You are on page 1of 25

MAKALAH KELOMPOK III

SOPAN, SANTUN DAN TAKWA

Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Profesi Pendidikan


Dosen Pengampu : Novitawati S.Psi

Disusun Oleh :
Agus Setiawan (A1E 307958)
Ahmad Fahriadi (A1E 307931)
Feny Norjanah (A1E 307949)
Khusnul Qotimah (A1E 307917)
Nina Maulidya (A1E 307933)
Norlatifah (A1E 307923)
Rahmila Sari (A1E 307934)
Rusdi (A1E 307912)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PGSD TERINTEGRASI
BANJARBARU
2009

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbilalamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sopan, Santun dan Takwa” ini dengan baik
dan benar serta tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai tindak lanjut dari tugas yang
diberikan pada mata kuliah profesi pendidikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Profesi
Pendidikan Ibu Novitawati S. Psi atas bantuan dan bimbingannya dalam pembuatan
makalah ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada teman-teman yang telah ikut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kejanggalan, hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, demi kesempurnaan laporan
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar
penulis dapat menyempurnakan laporan lainnya dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat diterima dan bermanfaat
bagi kita semua baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Banjarbaru, Oktober 2009

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...............................................................................................2
C. Tujuan penulisan .................................................................................................2
D. Metode Penulisan ................................................................................................2

BAB II ISI, SOPAN SANTUN DAN TAKWA .............................................................3

A. Pengertian sopan santun ......................................................................................3


B. Perbuatan baik dan tidak baik .............................................................................8
C. Takwa ..................................................................................................................10
D. Perbuatan takwa dan tidak takwa ........................................................................11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................19

A. Kesimpulan . ....................................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa mempunyai peran
yang unik dalam kehidupan, terlebih yang berkaitan dengan keberadaan dirinya.
Disekitar kehidupan tempay tinggal kita mungkin ada saja orang yang sering menilai
hitram dan putih seseorang berdasarkan perilkau yang ditampilkannya, baik secar
individu maupun sosial. Demikian pula halnya dengan profesi guru masa kini dan
masa lalu juga tentunya masa yang akan datang acap kali mendapat sorotan dari
masyarakat di tempat guru tinggal.
Guru yang kita kenali, mempunyai kedudukan yang khusus dalam
masyarakat. Perilaku dan penampilannya akan membekas dan banyak mewarnai
kehidupan sekarang maupun masa yang akan datang. Guru banyak disanjung dan
dipuji, tetati adakalanya juga dicemooh dan dicerca. Guru dapat tampil dalam berbagi
wajah, dan diamati dalam berbagai wajah pula. Posisi guru yang khas dihadapan
masyarakat dengan beragam perhatian yang diberikan kepada guru tersebut,
menuntun suatu kompetensi yang lebih dibandingkan dengan profesi lain yang ada di
masyarakat.
Masyarakat menganggap guru sebagai jabatan yang khusus dan telah
mengenal pameo :
1. Guru harus digugu dan ditiru
2. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari
Dalam pameo tersebut tersirat pandangan serta harapan tertentu dari
masyarakat ya sebagai pengajar dikelas, namun darinya diharapkan pula tampil
sebagai pendidik- bukan saja terhadap anak didiknya di kelas, namun juga sebagai
pendidik di masyarakat yang seyogianya memberikan teladan yang baik kepada
seluruh masyarakat.
Bentuk keteladanan ini erat kaitannya dengan kompetensi guru baik sebagai
pribadidalam hal ini dikenal dengan kompetensi kepribadian yang didalamnya
terdapat kesopanan dan ketakwaan maupun sebagai anggota masyarakat yang dikenal
dengan kompetensi sosial serta kompetensi professional yang lebih mengarah pada
dunia profesi yang digelutinya.
4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari sopan santun ?
2. Bagaimankah perbuatan baik dan tidak baik itu ?
3. Apakah pengertian taqwa ?
4. Bagaimanakah perbuatan taqwa dan tidak taqwa itu?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini mengacu kepada rumusan masalah yang telah
dibuat yaitu dapat :
1. Menjelaskan pengertian sopan santun
2. Menentukan perbuatan baik dan tidak baik
3. Menjelaskan pengertian taqwa
4. Menentukan perbuatan taqwa dan tidak taqwa

D. Metode Penulisan

Dalam membuat penulisan makalah ini metode yang kami gunakan adalah
metode kepustakaan, pengumpulan berbagai literarur dan beberapa bahan dari
internet.

5
BAB II

ISI

SOPAN SANTUN DAN TAKWA

A. Pengertian Sopan Santun


Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral
yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Etika sangat menekankan
pendekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral tersebut
serta permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan norma
moral itu. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku manusia, baik
secara pribadi maupun sebagai kelompok.
Menurut Magnis Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Yang
memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas. Sedangkan
etika hanya melakukan refleksi kritis atas norma atau ajaran moral tersebut. Moralitas
adalah petunjuk kongkret tentang bagaimana kita harus hidup. Sedangakan etika adalah
perwujudan secara kritis dan rasional ajaran moral.
Moralitas adalah sebuah “pranata” seperti halnya agama, bahasa, dan sebagainya
yang sudah ada sejak dahulu kala dan diwariskan secara turun temurun. Sebaliknya, etika
adalah sikap kritis setiap pribadi dan kelompok masyarakat dalam merealisasikan
moralitas itu.
Etika memang pada akhirnya menghimbau orang untuk bertindak sesuai dengan
moralitas, tetap bukan karena tindakan itu diperintah oleh moralitas, melainkan karena ia
sendiri tahu bahwa hal itu memang baik baginya.
Moralitas berasal dari bahasa latin “mos” ( tunggal ), “mores”( jamak ) dan kata
sifat”moralitas”. Bentuk jamak “mores”berarti : kebiasaan, kelakuan, kesusilaan. Kata
sifat ”moralis” berarti susila . moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus
hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk
petuah – petuah , nasihat, peraturan, perintah yang diwariskan secara turun – temurun

6
melalui agama ataupun kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup
secara baik agar ia benar – benar menjadi manusia yang baik.
Dalam kaitan dengan nilai dan norma ada dua macam etika, yaitu :
1. Etika deskriptif
Yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
pola perilaku manusia dan apa yang dikerjakan oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif berbicara mengenai kenyataan
penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang
dalam menghadapi hidup dan tentang kondisi – kondisi yang memungkinkan
manusia bertindak secara etis.
2. Etika normatif
Yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia, atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia, dan apa tindakan yang seharusnya diambil untuk mencapai apa yang
bernilai dalam hidup ini. Etika normatif memberi petunjuk kepada manusia untuk
bertindak yang baik dan menghindari perbuatan yang kurang baik.

Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis
(tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaiman manusia harus bertindak. Tindakan manusia itu ditentukan
oleh bermacam-macam norma. Norma itu masih dibagi lagi menjadi norma hukum,
norma moral, norma agama, dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum
dan perundang-undangan, norma agama berasal dari agama sedangkan norma moral
berasal dari suara batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari
sedangkan norma moral berasal dari etika.

Persamaan Etika dan Etiket.

Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun. Dalam bahasa inggris
dikenal sebagai ethics dan etiquette. Antara etika dengan etiket terdapat persamaan, yaitu
:
a) Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebutdipakai mengenal
manusia tidak mengenai binatang, karena binatang tidak mengenal etika dan etiket.

7
b) Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma
bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normative maka kedua
istilah tersebut sering dicampuradukkan.
Adapun perbedaan antara etika dan etiket ialah :
a) Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang
tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu.
Misalnya dalam makan, etiketnya ialah orang tua didahulukan mengambil nasi, kalau
sudah selesai tidak boleh mencuci tangan terlebih dahulu. Etiket tidak terbatas pada
cara melakukan sebuah perbuatan, etiket member norma tentang perbuatan itu sendiri.
b) Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Bila tidak ada orang lain atau tidak ada saksi
mata, maka etiket tidak berlaku.
c) Etiket bersifat relative. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat
saja dianggap sopan dalam kebudaaan lain.
d) Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika memandang
manusia dari segi dalam.

Fungsi etika

Etika tidak langsung membuat manusia menjadi lebih baik, itu ajaran moral,
melainkan etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan
berbagai moralitas yang membingungkan. Etika ingin menampilkan ketrampilan
intelektual yaitu ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum yang berisi prinsip serta moral
dasar dan etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus. Etika khusus ini masih
dibagi lagi menjadi etika individual dan etika social. Etika social dibagi menjadi ;
1) Sikap terhadap sesama
2) Etika keluarga
3) Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan, arsiparis, dokumentalis, pialang
informasi, guru
4) Etika politik
5) Etika lingkungan hidup serta
6) Kritik ideologi

8
Etika adalah filsafat atau pemikiran kritis rasional tentang ajaran moral sedangkan
moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dsb. Etika selalu dikaitkan dengan moral serta harus dipahami perbedaaan
antara etika dengan moralitas.

Moralitas

Ajaran moral memuat pendangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di
antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai
manusia. Norma moral adalah tentang bagimana manusia harus hidup supaya menjadi
baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada
umumnya. Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan
kebaikan pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja.Moral
berkaitan denagn moralitas. Moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang
berhubungan dengan etiket tau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi
atau adat, agama atau sebuah ideology atau gabungan dari beberapa sumber.

Etika dan Moralitas

Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang


mereflesikan ajaran moral.

Etika dan Agama

Etika tidak dapat menggantikan agama. Orang yang percaya menemukan orientasi
dasar kehidupan dalam agamanya. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan
orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam agamanya.
Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan orientasi,
bukan sekedar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut :
1) Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mendengar
bahwa Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapi ia juga ingin mengerti mengapa Tuhan
memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali rasionalitas agama.
2) Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang
saling berbeda dan bahkan bertentangan.

9
3) Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama
menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak disnggung-singgung dalam
wahyu.
4) Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada
argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri.
5) Ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan etika terbuka
bagi setiap orang dari semua agama dan pandangan dunia.
Etika yang mempelajari apa yang baik dan buruk. Etiket adalah ajaran sopan santun
yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan manusia lain. Etis artinya
sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada seorang wanita.
Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka ada ungkapan ethos
kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya, misal ethos kerja yang tinggi
artinya dia menarus sikap dasar yang tinggi terhadap pekerjaannya. Kode etika atau kode
etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas sebuah profesi yang disusun oleh
anggota profesi dan mengikat anggota dalam menjalankan tugasnya.
Kode etik adalah adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar bagi
professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa
yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar professional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak professional. Ketaatan tenaga professional
terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa
dan perilaku tenaga professional.
Dalam kehidupan umat manusia,kita menemukan banyak norma yang memberikan
pedoman bagaimana kita harus hidup dan bertindak secara baik dan tepat, sekaligus
menjadi dasar penilaian mengenai baik dan buruknya perilaku dan tindakan. Secara
umum kita dapat membedakan dua macam norma , yaitu norma khusus dan norma
umum. Norma khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan atau kehidupan
yang khusus, misalnya aturan dalam bermain dalam olahraga, aturan mengunjungi pasien
di rumah sakit, dan sebagainya. Norma umum mempunyai sifat yang lebih umum dan
universal. Norma umum terdiri dari 3 macam, yaitu :

10
1. Norma sopan santun ( etiket ), yaitu norma yang mengatur pola perilaku dan sikap
lahiriah. Misalnya : tata cara bertamu, tata cara duduk, tata cara makan dan minum,
dan sebagainya.
2. Norma hukum, yaitu norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat karena
dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Norma hukum tidak
secara mutlak menentukan bermoral tidaknya seseorang. Karena bisa terjadi seseorang
melanggar norma hukum karena menuntut pertimbangan dan alasan yang rasional
itulah yang terbaik baginya dan bagi masyarakat, namun secara hukum ia tetap
dihukum.
3. Norma moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku sebagai manusia. Norma
moral mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Norma moral sebagai
tolak ukur yang dipakai oleh masyarakat untuk menentukan baik bukruknya manusia
sebagai manusia, dan bukan dalam kaitannya dengan tugas, bukan dalam kaitannya
dengan status sosial dan sebagainya.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari – hari. Etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita
untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan.

B. Perbuatan Baik Dan Tidak Baik


Pergaulan
Hubungan antar manusia atau kombinasi akan melahirkan pergaulan. Dalam
bergaul, faktor perhatian sangat menentukan. Pergaulan biasanya diawali dengan
perkenalan. Dalam pergaulan , orang perlu mengenal etika dalam pembicaraan tatap
muka serta pembicaraan dengan sarana komunikasi.
Kalau sopan santun berlaku dimana saja dan kapan saja, maka dalam ruang lingkup
komunikasi dengan orang lain dalam pergaulan merupakan arena yang paling menuntut
jatah diterapkannya tata krama. Karena itu, ada orang yang mengatakan bahwa tata
krama dan komunikasi dalam pergaulan merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan.
Dari berbagai ucapan dan tindakan yang tak baik dan tak menyenangkan, berapa
ucapan dan tindakan kita yang rata – rata ditimbulkan oleh kurangnya sopan santun. Ada
beberapa kunci pokok yang mungkin perlu dicamkan pula guna mengatasi masalah
komunikasi itu, diantaranya dalah :
11
1. Perlakukanlah orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
2. Setiap orang mempunyai perbedaan- perbedaan perseorangan ( individual ), bahkan
tak ada anak kembar yang memiliki kesamaan dal seluruh segi. Jadi, terimalah sifat
tertentu teman kita , yang mungkin agak aneh dirasakan.
3. Kenal dulu baru sayang, makin kenal makin sayang. Karena itu, kita perlu membuka
diri agar semakin dikenal. Hal ini banyak membantu cara orang lain bersikap terhadap
diri kita.
4. Banyak masalah komunikasi dengan sesama akan teratasi jika kepercayaan kepada
orang lain , cinta kasih kepada orang lain, dan kesediaan berkorban melandasi
komunikasi dengan sesama.

Berbicara
Hati – hatilah dalam berbicara agar tidak mendatangkan akibat kurang
menyenangkan di kemudian hari. Sekali terlontar kata – kata yang tidak sedap kepada
orang lain, dengan apa kita menangkapnya kembali. Janganlah kita pilih pokok
pembicaraan yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Janganlah kita bicarakan
sesuatu yang ingin dilupakan seseorang. Mempergunjingkan orang lain adalah tindakan
yang dapat merugikan diri sendiri, apalagi dilakukan di banyak orang. Hendaknya kita
hindari kata – kata kotor dalam pembicaraan serta tak perlu kita menanyakan sesuatu
yang dapat memalukan seseorang.
Waktu pembicaraan bersama, biasakan mendengarkan orang lain dan jangan
memotong pembicaraan seseorang yang sedang asyik berbicara. Berbisik – bisik dengan
teman dalam suatu pertemuan dapat mengganggu suasana oleh karena itu hendaknya
dihindarkan.
Waktu berbicara sebaiknya mengarahkan pandangan kepada lawan berbicara. Selalu
menoleh kearah lain dapat menimbulkan kesan kurang menghargai. Berbicara sambil
berkacak pinggang sebaiknya dihindari. Waktu berbicara hendaknya kita mengambil
jarak sesuai dengan orang yang kita ajak berbicara, dalam arti tidak terlalu dekat. Suara
hendaknya jangan terlalu keras. Kalau hendak batuk atau bersin hendaknya mulut
ditutup.

12
Penampilan
Warna, corak busana, dandanan, raut wajah, bentuk tubuh, cara berjalan dan tata
cara makan adalah beberapa unsure penting yang memberikan ciri – ciri khusus terhadap
penampilan lahiriah kita. Penampilan memberikan kesan langsung ke dalam penglihatan
orang lain.

Berbusana dan berdandan


Cara berbusana dan berdandan mencerminkan kepribadian kita. Setiap mahasiswa
hendak berpakaian harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dikampus. Setiap
mahasiswa hendaknya berpakaian sesuai dengan etika kesopanan, rapi dan pantas.
Selain itu, tampak kurang pantas jika seorang mahasiswa putri memakai perhiasan
berlebihan. Hal itu akan menimbulkan kesan seolah – olah kita menjadi “ etalase ”
berjalan.
Mahasiswa yang mengatur rambutnya dengan rapi dan pantas akan memperlihatkan
keserasian. Busana apapun yang dipakai hendaknya tidak bertentangan dengan perasaan
yang dijunjung oleh masyarakat kita. Baju hendaknya penuh, jika tidak akan
menimbulkan kesan acak – acakan. Busana yang dipakai tak perlu mesti berharga mahal,
yang lebih penting adalah kebersihan, kerapian, dan keserasian busana yang dipakai.
Memakai busana yang cocok dengan situasi dan tempat akan memperlihatkan bahwa kita
mengetahui etika.

C. Takwa
Pengertian Takwa
Kata takwa berarti waspada, menjaga diri , dan takut. Menurut istilah syarak takwa
berarti menjaga atau memelihara diri dari murka dan siksa Allah SWT dengan jalan
melaksanakan perintah – perintah-Nya serta menjauhi larangan – larangan_Nya.
Takwa menurut tasawuf adalah menghayati dan mengamalkan amal makruf nahi
munkar. Takwa adalah menjaga diri dari azab Allah SWT dengan menjauhi tindakan
maksiat dan melaksanakan tata aturan yang telah digariskan Allah SWT. Dengan
demikian takwa juga mengandung pengertian mengendalikan diri dari dorongan emosi
dan penguasaan diri dari kecenderungan hawa nafsu yang buruk. Takwa menjadi
pengendali dan sekaligus menjadi tolak ukur ketaatan seseorang dalam beribadat kepada
Allah SWT.
13
Seseorang yang takwa memiliki kepekaan moral batin yang amat jauh dan tajam
sehingga dia dapat menentukan secara pasti apakah Sesutu itu akan dikerjakannya atau
ditinggalkannya. Begitu tinggi dan esensialnya kedudukan takwa dalam islam, maka
takwa itu merupakan rukun khutbah, baik khutbah jum’at, khutbah hari raya dan
seterusnya.
Ajaran Agama islam membina kehidupan manusia diawali dengan tauhid. Dari
tauhid menumbuhkan iman dan akidah yang hak dan darinya membuahkan amal ibadat
dan amal saleh. Dari ibadat dan amal saleh ini, yang dijiwai dengan iman dan dipelihara
secara terus – memerus, akan membuahkan dan menciptakan suatu sikap hidup
seseorang muslim yang bernama takwa. Orang yang bertakwalah yang akan
mendapatkan kemenangan dan paling tinggi kedudukannya pada sisi Allah SWT.

D. Perbuatan Takwa dan Tidak Takwa


Tanda – tanda orang bertakwa dalam Agam Islam :
1. Beriman kepada yang gaib, yakni : zat Allah, malaikat, dan alam barzah, hari bangkit
dari kubur, alam mahsyar, hari perhitungan amal, hari pembalasan, surge, dan neraka.
2. Menyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad saw dan ajarannya yang dibawa.
3. Menyakini bahwa Al-Quran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw dan menjadikannya sebagai pedoman hidup.
4. Disiplin dalam menunaikan ibadah mahdhah yang hukumnya wajib.
5. Disiplin dalam beramal saleh, yang mendatangkan manfaat, baik bagi dirinya maupun
masyarakat.
6. Mengendalikan diri untuk tidak melakukan perbuatan – perbuatan yang dilarang Allah
SWT.

Manfaat takwa dalam Agama Islam :


1. Memperoleh kedudukan mulia disisi Allah SWT, dan Allah akan memberikan
pertolonagannya kepadanya.
2. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan serta memperoleh rezeki yang tidak diduga –
duga.
3. Memperoleh kegembiraan batin dan kemantapan jiwa.
4. Terbebas dari neraka dan masuk surga.

14
Menjalankan perintah Agama
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan pancasila. Agama – agama yang resmi
boleh hidup dan tumbuh di Indonesia ada lima, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu
dan Budha.
Toleransi umat beragama di Indonesia tergolong baik, hal ini dapat kita lihat umat
beragama di Indonesia dalam menjalankan perintah agamanya masing – masing. Mereka
saling menghargai, tidak saling mengganggu, bahkan saling bekerja sama. Merayakan
hari – hari besar agama, tampak kerjasama atau saling membantu antar umat beragama.
Demikian juga dalam menjalankan ibadah agama, tampak tidak terjadi gangguan
diantara mereka. Pada dasarnya setiap agama mengajarkan keharmonisan, saling
menghormati, menjunjung tinggi prinsip kebersamaan, dan seperangkat nilai – nilai luhur
lainnya.
Dalam pandangan Islam tentang kehidupan antar umat beragama tidak ada konsep
permusuhan atau kebencian terhadap orang yang bukan beragama Islam. Islam
senantiasa berusah auntuk menegakkan hidup dalam suasana perdamaian, kerukunan dan
saling bekerjasama.
Seorang guru yang mendidik banyak siswa dan siswi di sekolah harus memiliki
kompetensi yang harus dimiliki diantaranya adalah :
1. Kompetensi pribadi
Kompetensi kepribadian yaitu guru memiliki kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Bakat dan minat menjadi guru merupakan faktor penting untuk memperkokoh
seseorang memilih profesi guru. Guru adalah teladan bagi anak didik, dan masyrakat
sekitarnya. Oleh sebab itu kepribadian yang mantap manjadi syarat pokok bagi guru
agar tidak mudah terombang-ambing secara psikologis oleh situasi-situasi yang terus
berubah secara dinamis (baik positif maupun situasi negative). Dengan kepribadian
seperti ini, guru akan mampu tampil berwibawa, arif dalam menyapa dan mendidik
para siswa, dan cerdas dalam melayani masyarakat dengan segala perbedaannya.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.

15
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku
pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga
terrpancar dalam perilaku sehari-hari.
Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap (attitude), nilai-nilai (value),
kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behaviour) dalam kaitannya
dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi oleh
latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta legalitas
kewenangan mengajar.
Kompetensi kepribadian guru sebagai pembimbing dan suri teladan. Guru adalah
sebagai panutan yang harus digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan
dan pribadi peserta didiknya.Dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam system
amongnya yaitu guru harus :
Ing ngarso sungtulodo, Ing madyo mangun karso, sertaTut wuri handayani.
Artinya bahwa Guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar
siswa serta mendorong / memberikan motivasi dari belakang.
Kemampuan pribadi guru menurut Sanusi (1991) mencakup hal-hal sebagi
berikut.
1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluurhan tugasnya sebagai guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai seyogyanya dianut oleh
seorang guru.
3. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para
siswanya.
Dalam hal pengembangan kompetensi pribadi, menurut BP3K (1975) guru harus
memiliki :
1. Pengetahuan tentang tatakrama social dan agamawi ;
2. Pengetahuan tentang kebudayaan dan tradisi ;
3. Hakikat demokrasi dan makna demokrasi Pancasila ;
4. Apresiasi dan ekspresi estetika ;
5. Kesadaran kewarganegaraan dan kesadaran social yang dalam ;
6. Sikap yang tepat tentang ilmu pengetahuan kerja ; dan
7. Menjunjung tinggi martabat manusia

16
Sebagai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan
dengan pengembangan kepribadian ( personal competencies ), diantaranya :
a. Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan
keyakinan agama yang dianutnya.
b. Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama.
c. Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang
berlaku di masyarakat.
d. Mengembangkan sifat – sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan santun
dan tata karma.
e. Bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.

Kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut.
1. Guru sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha esa berkewajiban untuk meningkatkan
iman dan ketakwaan kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya. Dalam hal ini guru mesti beragama dan taat dalam menjalankan
ibadahnya.
2. Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu
dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia
memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya.
3. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam
keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk
mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan
yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat.
4. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuhkembangkan budaya
berpikir kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan
menyepakatinya untuk mencapai tujuan bersama maka dituntut seorang guru
untuk bersikap demokratis dalam menyampaikan dan menerima gagasan-gagasan
mengenai permasalahan yang ada disekitarnya sehingga guru menjadi terbuka
dan tidak menutup diri dari hal-hal yang berbeda di luar dirinya.
5. Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksanakan proses
pendidikan karena hasil pendidikan tidak langsung dapat dirasakan saat itu tetapi
membutuhkan proses yang panjang.
17
6. Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam
bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya.
7. Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional,
kelembagaan, kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang diberikannya
8. Hubungan manusia yaitu kemampuan guru untuk dapat berhubungan dengan
orang lain atas dasar saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.
9. Pemahaman diri, yaitu kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik
yang positif maupun yang negatif. Kepribadian yang efektif akan terwujud
apabila seseorang telah mampu mamahami identitas dirinya, siapakah dirinya,
mengapa ia memilih guru sebagai jabatannya dan kelebihan serta kekurangan apa
saja yang terdapat pada dirinya.
10. Guru mampu melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan
profesinya sebagai innovator dan kreator.
Dari rincian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian guru
mencakup perilaku manusia secara individu yang dibatasi oleh norma-norma yang
berlaku bersumber kepada falsafah hidupnya, serta nilai-nilai yang berkembang di
tempat guru berbeda.
Fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan bimbingan dan suri
teladan, secara bersama-sama mengembangkan kreativitas dan membangkitkan motif
belajar serta dorongan untuk maju kepada anak didik.

2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan
dengan penyesuaian tugas – tugas keguruan. Kompetensi professional merupakan
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dala Standar Nasional Pendidikan. Guru harus memahami dan mengasai
materi ajar yang ada di kurikulum, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan
yang koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antarmata pelajaran
terkait dan menerapkan konsep – konsep keilmuan dalam kehidupan sehari – hari.
Tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi sebagai berikut :

18
a. Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan tujuan
pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, institusional, kurikuler dan
tujuan pembelajaran.
b. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan , misalnya paham tentang tahapan
perkembangan siswa, paham tentang teori – teori belajar.
c. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang
diajarakan.
d. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi
pembelajaran.
e. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran
g. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran
h. Kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang, misalnya administrasi sekolah,
bimbingan dan penyuluhan.
i. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk
meningkatkan kinerja.

3. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan


Kompetensi sosial merupakan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Guru tidak
bisa bekerja sendiri tanpa memperhatikan lingkungannya. Ia harus sadar sebagai
bagian tak terpisahkan bagi diri masyarakat akademik tempat dia mengajar maupun
dengan masyarakat di luar.
Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat
dan sebagai makhluk sosial, meliputi :
a. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk
meningkatkan kemampuan professional.
b. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi – fungsi setiap lembaga
kemasyarakatan.
c. Kemampuan untuk menjalain kerja sama baik secara individual maupun secara
kelompok.

19
Adab – adab/ sopan santun bagi guru ada sebagai berikut :
1. Bertanggung jawab atas beban yang dipikulnya. Dia sadar bahwa ia sebagai guru
tidak hanya menagjar tetapi juga mendidik, memberi contoh dan tauladan yang baik.
2. Bersabar dalam segala hal.
3. Bertindak atau bersikap arif , bijaksana, tidak angkuh terhadap sesama dan
mempunyai sikap merendah diri.
4. Tidak boleh takabur terhadap siapapun, kecuali terhadap orang yang zholim yang
harus diselesaikan dengan jalan di takkaburi.
5. Bersikap tawadhu’ dalan setiap majlis dan perkumpulan, dan menampakkan rasa cinta
kepada sesama dan merendah diri.
6. Meninggalkan atau menjauhi banyak bercanda, senda gurau, omongan yang carut
marut dan sembrono.
7. Menaruh dan menampakkan rasa cinta kasih, bijak terhadap anak didiknya dan
bijaksana dalam membimbing baik terhadap murid yang sok pintar atau murid yang
bodoh.
8. Tidak memarahi murid yang bodoh/benal, keras kepala sehingga menampakkan
keengganan mendidik.
9. Memperhatikan pendapat alasan orang lain, menerima pendapat seseorang bila benar
dan mau mengakui kekhilafannya.
10. Mencegah murid- muridnya untuk menuntut ilmu yang membahayakan bagi dirinya.
11. Mencegah atau melarang murid – muridnya yang mempergunakan ilmunya untuk hal
– hal yang tidak di ridhoi Allah SWT.
12. Memberikan pengarahan kepada murid – muridnya untuk mempelajari ilmu yang
wajib’ain dulu sebelum mempelajari ilmu yang wajib kifayah,
13. Harus memperbaiki dan menata dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum memperbaiki
dan menata anak didiknya.

Pendidikan Moral
Proses pendidikan selama ini menghasilkan generasi yang kurang peka terhadap
permasalahan – permasalahan sosial, padahal hampir setiap kurikulum yang pernah
digunakan dalam pendidikan di Indonesia selalu ada mata pelajaran yang berbasis
moral/akhlak/karakter seperti Pendidikan Budi Pekerti, Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa ( PSPB ) Pendidikan Agama, dan Pendidikan Moral Pancasila ( sekarang
20
Pendidikan Kewarganegaraan) keteladanan dan pembiasaan orang tua di rumah dan guru
di sekolah adalah metode yang paling efektif untuk menumbuhkan akhlaqul karimah
pada anak – anak. Guru harus menjadi model dalam pembelajaran pendidikan moral,
baik pada pendidikan moral kebangsaan ( nasionalisme ) maupun pendidikan moral
agama (akhlak). Kegiatan pembiasaan dapat di integrasikan pada proses pembelajaran di
sekolah misalnya : gotong royong. Bakti sosial, shalat berjamaah , dan lain –
lain.kegiatan tersebut wajib diikuti oleh warga sekolah termasuk guru, tidak hanya
sebagai penganjur yang baik kepada anak didiknya.

Kepribadian Guru
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kepribadian guru yang “kurang hidup” saat ini,
antara lain :
1. Proses rekrutmen guru yang mengedepankan kemampuan teknis tanpa memperhatikan
kemampuan non teknis seperti kemampuan manajemen diri dan orang lain malahan
tidak sedikit lembaga pendidikan merekrut guru dengan tidak memperhatikan kedua
keterampilan tersebut.
2. Pendidikan dan pelatihan guru yang menekankan pada kemampuan guru menguasai
kurikulum.
3. Tidak dipahaminya profesi guru sebagai profesi panggilan hidup ( call to teach ),
artinya guru merupakan pekerjaan yang membantu mengembangkan orang lain dan
mengembangkan guru tersebut sebagai pribadi.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kompetensi kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku


pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar
dalam perilaku sehari-hari.
2. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang mencakup sikap sopan
santun dan takwa.
3. Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral
yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
4. Menurut Magnis Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Yang
memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas. Moralitas
adalah petunjuk kongkret tentang bagaiman kita harus hidup. Sedangkan etika hanya
melakukan refleksi kritis atas norma atau ajaran moral tersebut.
5. Etika secara umum dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika khusus ini
masih dibagi lagi menjadi etika individual dan etika social. Etika social dibagi
menjadi :
Sikap terhadap sesama
Etika keluarga
Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan, arsiparis, dokumentalis, pialang
informasi, guru
Etika politik
Etika lingkungan hidup serta
Kritik ideologi
6. Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun. Etika mempelajari apa yang
baik dan buruk.
7. Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau
berkelompok dengan manusia lain.

22
8. Kode etik adalah adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar bagi
professional.
9. Norma khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan atau kehidupan
yang khusus, misalnya aturan dalam bermain dalam olahraga, aturan mengunjungi
pasien di rumah sakit, dan sebagainya. Norma umum mempunyai sifat yang lebih
umum dan universal.
10. Takwa adalah menjaga diri dari azab Allah SWT dengan menjauhi tindakan maksiat
dan melaksanakan tata aturan yang telah digariskan Allah SWT.Kata takwa berarti
waspada, menjaga diri , dan takut.
11. Adab – adab/ sopan santun bagi guru ada sebagai berikut :
Bertanggung jawab atas beban yang dipikulnya. Dia sadar bahwa ia sebagai guru
tidak hanya menagjar tetapi juga mendidik, memberi contoh dan tauladan yang
baik.
Bersabar dalam segala hal.
Bertindak atau bersikap arif , bijaksana, tidak angkuh terhadap sesama dan
mempunyai sikap merendah diri.
Tidak boleh takabur terhadap siapapun, kecuali terhadap orang yang zholim yang
harus diselesaikan dengan jalan di takkaburi.
Bersikap tawadhu’ dalan setiap majlis dan perkumpulan, dan menampakkan rasa
cinta kepada sesama dan merendah diri.
Meninggalkan atau menjauhi banyak bercanda, senda gurau, omongan yang carut
marut dan sembrono.
Menaruh dan menampakkan rasa cinta kasih, bijak terhadap anak didiknya dan
bijaksana dalam membimbing baik terhadap murid yang sok pintar atau murid
yang bodoh.
Tidak memarahi murid yang bodoh/benal, keras kepala sehingga menampakkan
keengganan mendidik.
Memperhatikan pendapat alasan orang lain, menerima pendapat seseorang bila
benar dan mau mengakui kekhilafannya.
Mencegah murid- muridnya untuk menuntut ilmu yang membahayakan bagi
dirinya.

23
Mencegah atau melarang murid – muridnya yang mempergunakan ilmunya untuk
hal – hal yang tidak di ridhoi Allah SWT.
Memberikan pengarahan kepada murid – muridnya untuk mempelajari ilmu yang
wajib’ain dulu sebelum mempelajari ilmu yang wajib kifayah,
Harus memperbaiki dan menata dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum
memperbaiki dan menata anak didiknya.

B. Saran

Guru merupakan factor yang sangat domianan dan penting dalam pendidikan formal pada
umumnya karena bagi peserta didik guru sering dijadikan tokoh teladan ( balikan menjadi
tokoh identifikasi diri, oleh karena itu guru seyogianya memiliki perilaku dan kempetensi
yang memadai untuk mengembangkan peserta didik secara utuh. Untuk melaksanakan
tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai
hal terutama kompetensi kepribadian, sosial dan professional.

24
DAFTAR PUSTAKA

Djumiran, dkk.2009. Profesi Keguruan. Dirjen Dikti Depdiknas.


Satori, Djam’an dkk. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas terbuka.
Sujanto, Bedjo. 2007. Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum. Jakarta: Sagung Seto.
http://kimia.upi.edu/isiberita.php?kode=15%20May%202007,%20Pukul%2011:31:42
http://74.125.153.132/search?q=cache:di_A5-TU5n4J:118.98.213.19/klubguru-
jogja/seminar_14juni2009/03_guru-pedagogik-pendek-yogya-
14juni.ppt+KOMPETENSI+KEPRIBADIAN+GURU&cd=9&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://jufrisyahruddin.wordpress.com/2007/07/18/empat-kompetensi-yang-harus-dimiliki-
guru/
http://rasto.wordpress.com/2008/01/31/kompetensi-guru/
http://www.kakikukaku.co.cc/2009/07/adabsopan-santun-seorang-guru-alim.html
http://saifuladi.wordpress.com/2007/01/06/kompetensi-yang-harus-dimiliki-seorang-guru/
http://armanbelajar.multiply.com/journal/item/182
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1857
http://www.idonbiu.com/2009/04/upaya-meningkatkan-profesionalisme-guru.html
http://ardhenkwingko.blogspot.com/2009/08/apakah-aku-seorang-guru-profesional.html
http://geografi.upi.edu/?mod=article/view/12

25

You might also like