dikumpulkan tentang lingkungan individu
siswa:
Lingkungan keluarga siswa lingkungan teman sebaya
Lingkungan sekolah
Lingkungan pekerjaan
Sumber pelayanan di luar sekolah

b. Sumber data individu dan lingkungan siswa


Sumber data individu siswa
Individu siswa sendiri
Keluarga siswa sendiri

21
Anggota kelompok sebaya
Lembaga-lembaga pelayanan diluar sekolah
Sekolah yang pernah diikuti sebelumnya
Lembaga kerja yang pernah dihuni sebelumnya

Sumber data tentang lingkungan siswa

Keluarga siswa sendiri


Kelompok teman sebaya
Departemen Tenaga Kerja
Sekolah-sekolah yang lain
Lembaga-lembaga atau individu-individu yang
menyelenggarakan pelayanan di luar sekolah.
Industry dan kantor-kantor
c. Alat-alat pengumpul data
Tes atau inventori
Tes intelegensi
Tes bakat khusus
Tes bakat sekolah
Tes kepribadian
Tes minat
Tesprestasi

Non-Tes

Observasi
Catatan anekdot
Daftar cek
Daftar cek masalah
Skala penilaian
Alat-alat mekanis
Wawancara
Angket

22
Biografi
Sosiometri
Kartu pribadi
d. Kriteria penilaian keberhasilan layanan pengumpulan data
Kriteria penilaian keberhasilan layanan pengumpulan data,
dapat dilakukan apabila:
Data tentang individu siswa dan lingkungan telah dapat
dikumpulkan secara lengkap, dengan menggunakan cara
dan alat-alat yang tepat
Telah dapat menyusun, memilih dan mengembangkan alat-
alat pengumpul data, sesuai dengan data yang ingin
diperoleh.

2) Layanan Penyuluhan

Penyuluhan adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan


secara empat mata atau tatap muka antara penyuluh dank lien
yang berisi usaha yang laras, unik, dan manisiawi, yang dilakukan
dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma
yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan
diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan
mungkin masa yang akan datang.
Perlu ditekankan di sini bahwa dalam usaha penyuluhan
unsur norma-norma tidak boleh diabaikan, melainkan harus
mewarnai keseluruhan isi dan proses hubungan penyuluhan itu.
Meskipun tujuan penyuluhan pada dasarnya adalah
membahagiakan klien, namun norma-norma yang berlaku tidak
boleh dikorbankan. Klien yang sedang menjalani penyuluhan itu
hendaknya mampu meraih kebahagiaan dalam kaitannya dengan
norma-norma yang ada.
Berikut ini merupakan bebepara langkah-langkah penyuluhan:
a. Langkah Analisis

23
Langkah analisis adalah langkah memahami kehidupan
individu siswa, yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai
sumber. Alat-alat keperluan analisis ini antara lain berupa: tes
prestasi belajar, kartupribadi siswa, pedoman wawancara,
riwayat hidup, cacatan anekdot, tes psikologi, inventori, daftar
cek masalah, kuesioner, sosiometri, dan daftar cek.
b. Langkah Sintesis
Sintesis adalah langkah yang menghubungkan dan merangkum
data. Ini berarti bahwa dalam langkah sintesis, penyuluh
mengorganisasikan dan merangkum data sehingga tampak
dengan jelas gejala-gejala, atau keluhan-keluhan siswa
c. Langkah Diagnosis
Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau
mengidentifikasi masalah. Langkah ini mencakup proses
interpretasi data dalam kaitannya dengan gejala-gejala
masalah, kekuatan, dan kelemahan siswa. Dalam proses
penafsiran data dalam hubungannya dengan perkiraan
penyebab masalah, penyuluh haruslah menentukan penyebab
masalah yang paling mendekati kebenaran atau
menghubungkan sebab akibat yang paling logis dan rasional.
d. Langkah Prognosis
Prognosis adalah langkah mengenai alternative bantuan yang
dapat atau mungkin diberikan kepada siswa sesuai dengan
masalah yang dihadapi sebagaimana ditemukan dalam langkah
diagnosis.
e. Langkah Penyuluhan
Bentuk-bentuk bantuan yang dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah melalui penyuluhan ini antara lain:
memperkuat diri dalam lingkungan, mengubah lingkungan,
memilih lingkungan yang memadai, mempelajari keterampilan
yang diperlukan, dan mengubah sikap. Pemberian bantuan
melalui penyuluhan ini biasa dilakukan dengan menggunakan

24
teknik-teknik penyuluhan seperti: menciptakan hubungan baik,
membantu siswa meningkatkan pemahaman diri, memberikan
nasihat atau merencanakan program kegiatan, membantu siswa
dalam melaksanakan keputusan atau rencana kegiatan yang
dipilih, dan merujuk kepihak lain.
f. Tindak Lanjut
Langkah tindak lanjut adalah suatu langkah penentuan efektif
tidaknya suatu usaha penyuluhan yang telah dilaksanakan.
Alat pengumpul data dalam penyuluhan
a. Teknik Observasi
Daftar cek
Catatan anekdot
b. Teknik Komunikasi
Wawancara
Daftar cek masalah
Kuesioner
Sosiometri
Tes psikologi
c. Teknik Studi Dokumentasi
Buku raport
Legger
Catatan kesehatan
Rekaman
Ada tiga macam cara kehadiran(siswa) atau klien, diantaranya:
a. Dating sendiri atau dating secara sukarela.
b. Dipanggil oleh penyuluh berdasarkan hasil analisis data
c. Dirujuk oleh wali kelas, guru mata pelajaran atau oleh kepala
sekolah.

Suatu proses bantuan melalui penyuluhan dikatakan berhasil


apabila:

25
a. Dapat menggunakan alat pengumpul data dan sumber data secara
tepat dan dapat memadukannya sesuai dengan tujuan.
b. Siswa atau klien sudah mampu mengatasi atau memecahkan
masalahnya sendiri secara mandiri.
c. Secara kuantitatif jumlah masalah yang ada baik dating secara
sukarela, dipanggil, maupun dirujuk oleh pihak-pihak lain
semuanya telah memperoleh layanan dari penyuluh.

3) Layanan Orientasi dan Penyajian Informasi

a Tujuan layanan orientasi dan penyajain informasi


Agar para siswa dapat mengorientasikan dirinya kepada
kehidupannya diwaktu yang akan dating, terutama pada
masa yang segera akan ditempuhnya, setelah masa
pendidikan di sekolah yang bersangkutan selesai.
Agar para siswa mengetahui sumber-sumber yang
bermakna untuk memperoleh informasi yang
diperlukannya.
Agar para siswa dapat mempergunakan sarana kegiatan
kelompok sebagai sarana untuk memperoleh informasi
yang diperlukannya.
Agar para siswa dapat memilih dengan tepat kesempatan-
kesempatan yang ada dalam lingkungannya sesuai dengan
minat dan kemampuannya.
b. Macam-macam layanan orientasi
Orientasi kehidupan sekolah
Orientasi kehidupan di perguruan tinggi
Informasi tentang cara belajar
Informasi tentang sekolah sambungan
Informasi tentang pemilihan jurusan.
c. Langkah-langkah penyajian informasi
Langkah persiapan yang meliputi:

26
Menetapkan tujuan dan isi informasi termasuk alas an-
alasannya.
Mengidentifikasi sasaran yang akan menerima informasi.
Mengetahua sumber-sumber informasi.
Menetapkan teknik penyampaian informasi.
Menetapkan jadwal dan waktu kegiatan.
Menetapkan ukuran keberhasilan

Langkah pelaksanaan, yang perlu diperhatikan antara lain:

Usahakanlah tetap menarik minat dan perhatian para siswa.


Berikan informasi secara sistematis dan sederhana sehingga
jelas isi dan manfaatnya.
Berikan contoh yang berhubungan denagn kehidupan
siswa.
Bila menggunakan teknik siswa mendapatkan sendiri
informasi, persiapkan sebaik mungkin sehingga setiap
siswa mengetahui apa yang harus diperhatikan, apa yang
harus dicatat, dan apa yang harus dilakukan.
Bila menggunakan teknik langsung atau tak langsung
usahakan tidak terjadi kekeliruan. Informasi yang keliru
dan diterima siswa, sukar untuk mengubahnya.
Usahakanlah selalu bekerjasama dengan guru bidang studi
dan wali kelas, agar informasi yang diberikan guru, wali
kelas, dan guru pembimbing tidak saling bertentangan

Langkah evaluasi, yang bermanfaat sebagai berikut:

Guru pembimbing mengetahui hasil pemberian informasi.


Guru pembimbing mengetahui efektifitas suatu teknik.
Guru pembimbing mengetahui apakah persiapannya sudah
cukup matang atau masih banyak kekurangannya.
Guru pembimbing mengetahui kebutuhan siswa akan
informasi lain atau informasi yang sejenis.

27
Bila dilakukan evaluasi, siswa meras perlu memperhatikan
lebih serius, bukan sambil lalu. Dengan demikian timbul
sikap positif dan menghargai isi informasi yang
diterimanya.
d. Criteria penilaian keberhasilan layanan penyajian informasi
Layanan penyajian informasi dikatakan berhasil dengan
criteria, yaitu:
Jika para siswa telah dapat menyesuaikan diri sebaik
mungkin dengan lingkingannya yang baru.
Jika para siswa telah memperoleh sebanyak mungkin
sumber informasi tentang: cara belajar, informasi sekolah
sambungan, dan informasi pemilihan jurusan.

4) Layanan Penempatan

a. Tujuan layanan penempatan


Agar setiap siswa dapat menempati posisi yang sesuai
dengan kemampuan dan minat-minatnya, baik dalam
kegiatan belajar di sekolah maupun dalam kegiatan-kegiatan
persiapan menunjuk dunia kerja.
Agar setiap siswa dapat menempati posisi yang sesuai
dengan motivasi baik dalam kegiatan belajar di sekolah
maupun dalam kegiatan persiapan menuju dunia kerja.
Agar setiap siswa dapat menempati posisi yang sesuai
dengan tingkat perkembangan, baik dalam kegiatan belajar
di sekolah maupun dalam kegiatan-kegiatan persiapan
menuju ke dunia kerja.
b. Jenis-jenis layanan pendidikan
Pembentukan kelompok belajar.
Penempatan dalam kelas atau program pilihan.
Penempatan dalam studi sambungan.
c. Kriteria penilaian keberhasilan layanan penempatan

28
Jika para siswa telah dapat ditempatkan dalam kelompok
belajar yang tepat dan telah dapat mencapai hasil yang
cukup memadai dalam kelompoknya.
Jika para siswa dapat ditempatkan dalam kelas/jurusan atau
program yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Jika para siswa telah memilih studi sambungan yang akan
dimasukinya.

5) Layanan Rujukan

a. Tujuan layanan rujukan


Layanan rujukan bertujuan untuk membantu melimpahkan siswa
yang menghadapi masalah tertentu kepada petugas di dalam
sekolah sendiri atau lembaga layanan rujukan di luar sekolah
disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan wewenang yang
dimilikinya maupun karena keterbatasan sumber manusiawi dan
alat.
b. Lembaga-lembaga rujukan
Rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek umum.
Lembaga Layanan Psikologis
Lembaga Kepolisian.
Lembaga-lembaga penyelenggara tes.
Lembaga penempatan tenaga.
c. Persyaratan layanan rujukan
Rujukan harus disertai dengan data yang lengkap berkaitan
dengan masalah yang dihadapi siswa yang bersangkutan.
Rujukan harus menggunakan surat pengantar atau rekomendasi
yang menjelaskan tujuan rujukan itu.
Rujukan harus disetujui ileh siswa yang bersangkutan.
Layanan rujukan itu harus tetap menjadi tanggung jawab
sekolah.
Pihak yang dirujuk harus diminta untuk menyampaikan laporan
terinci mengenai hasil upaya rujukan itu kepada sekolah.

29
d. Proses layanan rujukan
Rujukan dapat dimulai dengan inisiatif pihak tertentu yang
menemukan siswa yang mengalami ksulitan.
Wali kelas memperkirakan kesulitan macam apa yang dihadapi
siswa.
Wali kelas mengajukan rujukan ini kepada kepala sekolah.
Kepala sekolah menunjuk terlebih dahulu diadakannya
pemeriksaan fisik.
Siswa tersebut bersama dengan hasil pemeriksaan kesehatan
dirujuk kepada penyuluh.
Apabila penyuluh tidak bisa menangani sendiri, siswa tersebut
dirujuk pada ahli psikologi.
Apabila hasil psikolog menunjukkan bahwa sebenarnya siswa
tersebut tidak memerlukan pembahasan kasus dan tidak
memerlukan layanan testing, maka psikolog tersebut
memberikan rekomendasi tentang status siswa tersebut sebagai
balikan kepada sekolah. Maka layanan rujukan hanya berakhir
sampai disini.
Apabila dari hasil pemeriksaan itu ternyata siswa tidak
memerlukan layanan pembahasan kasus, tetapi membutuhkan
layanan testing, maka siswa tersebut dirujuk kepada lembaga
penyelenggara tes untuk dilengkapi dengan data dari
wawancara dengan orang tua pihak lain yang dibutuhkan.
Berdasarkan hasil testing dan hasil wawancara itu disusun
rekomendasi untuk dikembalikan kepada sekolah, maka
rujukan berakhir disini.
Apabila dari hasil pemerisaan psikolog ternyata siswa
memerlukan pembahasan kasus yang lebih luas dengan
berbagai pihak, maka diselenggarakan pembahasan kasus yang
melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan .
Dari hasil pembahasan kasus diberikan rekomendasi sesuai
dengan status siswa tersebut.

30
e. Kriteria penilaian keberhasilan layanan rujukan
Jika pelimpahan kasus kepada huru di dalam sekolah seendiri
atau kepada lembaga/layanan rujukan telah disertai dengan
data/informasi kasus yang diperlukan.
Jika rujukan dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus
dan diberikan rekomendasi tentang masalah kasus pada
sumber rujukan

B. Peranan Guru Dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah


1. Tugas Guru Dalam Layanan Bimbingan di Kelas
Rohman Natawidjaja dan MOh. Surya (1985) menyatakan bahwa fungsi
bimbingan dalam proses mengajar mengajar itu merupakan salah satu
kompetensi guru yang terpadu dalam keseluruhan pribadinya. Perwujudan
kompetensi ini tampak dalam kemampuannya untuk menyesuaikan diri
dengan karakteristik siswa dan Suasana belajar.
Rohman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa
hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar mengajar sesuai
dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing , yaitu:
a) Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai
individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu
mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
b) Sikap positif dan wajar terhadap siswa.
c) Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.
d) Pemahaman siswa secara empatik.
e) Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.
f) Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura, didepan siswa.
g) Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h) Penerimaan siswa secara apa adanya.
i) Perlakuan terhadap siswa secara permissive.
j) Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu
siswa untuk menyadari perasaanya itu.

31
k) Kesadran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa
terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan
siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
l) Penyesesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.

Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing


dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sebagai berikut :
a) Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa
aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya
mendapat penghargaan dan perhatian.
b) Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-
kecakapan, sikap, minat, dan pembawanya.
c) Mengembngkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku social yang baik.
d) Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.
e) Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan,
dan minatnya.

Guru juga dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam proses


pembelajaran seperti berikut :
a. Melaksanakan kegiatan diagnostic kesulitan belajar. Guru mencari atau
mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa, dengan cara :
1) Menandai siswa yang diperkirakan mengalami masalah, dengan
jalan melihat prestasi belajarnya yang paling rendah atau berada
dibawah nilai rata-rata di kelas.
2) Mengidentifikasi mata pelajaran di mana siswa mendapat nilai
rendah (di bawah rata-rata kelas).
3) Menelusuri bidang atau bagian di mana siswa mengalami kesulitan
yang menyebabkan nilainya rendah.

32
4) Melaksanakan tindak lanjut, apakah perlu pelajaran tambahan,
dengan bimbingan guru secara khusus, atau tindakan-tindakan
lainnya.
b. Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan
kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi.
2. Tugas Guru Dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses
belajar mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan
bimbingan di luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain :
a) Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching).
b) Memberikan pengayaan dan pengembngan bakat siswa.
c) Melakukan kunjungan rumah (home visit).
d) Menyelenggarakan kelompok belajar, yang bermanfaat untuk :
1) Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya,
bagaimana mengemukakan pendapatnya dan menerima pendapat
dari teman lain.
2) Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui belajar
secara kelompok.
3) Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pelajaran secara
bersama-sama.
4) Belajar hidup Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-
temannya, bagaimana mengemukakan pendapatnya dan menerima
pendapat dari teman lain.
5) Memupuk rasa kegotongroyongan.

C. Kerja Sama Guru Dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan

Ada beberapa pertimbangan, mengapa guru juga harus melaksanakan


kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, Rochman
Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Miller yang
mengatakan bahwa :

a) Proses belajar akan menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari
dikaitkan langsung dengan tujuan-tujuan pribadi siswa.

33
b) Guru yang memahami siswa dan masalah – masalah yang dihadapinya,
lebih peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu
kelancaran kegiatan kelas.
c) Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa
secara lebih nyata.

Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja
sama dengan konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya
keterbatasan – keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan konselor)
menunutut adanya kerja sama tersebut.
Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan :
a) Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa, hal ini karena tenaga
konselor masih sangat terbatas, sehingga pelayanan siswa dalam jumlah
yang cukup banyak tidak bias dilakukan secara intensif.
b) Keterbatasa konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua
bentuk layanan seperi memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang
studi tertentu, dan sebagainya.

Menurut Koestor Partowisastro (1982) keterbatasan – keterbatasan guru


tersebut antara lain :
a) Guru tidak mungkin lagi menangani masalah – masalah siswa yang
bermacam – macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua
tugas itu.
b) Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkain lagi
ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam
masalah siswa.

34
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bimbingan dan konseling di skolah merupakan kegiatan bersama. Semua


personel sekolah (kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi)
mempunyai peran masing-masing dalam pelaksanaan program bimbingan dan
konseling.

Untuk dapat menyukseskan misi bimbingan dan konseling diperlukan


program yang komprehensif dan mantap. Program ini harus disusun dengan
tepat dan sesuai dengan identifikasi masalah.

Oleh karena itu, program bimbingan di setiap jenjang pendidikan berbeda


satu sama lain sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa pada masing-
masing kelompok umur itu.

B. Saran

Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya orang tua dan sekolah dapat bekerja sama dalam membantu
pelaksanaan bimbingan belajar.

2. Sekolah perlu mengembangkan layanan bimbingan belajar bagi siswa yang


mengalami kesulitan belajar.

3. Terbentuknya kerjasama antara guru dan konselor dalam memberikan


bimbingan untuk siswa

35
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. 1999. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di


Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1993. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1996. Pengentar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Djumiran, dkk. 2009. Profesi Keguruan. Dirjen Dikti Depdiknas.

36

You might also like