You are on page 1of 18

BIMBINGAN BAGI MURID BERKELAINAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


BIMBINGAN KONSELING
Dosen pembimbing:
Drs. H. Fadhli Kamil, S.Pd

Disusun oleh kelompok 10


Salasiah (A1E307914)
Rahmila Sari (A1E307934)
Mahfuzatul Husna (A1E307936)
Wahdiah (A1E307940)
Ary Priatna Ridhoni (A1E307945)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
S1 PGSD TERINTEGRASI
BANJARBARU
2009
BIMBINGAN BAGI MURID BERKELAINAN
Murid berkelaianan disebut juga anak luar biasa. Cenderung memiliki
penyimpangan sedemikian rupa terutama dalam kelainan indera, fisik, kelainan
perilaku, kelainan kecerdasan, kelainan komunikasi, atau kelainaan ganda.
(memiliki kelainaan lebih dari satu). Sebagai guru umum mampu memberikan
batasan apakah muridnya termasuk murid yang berkelainan atau tidak.

Perbedaan untuk memehami anak berkelainan atau berkebutuhan khusus


dikenal ada 2 hal yaitu perbedaan interindividual dan intraindividual.

a. Perbedaan interindividual

Berarti membandingkan perbedaan keadaan mental (kapasitas kemampuan


intelektual), kemampuan panca indra (sensory), kemampuan gerak
motorik, kemampuan komunikasi, perilaku social, dan keadaan fisik.

b. Perbedaan intraindividual

Adalah suatu perbandingan potensi yang ada dalam diri individu itu
sendiri, perbedaan itu dapat muncul dari berbgai aspek meliputi
intelektual, fisik, psikologia, dan social.

Selain masalah perbedaan, ada beberapa terminology yang dapat


digunakan untuk memehami anak berkelainan atau berkebutuhan khusus. Istlah
tersebut yaitu:

a. Impairment

Merupakan suatu keadaan atau kondisi dimana individu mengalami kehilangan


atau abnormalitas psikologi, fisiologi atau fungsi struktur anatomis secara umum
pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami amputasi satu
kakinya, maka dia mengalami cacat kaki.
b. Disability

Suatu keadaan diman individu mengalami kekurangmampuan yang


dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ
tubuh. Contoh pada orang yang cact kakinya, maka ia akan merasakan
berkurangnya fungsi kaki untuk melukukan mobilitas.

c. Handicapt

Keadaan diman individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan


berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan adanya dan berkurangnya
fungsi organ tubuh individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki
sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia
memerlukan kursi roda.

1. Pengertian Murid berkelainan

Berdasarkan kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72


Tahun 1991 tanggal 31 Desember 1991 tentang pendidikan luar biasa.
Sebagaimana tercantum dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 8 ayat (1)
dan (2) menyatakan bahwa :

(1)Warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak
memperoleh pendidikan luar biasa.

(2)Warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa


berhak memperoleh perhatian khusus.

Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang khusus diselenggarakan


bagi peserta didik yang memiliki kelainan fisik dan atau mental. Murid yang
berkelainan adalah anak yang mengalami penyimpangan dari arah rata-rata
atau normal baik dalm segi fisik, kecerdasan, indera, komunikasi, perilaku
atau gabungan hal-hal itu, sehinggga ia membutuhkan program dan layanan
pendidikan secara khusus guna mengembangkan potensi secara optimal.

Layanan secara khusus melalui pendidikan luar biasa ini bertujuan


membantu murid yang menyandang kelainan fisik dan atau mental agar
mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai
pribadi atau anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbale balik
dengan lingkungan social, budaya, dan alam sekitar serta dapat
mengembangkan kemapuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan
lanjutan.

2. Hak dan Kebutuhan Murid Berkelainan

a. Hak

Sebagai warga Negara, para penyandag kelainan mempunyai hak yang


sama dengan warga Negara yang lainnya, sesuai dengan pasal 31 UUD 1945
yang menyebutkan bahwa semua warga Negara berhak mendapat
pendidikan. Dalam undang-undang murid berkelainan memiliki hak yaitu ;

(1)Berhak mendapatkan pemeliharaan

(2)Berhak mendapatkan pendidikan

(3)Berhak mendapat jaminan kerja

(4)Berhak berpendapat

(5)Berhak bersuara, dan sebagainya.

Hal ini dijabarkan lebih lanjut dalam Bab III Undang-undang Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 6 dan pasal 8,
yang isinya sebagai berikut:

Pasal 6

“Setiap warga Negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk


mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.”
Pasal 8

1. Warga yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh


pendidikan luar biasa.

2. Warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa


berhak memperoleh perhatian khusus.

b. Kebutuhan

Pada dasarnya kebutuhan murid berkelainan adalah sam dengan


kebutuhan anak normal, hanya saja ia mempunyai kebutuhan khusus
disebabkan kelainannya. Kebutuhan yang dimaksud adalah :

(1)Kebutuhan social; mereka memerlukan kontak dan kerjasama dengan


orang lain.

(2)Kebutuhan pendidikan; merka harus dibantu supaya tidak disisihkan


dari perencanaan dan langkah-langkah pendidikan.

(3)Kebutuhan disiplin; merka perlu mengenal disiplin.

(4)Kebutuhan akan gambaran diri; agar mereka dapat mengambil langkah


yang tepat sesuai dengan kenyataan dirinya.

(5)Kepercayaan diri; sangat perlu bagi murid berkelainan, karena orang


yang tidak percaya pada dirinya sendiri akan selalu diliputi keragu-
raguan dan rasa menderita

(6)Kebebasan berkembang; mereka harus merasa bahwa mereka berhak


berkembang sesuai dengan keadaanya masing-masing.

3. Jenis-jenis Murid Berkelainan

Kategori keluarbiasaan atau kelainan berasarkan jenis penyimpangan,


menurut Mulyono Abdurachman (2000) dibuat untuk keperluan pembelajaran.
Kategori tersebut adalah sebagai berikut:
Kelompok yang mengalami penyimpangan dalam bidang intelektual,
terdiri dari anak yang luar biasa cerdas (intellectually superior) dan anak yang
tingkat kecerdasannya rendah atau yang disebut tunagrahita.

1) Kelompok yang mengalami penyimpangan atau keluarbiasaan yang terjadi


karena hambatan sensoris atau indra, terdiri dari anak tunanetra dan
tunarungu.

2) Kelompok anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan


komunikasi.

3) Kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku, yang terdiri


anak tunalaras dan penyandang gangguan emosi.

4) Kelompok anak yang mempunyai keluarbiasaan atau penyimpangan ganda


atau berat dan sering disebut tunaganda.

a. Jenis kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/atau mental
dan/atau kelainan perilaku.

b. Kelainan fisik meliputi :

1) Tuna Netra

2) Tuna Rungu

3) Tuna Daksa

c. Kelainan mental meliputi :

1) Tuna Grahita Ringan

2) Tuna Grahita Sedang

d. Kelainan perilaku meliputi tuna laras

e. Kelainan peserta didik (murid) dapat juga terwujud sebagai kelainan gnda

Pengertian tentang jenis-jenis murid berkelainan sebagai berikut :

1. Tunanetra
Anak dengan gangguan penglihatan lebih akrab disebut anak
tunanetra. Tunanetra berarti kurang pengkihatan. Pengertian tunanetra
tidak saja mereka yang buta, tetpi juga mencakup juga mereka yang
mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan hidup sehari-hari, terutama dalam belajar. Anak
dengan kondisi penglihatan yang termasuk “setengah melihat”, “low
vision” atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tuna netra.

2. Tunarungu

Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan


pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap
berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya, mulai
dari yang ringan sampai yang berat.

3. Tunadaksa

Tunadaksa secara harfiah berarti cacat fisik. Tunadaksa berarti


suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk
atau hambatan pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsinya yang
normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan
atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan dari lahir.

4. Tunagrahita

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut


anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata.
Anak tunagrahita atau dikenal juga anak terkebelakangan mental atau
kemampuan mental yang berada di bawah rata-rata karena
keterbatasan kecerdasan sukar untuk mengikuti program pendidikan di
sekolah biasa secara klasikal.

5. Anak Tunalaras

Istilah tunalaras digunakan sebagai padanan dari istilah


behavior disorder da;am bahasa Inggris.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1977:13)
mengemukakan pengertian anak tuna laras sebagai berikut : Anak
yang berumur 6 sampai 17 tahun dengan karakteristik bahwa anak
tersebut mengalami gangguan/hambatan emosi dan berkelainan
tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Kauffman (1977) mengemukakan batasan mengenai anak-anak


yang mengalami gangguan perilaku “sebagai anak yang secara nyata
dan menahan merespon lingjuangan tanpa ada kepuasan pribadi
namun masih dapat diajarkan perilaku-perilaku yang dapat diterima
oleh masyarakat dan dapat memuaskan pribadinya”.

Dapat disimpulkan anak tuna laras adalah anak yang mengalami


hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang dapat atau
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya
secara baik dan akan mengganggu situasi belajarnya. Termasuk juga
dalam kelompok ini anak-anak penderita autustik, yaitu anak-anak
yang menunjukkan perilaku menyimpang yang membahayakan baik
bagi dirinya sendiri maupun prang lain.

4. Karakteristik Setiap Jenis Murid Berkelainan

a. Tuna Netra

Anak dengan gangguan penglihatan dapat diketahui dalam kondisi


berikut:

1) Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki


orang awas.

2) Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.

3) Posisi mata sulit dikendalikan oleh syraf otak.


4) Terjadi kerusakan susunan syarafotak yang berhubungan dengan
penglihatan.

b. Tuna Rungu

Untuk kepentingan pendidikan ketunarungan dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:

Tingkat I : Kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54


dB, penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan
bantuan mendengar secara khusus.

Tingkat II : Kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69


dB, penderitanya kadang-kadang memerlukan penempata
sekolah secara khusus.

Tingkat III : kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89


dB.

Tingkat IV : kehilangan kemampauan mendengar dri 90 dB ke atas.

Anak yang kehilangan kemampauan mendengar dari tingkat III sampai


tingkat IV pada hakekatnya memerlukan pelayanan pendidikan khusus
(Andreas Dwijosumarto dalam T.S. Somantri, 1996)

c. Tuna Daksa

Tuna daksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Kesadaran yang dibawa sejak lahir atau kesusahan yang merupakan


keturunan, diantaranya meliputi :

a) Kaki seperti tongkat (club-foot)

b) Tangan seperti tongkat (club-hand)

c) Jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki
(polydactylism).
d) Kerdil/pendek sekali (cretinism)

e) Kepala kecil tidak normal (mycrocephalus),dan

f) Kepala besar karena berisi cairan (hydrocephalus)

2) Kerusakan pada waktu kelahiran, yang meliputi:

a) Kerusakan pada syaraf lengan akibat tekanan atau tariakan waktu


kelahiran (Erb’siswa palsy)

b) Tulang rapuh dan mudah patah (fragiritas osium)

3) Infeksi meliputi :

a) Taerkolonis tulang (menyerang sendi paha sehingga menjadi


kaku).

b) Osteomyelitis (radang di dalam dan di sekeliling sumsum tulang


kareana bakteri).

c) Poliomyelitis (infeksi virus yang mungkin menyebabkan


kelumpuhan).

4) Kondisi taumatik atau kesusahan traumatic akibat; (a) amputasi dan


atau (b) kecelakaan akibat luka bakar.

5) Tumor : oxostosis (lemah tulang)

d. Tuna Grahita

Beberapa karakteristik anak tuna garahiata sebagai berikut :

1) Keterbatasan intelegensi

2) Keterbatasan social, dengan cirri-ciri:

Cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya

Ketergantungan terhadap oaring tua sangat besar


Tidak mampu memikul tanggung jawab

3) Kterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya, seperti:

Kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu

Kurang mampu membedakan yang baik dan yang buruk dan yang
benar dengan yang salah.

Tidak membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu


perbuatan.

Klasifikasi anak tuna grahita dapat dikelompokan menjadi :

1) Tuna grahita ringan

2) Tuna grahita sedang

3) Tuna grahita kuat

e. Tuna laras

Secara garis besar anak tuna laras dapat diklasifikasikan sebagai


anak yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan social dan yang mengalami gangguan emosi.

5. Faktor-faktor Penyebab dan Dampak Murid Berkelainan

A. Faktor penyebab Murid berkelainan

Secara umum penyebab kelainan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yakni :

a. Sebelum kelahiran

1) Gangguan Genetika

Gangguan genetika ada dua jenis yaitu; penyimpangan yang terjai


pada gen dan penyimpangan yang terjadi pada kromosom.
Penyimpangan gen terjadi bila kode-kode genetik yang harus
disampaikan oleh gen mengalami kesalahan. Penyimpangan
kromosom ditandai oleh adanya ketidak normalan kromosom. Setiap
individu yang normal memiliki 46 kromosom atau 23 pasang
kromosom pada setiap sel.

Dengan adanya gangguan kromosom ini maka ada individu yang


memiliki 47 kromosom, dimana salah satu pasang dari pasangan
kromosom ini terjadi pada kromosom tertentu, misalnya pada
pasangan kromosom 21 yang dikenal dengan : trisomy 21”. Apabial
terdapat gangguan pada pasangan kromosom nomor 13 disebut
trisomy 13 dan kromosom 18 disebut trisomy 18. Bentuk lain
keabnormalan kromosom yaitu “Translokasi Kromosom (Pemindahan
Kromosom)”.

2) Infeksi Ibu Hamil

Yang menimbulkan kelainan pada infeksi ini yaituinfeksi oleh


TORCHES (Toxoplasmosis Robella Cytomegalovirus Herves Virus
dan Syiphilis) dan yang paling sering adalah infeksi oleh virus rubella.

Tembuni (ari-ari) yang salah satu fungsinya adalah melindungi


janin terhadap infeksi tidak mempunyai perlindungan terhadap infeksi
virus yang satu ini, akibatnya ibu hamil terinfeksi virus ini (terutm
pada tiga bulan pertama) maka bayi yang dikandungnya akan menjadi
cacat jantung bawaan (klep jantung bocor).

3) Usia Ibu Hamil

Usia ibu hamil di atas 35 tahun mempunyai resiko tinggi terhadap


kecacatan ini.

4) Keracunan Saat Hamil

Yang dimaksud keracunan dalam hal ini adalah keracunan pada


saat bayi dalam kandungan, biasanya keracunan karena obat-obatan
yang diminum ketika ibu hamil pada tiga bulan pertama. Selain obat
serta Thalidomide yang dapat menyebabkan cacat, alcohol pun dapat
menyebabkan kelainan pada ibu hamil terbiasa menjadi peminum
alkohol.

5) Pengguguran Kandungan

Kegagalan dari pengguguran kandungan dapat menyebabkan


gangguan pada janin tergantung bagian organ mana yang terganggu .

6) Bayi Lahir Premature

Beberapa faktor yang menyebabkan bayi lahir premature,


diantaranya: ibu perokok berat, usia ibu di bawah 16 tahun, ibu hamil
kurang bergizi dank arena penyakit. Bayi premature sanagat rentan
terhadap penyakit infeksi sehingga sehingga kondisi bayi yang terkena
infeksi akan mudah menjadi sepsis (racun masuk ke berbagai bagian
tubuh melalui darah).

b. Saat dilahirkan

1) Proses kelahiran yang lama

Pada kasus ini kepala bayi terjepit sehingga pembuluh darah di


kepala tidak cukup mendapat oksigen (zat asam). Apabila keadaan ini
berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan sel-sel syaraf otak.

2) Kelahiran dengan alat

Pada saat kepala bayi diangkat dengan tang (forcep) banyak


kesalahan yang dilakukan (seharusnya bagian rahang yang ditarik
tetapi hal ini tidak mudah sehingga yang ditarik pada umumnya
bagian kepala). Karena pembuluh darah id kepala masih sangat rentan,
tarikan tadi mempengaruhi sirkulasi zat asam ke otak.

3) Kehamilan lama

Kehamilan lebih dari 40 minggu dapat mengakibatkan kelainan


pada bayi karena sejak usia ini fungsi tembuni mulai berkurang
(karena tembuni mulai berkerut) maka aliran zat asam ke otak menjadi
berkurng.

c. Setelah melahirkan

1) Penyakit infeksi

Infeksi yang sering menyebabkan kelainan yaitu bakteri TBC yang


dapat mengakibatkan TBC selaput otak atau TBC otak.

2) Kekurangan zat makanan tertentu

Dalam pola makanan sehari-hari dapat menyebabkan kelainan


apabila hal ini berlangsung cukup lama. Zat makanan tersebut adalah
vitamin Adalah dan Yodium.

3) Kecelakaan

Kecelakaan yang menimpa kepala , benturan di kepala selain dapat


menyebabkan gegar otak dapat pula mengakibatkanpendarahan otak.

4) Keracunaan

Keracunan oleh timbal atau timbal hitam, bayi dan anak-anak kalau
sering menghirup udara yang tercemar oleh logam ini dapat
mnyebabkan keracunan.

B. Dampak keluarbiasaan atau kelainan

1) Dampak keluarbiasaan atau kelainan bagi anak

Kelainan bagi anak yang di bawah normal mempunyai dampak


yang umumnya menghambat perkembangan anak, lebih-lebih jika dia
tidak mendapat layanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Ada anak
yang kehilangan kepercayaan diri, merasa rendah diri, dan terhambat
berbagai aspek perkembangannya. Namun, ada juga yang mampu
tumbuh seperti anak-anak lainnya.
Tingkat kelainan juga menghasilkan dampak yang berbeda bagi
anak. Anak yang menderita kelainan yang bersifat ringan mungkin masih
mampu menolong diri sendiri sehingga tidak banyak tergantung pada
orang lain. Makin parah tingkat kelainan, dampaknya bagi anak juga
semakin parah. Ketergantungan pada orang lain akan semakin tinggi
karena terhambatnya perkembangan yang cukup parah.

Waktu munculnya kelainan keluarbiasaan juga mmempengaruhi


berat ringannya dampak yang diderita oleh anak. Anak yang menderita
kelainan sejak lahir tidak sempat mengalami pertumbuhan yang normal
sehingga ia tidak sempat belajar keterampilan yang dibutuhkan dalam
kehiduan sehari-hari. Kelainan yang diderita anak akan berdampak
sepanjang hayatnya.

2) Dampak keluarbiasaan atau kelainan bagi keluarga

Dampak kelainan anak bagi keluarga, terutama bagi orang tua, juga
sangat bervariasi. Ada orang tua yang pasrah menerima kenyataan yang
mereka hadapi , namun tidak jarang yang mersa terpukul dan tentu saja
ada yang bersikap tidak peduli.

Setiap keluarga yang menyadari ada anggota keluarganya yang


mengalami kelainan di bawah normal, lebih-lebih yang tingkat
keparahannya cukup tinggi, akan merasa terpukul, bahkan ada keluarga
yang menyembunyikan anaknya karena rasa malu.

3) Dampak keluarbiasaan atau kelainan bagi masyaraka

Sikap masyarakat mungkin sangat bervariasi tergantung dari latar


belakang social budaya dan pendidikan. Ada masyarakat yang bersimpati
bahkan ikut membantu menyediakan berbagi fasilitas, ada yang bersikap
acuh tak acuh, bahka tidak jarang ada yang bersikap antipasti sehingga
melarang anak-anaknya bergaul atau bertemn dengan anak yang
mengalami kelainan. Tidak jarang pula keberadaan anak berkelainan di
satu daerah dianggap sebagai hukuman bagi masyarakat sekitar.
6. Alternatif Bantuan Serta Bimbingan Khusus yang diberikan Bagi Murid
Berkelainan

Secara khusus layanan bimbingan bagi anak berkelainan bertujuan untuk:

a. Memahami dirinya dengan baik, yaitu mengenal segala kelebihan dan


kelemahan yang dimiliki berkenaan dengan bakat, minat, sikap, persaan
dan kemampuannya.

b. Memehami lingkungan dengan baik, meliputi lingkungan pendidikan di


sekolah dan di lingkungan social di masyarakat.

c. Membuat keputusan dan pilihan yang didasarkan pada pamahaman yang


mendalam tentang diri sendiri dan lingkunagnnya.

d. Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari


bik disekolah maupun di luar sekolah.

Alternatif bantuan sesuai dengan jenis-jenis kelainan:

a. Tuna netra

Alternatif-alternatif bantuan yang diberikan terutama pada saat


memasuki lingkungan baru seorang anak tuna netra harus diberikan
bantuan tentang proses komunikasi verbal, mengembangkan semangat
dan konsep diri yang positif serta mengenal gambaran lingkungan
sekitarnya dengan sejelas-jelasnya.

b. Tuna rungu

Tujuan utama bimbingan terhadap anak tuna rungu adalah untuk


mengembangkan potensi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Jenis-jenis bimbingan yang diberikan kepada anak tuanrungu adalah
sebagai berikut :

1) Bimbingan komunikasi, bertujuan membantu anak dalam


memperlancar komunikasi.
2) Bimbingan pribadi bertujuan agar anak dapat mengenal dirinya,
menyadari kemampuan dan kekurangan dirinya, memiliki sikap
positif terhadap keadaan dirinya, serta memiliki kestabilan emosi.

3) Bimbingan social, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan


anak agar dapat bergaul dengan orang lain secara positif dan
konstruktif. Cara yang dapat ditempuh seperti melalui kegiatan
olah raga, kerja kelompok dan berkemah.

c. Tuna daksa

Alternatif bantuan yang dapat diberikan kepada anak tunadaksa di


antaranya mengembangkan Self resfect (menghargai diri sendiri)
menghargai anak dengan cara menerima apa adanya, sehingga anak
merasa bahwa dirinya adalah sebagai seorang pribadi yang berharga.
Dukungan keluarga dan masyarakat terhadap anak tunadaksa memiliki
pengaruh yang besr terhadap perkembangan kepribadiannya.

d. Tuna grahita

Pemberian bantuan kepada anak tunagrhita lebih difokuskan kepada


pihak orang tua. Kepada mereka diberiakn bimbingan tentang:

(1) Upaya menghilangkan perasaan kecewa karena memiliki anak


yang cacat.

(2) Mengembangkan sikap respek terhadap anak.

(3) Mengembangkan kemandiriaan anak dengan cara tidak


memberikan perlakuan yang berlebihan (terlalu dimanjakan).

Sedangkan pemberian kepada anak secara langsung adalah sebagai


berikut:

(1)Mengatasi kesuliatan dalam mengurus dirinya sendiri.

(2)Mengatasi kesulitan dalam menyesuaikn diri dengan lingkungan


keluarga, sekolah, dan masyarakat.
(3)Menggunakan kemampuannya untuk mendapatkan keterampilan,
dan kesanggupan kala secara optimal.

e. Tuna laras

Upaya pemberian bantuan yang diberikan kepada mereka diantaranya


adalah

(1) Mamperhatikan kebutuhan anak

(2) Membimbing kedisiplinan

(3) Memberikan kesibukan sebagai pemanfaatan waktu luang

(4) Membantu pengembangan kesadaran untuk menaati ajaran agam


secara intensif

(5) Membantu pengembangan konsep diri yang positif

(6) Menghindarkan mereka dari ketergantungan dan pengauatan


ketakberdayaan dan

(7) Merujuk anak ke pihak yang lebih berwenang (seperti Psikolog)

You might also like