Professional Documents
Culture Documents
Mengucap dua kalimat syahadat dan menerima bahwa Allah itu tunggal dan Nabi
Muhammad s.a.w itu rasul Allah.
Menunaikan salat lima kali sehari.
Mengeluarkan zakat.
Berpuasa pada bulan Ramadan.
Menunaikan Haji bagi mereka yang mampu.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Syahadat
o 1.1 Makna "La ilaha Illallah"
o 1.2 Makna Syahadat “Muhammad Rasulullah”
2 Salat
3 Puasa
4 Zakat
5 Haji
6 Referensi
7 Lihat pula
8 Pranala luar
[sunting] Syahadat
Rukun pertama : Bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah secara hak melainkan Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah.
Syahadat (persaksian) ini memiliki makna yang harus diketahui seorang muslim berikut
diamalkannya. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan namun tidak mengetahui
maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat sama sekali dengan
syahadatnya.
Yaitu; tidak ada yang berhak diibadahi secara haq di bumi maupun di langit melainkan Allah
semata. Dialah ilah yang haq sedang ilah (sesembahan) selain-Nya adalah batil. Sedang Ilah
maknanya ma’bud (yang diibadahi). Artinya secara harfiah adalah: "Tiada Tuhan selain Allah"
Orang yang beribadah kepada selain Allah adalah kafir dan musyrik terhadap Allah
sekalipun yang dia sembah itu seorang nabi atau wali. Sekalipun ia beralasan supaya
bisa mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan bertawasul kepadanya. Sebab orang-
orang musyrik yang dulu menyelisihi Rasul, mereka tidak menyembah para nabi dan wali
dan orang soleh melainkan dengan memakai alasan ini. Akan tetapi itu merupakan
alasan batil lagi tertolak. Sebab mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan bertawasul
kepada-Nya tidak boleh dengan cara menyelewengkan ibadah kepada selain Allah.
Melainkan hanya dengan menggunakan nama-nama dan sifat-Nya, dengan perantaraan
amal sholeh yang diperintahkan-Nya seperti salat, shodaqah, zikir, puasa, jihad, haji,
bakti kepada orang tua serta lainnya, demikian pula dengan perantara doanya seorang
mukmin yang masih hidup dan hadir dihadapannya ketika mendoakan.
Di antaranya doa yaitu memohon kebutuhan dimana hanya Allah yang mampu
melakukannya seperti menurunkan hujan, menyembuhkan orang sakit, menghilangkan
kesusahan yang tidak mampu dilakukan oleh makhluk. Seperti pula memohon surga dan
selamat dari neraka, memohon keturunan, rizki, kebahagiaan dan sebagainya.
Semua ini tidak boleh dimohonkan kecuali kepada Allah. Siapa yang memohon hal itu
kepada makhluk baik masih hidup atau sudah mati berarti ia telah menyembahnya.
Allah ta’ala berfirman memerintahkan hamba-hamba-Nya supaya berdoa hanya kepada-
Nya berikut mengabarkan bahwa doa itu satu bentuk ibadah. Siapa yang menujukannya
kepada selain Allah maka ia termasuk penghuni neraka. “Dan Robmu berfirman :
Allah ta’ala berfirman mengabarkan bahwa semua yang diseru selain Allah tidak memiliki
manfaat atau madhorot untuk seorangpun sekalipun yang diseru itu nabi-nabi atau para wali.
Tidak sah seseorang bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) dengan cara
menyembelih binatang atau mempersembahkan hewan kurban atau bernadzar kecuali
hanya ditujukan kepada Allah semata. Barangsiapa menyembelih karena selain Allah
seperti orang yang menyembelih demi kuburan atau jin berarti ia telah menyembah
selain Allah dan berhak mendapat laknat-Nya.
“ Katakanlah: Aku berlindung kepada Robb Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan
makhluk-Nya (Al Falaq:1-2) ”
Manusia tidak boleh bertawakal selain kepada Allah, tidak boleh berharap selain kepada
Allah, dan tidak boleh khusyu' melainkan kepada Allah semata.
Bentuk menyekutukan Allah diantaranya berdoa kepada selain Allah baik berupa orang-
orang yang masih hidup lagi diagungkan atau kepada penghuni kubur. Melakukan
thowaf di kuburan mereka dan meminta dipenuhi hajatnya kepada mereka. Ini
merupakan bentuk peribadatan kepada selain Allah dimana pelakunya bukan lagi
disebut sebagai seorang muslim sekalipun mengaku Islam, mengucapkan la ila illallah
Muhammad rasulullah, mengerjakan salat, berpuasa dan bahkan haji ke baitullah.
Makna syahadat Muhammad Rasulullah adalah mengetahui dan meyakini bahwa Muhammad
utusan Allah kepada seluruh manusia, dia seorang hamba biasa yang tidak boleh disembah,
sekaligus rasul yang tidak boleh didustakan. Akan tetapi harus ditaati dan diikuti. Siapa yang
menaatinya masuk surga dan siapa yang mendurhakainya masuk neraka. Selain itu anda juga
mengetahui dan meyakini bahwa sumber pengambilan syariat sama saja apakah mengenai
syiar-syiar ibadah ritual yang diperintahkan Allah maupun aturan hukum dan syariat dalam
segala sector maupun mengenai keputusan halal dan haram. Semua itu tidak boleh kecuali
lewat utusan Allah yang bisa menyampaikan syariat-Nya. Oleh karena itu seorang muslim tidak
boleh menerima satu syariatpun yang datang bukan lewat Rasul SAW. Allah ta’ala berfirman :
“ Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah (Al Hasyr:7) ”
“ Maka demi Robbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuh hati (An Nisa’:65) ”
“ Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada contohnya dari urusan kami
maka ia tertolak. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya ”
Amalan yang dianggap termasuk agama namun tidak ada contohnya dari Rasul dikenal dengan
istilah bid'ah.
[sunting] Salat
salat lima waktu sehari semalam yang Allah syariatkan untuk menjadi sarana interaksi antara
Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajat dan berdoa kepada-Nya. Juga untuk
menjadi sarana pencegah bagi seorang muslim dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia
memperoleh kedamaian jiwa dan badan yang dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.
Allah mensyariatkan dalam salat, suci badan, pakaian, dan tempat yang digunakan untuk salat.
Maka seorang muslim membersihkan diri dengan air suci dari semua barang najis seperti air
kecil dan besar dalam rangka mensucikan badannya dari najis lahir dan hatinya dari najis batin.
Salat merupakan tiang agama. Ia sebagai rukun terpenting Islam setelah dua kalimat syahadat.
Seorang muslim wajib memeliharanya semenjak usia baligh (dewasa) hingga mati. Ia wajib
memerintahkannya kepada keluarga dan anak-anaknya semenjak usia tujuh tahun dalam
rangka membiasakannya. Allah ta’ala berfirman :
"Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman (An Nisa: 103)
Salat wajib bagi seorang muslim dalam kondisi apapun hingga pada kondisi ketakutan dan sakit.
Ia menjalankan salat sesuai kemampuannya baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun
berbaring hingga sekalipun tidak mampu kecuali sekedar dengan isyarat mata atau hatinya
maka ia mengkhabarkan bahwa orang yangboleh salat dengan isyarat. Rasul meninggalkan
salat itu bukanlah seorang muslim entah laki atau perempuan. Ia bersabda :
"“Perjanjian antara kami dengan mereka adalah salat. Siapa yang meninggalkannya
berarti telah kafir” Hadits shohih.
Salat lima waktu itu adalah salat Shubuh, salat Dhuhur, salat Ashar, salat Maghrib dan salat
Isya’.
Waktu salat Shubuh dimulai dari munculnya mentari pagi di Timur dan berakhir saat terbit
matahari. Tidak boleh menunda sampai akhir waktunya. Waktu salat Dhuhur dimulai dari
condongnya matahari hingga sesuatu sepanjang bayang-bayangnya. Waktu salat Ashar dimulai
setelah habisnya waktu Dhuhur hingga matahari menguning dan tidak boleh menundanya
hingga akhir waktu. Akan tetapi ditunaikan selama matahari masih putih cerah. Waktu Maghrib
dimulai setelah terbenamnya matahari dan berakhir dengan lenyapnya senja merah dan tidak
boleh ditunda hingga akhir waktunya. Sedang waktu salat Isya’ dimulai setelah habisnya waktu
maghrib hingga akhir malam dan tidak boleh ditunda setelah itu.
Seandainya seorang muslim menunda-nunda sekali salat saja dari ketentuan waktunya hingga
keluar waktunya tanpa alasan yang dibenarkan syariat diluar keinginannya maka ia telah
melakukan dosa besar. Ia harus bertaubat kepada Allah dan tidak mengulangi lagi.
[sunting] Puasa
Puasa pada bulan Ramadan yaitu bulan kesembilan dari bulan hijriyah.
Sifat puasa:
Seorang muslim berniat puasa sebelum waktu shubuh (fajar) terang. Kemudian
menahan dari makan, minum dan jima’ (mendatangi istri) hingga terbenamnya matahari
kemudian berbuka. Ia kerjakan hal itu selama hari bulan Romadhon. Dengan itu ia
menghendaki ridho Allah ta’ala dan beribadah kepada-Nya.
Dalam puasa terdapat beberapa manfaat tak terhingga. Diantara yang terpenting :
[sunting] Zakat
Nishab emas sebanyak 20 mitsqal. Nishab perak sebanyak 200 dirham atau mata uang kertas
yang senilai itu. Barang-barang dagangan dengan segala macam jika nilainya telah mencapai
nishab wajib pemiliknya mengeluarkan zakatnya manakala telah berlalu setahun. Nishab biji-
bijian dan buah-buahan 300 sha’. Rumah siap jual dikeluarkan zakat nilainya. Sedang rumah
siap sewa saja dikeluarkan zakat upahnya. Kadar zakat pada emas, perak dan barang-barang
dagangan 2,5 % setiap tahunnya. Pada biji-bijian dan buah-buahan 10 % dari yang diairi tanpa
kesulitan seperti yang diairi dengan air sungai, mata air yang mengalir atau hujan. Sedang 5 %
pada biji-bijian yang diairi dengan susah seperti yang diairi dengan alat penimba air.
Diantara manfaat mengeluarkan zakat menghibur jiwa orang-orang fakir dan menutupi
kebutuhan mereka serta menguatkan ikatan cinta antara mereka dan orang kaya
[sunting] Haji
Rukun Islam kelima adalah haji ke baitullah Mekkah sekali seumur hidup. Adapun lebihnya
maka merupakan sunnah. Dalam ibadah haji terdapat manfaat tak terhingga :
1. Pertama, haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan ruh, badan dan
harta.
2. Kedua, ketika haji kaum muslimin dari segala penjuru dapat berkumpul dan bertemu di
satu tempat. Mereka mengenakan satu pakaian dan menyembah satu Robb dalam satu
waktu. Tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, kaya maupun miskin,
kulit putih maupun kulit hitam. Semua merupakan makhluk dan hamba Allah. Sehingga
kaum muslimin dapat bertaaruf (saling kenal) dan taawun (saling tolong menolong).
Mereka sama-sama mengingat pada hari Allah membangkitkan mereka semuanya dan
mengumpulkan mereka dalam satu tempat untuk diadakan hisab (penghitungan amal)
sehingga mereka mengadakan persiapan untuk kehidupan setelah mati dengan
mengerjakan ketaatan kepada Allah ta’ala.
adalah termasuk rukun agama, rukun islam memiliki 5 rukun yaitu :
Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya
mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima
perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi
Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan
puasa Ramadhan. (Riwayat Turmuzi dan Muslim)
Berikut adalah rincian dari ke-lima rukun dalam rukun islam tersebut
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassallam bersabda (yang artinya), Islam dibangun atas 5 perkara.
1. Syahadat (persaksian) bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah.
Yaitu kita mengikrarkan dengan penuh keimanan juga diwujudkan dalam tindakan kehidupan
kita bahwa tiada sesembahan yang berhak dan benar selain Allah dan kita bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah serta kita wajib menaati Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi
Wasallam dalam agama Allah ini.
2. Dan menegakkan Sholat.
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib bagi setiap muslim yang termasuk kedalam golongan wajib
zalat, selain itu wajib bagi seorang muslim bila ia memiliki 85 gram emas atau uang yang senilai
dengannya dalam masa kepemilikan 1 tahun.
Besar zakat ini adalah 2,5 %.Adapun zakat selain dalam bentuk uang mempunyai ukuran
tertentu (tidak dibahas disini -pent).
4. Dan haji ke Baitullah.
Menjalankan Haji ini bagi orang yang mampu menunaikannya. Mampu dalam hal ilmu, harta
dan fisik, hukumnya menjadi yang mampu.
5. Berpuasa di bulan Ramadhan.
Puasa di bulan ramadhan adalah termasuk puasa yang wajib, berdosa besar bagi muslim yang
tidak melaksanakannya, puasa adalah mencegah diri dari makan minum dan seluruh perkara
yang membatalkannya dari fajar sampai tenggelam matahari disertai dengan niat puasa.
(Hadits Mutafaqun ‘Alaih)
BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan Hukum Islam di kalangan ummat Islam adalah sebagai patokan dan pedoman
untuk mengatur kepentingan masyarakat dan menciptakan masyarakat yang islami. Kehidupan
yang teratur dan sepantasnya diyakini dapat diterima oleh setiap manusia walaupun menurut
manusia ukurannya berbeda-beda. Hukum Islam sebagai Negara yang bukan mendasari
berlakunya hukum atas hukum agama tertentu, maka Indonesia mengakomodir semua agama,
karena itu hukum Islam mempunyai peran besar dalam menyumbangkan materi hukum atas
hukum Indonesia.
Begitu juga dalam agama islam, terdapat berbagai banyak hokum dan berbagai kewajiban yang
terkandung di dalamnya, yakni Puasa, Zakat, Sholat, Haji dan Muamalah. Maka oleh itu kami
sebagai pemakalah akan mencoba untuk menjabarkan kewajiban-kewajiban yang ada di dalam
agam islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Mengetahui apa yang di maksud dengan Pengertian Pengertian Sholat, Puasa, Zakat, Haji,
Muamalah Dan Beberapa Syarat Dan Rukun-rukunya supaya kita di kemudian hari dapat
memahami apa yang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sholat
Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya adalah Salat
Malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19. Setelah beberapa lama
kemudian, turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:
* ¨bÎ) y7/u‘ ÞOn=÷ètƒ y7¯Rr& ãPqà)s? 4’oT÷Šr& `ÏB ÄÓs\è=èO È@ø‹©9$# ¼çmxÿóÁÏRur
¼çmsWè=èOur ×pxÿͬ!$sÛur z`ÏiB tûïÏ%©!$# y7yètB 4 ª!$#ur â‘Ïd‰s)ムŸ@ø‹©9$#
u‘$pk¨]9$#ur 4 zOÎ=tæ br& `©9 çnqÝÁøtéB z>$tGsù ö/ä3ø‹n=tæ ( (#râät�ø%$$sù $tB
uŽœ£uŠs? z`ÏB Èb#uäö�à)ø9$# 4 zNÎ=tæ br& ãbqä3u‹y™ Oä3ZÏB 4ÓyÌó�£D tbrã�yz#uäur
tbqç/ÎŽôØtƒ ’Îû ÇÚö‘F{$# tbqäótGö6tƒ `ÏB È@ôÒsù «!$# tbrã�yz#uäur tbqè=ÏG»s)ム’Îû
È@‹Î6y™ «!$# ( (#râät�ø%$$sù $tB uŽœ£uŠs? çm÷ZÏB 4 (#qãKŠÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?
#uäur no4qx.¨“9$# (#qàÊÌ�ø%r&ur ©!$# $·Êö�s% $YZ|¡ym 4 $tBur (#qãBÏd‰s)è? /ä3Å¡àÿRL{
ô`ÏiB 9Žö�yz çnr߉ÅgrB y‰ZÏã «!$# uqèd #ZŽö�yz zNsàôãr&ur #\�ô_r& 4
(#rã�ÏÿøótGó™$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# Ö‘qàÿxî 7LìÏm§‘ ÇËÉÈ
Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunat. Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-
Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat 20 ini, "Sesungguhnya ayat ini
menghapus kewajiban Salat Malam yang mula-mula Allah wajibkan bagi umat Islam.
Dalam banyak hadits, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada orang yang
suka meninggalkan Sholat, diantaranya ia bersabda: "Perjanjian yang memisahkan kita dengan
mereka adalah sholat. Barangsiapa yang meninggalkan sholat, maka berarti dia telah kafir."
Orang yang meninggalkan sholat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang laknat, berdasarkan hadits berikut ini: "Barangsiapa yang menjaga sholat maka ia
menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat dan barangsiapa yang tidak
menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan keselamatan dan pada hari kiamat ia
akan bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf."[3]
a. Fardhu, Sholat fardhu ialah sholat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Sholat Fardhu
terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
o Fardhu ‘Ain : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan dengan
dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti Sholat lima
waktu, dan Sholat jumat(Fardhu 'Ain untuk pria).
o Fardhu Kifayah : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan
dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang
mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib
mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti Sholat jenazah.
b. Nafilah (Sholat sunnat),Sholat Nafilah adalah Sholat-Sholat yang dianjurkan atau disunnahkan
akan tetapi tidak diwajibkan. Sholat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu
o Nafil Muakkad adalah Sholat sunnat yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir
mendekati wajib), seperti Sholat dua hari raya, Sholat sunnat witir dan Sholat sunnat thawaf.
o Nafil Ghairu Muakkad adalah Sholat sunnat yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat,
seperti Sholat sunnat Rawatib dan Sholat sunnat yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan
keadaan, seperti Sholat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
2. Rukun-Rukun Sholat
Adapun beberapa rukun atau hal yang menjadi syarat syahnya sholat ada 13, yakni
diantaranya :
1. Berdiri
2. Niat
3. Takbiratul ihram
11. berlindung kepada Allah dari siksa jahannam &kubur serta fitnah hidup dan mati dan
kekejian fitnah dajjal
Shalat seseorang akan batal apabila ia melakukan salah satu di antara hal-hal berikut ini:
1. Makan dan minum dengan sengaja. Hal ini ber-dasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam yang artinya :
"Sesungguhnya di dalam shalat itu ada kesibukkan tertentu." (Muttafaq 'alaih) (1)
"Dari Zaid bin Arqam radhiallaahu anhu, ia berkata, 'Dahulu kami berbicara di waktu shalat,
salah seorang dari kami berbicara kepada temannya yang berada di sampingnya sampai turun
ayat: 'Dan hendaklah kamu berdiri karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'(1), maka
kami pun diperintahkan untuk diam dan dilarang berbicara." (Muttafaq 'alaih)
3. Meninggalkan salah satu rukun shalat atau syarat shalat yang telah disebutkan di muka,
apabila hal itu tidak ia ganti/sempurnakan di tengah pelaksanaan shalat atau sesudah selesai
shalat beberapa saat. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
terhadap orang yang shalatnya tidak tepat:
"Kembalilah kamu melaksanakan shalat, sesungguhnya kamu belum melaksanakan shalat."
(Muttafaq 'alaih). Lantaran orang itu telah meninggalkan tuma'ninah dan i'tidal. Padahal kedua
hal itu termasuk rukun.
4. Banyak melakukan gerakan, karena hal itu bertentangan dengan pelaksanaan ibadah dan
membuat hati dan anggota tubuh sibuk dengan urusan selain ibadah. Adapun gerakan yang
sekadarnya saja, seperti memberi isyarat untuk menjawab salam, membetulkan pakaian,
menggaruk badan dengan tangan, dan yang semisalnya, maka hal itu tidaklah membatalkan
shalat.
5. Tertawa sampai terbahak-bahak. Para ulama se-pakat mengenai batalnya shalat yang
disebabkan tertawa seperti itu. Adapun tersenyum, maka kebanyakan ulama menganggap
bahwa hal itu tidaklah merusak shalat seseorang.
6. Tidak berurutan dalam pelaksanaan shalat, seperti mengerjakan shalat Isya sebelum
mengerjakan shalat Maghrib, maka shalat Isya itu batal sehingga dia shalat Maghrib dulu,
karena berurutan dalam melaksanakan shalat-shalat itu adalah wajib, dan begitulah perintah
pelaksanaan shalat itu.
7. Kelupaan yang fatal, seperti menambah shalat menjadi dua kali lipat, umpamanya shalat Isya'
delapan rakaat, karena perbuatan tersebut merupakan indikasi yang jelas, bahwa ia tidak
khusyu' yang mana hal ini merupakan ruhnya shalat.
B. Puasa
$yg•ƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6ø‹n=tæ ãP$u‹Å_Á9$# $yJx. |=ÏGä. ’n?tã šúïÏ%©!
$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇÊÑÌÈ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS.Al Baqarah:183)
“Maka barangsiapa diantara kamu melihat bulan itu (Ramadhan), hendaklah ia berpuasa.”
(QS. Al Baqarah:185)
Dari Abu Abdirrahman Abdullah ibnu Umar Ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhuma berkata: “Aku
telah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Islam dibangun diatas lima
perkara: bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa pada bulan
Ramadhan.” (HR. Bukhari , Muslim)
2. Definisi
Puasa ialah menahan diri dari makan, minum dan bersenggama mulai dari terbit fajar yang
kedua sampai terbenamnya matahari. Firman Allah Ta'ala:
Artinya : "….dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam...." (Al-Baqarah:187)
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah terlihatnya hilal, atau setelah bulan Sya'ban genap 30
hari. Puasa Ramadhan wajib dilakukan apabila hilal awal bulan Ramadhan disaksikan seorang
yang dipercaya, sedangkan awal bulan-bulan lainnya ditentukan dengan kesaksian dua orang
yang dipercaya.
Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang baligh (dewasa), aqil (berakal), dan
sanggup untuk berpuasa. Adapun syarat-syarat wajibnya puasa Ramadhan ada empat, yaitu
Islam, berakal, dewasa dan mampu. Para ulama mengatakan anak kecil disuruh berpuasa jika
kuat, hal ini untuk melatihnya, sebagaimana disuruh shalat pada umur 7 tahun dan dipukul
pada umur 10 tahun agar terlatih dan membiasakan diri.
Dalam menjalani puasa terdapat beberapa syarat yang menjadi rukun syahnya puasa,
diantaranya Syarat-syarat sahnya puasa ada enam, yakni :
1. Islam: tidak sah puasa orang kafir sebelum masuk Islam.
3. Tamyiz: tidak sah puasa anak kecil sebelum dapat membedakan (yang balk dengan yang
buruk).
4. Tidak haid: tidak sah puasa wanita haid, sebelum berhenti haidnya.
5. Tidak nifas: tidak sah puasa wanita nifas, sebelum suci dari nifas.
6. Niat: menyengaja dari malam hari untuk setiap hari dalam puasa wajib. Hal ini didasarkan
pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada
malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya." (HR.Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, An-
Nasa'i dan At-Tirmidzi. Ia adalah hadits mauquf menurut At-Tirmidzi). Dan hadits ini
menunjukkan tidak sahnya puasa kecuali diiringi dengan niat sejak malam hari yaitu di salah
satu bagian malam. Niat itu tempatnya di dalam hati, dan melafazdkannya adalah bid'ah yang
sesat, walaupun manusia menganggapnya sebagai satu perbuatan baik. Kewajiban niat
semenjak malam harinya ini hanya khusus untuk puasa wajib saja, karena Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam pernah datang ke Aisyah pada selain bulan Ramadhan, kemudian beliau
bersabda (yang artinya): "Apakah engkau punya santapan siang? Maka jika tidak ada aku akan
berpuasa" [Hadits Riwayat Muslim 1154].
1. Makan dan minum dengan sengaja. Jika dilakukan karena lupa maka tidak batal puasanya.
2. Jima' (bersenggama).
3. Memasukkan makanan ke dalam perut. Termasuk dalam hal ini adalah suntikan yang
mengenyangkan dan transfusi darah.
4. Mengeluarkan mani dalam keadaan terjaga karena onani, bersentuhan, ciuman atau sebab
lainnya dengan sengaja. Adapun keluar mani karena mimpi tidak membatalkan puasa karena
keluamya tanpa sengaja.
5. Keluamya darah haid dan nifas. Manakala seorang wanita mendapati darah haid, atau nifas
batallah puasanya, baik pada pagi hari atau sore hari sebelum terbenam matahari.
6. Sengaja muntah, dengan mengeluarkan makanan atau minuman dari perut melalui mulut.
Hal ini didasarkan pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa yang muntah
tanpa sengaja maka tidak wajib qadha, sedang barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka
wajib qadha." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi). Dalam lafazh lain
disebutkan: "Barangsiapa muntah tanpa disengaja, maka ia tidak (wajib) mengganti puasanya."
Diriwayatkan oleh Al-Harbi dalam Gharibul Hadits (5/55/1) dari Abu Hurairah secara maudu'
dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah No. 923.
7. Murtad dari Islam -semoga Allah melindungi kita darinya. Perbuatan ini menghapuskan
segala amal kebaikan. Firman Allah Ta'ala: "Seandainya mereka mempersekutukan Allah,
niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-An'aam: 88).
C. Haji
1. Pengertian Haji
Haji (Bahasa Arab: حج, Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat,
salat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan
kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan
melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang
dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa
dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam bermalam di Mina,
wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan berakhir setelah
melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Dzulhijjah. Masyarakat
Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan
dengan perayaan ibadah haji ini.
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. [1] Menurut etimologi
bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut
istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan
amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam
definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang
dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf,
mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya. Rasulullah
SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut.
Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun hajjatul
wada. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula yang berihram
untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah.
Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak
melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.
1. Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang bermaksud
menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang
didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang
tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka
orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
Dalam hajipun terdapat beberapa syarat yang menjadi rukun wajib dalam mendapatkan
syahnya haji yang di laksanakan, diantaranya adalah :
1. Agama Islam
4. Rukun Haji
Rukun haji adalah hal-hal yang wajib dilakukan dalam berhaji yang apabila ada yang tidak
dilaksanakan, maka dinyatakan gagal haji alias tidak sah, harus mengulang di kesempatan
berikutnya.
1. Ihram
2. Wukuf
3. Thawaf
4. Sa'i
5. Tahallul
D. Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir bulan Ramadan,
sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan salah satu rukun ketiga dari Rukun Islam.
Setiap umat Muslim berkewajiban untuk memberikan sedekah dari rezeki yang dikaruniakan
Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Al-Qur’an. Pada awalnya, Al-Qur’an hanya memerintahkan
untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada
kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menjadi wajib
hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad melembagakan perintah zakat ini dengan
menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban kehidupan
mereka yang miskin.[1]. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara Islam. Hal ini
menunjukan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya
mengenai jumlah zakat tersebut.[2].
Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan kepada
kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda, budak yang ingin
membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar. [3]. Syari’ah
mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus dibayarkan.
Kejatuhan para kalifah dan negara-negara Islam menyebabkan zakat tidak dapat
diselenggarakan dengan berdasarkan hukum lagi.
2. Macam-Macam Zakat
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar Zakat ini
setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan,
emas dan perak. Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
Zakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya
[syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah, seperti:salat,haji,dan
puasa yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah,sekaligus
merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan ummat manusia. Seperti yang telah di firmankan oleh aalam kitabnya :
Nåk÷]ÏBur `¨B x8â“ÏJù=tƒ ’Îû ÏM»s%y‰¢Á9$# ÷bÎ*sù (#qäÜôãé& $pk÷]ÏB (#qàÊu‘ bÎ)ur öN©9
(#öqsÜ÷èム!$pk÷]ÏB #sŒÎ) öNèd šcqäÜy‚ó¡tƒ ÇÎÑÈ öqs9ur óOßg¯Rr& (#qàÊu‘ !$tB ÞOßg9s?#uä
ª!$# ¼ã&è!qß™u‘ur (#qä9$s%ur $uZç6ó¡ym ª!$# $oYŠÏ?÷sã‹y™ ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù ÿ¼ã&è!
qß™u‘ur !$¯RÎ) ’n<Î) «!$# šcqç6Ïîºu‘ ÇÎÒÈ * $yJ¯RÎ) àM»s%y‰¢Á9$# Ïä!#t�s)àÿù=Ï9 ÈûüÅ3»|
¡yJø9$#ur tû,Î#ÏJ»yèø9$#ur $pköŽn=tæ Ïpxÿ©9xsßJø9$#ur öNåkæ5qè=è% †Îûur É>$s%Ìh�9$#
tûüÏBÌ�»tóø9$#ur †Îûur È@‹Î6y™ «!$# Èûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$# ( ZpŸÒƒÌ�sù šÆÏiB «!$# 3 ª!$#ur
íOŠÎ=tæ ÒO‹Å6ym ÇÏÉÈ
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa hukum dalam menunaikan zakat bagi orang yang
mampu adalah wajib dan bagi orang yang tidak mampu di sunnahkan untuk mengusahakannya.
Fakir dan miskin adalah golongan yang pertama dan kedua disebutkan dalam surat at Taubah,
dengan tujuan bahwa sasaran zakat adalah menghapuskan kemiskinan dan kemelaratan dalam
masyarakat Islam. Menurut pemuka ahli tafsir, Tabari, yang dimaksud fakir, yaitu orang dalam
kebutuhan, tapi dapat menjaga diri tidak meminta-minta. Sedangkan yang dimaksud dengan
miskin, yaitu orang yang dalam kebutuhan dan suka meminta-minta.
2) Amil zakat
Sasaran ketiga adalah para amil zakat. Yang dimaksud dengan amil zakat adalah mereka yang
melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, mulai dari para pengumpul sampai kepada
bendahara dan para penjaganya. Juga mulai dari pencatat sampai kepada penghitung yang
mencatat keluar masuk zakat.
3) Golongan muallaf
Yang dimaksudkan dengan golongan muallaf, antara lain adalah mereka yang diharapkan
kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya
niat jahat mereka atas kaum Muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam
membantu dan menolong kaum Muslimin dari musuh.
Cara membebaskan bisa dilakukan dengan dua hal: Pertama, menolong hamba mukatab, yaitu
budak yang telah ada perjanjian dan kesepakatan dengan tuannya, bahwa bila ia sanggup
menghasilkan harta dengan nilai dan ukuran tertentu, maka bebaslah ia. Kedua, seseorang
dengan harta zakatnya atau seseorang bersama temannya membeli seorang budak kemudian
membebaskan. Atau penguasa membeli seorang budak dari harta zakat yang diambilnya,
kemudian ia membebaskan.
Gharimun (orang yang berhutang) adalah termasuk golongan mustahiq. Menurut Ibnu Humam
dalam al Fath, gharim adalah orang yang mempunyai piutang terhadap orang lain dan boleh
menyerahkan zakat kepadanya karena keadaannya yang fakir, bukan karena mempunyai
piutangnya. Ada dua golongan bagi orang yang mempunyai utang, yaitu golongan yang
mempunyai utang untuk kemaslahatan diri sendiri, seperti untuk nafkah, membeli pakaian,
mengobati orang sakit. Golongan lain adalah orang yang mempunyai utang untuk kemaslahatan
orang lain, seperti mendamaikan dua golongan yang bermusuhan, orang yang bergerak di
bidang sosial, seperti yayasan anak yatim, rumah sakit untuk fakir, anak yatim piatu dan lain-
lain.
6) Di jalan Allah
Quran menggambarkan sasaran zakat yang ketujuh dengan firmanNya: "Di jalan Allah". Sabil
berarti jalan. Jadi sabilillah artinya jalan yang menyampaikan pada ridha Allah, baik akidah
maupun perbuatan. Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup segala amal
perbuatan ikhlas, yang digunakan untuk bertakkarub kepada Allah, dengan melaksanakan
segala perbuatan wajib, sunat dan bermacam kebajikan lainnya.
Sedangkan fihak-fihak di luar dari 8 golongan (asnaf) ini tidak dibenarkan menerima uang dari
zakat. Tetapi tidak tertutup fihak-fihak tersebut menerima bantuan dari infaq. Jadi sasaran
zakat lebih spesifik dari pada infaq.
E. Muamalah
1. Pengertian Muamalah
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah. 2006. Tuntunan Shalat Rasulullah. Jakarta : Akbar Press.
Dr. Akram Ridha. Indahnya Ramadhan Di Rumah Kita. Jakarta : Robbani Press.
Dr. Abdullah bin Muhammad. Meraih Puasa Sempurna. Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir.
Dr. Yusuf al-Qaradhaw. 100 Tanya Jawab Haji, Umroh & Kurban. Jakarta : Gema Insani.
Sayyid Sabiq. Panduan Zakat (Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah). Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir.
Nogarsyah Moede Gayo, Pustaka pintar haji dan umrah, Inovasi, Jakarta:2003.
Ust. H. Bobby Herwibowo, Lc. & Hj. Indriya R. Dani, S.E., Panduan Pintar Haji & Umrah.
QultumMedia. Jakarta. 2008.
Smith,Huston.2001.Agama-agama Manusia.Jakarta:OBOR.
Heyneman, Stephen P.,2004.Islam and Social Policy.Nashville: Vanderbilt University Press.
Panduan Pintar Zakat. H.A. Hidayat, Lc. & H. Hikmat Kurnia. QultumMedia. Jakarta. 2008..
http://www.insanislam.com/kajian/49-kajian-umum/93-hal-hal-yang-membatalkan-shalat.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Salat
Akhlak terhadap sesama manusia dan Akhlak terhadap lingkungan
Akhlak terhadap sesama manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan sesama manusia.
Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti
membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga sampai
kepada menyakiti hati dengan cara menceritakan aib sesorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar
atau salah. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 263 yakni:
)٢٦٣ : قول معروف ومغفرة خير من صدقة يتبعها اذى وهللا غني حليم (البقر ة
Artinya: "Perkataan yang baik dan pemberian ma'af, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu
yang menyakitkan (perasaan penerimanya), Allah Maha Kaya Lagi Maha Penyantun.(al-Baqarah :263)
Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk
kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan
adalah ucapan yang baik, hal ini dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 24 yakni :
)٢٤ : يوم تشهد عليهم السنتهم وايديهم وارجلهم بما كانو يعملون (النور
Artinya: "Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang
dahulu mereka kerjaka (An-Nur : 24).
‘ bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisap terhadapmu” (Al-
Isra’ 17:14 )
“ adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia
berkata ambillah, bacalah kitabku ( ini ) “ (Al-Haqqah 69:19)
Dari beberapa ayat yang disebutkan itu, yang relevan untuk dijadikan daya dorong mencari dan
menguasai ilmu pengetahuan adalah Qur’an surat Al-Alaq 96 saja. Selain surat Al-Alaq 96 yang
mendorong manusia untuk mencari ilmu, banyak juga ditemukan dalam hadis dan ungkapan
bijak yang mengajak mencari ilmu misalnya :
a. Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim
b. Carilah ilmu walaupun di negeri Cina
c. Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat
d. Para ulama adalah pewaris para nabi
e. Barang siapa menginginkan ( kebahagiaan ) dunia, maka ia harus memiliki ilmunya ;
barangsiapa menghendaki ( kebahagiaan ) akhirat, ia harus memiliki ilmunya; dan siapa saja
ingin meraih keduanya, ia harus memiliki ilmunya.
f. Pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan darah syuhadah, maka tinta ulama
dilebihkan dari darah syuhada.
g. Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan jalannya ke
surga.
h. Barangsiapa mati ketika sedang mengembangkan ilmu untuk menghidupkan islam, maka di
surga ia sederajat di bawah nabi.
Dari ayat dan beberapa hadis serta ungkapan bijak yang telah diungkapkan di atas, maka islam
menempatkan ilmu dalam posisi sentral. Hal ini sangatlah logis, karena ilmu selain dapat
semakin mendekatkan diri kepada Allah, juga dapat dijadikan tolak ukur kemajuan seseorang,
masyarakat dan bangsa. Bbangsa atau negara dikatakan maju bukan terletak pada kekayaan
sumber daya alamnya, melainkan terletak pada kekuatan penguasaan terhadap pengetahuan
dan teknologi. Negara-negara OKI ( organisasi konverernsi Islam ), misalnya : Arab saudi, Iran,
dan Irak dikenal sebagai negara kaya tetapi bukan negara maju, karena penguasaan terhadap
iptek masih sangat rendah. Oleh karena itu negara-negara Islam harus mensejajarka dirinya
terhadap negara maju. Syarat mutlak untuk bisa sejajar adalah harus meningkatkan
penguasaan iptek, maka sumber daya manusianya harus ditingkatkan kemampuan dan
profesionalsmenya. Menurut Mahdi Ghulsyani bahwa ilmu yang harus dicari atau dipelajari
adalah :
a. Ilmu yang dapat meningkatkan pengetahuannya akan Allah
b. Ilmu yang efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan dapat
merealisasikan tujuan-tujuannya
c. Ilmu yang dapat membimbing orang lain ke jalan yang benar
d. Ilmu yang dapat memecahkan berbagai problem masyarakat
“ katakanlah : adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
menetahu ? sesungguhnya orang yang berakalah yang dapat menerima pelajaran” Q.S. (Al-
Zumar 39:9)
“ niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi lmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan ( Q.S. A-Mujadilah 58:11 )
Dari dua ayat di atas, jelaslah bahwa orang yang berilmu menduduki tingkat terhormat dalam
Islam.
3. Akibat pandangan dikhotomik ilmu pada dataran pemahaman dan pengamalan Islam
Akibat dari klasifikasi ilmu ke dala dua bagian yakni “ ilmu agama “ dan “ ilmu non agama “,
mengakibatkan umat terpecah dalam melihat universalitas ajaran islam, sehingga menuntut
ilmu hanyalah ilmu agama saja sementara ilmu lainnya terabaikan. Ini mempengaruhi pada
dataran pemahaman dan penglaman Islam. Islam dipersepsikan hanya sebagai ajaran ritualitas (
ibadah ) dan credo (kepercayaan ) semata, dengan menapikan ajaran sentral lainnya yakni
muamalah dunyawiyah.
Dampak yang sampai sekarang masih ada adalh adanya dualisme sistem pendidikan yang satu
dengan lainnya saling berjauhan dan tidak menyapa, yakni sistem pendidikan agama. Keduanya
mampu membuat pola berpikir secara dikhotomis, kalau sekolah umum adalh sekolah dunia,
dan kalau disekolah agama adalh sekolah akhirat.Begitu pun materi perkuliahan , seolah-olah
ilmu-ilmu umum yang dipelajarilepas dari masalah agama. Ilmu-ilmu yang dikesankan sebagai
ilmu umum ilmu-ilmu agama terutama tafsir, hadist dan Faraid adalah ilmu-ilmu yang berasal
dari Timur tengah.
Klasifikasi ilmu oleh al- Ghazali sangatlah dikhotomik, apalagi msih dirinci menjadi ilmu yang
terpuji, mubah, dan tercelah bahkan sampai pada kategori wajib kifayah dan wajib ‘ayn, maka
klasifikasi ini ditolak oleh pakar lainnya.Mahdi Ghulsyani misalnya, tidak sependapat dengan
klasifikasi itu,karena klasifikasi yang semacam itu hanya menyebabkan kesalahan memandang
bahwa yang menyatakan dapat merahmati kebah menyatakan dapat merahmati kebahagian
penuh kepada kemanusiaan.Agama yang memandang dirinya serba lengkap tidak bisa
memisahkan dirinya dari masalah-masalh yang memainkan peranan Vital dalam memberi
kesejahteraan dan kemerdekaan bagi masyarakat islam. Murtadha Muthahhari menekankan
bahwa “kelengkapan dan kesempurnaan islam sebagai suatu agama menuntut agar setiap
lapangan ilmu yang bergunai masyarakat islam di anggap sebagai bagian dari kelompok ‘ilmu
agama’.
Alasan Mahdi Ghulsyani untuk tidam menerima klasifikasi Al-ghazali di dasarkan pada argumen-
argumen yaitu:
a. Sebagian besar ayat al-qur’an dan hadist,konsep ilmu secara mutlak, muncul dalam
maknanya yang umum.
b. Beberapa ayat al-Qur’an dan hadis nabi secara eksplisit menunjukkan bahwa ilmu itu tidak
berarti hanya belajar prinsip-prinsip dan hukum-hukum agama saja
c. Disebut dalam Al-Qur’an terdapat rujukan pada Qarun yang menyatakan “ ia berkata :
sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”
d. Beberapa hadis yang mendorong untuk mencari ilmu, tanpa membatasi apa yang dicari.
Sebagaimana pengkajian ilmu-ilmu agama dianggap wajib kifayah bagi masyarakat islam
“ tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya ( ke medan perang ).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya “ ( Q.S.
al–taubah 9:12 ).
Dari sinilah nampak bahwa kata ilm yang dalam Al-Qur’an dan hadis di dalam makna generiknya
ketimbang merujuk secara eksklusif kepada studi-studi agama. Di dalam agama islam batasan
untuk mencari ilmu hanyalah khusus ilmu-ilmu yang memiliki kegunaan bagi kehidupan positif
manusia.
Untuk menghilangkan kesan dikhotomis dalam ilmu, dan tetap dalam alur monokhotomis,
sesuai dengan prinsip tauhid, perlu difahami bahwa kebenaran mutlak hanya ada pada Allah
semata dan yang dicapai oleh manusia adalah kebenaran relatif.
4. Isyarat Al-Qur’an tentang pentingnya penguasaan Iptek bagi muslim
Kalau ditelusuri secara seksama paling tidak ditemukan 7 i’tibar dalam bidang Iptek di dalam Al-
Qur’an :
a. Penggalian lubang di tanah, menguburkan mayat dan menimbunnya.
b. Pembuatan, melayarkan dan melabuhkan kapal
c. Menyucikan dan meninggikan pondasi dan membangun baitullah
d. Pengelolaan sumber daya alam dan hasil bumi
e. Pelunakan besi dan pembuat besi
f. Komunikasi, pemanfaatan tenaga angin untuk transportasi
g. Penyembuhan orang buta, penyakit lepra dan telepati
Dari beberapa informasi mestinya iptek bukanlah hayang asing bagi umat islam. Karena pristiwa
sejarah masa lalu itu tetap memiliki nilai kegunaan yang tinggi bagi umat sesudahnya.Sejarah
bukan suatu pristiwa statis yang hanya dinikmati, dirasakan dan diambil oleh pelaku dan
masyarakat sezamannya, melakukan sejarah sesuatu yang dinamis, yang dapat diambil hikmah
dan nilai.
Iptek sangat dibutuhkan dalam memajukan kehidat dibutuhkan dalam memajukan kehidupan
upan manusia. manusia. Iptek akan terus berkembang seirama tingkat daya intelektualitas
manusia dakam merespon dan meramalkan kemungkinan atau kecenderungan kehidupan
manusia masa depan.
Ahmad Watik dam Muhammadi, keduanya aktif dalam persyerikatan Muhammadiyah,
menangkap respon umat islam dalam mensikapi perkembangan iptek walaupun dengan redaksi
yang berbeda, tetapi tetap dalam substansi yang sama. Menurutnya ada 2 sikap yakni :
1. Melihat berbagai perkembangan iptek dan kecenderungannya secara utopistik,otomistik
berlebihan,dan beranggapan mestinya begitulah kehidupan modern.Mereka menganggap iptek
sebagai variabel perubahan yang bersifat mutlak dan dominan.
2. Melihat berbagai perkembangan iptek dan kecenderungannya secara distopistik,pesimis dan
cemas berlebihan.mereka melihat perkembangan iptek sebagai sumber bencana bagi masa
depan manusia, manusia, dan penuh dengan kekhawatiran iptek akan mencabut kebudayaan
manusia dari akarnya, mencabut nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.
Munculya dua sikap itu lebih didasarkan pada realitas, antara lain :
1. Pertimbangan bPertimbangan bias masyarakat, baik bias ke ilmuan maupun bias
kepercayaan. Hal ini terjadi karena penempatan ilmu dan agama secara dikhotomis yang
berkembang dalam masyarakat.
2. Pendekatan yang bersifat parsial terhadap kemaknaan iptek bagi kehidupan manusia.
Pendekatan parsial ini dapat terjadi karena keterbatasan informasi mengenai iptek itu sendiri.
Pandangan yang proporsional, dapat dikembangkan apabila dilandasi oleh pandangan dasar
yang menempatkan iptek tetap sebagai alat bagi manusia untuk berinteraksi dengan dirinya
dan lingkungannya. Oleh karena itu kehadiran dan perkembangan iptek merupakan suatu
keharusan sejarah. Karena merupakan keharusan sejarah maka tidak bisa di tawar lagiumat
islam harus menguasai,dalam rangka pengalaman islam secara integratif.Menunjukan kepada
dunia, bahwa islam tidak hanya mengajarkan tentang ibadah saja, tetapi juga mengajarkan
tentang iptek.
Dalam al-Qur’an ditemukan tidak kurang dari sepuluh persen ayat-ayatnya merupakan rujukan-
rujukan kepada fenomena alam.namun demikian, ada 2 pandangan tentang keutuhan materi
al-qur’an yang berkenaan dengan iptek.
Pandangan pertama mengatakan bahwa al-Qur’an memuat seluruh bentuk pengetahuan
termasuk disiflin.pandangan ini karena menempatkan al-Qur’an sebagai sumber ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tujuan utamanya adalah untuk menunjukan mukjizat al-Qur’an
dalam lapangan dalam lapangan ke ilmuan untuk meyakinkan orang-orang non muslim akan
keagungan dan keunikan al-Qur’an, dan untuk menjadikan kaum muslimin bangga memiliki
kitab suci.
Pandangan ke dua, mengatakan bahwa al-Qur’an itu semata –mata sebagai kitab petunjuk, dan
di dalamnya tidak ada tempat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi. Pandangan kedua ini
sebagai bentuk reaksi dari pandangan pertama.
Argumen yang mendukung pandangan kedua, bisa disimpulkan dalam 4 hal :
1. Tidaklah benar menafsirkan kata-kata al-Qur’an dengan cara yang tidak diketahui oleh orang-
orang arab pada masa Nabi.
2. Al-Qur’an tidak diwahyukan untuk mengajari kita Sains dan teknologi, tapi merupakan kitab
petunjuk maka iptek di luar tujuan diwahyukan al-Qur’an.
3. Sains belum mencapai tingkat kemajuan yang sempurna, maka tidak benar menafsirkan al-
Qur’an menurut teori-teori yang dapat berubah.
4. Sudah menjadi kehendak Allah, manusia dapat menemukan rahasia-rahasia alam dengan
menggunakan indera dan daya intelektual nya. Jika al-Qur’an mencakup seluruh iptek, maka
akal manusia pun akan menjadi jumud dan kebebasan manusia menjadi tidak bermakna.
Dari 2 pandangan tersebut ada pandangan ke 3 yang di kemukakan oleh Syaikh Musthafa
Maraghi, dikatakn,”bukanlah maksud saya untuk mengatakan bahwa kitab suci ini mencakup
secara rinci atau ringkas seluruh sains dalam gaya buku-buku teks, tapi saya ingin mengatakan
bahwa al-Qur’an mengandung prinsip-prinsip umum “.
Yang perlu di garis bawahi dari berbagai pandangan di atas adalh bahwa al-Qur’an tetap
diletakkan sebagai kitab petunjuk dalam kehidupan manusia yang di dalamnya terdapat prinsip-
prinsip umum dan etika tentang iptek.Sementara rumusan dan perincian iptek sampai pada
tingkat penerapannya sangat tergantung pada manusia itu sendiri.karena manusia dengan
akalnya mampu membedakan yang baik dan benar , yang membawa masalah dan yang
menghancurkan.Tapi ingat, semua yang dikerjakan oleh manusia akan dimintai pertanggung
jawaban di hadapn allah. Kalau ia mengenbangkan iptek untuk kemaslahatan umat manusia
(baik), sorga jaminannya sementara kalau iptek yang diciptakan untuk menghancurkan
peradaban umat manusia, neraka tempat kembalinya.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KEILMUAN DAKWAH
A. Disiplin Dan Struktur Keilmuan Dakwah
Berdasarkan hakekat dakwah, obyek formal ilmu dakwah serta analisa masalah interaksi antar
unsur dakwah sebagai bagian dari obyek formal, dan pengertian ilmu, maka disiplin ilmu dakwa
dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama:Pertama, disiplin yang memberikan kerangka
teori dan metodologi dakwa islam, kedua, disiplin yang memberikan kerangkah tehnis
oprasional kegiatan dakwah islam. bagian pertama memberikan dasar-dasar teoritik dan
metodologi keahlian dan disebut ilmu dasar (teoritik) dakwa dan bagian kedua memberikan
kemampuan tehnis keahlian profesi dan disebut ilmu terapan/tekni oprasional dakwa
(teknologi dakwa).
Bagian disiplin ilmu terapan / teknis dibagi menjadi tiga bidang, disiplin yang terdiri dari
pertama, ilmu tabligh islam yang berkaitan dengan komunikasi dan penyiaran islam dan ilmu
yang berkaitan dengan bimbingan dan penyuluan islam(ta’dib) yang keduanya dapat disebut
teknologi tabligh. Kedua ilmu pengembangan masyarakat islam atau teknologi pengembangan
masyarakat islam (islam Community development) dan ketiga, ilmu management dakwa islam
atau teknologi organisasi islam.
3. Ilmu Bantu
Termasuk dalam komponen ini,Ilmu tauhid,ilmu akhlak,ilmu mantiq(logika), filsafat dan
pemikiran islam,ulumul qur’an, ulumul hadist,ushul fiqih,tafsir,hadist,fiqih,sirah Nabi
SAW,Sejarah kebudayaan Islam,BahasaIndonesia,Bahasa Arab dan inggris, metodologi,
antropologi, sosiologi,ilmum komunikasi ( Ilmu penerangan/penyuluan,ilmu jurnalistik,dan
teknologi komunikasi ) Ilmu manajement,psikologi,filsafat (umum) epistimologi, ilmu
hukum,ilmu politik,ilmu ekonomi,ilmu lingkungan,ilmu penyuluhan,teknologi sanitasi, sosiatri
serta ilmu kesehatan masyarakat dan lingkungan.
BAB III
PROGRAM PENDIDIKAN DAKWAH
Berdasarkan uraian yang mendahului, terutama adanya empat aktivitas pokok dalam dakwah
islam,kemungkinan epistimologinya dan disiplin keilmuannya,maka dalam dakwah islam ada 4
keahlian / profesi yang terdiri dari ahli tabliqh islam (penyiaran dan penerangan islam,dakwah
bil lisan) pengembangan masyarakat islam (dakwah bil hal, aksi amal shaleh,pelembagaan nilai
islam) dan manajement dakwah (Penataanndan kepemimpinan lembada dakwah) dengan
demikian, jurusan / program studi untuk menopang kebutuhan keahlian dalam kegiatan
dakwah dapat dikualifikasikan menjadi 4 jurusan.
A. Tujuan fakultas dakwah
Mendidik calon Muslim cendikiawan (Ulil albab) yang berakidah islam, berfikrah islam dan
berakhlak mulia yang memiliki keahlian dan ketrampilan dalam dakwahislam serta berguna bagi
masyarakat,bangsa dan negara.
B. Program pendidikan strata I ( S I )
Terdiri dari 4 jurusan dan masing-masung jurusan memiliki program studi:
1. Jurusan komunikasi dan penyiaran islam (KPI)
yaitu tujuannya mendidik Calon muslim yang bersetrata SI supaya memiliki akidah islam yang
kuat berfikra islami (berwawasan islam) istiqomah dalam bersikap dan bertindak menurut islam
dan memiliki ketrampilan (keahlian) menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat baik
dengan sarana mimbar ( Khotbah ) maupun media massa (cetak dan audio – visual ) kualifikasi
kelulusannya : Ahli tabliq islam dengan menggunakan sarana mimbar dan media komunikasi
massa baik cetak,maupun audio visual.
2. Jurusan pengembangan masyarakat ( PMI )
Jurusan ini bertujuan: mendidik Calon muslim yang bersetrata SI supaya memiliki akidah islam
yang kuat, berfikra islam (berwawasan Islam) istiqomah dalam bersikap dan bertindak menurut
islam dan memiliki ketrampilan (keahlian)menstrasformasikan dan melembagakan semua segi
ajaran islam dalam kehidupan keluarga( usroh) kelompok sosial ( jama’ah) dan masyarakat
(ummat ) sehingga terwujud khoirul ummah (Masyarakat yang adil dan makmur yang
memperoleh ridhoh Allah).
Kualifikasi keahlian lulusannya: ahli pengembangan komunikasi islam dan pengembangna
kelembagaan islam.
3. Jurusan manajement Dakwah ( MND )
Bertujuan mendidik calon cendekia bersetrata SI supaya memiliki akidah islam yang kuat,
berfikrah Islam ( berwawasan Islam), istiqomah dalam bersikap dan bertindak menurut islam
dan memiliki ketrampilan (Keahlian) mengelola lembaga-lembaga dakwah (lembaga yang
mengemban misi dakwah islam) dalam rangkah menegakkan kepemimpinan ummat islam yang
penuh ukhuwah islamiyah.
Kualifikasi keahlian kelulusannya : ahli manajement,dan organisasi dan pengmbangan dana
dakwah islam.
4. Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam ( BPI )
Jurusan Manajement Dakwah bertujuan : mendidik calon muslim cendekia berstrata SI supaya
memiliki aqidah islam yang kuat, berfikrah islami ( berwawasn Islam),istiqomah dalam bersikap
dan bertindak menurut islam dan memiliki ketrampilan ( keahlian ) membimbing dan menyuluh
pengamalan islam dalam kehidupan dan keluarga islam
Kualifikasi keahlian lulusannya : ahli bimbingan dan penyuluhan islam kepada keluarga muslim
dengan pendekatan psikologi dan ajaran islam serta konsoltan/psikologi Muslim.
Berdasarkan uraian yang mendahului, maka dakwah sebagai ilmu secar epistimologi sangat
signifikan untuk dikembangkan secara akademik sebagai induk ilmu-ilmu sosial dalam
perspektif islam yang secara khusus mengkaji sistem transformasi ideal islam menjadi realitas
ummatan khairan,juga sebagai ilmu perjuangan islam dan ilmu rekayasa masa depan ummat.
C. KOMENTAR
Saya setuju dengan apa yang terdapat pada yang dituturkan oleh bapak Amrullah Ahmad
karena ilmu dakwah selalu membutuhkan bantuan ilmu – ilmu lainnya didalam memahami
obyek study materi dan obyek studi formalnya. Bentuk kerja sama antar – ilmu dakwah dengan
ilmu lainnya atau keterkaitan ilmu dakwah dengan ilmu lainnya.
Ilmu dakwah yang menerangkan seluk – beluk dakwah islamiyah, atau penyampaian ajaran
islam kepada orang lain memiliki kaitan sangat erat dengan ilmu agama (islam) seperti tafsir,
fikih, perbandingan agama, dan sebagainya. Hal – hal ini di sebab melalui ilmu – ilmu nilai
ajaran agama islam sebagai materi dakwah islamiyah dapat digali dan dikaji secara mendetail.
Dengan penggalian ajaran islam melalui ilmu – ilmu ini, maka semakin dapat di ketahui hal – hal
yang berkaitan dengan dakwah baik dengan cara – cara dakwah, pengaruh terhadap sikap dan
tingkah laku seseorang, media – media dakwah dan masalah – masalah yang lain termasuk
obyek formal ilmu dakwah. Disamping itu, ajaran islam yang digali melalui ilmu dakwah diatas
juga merumuskan kode etik dakwah islamiyah yang dapat di jadikan pegangan dalam setiap
pelaksanaan dakwah islamiyah.
Akan tetapi ilmu agama juga membutuhkan bantuan ilmu dakwah dalam menyampaikan
dirinya kepada umat manusia tanpa diterangkan atau disampaikan kepada masyarakat, ilmu –
ilmu agama tersebut hanya merupakan suatu ide belaka yang tidak bisa terwujud dalam
kenyataan serta tidak diketahui oleh orang lain.
BAB IV
PENUTUP
Demikianlah makalah ini dibuat semoga bisa bermanfaat kita semua, namun dari kami selaku
penulis / penyusun juga tidak melupakan adaya pepatah “Tak ada gading yang tak retak” oleh
karena itu kami selaku penulis / penyusun makalah ini mau menrima saran dan kritik dari
pembaca, yang bersifat membangun sehingga dapat membatu menyempurnakan makalah ini.
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Kholillul Rohman yang membimbing
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Itu semua hanya kepada Allah kami
mohon taufik dan hidayah-Nya, semoga usaha yang mulia ini senantiasa dalam keridloan-Nya..
Amin …. !